Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar kematian maternal terjadi dalam 2 jam setelah


melahirkan. Hal tersebut merupakan akibat dari masalah yang timbul
dalam persalinan kala III. Ibu yang mengalami perdarahan hebat dapat
meninggal bila tidak mendapatkan perawatan medis yang sesuai. Dengan
demikian, sangat penting untuk melakukan pendeteksian yang tepat
mengenai penyebab perdarahan untuk mendapat penanganan secara tepat.

Retensio Plasenta merupakan salah satu penyebab terjadinya


perdarahan kala III, selain atonia uteri, laserasi jalan lahir dan penyebab
lainnya. Maka dari itu dalam makalah ini akan dihas secara rinci mengenai
perdarahan pospsrtum akibat retensio plasenta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rentensio plasenta?
2. Apa penyebab terjadinya retensio plasenta?
3. Bagaimana gejala terjadinya retensio plasenta?
4. Bagaimana penanganan terhadap kejadian retensio plasenta?
5. Bagai mana cara mengetahui plasenta yang sudah lepas?
6. Bagaimana cara mencegah agar terhindar dari terjadinya retensio
plasenta?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Retensio Plasenta

Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit


setelah bayi dilahirkan. Retensio plasenta adalah keadaan plasenta yang
tertahan atau belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir, (Abdul,2011). Plasenta biasanya telah terlepas dari tempat
implantasinya pada keadaan normal 15 menit setelah bayi lahir. Apabila
dalam waktu yang ditentukan plasenta belum juga lahir, maka keadaan
tersebut di sebut retensio plasenta.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang retensio plasenta, perlu


diketahui bahwa proses persalinan normal terdiri dari empat tahapan yang
disebut dengan kala, yaitu kala I pembukaan, kala II pengeluaran janin,
kala III pengeluaran plasenta, dan kala IV observasi. Oleh karen aitu
proses persalinan tidak segera selesai begitu saja setelah bayi dilahirkan,
melainkan masih ada tahap ketiga yang tidak kalah pentingnya yaitu
kelahiran plasenta. Sama halnya dengan dua tahap sebelumnya, tahap
ketiga dalam persalinan ini juga bisa cepat atau lebih lama.

Salah satu upaya untuk memudahkan lahirnya plasenta yaitu


dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). IMD dapat membantu menjaga
produksi oksitosin yang membantu kontraksi unterus optimal untuk
mendorong pelepasan plasenta secara alami. Alternatif lainnya adalah
dengan manajemen aktif kala tiga. Pada kasus yang jarang terjadi, sekitar
0,5-1% dari kelahiran, mungkin saja terjadi gangguan dalam pengeluaran
plasenta, salah satunya dapat berupa retensio plasenta.

2
B. Penyebab

Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas


lapisan miometrium. Menurut Muchtar (1998), penyebab retensio plasenta
adalah sebagai berikut:

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat


terlalu dalam. Berdasarkan tingkat pelekatannya, kondisi pelekatan
plasenta yang abnormal dibagi menjadi:
 Plasenta adhesif, implantasi yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam, Kontraksi uterus kurang kuat untuk
untuk melepaskan plasenta.
 Plasenta akreta, implantasi jonjot korion memasuki sebagian
miometrium.
 Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miomerium.
 Plasenta perkreta, implantasi menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding rahim.
2. Plasenta telah lepas, tapi belum keluar karena:
 Atonia uteri, yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
 Terdapat lingkaran kontraksi pada bagian rahim akibat
kesalahan penanganan, sehingga menghalangi plasenta keluar.

Etiologi:

Sebab fisiologis

a. His yang kurang kuat (sebab utama).


b. Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (ex. Disudut tuba).
c. Ukuran plasenta terlalu kecil.

Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadi sebelum


pelepasan plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik.
Pemberian uterotonika tidak tepat waktu dapat juga meneybabkan serviks

3
berkontraksi dan menahan plasenta. Selain itu, pemberian anestesi yang
dapat melemahkan kontraksi uterus dapat juga mengahambat pelepasan
plasenta.

Pembentukan lingkaran kontraksi tersebut juga berhubungan


dengan his. His yng tidak efektif yaitu his yang dapat berelaksasi.
Akibatnya, segmen bawah rahim dapat tegang sehingga plasenta tidak
dapat keluar karena tertahan segmen bawah rahim tersebut.

Penyebab lainnya adalah kandung kemih atau rektum penuh


sehingga kontraksi uterus tidak efisien. Cara mengatasinya adalah dengan
mengosongkan kandung kemih dan rektum.

