Anda di halaman 1dari 116

MODUL

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

Untuk Mahasiswa Semester VI


PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
PROGRAM PROFESI

PENYUSUN :

Tim Nifas Prodi Sarjana Kebidanan Program Profesi Bidan

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MK : ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


KODE MK : MD 6030
PRODI : PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANAN DAN
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

KOORDINATOR :
Evi Wahyuntari, M. Keb

DOSEN
1. Nurul Kurniati, M. Keb
2. Herlin Fitriani K, M. Kes
3. Dhesi Ari Astuti, M. Kes
4. Ismarwati, MPH

Yogyakarta, 3 September 2019

Disahkan oleh Disusun oleh


Ketua Prodi An. Tim Dosen
Dosen Penanggung-Jawab

Herlin Fitriani K, S.SiT., M.Kes Evi Wahyuntari, M. Keb.


KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan buku “Modul Asuhan Nifas”. Mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas ini
merupakan bagian penting dalam proses belajar mahasiswa, Bidan sebagai calon tenaga
kesehatan harus mampu memahami asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mengintegrasikan
nilai-nilai Islam serta mengaplikasikan patient safety. Pada mata kuliah ini mahasiswa akan
diarahkan untuk mempelajari konsep dan dasar berkaitan ibu nifas.
Kami menyadari modul ini jauh dari sempurna. Segala masukan dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat memberikan
manfaat seperti yang diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I VISI MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI ...................................... vi
A. Visi Prodi……………………………………………………………… 1
B. Misi Prodi……………………………………………………………... 1
C. Tujuan Prodi…………………………………………………………. 1
BAB II. PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………… 2
B. Deskripsi Modul........................................................................................ 2
C. Capaian Pembelajaran ………………………………………………….. 3
D. Bahan Kajian (topik tree) .......................................................................... 5
E. Deskripsi proses pembelajaran ................................................................. . 6
F. Keprasaratan ............................................................................................ . 7
G. Penilaian hasil Belajar Mahasiswa............................................................ . 8
H. Sarana Penunjang ...................................................................................... . 9
BAB III. MATERI
A. Judul Materi ............................................................................... 14
B. Capaian Pembelajaran ............................................................................... 15
C. Materi ............................................................................... 15
D. Prosedur Pembelajaran.............................................................................. 16
E. Prosedur Penialaian ............................................................................... 17
F. Referensi ............................................................................... 18

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 116


LAMPIRAN
BAB I
VISI, MISI, TUJUAN PROGRAM STUDI

1. VISI
Menghasilkan bidan profesi pilihan yang unggul dalam upaya promotif-preventif
berdasarkan Evidenced Based in Midwifery (EBM) dan nilai-nilai Islam
Berkemajuan tahun 2035.
2. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat
tentang kebidanan dan nilai-nilai Islam Berkemajuan guna memenuhi
kebutuhan dan tuntutan tenaga Profesi Bidan.
2. Mengembangkan pemikiran dan pemberdayaan perempuan dalam kerangka
Islam Berkemajuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak
3. Mengembangkan program kebidanan yang unggul dalam upaya promotif
preventif berdasarkan Evidenced Based in Midwifery (EBM) berbasis nilai-
nilai Islam
3. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, berilmu pengetahuan dan
teknologi berwawasan kesehatan, profesional, berjiwa entrepreneur yang
menjadi kekuatan penggerak (Driving Force) dalam kesejahteraan ibu dan
anak.
2. Menghasilkan karya-karya ilmiah bidang kebidanan yang menjadi rujukan
dalam pemecahan masalah kebidanan.
3. Menghasilkan karya inovatif dan aplikatif dibidang kebidanan yang
berkontribusi pada pemberdayaan dan pencerahan.
4. Menghasilkan model implementatif dibidang kebidanan yang berkontribusi
pada upaya promotif dan preventif berdasarkan Evidenced Based in
Midwifery (EBM) dan nilai-nilai Islam Berkemajuan untuk peningkatan
kesehatan ibu dan anak.
B. Menghasilkan pemikiran dan pemberdayaan perempuan berwawasan kesehatan dan Islam
berkemajuan sebagai penguat moral spiritual dalam implementasi Catur Dharma
Perguruan Tinggi.
BAB II
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Modul ini berisi tentang asuhan kebidanan pada nifas dengan mengintegrasikan nilai-nilai
Islam serta mengaplikasikan patient safety. Pada mata kuliah ini mahasiswa akan
diarahkan untuk mempelajari konsep dan dasar pada masa nifas. Untuk mencapai
kompetensi pada akhir pembelajaran, maka ada beberapa proses pembelajaran yang akan
ditempuh.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu ( QS Luqman :14)”

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”(QS Al-Ahqah: 15)”

Modul asuhan kebidanan nfas ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran obstetrik
sebelumnya yaitu asuhan kebidanan kehamilan dan persalinan. Asuhan kebidanan nifas ini
sangat berkaitan dengan pemberian ASI dan perawatan pada bayi selama ibu berada di
masa nifas.

B. DESKRIPSI MODUL
Modul ini berisi tentang kemampuan mahasiswa untuk melaksanakan materi tentang
Asuhan Kebidanan Nifas, dengan pokok bahasan: Konsep Dasar Masa ifas, Adaptasi Fisik
dan Psikologis Ibu Masa Nifas, Pemenuhan Kebutuhan Dasar Iu Nifas, Asuhan dan
Kunjungan Nifas, dan Asuhan Nifas Patologi.
Modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa Prodi sarjana dan profesi bidan semester 6.
Modul ini memberikan pengalaman belajar sebanyak 5 sks dengan 2 sks Teori (14 X 100
menit), 1 sks tutorial dan 2 sks praktikum (28 X 170 menit).
Modul mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas ini memberikan panduan kepada
mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran Asuhan Kebidanan Nifas yang merupakan
Evidence Based dan kurikulum inti (core curriculum) dalam pendidikan kebidanan dimana
dalam pelaksanaannya menggunakan Problem Base Learning. Evidence Based meliputi
pokok bahasan Konsep Dasar Masa ifas, Adaptasi Fisik dan Psikologis Ibu Masa Nifas,
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Iu Nifas, Asuhan dan Kunjungan Nifas, dan Asuhan Nifas
Patologi.. Hal ini penting dikuasai sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimanakah
asuhan kebidanan dalam nifas, sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan yang tepat
pada ibu nifas.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN


