Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR ASKEB

Perubahan dan adaptasi fisiologis BBL pada sistem persyarafan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. Anisa Pitri Minarti (F0G021018)

2. Melinda Waningsih (F0G021031)

TINGKAT/SEMESTER : 1 A / 2

DOSEN PENGAMPU:

Dara Himalaya, S.ST, M.Keb

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim....

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna tersusunnya makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
Umumnya.

Bengkulu, 6 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologi neonates ............................................................................................... 2


2.2 Perubahan Sistem Saraf Pada Bayi Baru Lahir ................................................................. 2

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10


3.2 Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, perubahan-perubahan fisiologis


yang terjadi pada tubuh kita baik bayi baru lahir,neonatus,balita, anak-anak, remaja
bahkan dewasa sudah bisa kita rasakan dan lihat dalam wujud bentuk, ukuran, rasa dan
lain-lain.

Perubahan fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting bahkan menjadi
titik pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat bisa memantau setiap
tumbuh kembang pada neonatus.Karena dari titik inilah awal dari proses pertumbuhan dan
perkembangan yang kita alami hingga menjadi dewasa.

Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari awalnya berada dalam
lingkungan rahim dan sekarang akan menjalani kehidupan diluar rahim. Adaptasi ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor mekanik, kimiawi, dan termik yang menimbulkan
perubahan pada tubuh neonatus. Penatalaksanaan mengenai kondisi kesehatan neonatus
resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan, rujukan atau tindakan lanjut.

Maka dari itu, sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat memahami dan mengetahui
tentang adaptasi fisiologis yang terjadi pada neonatus. Hal ini sebagai dasar dalam
memberikan asuhan kebidanan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi fisiologis neonatus?

2. Bagaimana Perubahan Sistem Syaraf Pada Bayi Baru Lahir?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi fisiologi neonatus

2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perubahan Sistem Syaraf Pada Bayi Baru
Lahir

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologi neonatus

Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus
berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik.
Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri.

Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usia dari sejak lahir kedunia
sampai dengan 4 minggu. Anak mengalami tumbuh dan berkembang tidak hanya di mulai
dari masa neonatus, namun sejak dalam kandungan. Selain itu, neonatus adalah individu
yang sedang bertumbuh. Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan
sakit.

Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

2.2 Perubahan Sistem Saraf Pada Bayi Baru Lahir

Ketika dilahirkan otak bayi beratnya 1/8 dari berat tubuhnya. Pada asia 10 tahun
berat otak 1/18 berat tubuhnya. Pertumbuhan susunan saraf ini dapat dikatakan
berlangsung dengan cepat sekali selama dalam kandungan dan 3-4 tahun pertama setelah
dilahirkan. Selama dalam kandungan, susuna saraf yang terutama tumbuh cepat adalah
jumlah dan ukuran sel saraf. Perkembangan setelah dilahirkan maka pertumbuhan susunan
saraf lebih terarah pada pengembangan sel saraf yang masih belum berkembang.

Perubahan fisiologis sistem Neurologis pada bayi baru lahir sistem saraf belum
terintegrasi sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan
ekstra uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yang diberikan sebagian besar dilakukan

2
oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis. Bayi baru
lahir baru dapat menjalankan fungsi pada tingkat batang otak. Kontrol saraf dari pusat
yang lebih tinggi secara bertahap berkembang, membuat lebih memungkinkannya perilaku
yang kompleks dan bertujuan. (Hamilton, 1995).

Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan
tonus otot merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. Bayi
baru lahir memiliki banyak reflek yang primitif. Waktu, saat reflek bayi baru lahir ini
muncul dan menghilang, menunjukkan kematangan dan perkambangan sistem syaraf yang
baik. Reflek yang sering ditemukan pada bayi baru lahir normal adalah menghisap dan
membuka mulut (rooting), menelan, menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan
lidah, reflek moro dan lain- lain (Bodak, 2005).

Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting selama transisi, karena saraf ini
merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dan
mengatur sebagian suhu (Wong, 2009). Bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai
mahluk yang reaktif, responsif, dan hidup. Perkembangan sensoris bayi baru lahir dan
kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat (Bodak,
2005).