C. Gejala

Beberapa gejala berikut dapat digunakan sebagai indikasi adanya


retensio plasenta:

1. Plasenta yang belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
2. Adanya kontraksi uterus yang kurang baik.
3. Tali pusat yang terjulur keluar kadang-kadang, dapat putus akibat
traksi yang berlebihan.
4. Perdarahan setelah lahir yang terus berlanjut.

Selama plasenta belum terlepas sama sekali, maka retensio plasenta


tidak akan menimbulkan perdarahan, tetapi jika sebagian plasenta telah
terlepas maka retensio plasenta dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak.

Setelah plasenta lahir, rahim harus berkontraksi untuk menutup


semua pembuluh darah dalam rahim. Jika plasenta tidak dilahirkan atau
hanya lahir sebagian, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik,
sehingga pembuluh darah akan terus terbuka dan mengeluarkan banyak
darah.

4
D. Penanganan

Pada prinsipnya, penanganan retensio plasenta disesuaikan dengan


etiologi atau penyebabnya. Penanganan retensio plasenta berdasarkan
buku panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal-Neonatal (2002:M-
30) adalah:

1. Jika plasenta terlihat di dalam vagina, minta ibu untuk mengejan dan
jika plasenta dalam vagina dapat di raba, maka keluarkan plasenta
tersebut.
2. Pastikan kandung kemih kosong, bila perlu lakukan kateterisisasi.
3. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, dengan
ketentuan oksitosin belum diberikan pada penanganan kala II.
4. Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit pemberian oksitosin dan
terus berkontraksi, lakukan peregangan tali pusat terkendali. Hindari
penarikan tali pusat terlalu kuat karena hal ini dapat menyebabkan
inversio uteri. Jika tidak berhasil, maka lakukan pengeluaran plasenta
secara manual. Plasenta yang melekat kuat kemungkinan merupakan
pertumbuhan plasenta di tempat abnormal sehingga perlu di rujuk ke
Rumah Sakit.

E. Cara mengetahui lepasnya plasenta

1. Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisi,


tali pusat ditegangkan maka bila tali pusat masuk(belum lepas), jika
diam atau maju (sudah lepas).
2. Klein, saat ada his, rahin kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali
(belum lepas), diam atau turun (sudah lepas).
3. Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat
bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas), rahim menonjol
diatas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras,
keluar darah secara tiba-tiba.

5
F. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya retensio plasenta, dapat dilakukan manajemen


aktif kala III, yaitu:
1. Pemberian suntikan oksitosin
Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan segera setelah bayi lahir
dan dapat diulang setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan
oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
2. Peregangan Tali Pusat Terkendali.
3. Pemijatan Fundus Uteri ( masase).

Penatalaksanaan :

1. Memberi informasi kepada ibu tindakan yang akan dilakukan


2. Melakukan pemeriksaan umum dan mengamati adanya gejala dan
tanda retensio plasenta
3. Bila plasenta tidak lahir 30 menit sesudah lahir & terjadi perdarahan
maka berikan oksitosin 10 IU IM.
4. Pastikan kandung kemih kosong .
5. Coba melahirkan plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali
(PTT).
6. Bila dengan PTT masih belum lahir maka plasenta harus dilahirkan
secara manual.
7. Berikan infus NACL / RL.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpilan

Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit


setelah bayi dilahirkan. Retensio plasenta adalah keadaan plasenta yang
tertahan atau belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir, (Abdul,2001). Salah satu penyebab plasenta belum terlepas dari
dinding rahim karena tumbuh melekat terlalu dalam di dinding
miometrium.

Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit pemberian oksitosin dan


terus berkontraksi, lakukan peregangan tali pusat terkendali. Hindari
penarikan tali pusat terlalu kuat karena hal ini dapat menyebabkan inversio
uteri. Jika tidak berhasil, maka lakukan pengeluaran plasenta secara
manual. Plasenta yang melekat kuat kemungkinan merupakan
pertumbuhan plasenta di tempat abnormal sehingga perlu di rujuk ke
Rumah Sakit.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca dan menambah wawasan. Dan saran kami agar para pembaca
lebih memahami mengenai materi ini lebih dalam lagi, agar ilmu yang
didapatkan tidak hanya sebatas makalah. Pembaca bisa mencari referensi
lain dari buku-buku yang lebih lengkap penjelasan materinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta, Pustaka Medika.

Nurul, Janah. 2014, Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta, KTD.

Muchtar, 2012, Asuhan Kegawatdaruratan Meternal Neonatal, Jakarta, KTD.

http://medikus.com>retensioplasenta.

Midwifery.blog.uns.ac.id>retensio-plasenta.

Anda mungkin juga menyukai