1. CAPAIAN PEMBELAJARAN SIKAP
Menghormati martabat dan hak hak asasi perempuan termasuk menghargai prempuan
sbg maklhuk bio psiko sosial spiritual (S17)

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN KETRAMPILAN UMUM


Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di
bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data (KU5)

3. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENGETAHUAN


Menguasai konsep teoritis ilmu kebidanan, manajemen asuhan kebidanan, keputusan
klinis, model praktik kebidanan, dan etika profesi secara mendalam (PP1)

4. KETERAMPILAN KHUSUS
a. Mampu mengaplikasikan keilmuan kebidanan dalam menganalisis masalah dan
memberikan petunjuk dalam memilih alternatif pemecahan masalah pada lingkup
praktik kebidanan meliputi asuhan pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, bayi, anak balita, anak prasekolah, kesehatan reproduksi (remaja,
perempuan usia subur dan perimenopause) serta pelayanan KB (KK1)
b. Mampu mendemonstrasikan penanganan awal kegawatdaruratan maternal neonatal
sesuai standart mutu yang berlaku (KK4)

D. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


1. Mahasiswa mampu memahami Konsep dasar masa nifas (KK1)
2. Mahasiswa mampu memahami Adaptasi Fisik dan Psikologis masa nifas ( KU51)
3. Mahasiswa mampu melakukan pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas (KU5)
4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan dan kunjungan nifas (KK1)
5. Mahasiswa mampu melakukan asuhan nifas patologi (KK4)
B. TOPIC TREE MODUL

Konsep dasar masa


Pemenuhan nifas Adaptasi Fisik
kebutuhan dasar dan Psikologis
ibu nifas Ibu Masa Nifas

Asuhan
Kebidanan Nifas

Asuhan dan
Asuhan Nifas
Kunjungan
Patologi
Nifas

C. DESKRIPSI PROSES PEMBELAJARAN

1. Kuliah teori
Kuliah teori dasar untuk untuk memahami konsep dasar kebidanan khususnya pada
mata kuliah ini adalah tentang masa nifas, Bidan sebagai calon tenaga kesehatan harus
mampu memahami dan mampu meberikan asuhan kebdanan nifas secara berkualitas. Dalam
modul Konsep Dasar Masa ifas, Adaptasi Fisik dan Psikologis Ibu Masa Nifas, Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Iu Nifas, Asuhan dan Kunjungan Nifas, dan Asuhan Nifas Patologi. Hal ini
penting dikuasai sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimanakah asuhan kebidanan
dalam nifas, sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu nifas.
2. Pembelajaran Mandiri
Aktivitas pembelajaran mandiri merupakan inti dari kegiatan pembelajaran yang
didasarkan pada paradigma pembelajaran mahasiswa aktif (student centered learning-
SCL). Dalam hal ini secara bertahap, mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk belajar secara
mandiri (tidak harus menunggu pemberian materi oleh dosen).
3. Praktikum di kelas
Kegiatan ini merupakan aktifitas pembelajaran dalam rangka memahami sesuatu
informasi secara jelas. Praktikum diberikan dalam rangka penataan pengetahuan/informasi
yang telah diperoleh oleh mahasiswa. Selain mendapatkan materi dari kuliah teori juga bisa
dilakukan, pada kesempatan ini, mahasiswa diberikan kesempatan secara perorangan atau
kelompok untuk mendiskusikan secara khusus mengenai Asuhan Kebidanan Nifas sesuai
pembagian tugas yang ada di tema setiap pertemuannya. Diharapkan mahasiswa akan
mendapat pemahaman yang lebih jelas sesuai dengan informasi atau kasus yang
didiskusikan.
4. Tutorial
Mahasiswa mempresentasikan materi yang telah ditentukan dilanjutkan dengan
diskusi, pada akhir sesi seminar dosen akan memberikan masukan dan penguatan terkait
dengan materi tersebut.
1) Metode Tutorial
Metode pembelajaran dengan diskusi kelompok, dimana mahasiswa diminta
memecahkan masalah yang terdapat pada scenario yaitu dengan mengikuti
metode “Seven Jumps”, terdiri dari 7 langkah pemecahan masalah yaitu:
Step1 : Clarifying unfamiliar terms
Memahami skenario, mengklarifikasi istilah atau konsep; istilah-
istilah dalam scenario yang belum jelas atau yang menyebabkan
banyak interpretasi ditulis dan diklarifikasi terlebih dahulu.
Step 2 : Problem definition
Masalah yang ada dalam scenario diidentifikasi dan dirumuskan
dengan jelas (bisa dalam bentuk pertanyaan)
Step 3 : Brainstorming
Pada langkah ini setiap anggota kelompok melakukan
brainstorming mengemukakan penjelasan tentative terhadap
permasalahan yang sudah dirumuskan di step 2 dengan
menggunakan pre-exiting knowledge
Step 4 : Analyzing the problem
Mahasiswa memberikan penjelasan secara sistematis terhadap
jawaban pada step 3, bisa juga dengan saling menghubungkan
antar konsep , klasifikasikan jawaban atas pertanyaan, menarik
kesimpulan dari masalah yang sudah dianalisis pada step 3.
Step 5 : Formulating learning issues
Menetapkan tujuan belajar (learning objective); informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dirumuskan den
disusun secara sistemastis sebagai tujuan belajar
Step 6 : Self Study
Mengumpulkan informasi tambahan dengan belajar mandiri;
kegiatan mengumpulkan informasi tambahan dilakukan dengan
mengakses informasi dari internet, jurnal, perpustakaan, kuliah
dan konsultasi paka
Step 7 : Reporting
Mensintesis atau menguji informasi baru; mensintesis,
mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar setiap
anggota kelompok.

2) Teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran tutorial sebagai berikut:


a) Setiap skenario diselesaikan dalam satu minggu dengan 2 kali pertemuan
b) Step 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama dihadiri oleh tutor
c) Step 6 dilaksanakan antara pertemuan pertama dan kedua, dengan belajar
mandiri tanpa kehadiran tutor
d) Step 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua bersama dengan tutor
e) Pentingnya learning atmosphere : keterbukaan dan kebersamaan dalam
belajar kelompok, mahasiswa berperan aktif dalam setiap diskusi, bebas
mengemukakan pendapat, tanpa khawatir dianggap salah, diremehkan atau
pendapatnya dinilai tidak
3) Pengorganisasian tutorial
Proses tutorial dilaksanakan dengan menggunakan kelompok kecil yang terdiri
dari 10-15 mahasiswa. Setiap mahasiswa secara bergiliran bertugas menjadi
ketua, sekretaris dan anggota kelompok. Dalam pelaksanaan diskusi tutorial,
didampingi satu orang tutor sebagai fasilitator akan membantu proses diskusi
untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan. Adapun tugas dan fungsi
masing-masing peran adalah sebagai berikut:
a) Tutor
(1) Memotivasi semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam
diskusi
(2) Membantu ketua dalam mempertahankan kedinamisan kelompok dan
memanfaatkan waktu sebaik-bainya
(3) Mencegah side tracking
(4) Memastikan bahwa kelompok telah mencapai learning objective atau
tujuan belajar sesuai yang diharapkan
(5) Mengecek pemahaman peserta diskusi
(6) Menilai penampilan peserta didik saat proses diskusi.

b) Ketua/ group leader


(1) Memimpin proses kerja kelompok
(2) Meningkatkan seluruh kegiatan anggota tim unt uk berpartisipasi dalam
kelompok.
(3) Mempertahankan kelompok agar tetap dinamis
(4) Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
(5) Meyakinkan semua tugas kelompok sudah dikerjakan dengan baik
(6) Meyakinkan bahwa sekretaris dapat mencatat hasil aktivitas kelompok
dengan akurat
c) Sekretaris/scribe
(1) Mencatat point-point yang dibuat kelompok
(2) Membantu kelompok
(3) Berpartisipasi dalam diskusi
(4) Mencatat semua sumber bacaan yang digunakan kelompok dalam
berdiskusi
d) Anggota/member
(1) Mengikuti setiap tahapan proses secara berurutan
(2) Berpartisipasi dalam diskusi
(3) Mendengarkan dan berkontribusi pada orang lain (kelompok)
(4) Bertanya dengan pertanyaan terbuka
(5) Meneliti atau melihat kembali semua tujuan belajar (learning objective)
(6) Sharing informasi dengan teman lain

D. KEPRASARATAN/PRE ASSESMENT
Mahasiswa harus mengikuti kegiatan KBM minimal:
1. Kuliah Teori 70%
2. Praktikum 100%
3. Tutorial 100%

E. PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA


Komponen Nilai Mahasiswa :
A. Teori : 40 %, dengan perincian :
a. Ujian tengah semester : 20 %
b. Ujian akhir semester : 20 %
B. Praktikum : 30 %
C. Tutorial : 10 %
D. Tugas : 20 %
Total :100%
F. KONVERSI PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
NO HURUF SKOR BOBOT KUALITATIF

1 A 80-100 4.00 Pujian (sangat baik)


2 A- 77-79 3.75 Lebih dari baik
3 AB 75-76 3.50
4 B+ 73-74 3.25
5 B 70-72 3.00 Baik
6 B- 66-69 2.75 Lebih dari cukup
7 BC 63-65 2.5
8 C+ 59-62 2.25
9 C 55-58 2.00 Cukup
10 C- 51-54 1.75 Hampir cukup
11 CD 48-50 1.50
12 D 41-47 1.00 Kurang
13 E ≤40 0.00 Sangat kurang

Penilaian Softskills Mahasiswa


Kriteria : Penilaian sikap tanggungjawab
Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas sesuai kompetensi
dan kewenangan
2 Membuat SOP berdasar sumber
3 Memberikan penatalaksanaan sesuai
eviden based
4 Pengumpulan tugas tepat waktu
Jumlah Skor

Kriteria : Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan
No Aspek Pengamatan Skor
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Melibatkan keluarga dalam asuhan
2 Memperhatikan respon pasien dan
keluarga
3 Menginformasikan asuhan yang
dilakukan
Jumlah Skor

Keterangan
Sangat Baik (SB)/ 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
dan kadang-kadang tidak melakukannya.
Cukup (C) / 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukannya.
Kurang (K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

KRITERIA : Belajar Mandiri


Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Mengatur waktu dan tempat belajar
sendiri dengan baik
2 Menemukan materi pembelajaran yang
sesuai dengan topik bahasan
3 Mengevaluasi pemahaman terhadap
materi yang dipelajari
4 Menunjukan motivasi belajar yang
konsisten
5 Merefleksikan hasil belajar dengan baik
Jumlah Skor

Keterangan
Sangat Baik (SB)/ 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
dan kadang-kadang tidak melakukannya.
Cukup (C) / 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukannya.
Kurang (K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

G. SARANA PENUNJANG
Sarana dan prasarana di kampus:
A. Ruang kuliah membutuhkan 1 ruang untuk klasikal
B. Ruang laboratorium membutuhkan 1 ruang untuk praktikum
C. Perpustakaan
D. Hot spot
H. TATA TERTIB
A. Datang tepat waktu sesuai jadwal
B. Setiap mahasiswa wajib hadir/jumlah kehadiran 100%
C. Mahasiswa yang ijin karena sakit harus disertai surat keterangan sakit dari dokter
D. Bila berhalangan hadir harus disertai surat ijin
E. Setiap selesai perkuliahan wajib membuat resume di kumpulkan ke koordinator mata
kuliah
F. Bagi mahasiswa yang merusakkan atau menghilangkan alat laboratorium diharuskan
menggantinya, bila tidak akan diberi sanksi, sanksi paling berat tidak bisa lulus mata
kuliah keterampilan asuhan kebidanan persalinan
G. Pengembalian alat yang digunakan untuk praktikum ke laboratorium harus sesuai dengan
keadaan sewaktu peminjaman.
BAB III
MATERI