Perubahan sistem saraf bayi sebelum lahir berespons terhadap kebisingan, sinar
yang kuat, stimulus yang mengganggu suhu dengan mengubah respon otono, misalnya
kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia
14 minggu. Diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas. Sedangkan
perubahan sistem saraf ketika bayi sudah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan
pesat sebagai respon terhadap peningkatan input sensorik. Reflek mungkin tertekan pada
24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyulitan transplasenta analgesia narkotik, tetapi
kemudian beberapa reflek mulai tampak.

Myelinisasi system saraf mengikuti hukum perkembangan cephalokaudal


proksimadistal (kepala ke jari kaki-pusat ke perifer) dan berhubungan erat dengan
kemampuan keterampilan motorik halus dan kasar yang tampak. Myelin diperlukan untuk
transmisi cepat dan efisien pada sebagian impuls saraf sepanjang jalur neural. Traktus
yang mengalami myelinisasi paling awal adalah traktus sensoris, serebral, dan ektras
pyramidal. Saraf ini menyebabkan pengindraan tajam pengecap, pembau, dan
pendengaran pada bayi baru lahir, begitu juga persepsi nyeri. Semua saraf kranial sudah

3
ada dan mengalami myelinisasi, kecuali saraf opticus dan olfaktorius (Wong, 2009).
Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah sangat berkembang dan memiliki efek yang
bermakna pada perkembangan, termasuk proses perlekatan (attachment).

a. Macam-macam reflek yaitu :


a. Reflek permanen (tidak hilang) :
1) Relfek urat uchialis : kontraksi urat daging kempal, bila urat uchalis dipukul.
2) Reflek urat patelair : kontraksi urat daging kaki atas bila ada pukulan bawah
kulit.
3) Reflek pupil : mengecilnya pupil bila ada sinar.
b. Reflek sementara :
1) Reflek moro (reflek perut) : reflek terkejut anak mengembangkan tangan
kesamping lebar-lebar, melebarkan jari-jari lalu mengembangkan dalam
posisi tengkurap.
2) Reflek tonick neck (reflek otot leher) : anak akan menangakap leher dan
menoleh kanan atau kiri bila diletakkan dalam posisi tengkurap.
3) Reflek rooting : timbul karena stimulus taktil pada pipi dan daerah mulut,
akan bereaksi seakan akan mencapai puting susus.
4) Reflek sucking (menghisap dan menelan atau reflek oral) : timbul bersamaan
dengan rangsangan pipi untuk menghisap putting susu dan menelan ASI.
5) Reflek grasping : bila jari diletakkan pada telapak tangan, anak akan menutup
telapak tangan tadi.
6) Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari lain membuka.
7) Reflek steping (reflek melangkah) : jiak bayi dibuat posisi berdiri maka akan
ada gerakan spontan kaki melangkah walaupun belum bisa berjalan.
c. Reflek panca indera :
1) Penglihatan
Pada saat lahir, struktur mata belum lengakap. Fovea sentralis belum
berdiferensiasi sempurna dari macula. Otot siliar juga masih imatur,
membatasi kemampuan mata untuk berakomodasi dan memfokuskan pada
objek sepanjang waktu. Bayi dapat mencari dan mengikuti objek. Pupil
bereaksi terhadap cahaya, reflek mengedip berespon terhadap rangsang