A. MATERI 1
1) Judul materi
Konsep Dasar Masa Nifas
2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami Konsep dasar masa nifas (C2, P1, A2)
3) Materi

I. KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS


A. Dasar

“ Mothers may breastfeed their children two complete years for whoever wishes to complete the
nursing [period]. Upon the father is the mothers' provision and their clothing according to what is
acceptable. No person is charged with more than his capacity. No mother should be harmed
through her child, and no father through his child. And upon the [father's] heir is [a duty] like
that [of the father]. And if they both desire weaning through mutual consent from both of them
and consultation, there is no blame upon either of them. And if you wish to have your children
nursed by a substitute, there is no blame upon you as long as you give payment according to
what is acceptable. And fear Allah and know that Allah is Seeing of what you do”
Tafsir QS Al Baqarah ayat 233 di atas adalah:
1. Perintah menyusui dan menyempurnakan hingga 2 tahun
2. Suami menafkahi istri (memberikan pakaian dan kebutuhannya)
3. Boleh meminta perempuan lain untuk menyusui anaknya (hukum Ibu Susuan)
4. Menyapih berdasarkan kesepakatan Ibu, anak dan keluarga
5. Setiap orang tidak dibebankan melebihi kemampuannya

B. Definisi
1. Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan
kembali seperti keaadaan sebelum hamil. (Saleha, 2009) .
2. Masa nifas atau purpureum di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) (Dewi dkk, 2011).
3. Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) setelah itu(Prawirohardjo,2008)
C. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan KB.
5. Menjamin pemberian ASI eksklusif secara tepat
D. Peran Bidan
1. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis
3. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara rasa nyaman
4. Membuat kebijakan, perecana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak
serta mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali, tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional
E. Tahapan Masa Nifas
1. Periode immediate postpartum
a. Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
b. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, nadi, dan suhu.
2. Periode early postpartum
a. 24 jam -1 minggu postpartum
b. Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik
3. Periode late postpartum
a. 1 minggu – 5 minggu
b. Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB
F. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Sesuai SPK
1. Standar Pelayanan Nifas
a. Perawatan bayi baru lahir
b. Penanganan 2 jam pertama setelah persalinan
c. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
2. Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal
a. Penanganan perdarahan post partum primer
b. Penanganan perdarahan post partum sekunder
c. Penanganan sepsis puerperalis
d. Penanganan asfiksia
G. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan
1. Kewenangan Bidan dalam Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup: konseling pada masa pra hamil, ANC normal, Persalinan normal,
ibu nifas dan menyusui normal, konseling masa antara 2 kehamilan
b. Kewenangan:
c. Episiotomi
d. penjahitan tingkat I,II
e. perujukan kegawatdaruratan
f. vit A ibu nifas
g. IMD dan promosi ASI eksklusif
h. penyuluhan dan konseling
i. surat keterangan melahirkan
H. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
1. Frekuensi kunjungan, waktu, dan tujuan kunjungan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a. Kunjungan Pertama, waktu 6 – 8 jam setelah persalinan.
Tujuannya antara lain adalah mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan
atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan seperti rujuk
bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena
atonia uteri, pemberian ASI awal, memberi supervise kepada ibu bagaimana
teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, dan menjaga bayi
agar tetap sehat dengan cara mrncegah hipotermi Bila ada bidan atau petugas
lain yang membantu melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama.
b. Kunjungan Kedua, waktu : 6 hari setelah persalinan.
Tujuannya antara lain adalah memastikan involusi uteri berjalan dengan normal,
evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abdominal,
memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat, memastikan ibu menyusui
dengan benar dan tidak ada tanda – tanda adanya penyulit, dan memberikan
konseling pada ibu mengenai hal – hal berkaitan dengan asuhan sayang bayi.
c. Kunjungan Ketiga, waktu : dua minggu setelah persalinan.
Tujuannya sama dengan kunjungan hari keenam.
d. Kunjungan Keempat, waktu : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya antara lain adalah menanyakan penyulit – penyulit yang ada,
memberikan konseling untuk KB secara dini (Suherni, 2009).
4) Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan perkuliahan teori menggunakan metode contextual
learning
5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice dan penilaian penugasan.
6) Referensi

1. Masruroh, 2013. Buku Panduan: Praktik Ketrampilan Asuhan Kebidanan Nifas dilengkapi
dengan Job Sheet dan Daftar Tilik
2. Nugroho, Taufan; NURREZKI; WARNALIZA, Desi; WILIS. 2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas (Askeb 3).
3. Astuti, Sri dkk..2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangg
4. Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Pres
5. Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Editor Suyono
Riyadi.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
MATERI 2
1) Judul materi
Adaptasi Fisik Ibu Masa Nifas

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan meberikan asuhan berkaitan adaptasi fisik
pada ibu nifas (C2, P1, A3)

3) Materi

Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh ibu dari kondisi hamil
kembali ke kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara bertahap.1Perubahan ini juga
terjadi untuk dapat mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena
kehamilan, salah satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat ternutrisi dengan
nutrisi yang paling tepat yaitu ASI.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini, misalnya tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, tenaga kesehatan dan asuhan yang diberikan,
maupun suami dan keluarga disekitar ibu nifas.2Adapun perubahan anatomi dan
fisiologi yang terjadi pada masa nifas antara lain perubahan yang terjadi pada organ
reproduksi, system pencernaan, system perkemihan, system musculoskeletal, system
endokrin dan lain sebagainya yang akan dijelaskan berikut ini.

Perubahan Pada Sistem Reproduksi

Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yaitu pada vagina, serviks uteri, dan
endometrium.3-6

Perubahan pada Vagina dan Perineum

Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka lebar, ada kecenderungan vagina
mengalami bengkak dan memar serta nampak ada celah antara introitus vagina. Tonus
otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan
celah vagina tidak lebar pada minggu 1-2 hari pertama postpartum. Pada minggu
ketiga posrpartum rugae vagina mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi
lebih kecil. Dinding vagina menjadi lebih lunak serta lebih besar dari biasanya
sehingga ruang vagina akan sedikit lebih besar dari keadaan sebelum
melahirkan.7Vagina yang bengkak atau memar dapat juga diakibatkan oleh trauma
karena proses keluarnya kepala bayi atau trauma persalinan lainnya jika menggunakan
instrument seperti vakum atau forceps.

Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala janin, sehingga perineum
menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum akan pulih pada hari kelima
postpartum mesipun masih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.5
Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan saat melahirkan bayi, ibu
tetap merasa memar pada perineum dan vagina pada beberapa hari pertama persalinan.
Ibu mungkin merasa malu untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan,
kecuali jika ada indikasi klinis. Bidan harus memberikan asuhan dengan
memperhatikan teknik asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat
nyeri perineum yang dialami. Perineum yang mengalami robekan atau di lakukan
episiotomy dan dijahit perlu di periksa keadaannya minimal satu minggu setelah
persalinan.

Perubahan pada Serviks Uteri

Perubahan yang terjadi pada serviks uteri setelah persalinan adalah menjadi sangat
lunak, kendur dan terbuka seperti corong. Korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks uteri tidak berkontraksi sehingga seolah-olah terbentuk seperti cincin pada
perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri.

Tepi luar serviks yang berhubungan dengan ostium uteri ekstermun (OUE) biasanya
mengalami laserasi pada bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan
beberapa hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2 jari. Pada akhir
minggu pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks menebal dan kanalis servikalis
kembali terbentuk. Meskipun proses involusi uterus telah selesai, OUE tidak dapat
kembali pada bentuknya semula saat nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi
bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi
ciri khas servis pada wanita yang pernah melahirkan/para.

Perubahan pada Uterus

Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses involusio uteri yaitu kembalinya
uterus pada keadaan sebelum hamil baik ukuran, tonus dan posisinya.1Proses
involusio juga dijelaskan sebagai proses pengecilan ukuran uterus untuk kembali ke
rongga pelvis, sebagai tahapan berikutnya dari proses recovery pada masa nifas.
Namun demikian ukuran tersebut tidak akan pernah kembali seperti keadaan nullipara.
Hal ini disebabkan karena proses pagositosis biasanya tidak sempurna, sehingga masih
tertinggal sedikit jaringan elastis. Akibatnya ketika seorang perempuan pernah hamil,
uterusnya tidak akan kembali menjadi uterus pada keadaan nullipara.9

Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang bergeser ke atas atau ke
kanan karena kandung kemih. Kandung kemih harus dikosongkan sebelum mengkaji
tinggi fundus uteri (TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri, agar dapat
memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat.

Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran
normal pada minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera
setelah persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini
perlu dikaji labih jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai perdarahan
atau retensi bekual darah dan darah, serta distensi kandung kemih, tidak bisa
berkemih. Iskemia: terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus, yang membatasi aliran
darah ke uterus
Phagositosis: proses penghancuran serat dan elastisitas jaringan
Autolisis: digestasi jaringan otot oleh ensim proteolitik
Semua buangan proses masuk ke peredaran darah dan dieliminasi melalui ginjal
Lapisan desidua uterus dikeluarkan melalui darah vagina (Lochia) dan endometrium
yang baru dibentuk selama 10 hari setelah persalinan dan selesai pada minggu ke 6
postpartum

Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan tindakan seksio sesarea,
demikian juga akan terlambat pada kondisi retensio plasenta atau gumpalan darah
(stoll cell) yang tertinggal biasanya berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan lain
misalnya adanya mioma uteri.

Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus. Lokia berisi
serum dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi
konsepsi.3, 9Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel
epitel dan bakteri. Mikroorganime ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina
dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil
pada pada rongga uterus.5, 8, 9 Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-
rata 240-270ml.4Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan
hingga minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu:

Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga /keempat mengandung cukup
banyak darah.
Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum, berwarna merah
kecoklatan dan berlendir.
Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit dan robekan/laserasi
plasenta.
Lokia Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum, berwarna putih karena
banyak mengandung sel darah putih dan berkurangnya kandungan cairan.

Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-macam variasi dari jumlah, warna
dan durasi pengeluaran lokia.1Oleh karena itu, teori tersebut diatas belum tentu
dialami oleh semua ibu nifas secara tepat.

Perubahan pada Endometrium

Pada hari kedua – ketiga pasca persalinan, lapisan desidua berdiferensiasi menjadi dua
lapisan. Stratum superfisial menjadi nekrotik bersama lokia, sedangkan stratum basal
yang bersebelahan dengan myometrium tetap utuh dan yang menjadi sumber
pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa-sisa
kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.8

Proses pembentukan kembali endometrium berlangsung secara cepat selama masa


nifas, kecuali pada tempat insersi plasenta. Dalam satu minggu atau lebih permukaan
bebas menjadi tertutup kembali oleh epitel endometrium dan pulih kembali dalam
waktu 3 minggu.
Perubahan sistem pencernaan

Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat
banyak tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena melahirkan
bayinya.5Tetapi tidak jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena
kelelahan melahirkan bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi
perhatian bidan agar dapat memotivasi ibu untuk makan dan minum pada beberapa
jam pertama postpartum, juga kajian lebih lanjut terhadap keadaan psikologis ibu.

Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah persalinan, waspada
terhadap masalah perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada
masa nifas. Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya
setempat yang masih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan
minum setelah melahirkan bayinya.

Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa
nifas juga dapat menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3
hari postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan
gejala heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang. Sembelit
dapat tetap menjadi masalah umum pada ibu nifas selama periode postnatal.5, 9

Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang menyebabkan ibu takut untuk
BAB. Oleh karena itu bidan perlu memberikan edukasi agar keadaan ini tidak
menyebabkan gangguan BAB pada ibu nifas dengan banyak minum air dan diet tinggi
serat serta informasi bahwa jahitan episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.