4
minimal, dan reflek kornea dapat diaktivasi dengan sentuhan ringan. Kelenjar
air mata biasanya mulai berfungsi sampai usia 2 – 4 minggu.
BBL memiliki kemampuan untuk memfokuskan penglihatan sementara pada
objek yang terang atau bergerak yang berjarak 20 cm (8 inci) dan pada garis
tengah lapang penglihatan. Kenyataanya, kemampuan bayi untuk melakukan
fiksasi terhadap gerakan yang terkoordinasi lebih besar selama jam pertama
kehidupan dibandingakan selama hari-hari berikutnya. Ketajaman
penglihatan dilaporkan antara 20/100 dan 20/400, bergantung pada teknik
pengukurannya.
Bayi juga memiliki kemampuan pemilihan visual : warna medium (kuning,
hijau, merah jambu) dibandingakan warna terang (merah, orange, biru) atau
warna remang : pola kontras hitam putih, terutama bentuk-bentuk geometris
dan papan catur, objek besar dengan kompleksitas warna medium
dibandingakan dengan objek kecil, kompleks, dan objek yang mengkilat
dibandingakan buram.
2) Pendengaran
Begitu cairan amnion dialirkan keluar telinga, bayi mungkin telah memiliki
tajam pendengaran yang sama dengan dewasa. Neonatus sudah dapat
bereaksi terhadap suara keras sekitar 90 desible (dB) dengan reflek terkejut.
Respon BBL terhadap suara frek. rendah dibandingkan frek. tinggi berbeda :
suara yang rendah, seperti suara detak jantung, metronome, atau buaian,
cenderung menurunkan aktivitas motorik dan menangis, sedangkan suara
tinggi menimbulkan reaksi waspada. Sensitivitas awal terhadap suara
manusia juga sudah ada, meskipun tidak spesifik terhadap percakapan.
Misalnya, bayi berusia kurang dari 3 hari dapat membedakan suara ibunya
dengan suara wanita lainnya. Ketika berusia 5 hari, bayi mampu
membedakan antara cerita yang diceritakan ulang kepadanya selama
trimester terakhir kehamilan oleh ibunya dan cerita yang sama yang
diceritakan setelah kelahiran oleh wanita lain.
Telinga dalam dan tengah sangat besar saat lahir, tetapi kanalis eksternusnya
kecil. Prosesus mastoideus dan bagian tulang kanalis eksternus belum
berkembang. Konsekuensinya, selaku timpani dan saraf fasialis terletak
sangat dekat ke permukaan dan sangat mudah rusak.
3) Pembauh

5
BBL bereaksi terhadap bau yang kuat seperti alkohohol atau cuka dengan
menolehkan kepalanya. Bayi yang diberi ASI mampu menghirup ASI dan
akan menangis mencari ibunya ketika payudara ibu sudah membengkak dan
mulai merembes. Bayi juga mampu membedakan ASI dari ibunya dan ASI
wanita lain dari baunya. Bau ibu dipercaya mempengaruhi proses keterikatan
dan keberhasilan penyususan. Pencucian puting yang tidak perlu secara rutin
dapat mengganggu keberhasilan pemberian ASI.
4) Pengecap
BBL memiliki kemampuan membedakan berbagai rasa.
Berbagai tipe larutan mencetuskan berbagai reflek gusto – fasial yang
berbeda. Larutan yang tidak berasa tidak akan mencetuskan ekspreisi fascial,
larutan manis mencetuskan gerakan menghisap dan wajah yang puas, larutan
masam menyebabkan pengerutan bibir, dan cairan pahit menghasilkan
ekspresi kecewa dan marah. BBL lebih menyukai air glukosa dibandingkan
air steril. Selama masa kanak awal kuncup pengecap terdistribusi terutama
pada ujung lidah.
5) Perabaan
Pada saat lahir, bayi mampu mengindra sensasi taktil pada semua bagian
tubuhnya, meskipun wajah (terutama mulut), tangan dan telapak kaki
tampaknya yang paling sensitive. Semakin banyak domentasi yang
menerangkan bahwa perabaan dan tepukan lembut pada punggung atau
menggosok perut biasanya mencetuskan respon penenangan bayi. Akan
tetapi, rangsang nyeri seperti tusukan jarum akan mencetuskan respon
kemarahan.
Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang
dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak.
Pertumbuhan ini menjadi lebih bertahap selama sisa dekade pertama dan
minimal selama masa remaja. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan
serebelum, yang dimulai pada usia kehamilan sekitar 30 minggu, berakhir.
Mungkin inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain
selama masa bayi (Bobak, 2005).
Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai O2 dalam
jumlah besar untuk proses metabolisme yang adekuat. Kebutuhan yang besar
ini menandakan diperlukannya suatu pengkajian cermat tentang kemampuan