Perubahan sistem perkemihan

Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah persalinan


terjadi pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat
disebabkan karena terjadinya penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode
posrpoartum. Diuresis juga dapat tejadi karena estrogen yang meingkat pada masa
kehamilan yang menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum kemudian keluar
kembali bersama urine.1, 12Dilatasi pada saluran perkemihan terjadi karena
peningkatan volume vascular menghilang, dan organ ginjal secara bertahap kembali ke
keadaan pregravida.

Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan


yang tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya pembengkakan
kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam
pertama postpartum.5Jika Keadaan ini masih menetap maka dapat dicurigai adanya
gangguan saluran kemih.

Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang
menyebabkan kurangnya sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama.
Hal ini dapat menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan
nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih dan sub
involusi uterus, yang menjadi kasus primer dan sekunder dari perdarahan postpartum.1

Perubahan sistem muskuloskeletal/ diastasis recti abdominis

Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil dalam
periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan. Kembalinya tonus otot dasar
panggung dan abdomen pulih secara bersamaan. Pemulihan ini dapat dipercepat
dengan latihan atau senam nifas. Otot rectus abdominismungkin tetap terpisah (>2,5
cm) di garis tengah/umbilikus, kondisi yang dikenal sebagai Diastasis Recti
Abdominis (DRA), sebagai akibat linea alba dan peregangan mekanis pada dinding
abdomen yang berlebihan, juga karena pengaruh hormone ibu.

Kondisi ini paling mungkin terjadi pada ibu dengan grandemultipara atau pada ibu
dengan kehamilan ganda atau polihidramnion, bayi makrosomia, kelemahan abdomen
dan postur yang salah. Peregangan yang berlebihan dan berlangsung lama ini
menyebabkan serat-serat elastis kulit yang putus sehingga pada masa nifas dinding
abdomen cenderung lunak dan kendur. Senam nifas dapat membantu memulihkan
ligament, dasar panggung, otot-otot dinding perut dan jaringan penunjang lainnya.

Mahalaksimi et al (2016) melaporkan bahwa latihan yang diberikan untuk mengoreksi


diaktasis rekti pada penelitian yang dilakukan di India terbukti secara signifikan
bermanfaat mengurangi diaktasis rekti, demikian juga nyeri pinggang atau low back
pain.13Low back painjuga merupakan masalah postnatal umum pada ibu nifas.

Selain senam nifas atau berbagai latihan dan tindakan fisioterapi yang diberikan untuk
mengoreksi DRA. Michalsa et al (2018) menginformaskan Teknik seperti a cruch
exercise pada posis supine, tranversus abdominis training dan Nobel
techniquedilaporkan dapat memperbaiki kondisi DRA.14Sesuai dengan budaya di
Indonesia, ibu dapat dianjurkan menggunakan stagen, namun demikian exercise lebih
signifikan pengaruhnya terhadap pemulihan DRA.

Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan hernia epigastric dan
umbilikalis.14Oleh karena itu pemeriksaan terhadap rektus abdominal perlu dilakukan
pada ibu nifas, sehingga dapat diberikan penanganan secara cepat dan tepat.

Perubahan sistem endokrin

Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar
hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu
nifas adalah hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin.
Hormon estrogen dan progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi
peningkatan kadar hormone prolactin dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan ASI,
sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI.9 Keadaan ini
membuat proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya
dapat menjalani proses laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif
pada bayinya.

Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone plasenta. Hormone plasenta
menurun segera setelah plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke
tujuh postpartum.

Perubahan tanda-tanda vital

Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena kelelahan
dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan suhu tubuh hingga 38°C
harus merupakan tanda adanya komplikasi pada masa nifas seperti infeksi/sepsis
puerperalis.
Nadi: normal 65-80 dpm, peningkatan nadi menandakan adanya infeksi
Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi meningkat, maka
akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika respirasi meningkat hingga
30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.
Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama postpartum
(<140/90 mmHg). Jika terus meningkat, merupakan tanda adanya preeklampsia.
Monitor tekanan darah secara teratur perlu dilakukan jika tekanan darah masih terus
tinggi.

Perubahan sistem kardiovaskuler

Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses persalinan normal,


sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa mencapai 700-1000 cc, dan
histerektomi 1000-1500 cc (a/i atonia uteri) .2, 5Kehilangan darah ini menyebabkan
perubahan pada kerja jantung.5Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga disebabkan
oleh autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat
karena hilangnya proses uteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.

Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi diuresis secara
cepat karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan) yang
menyebabkan volume plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali
normal pada minggu kedua postpartum.

Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan pergelangan kaki/ankle, meskipun
tidak mengalami udem pada masa hamil. Pembengkakan ini harus terjadi secara
bilateral dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada
salah satu kaki disertai nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis. Ibu nifas harus
menghindari berdiri terlalu lama atau menggantungkan kaki pada posisi duduk yang
lama saat menyusui untuk menghindari udem pada kaki.
Ibu nifas juga tidak jarang ditemukan berkeringat dingin, yang merupakan mekanisme
tubuh untuk mereduksi banyaknya cairan yang bertahan selama kehamilan selain
diuresis. Pengeluaran cairan yang berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk melalui
kulit menimbulkan banyak keringat. Keadaan ini disebut diaphoresisyang dialami pada
masa early postpartum pada malam hari, yang bukan merupakan masalah pada masa
nifas.

Ibu bersalin juga sering ditemukan menggigil setelah melahirkan, hal ini dapat
disebabkan karena respon persarafan atau perubahan vasomotor. Jika tidak diikuti
dengan demam, menggigil, maka hal tersebut bukan masalah klinis, namun perlu
diupayakan kenyamanan ibu.2Kondisi ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan cara
menyelimuti ibu dan memberikan teh manis hangat. Jika keadaan tersebut terus
berlanjut, dapat dicurigai adanya infeksi puerperalis.

Perubahan sistem hemotologi

Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan volume cairan pada saat
persalinan mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb), hematocrit (HT), dan kadar
erisrosit pada awal postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah
pada masa hamil berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada hari ketiga –
tujuh postpartum. Pada minggu keempat – lima postpartum akan kembali normal.
Lekosit meningkat hingga 15.000 selama beberapa hari postpartum (25.000-30.000)
tanpa menjadi abnormal meski persalinan lama. Namun demikian perlu diobservai dan
dilihat juga tanda dan gejala lainnya yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah
terjadia pada masa nifas.

4) Prosedur Pembelajaran
2 kali tatap muka dikelas sengan metode pembelajaran SCL

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice dan penugasan

6) Referensi

Muchtar A, Rumiatun D, Mulyati E, Nurrochmi E, Saputro H, Sursilah I, et al. Buku


Ajar Kesehatan Ibu dan Anak; Continuum of Carelife Cycle. Mulati E, Royati OF,
Widyaningsih Y, editors. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan;
2014.
Kebidanan: Teori dan Asuhan. Nifas Normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2018.
Klein S, Miller S, Thomson F. A Book for Midwives: Care for Pregnancy, Birth and
Women’s Health: Macmillan Education; 2007.
Varney H. Postpartum Care. In: King TL, Brucker MC, Kriebs JM, Fahey JO,
gregor CL, editors. Varney’s Midwifery. 5 ed. Burlington: Jones and Bartlett
Learning; 2015.
Cunningham FG, Grant NF, Leveno KJ, III LCG, Haunt JC, Wenstrom KD. Masa
Nifas. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
Bick D. Mayes’ Midwifery; A Textbook for Midwives. henderson C, Macdonald S,
editors. London: Bailliere Tindal; 2004.
Mahalaksmi V, Sumathi G, Chitra TV, Ramamoorthy V. Effect of exercise on
diastasis recti abdominis among the primiparous women: a quasi experimental study.
Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016;5(12):4441-6.
Michalsa A, Rokita W, Wolder D, Pogorzelska J, Kaczmarczyk K. Diastasis recti
abdominis – a review of treatment methods. Ginekologia Polska. 2018;89(2):97-101.
Scott SM. Exercise in the Posrpartum Period Lippincortt: William & Wilkins; 2006.
Sutanto AV. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustakan Baru Press; 2018.
Romero AMO, Rodriguez LMd, Cardenas CHRd. Coping and adaptation process
during puerperium. Colombia Medica. 2012;43(2):167-74.
Ho C-L, Chang L-I, Wan K-S. The relationship between postpartum adaptation and
postpartum depression symptoms of first pregnancy mothers in Taiwan. The
International Journal of Psychiatry in Medicine. 2013;45(1).
B. MATERI 3
1) Judul materi
Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai adaptasi
psikologis pada ibu nifas.

3) Materi

Adaptasi Psikologis Normal


Adaptasi psikologis secara normal dapat dialami oleh ibu jika memiliki pengalaman
yang baik terhadap persalinan, adanya tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota
keluarga baru (bayi), dan peran baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru
melahirkan membutuhkan mekanisme penanggulangan (coping) untuk mengatasi
perubahan fisik karena proses kehamilan, persalinan dan nifas, bagaimana
mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum hamil, serta perubahan yang terjadai
dalam keluarga.

Dari berbagai hasil penelitian ditemukan copingyang baik pada ibu didapatkan dari
adanya dukungan emosional dari seseorang serta ketersediaan informasi yang cukup
dalam menghadapi situasinya.

Reva Rubin (1963) membagi fase-fase adaptasi psikologis pasca persalinan menjadi 3
tahapan antara lain:2

Taking In Phase(Perilaku dependen)

Fase ini merupakan periode ketergantungan, dan ibu mengharapkan pemenuhan


kebutuhan dirinya dapat dipenuhi oleh orang lain dalam hal ini suami, keluarga atau
tenaga kesehatan dalam seperti bidan yang menolongnya. Kondisi ini berlangsung
selama 1-2 hari postpartum, dan ibu lebih fokus pada dirinya sendiri. Beberapa hari
setelah melahirkan, ia akan menangguhkan keterlibatannya terhadap tanggung
jawabnya. Fase taking in atau disebut juga fase menerima dalam 1-2 hari pertama
postpartum ini perlu diperhatikan agar ibu yang baru melahirkan mendapat
perlindungan dan perawatan yang baik, demikian juga kasih sayang. Disebutkan juga
fase dependen dalam 1-2 hari pertama persalinan karena pada waktu ini ibu
menunjukan kebahagiaan atau kegembiraan yang sangat dalam menceritakan
pengalaman melahirkannya. Ibu akan lebih sensitive dan cenderung pasif terhadap
lingkungannya karena kelelahan. Kondisi ini perlu dipahami dengan cara menjaga
komunikasi yang baik. Pemenuhan nutrisi yang baik perlu diperhatikan pada fase ini
karena ibu akan mengalami nafsu makan yang meningkat.

Taking Hold Phase(Perilaku dependen-independen)


Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian untuk mendapat perhatian dalam
bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain, dan melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Fase ini berlangsung salaam 3-10 hari. Ibu sudah mulai menunjukan
kepuasan yang terfokus kepada bayinya, mulai tertarik melakukan perawatan pada
bayinya, terbuka menerima perawatan dan pendidikan kesehatan bagi dirinya serta
bayinya, juga mudah didorong untuk melakukan perawatan terhadap bayinya. Ibu akan
memberikan respon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih bagaimana merawat bayinya, dan timbul keinginan untuk merawat
bayinya sendiri. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk memberikan Pendidikan
kesehatan bagi ibu dalam merawat bayi serta dirinya adalah pada fase taking holdini,
terutama pada ibu yang seringkali kesulitan menyesuaikan diri seperti primipara,
wanita karier, ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk berbagi, ibu yang masih
remaja, ibu single parent.