6
bayi dalam mempertahankan kelancaran jalan nafas dan juga pengkajian
kondisi-kondisi pernafasan yang membutuhkan O2. Kebutuhan akan glukosa
perlu dip[antau dengan cermat pada BBL yang mengkin mengalami episode
hipoglikemia (Bobak, 2005).
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara
dimulut dan didagu, terutama sewaktu menangis, dan pada ekstremitas,
terutama pada lengan dan tangan. Tremor ini normal akan tetapi, tremor
persisten atau tremor yang mengenai seluruh tubuh dapat mengenai indikasi
kondisi yang patologis. Gerakan tonik dan klonik yang mencolok serta
kedutan otot wajah merupakan tanda konvulsi (kejang). Perlu dibedakan
antara tremor normal dan tremor akibat hipoglikemia dan gangguan sistem
saraf pusat (SSP), sehingga upaya perbaikan dapat dimulai sedini mungkin
(Bobak, 2005).
Kontrol neurologi pada BBL, walaupun masih sangat terbatas, dapat
ditemukan. Apabila BBL diletakkan dipermukaan yang keras dengan wajah
yang mengahadap ke bawah, bayi akan memutar kepalanya kesamping untuk
mempertahankan jalan nafas.
Bayi juga akan berusaha mengangkat kepalanya supaya tetap sejajar dengan
tubuhnya bila kedua lengan bayi ditarik keatas hingga kepala terangkat
(Bobak, 2005).
b. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi
dengan mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran
(gerakan halus yang konstan); korea (gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat
dan tersentak-sentak, serta tidak terkoordinasi); diplegia (kelumpuhan pada dua
anggota gerak); paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerak bawah);
tetraplagia/parese (kelumpuhan pada keempat anggota gerak); hemiparese/plegi
(kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota gerak yang dibatasi garis tengah di daerah
tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan ini yang
dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:
a. Refleks superficial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan empat goresan
yang membentuk segiempat dibawah xifoid (di atas simpisis).

7
b. Refleks tendon dalam, dengan mengetuk menggunakan hammer pada tendon
biseps, trisep, patella, dan Achilles. Penilaiannya adalah jika pada bisep (terjadi
fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patella (terjadi ekstensi
sendi lutut), dan pada achilles (terjadi fleksi plantar kaki). Apabila hiperefleksi
berarti ada kelainan pada upper motor neuron dan apabila hiporefleks berarti
terjadi kelainan pada lower motor neuron.
c. Refleks patologis dapat menilai adanya refleks Babinzki dengan cara menggores
permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila
terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
c. pemeriksaan rangsang meningeal,
antara lain kaku kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi telentang
kemudian leher ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan dagu tidak menempel
atau mengenai bagian dada maka disebut kaku kuduk (psositif). Brudzinski I
diperiksa dengan cara pasien diatur dalam posisi telentang, meletakan satu tangan
dibawah pasien, kemudian tangan lain diletakan di dada untuk mencegah badan
terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada. Adanya rangsangan meningeal
apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan lutut. Brudzinski
II dengan cara pasien diatur telentang , difleksikan secara pasif tungkai atas pada
sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam
keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda Kernig. Dengan
posisi dalam keadaan telentang, fleksikan tungkai atas tegak lurus,kemudian
luruskan tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap tungkai
atas.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus dengan cara
menilai adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas. Nilai Kekuatan Otot
(tonus Otot) Keterangan yaitu :
a. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
b. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan
anggota gerak sama sekali
c. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tetapi tidak kuat menahan berat dan
tidak dapat melawan tekanan pemeriksa
d. 3 (50%) Dapat menggerakan anggota gerak untuk menahan berat, tetapi dapat
menggerakan anggota badan untuk melawan tekanan pemeriksa

8
e. 4 (75%) Dapat menggerakan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan
melawan tekanan secara stimultan
f. 5 (100%) Normal

Perubahan Keseimbangan Asam dan Basa Pada Bayi Baru Lahir

Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis
anaerobik. Namun dalam waktu 24 jam, neonates tlah menngompensasi asidosis ini

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang terjadi pada tubuh bayi yang setelah dilahirkan. Seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya bayi maka satu per satu organ pada bayi baru lahir akan menjadi matang.
Perubahan tersebut mampu membentuk sistem pada tubuh bayi dimana ada sistem
kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenital, sistem
muskuloskletal, sistem endoktrin dan sistem saraf yang belum matang ketika bayi baru
dilahirkan.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca. Dan juga dari penyusunan makalah ini penulis menyadari
terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat berharap adanya kritik serta saran
yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kebaikan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pada.html
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans Info
Media
http://tiarapratiwi87.blogspot.co.id/2014/01/asuhan-bayi-baru-lahir.html
Harlock Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. PT. Gelora Aksara Pratama

11

Anda mungkin juga menyukai