Letting Go Phase(Perilaku Interdependen)

Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu, biasanya
dimulai pada hari kesepuluh postpartum. Ibu sudah menyesuaikan diri terhadap
ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk merawat bayi dan
dirinya dengan baik, serta terjadi penyesuaian hubungan keluarga dalam
mengobservasi bayinya. Hubungan dengan pasangan juga memerlukan penyesuaian
dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru.

Adaptasi Psikologis yang memerlukan rujukan

Postpartum Blues / Baby Blues / maternity blues

Keadaan ini merupakan kemurungan dimasa nifas dan depresi ringan yang umum
terjadi pada ibu nifas. Keadaan ini tidak menetap dan akan pulih dalam waktu 2
minggu postpartum.5Kondisi baby bluesini tidak memerlukan penanganan khusus,
tetapi perlu diobservasi. jika keadaan ini menetap, akan menjurus pada psikosis
postpartum. Statistik menunjukan 10% kondisi maternal blues berlanjut menjasi
psikosis postpartum.

Dari hasil penelitian Ho et al (2013) pada ibu yang mengalami postpartum blues di
Taiwan, ditemukn faktor ibu merasa kurang kompeten untuk merawat bayinya,
partisipasi suami dalam merawat bayi dan lingkungan merupakan faktor yang dapat
memicu terjadinya postpartum blues pada ibu nifas.

Temuan yang berbeda dilaporkan oleh Ozturk et al (2017) dari penelitian yang
dilakukan di Turky bahwa faktor social demografi (pendidikan, pekerjaan, income,
keamanan social), intention/niat terhadap kehamilan, jumlah kehamilan serta atribut
kesehatan dalam hal ini pendidikan kesehatan pada masa antenatal berhubungan
dengan adaptasi motherhoodpada periode postpartum.
Depresi Postpartum

Merupakan depresi serius yang terjadi setelah melahirkan bayinya, yang merupakan
kelanjutan dari depresi pada awal kehamilan, akhir kehamilan dan baby blues.
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi dilaporkan factor yang berisiko terhadap
kejadian depresi postpartum / Postpartum Depresion (PPD) adalah factor biological,
psikologi, social ekonomi, dan factor budaya. Factor yang konsisten terhadap berat-
ringannya PPD adalah depresi prenatal. Preterm bayi memberikan 70% morbiditas dan
mortalitas bayi yang dapat meningkatkan stress pada ibu nifas, karena ketiadaan
kepastian kehidupan bayinya. Kecemasan memberikan risiko 2,7 kali terhadap PPD
pada ibu yang melahirkan preterm dibandingkan ibu yang melahirkan bayi aterm.

Factor lain yang berperan terhadap PPD adalah Chronic prenatal pain, pregnancy loss
(IUFD), tinggal di urban area, self-esteem yang rendah, kurangnya dukungan social,
kehamilan yang tidak direncanakan, kehamilan pada remaja, pendapatan yang rendah,
status pekerjaan (partime), persalinan yang dialami tanpa dukungan keluarga,
kebingungan terhadap bayi yang menangis terus menerus, konflik marital.

Adanya gejala seperti rasa sedih, berkurangnya nafsu makan hingga terjadi perubahan
pola makan, ibu merasa Lelah, sensitive dan kesepian, emosi yang labil, menangis
terus menerus, tanpa penyebab serta memiliki pikiran ekstrim untuk membahayakan
diri sendiri atau anaknya merupakan tanda adanya depresi postpartum.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Tangxia Community, Guangzou


menginformasikan bahwa factor yang berkorelasi positif dengan DPP adalah status
persalinan, hubungan dengan mertua dan saudara ipar, jenis kelamin bayi (one child
policy), sedangkan kondisi rumah berkorelasi negative dengan DPP. Social support,
dapat mereduksi secara signifikan terhadap kejadian DPP pada ibu nifas

Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum adalah gangguang jiwa serius yang dialami ibu postpartum
ditandai dengan adanya ketidakmampuan membedakan antara khayalan dan
kenyataan. Kondisi gangguan jiwa ini biasanya telah terjadi sebelum bayinya
dilahirkan.

Ibu dengan psikosis postpartum memiliki keyakinan bahwa anaknya dapat


mencelakakan dirinya. Demikian juga ibu merasa bahwa anak yang dilahirkannya
bukanlah anaknya sendiri, melainkan anak dari titisan orang tua yang sudah meninggal
sehingga ibu merasa yakin bahwa anak tersebut harus dibunuh.

Psikosis postpartum merupakan penyakit psikiatri postpartum yang terberat. Kondisi


ini jarang dan terjadi pada 1-2 dari 1000 wanita setelah persalinan. Wanita yang paling
beresiko tinggi adalah yang memiliki riwayat gangguan bipolar atau episode psikosis
postpartum sebelumnya. Psikosis postpartum memilki onset yang dramatis, secepatnya
terjadi pada 48-72 jam pertama postpartum, atau pada umumnya terjadi sekitar 2
minggu pertama postpartum.

Kondisinya berupa episode manik atau campuran dengan gejala seperti keletihan dan
insomnia, mudah tersinggung, mood yang sangat mudah berubah, dan perilaku yang
tidak teratur. Ibu dapat mengalami delusi yang berhubungan dengan anaknya (seperti
anaknya diculik atau sekarat, anaknya setan atau Tuhan) atau mungkin mengalami
halusinasi pendengaran yang menyuruhnya untuk melindungi dirinya dari sang anak.

4) Prosedur Pembelajaran
1 kali tatap muka dikelas

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice dan penugasan

6) Referensi

Mahalaksmi V, Sumathi G, Chitra TV, Ramamoorthy V. Effect of exercise on


diastasis recti abdominis among the primiparous women: a quasi experimental study.
Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016;5(12):4441-6.
Michalsa A, Rokita W, Wolder D, Pogorzelska J, Kaczmarczyk K. Diastasis recti
abdominis – a review of treatment methods. Ginekologia Polska. 2018;89(2):97-101.
Scott SM. Exercise in the Posrpartum Period Lippincortt: William & Wilkins; 2006.
Sutanto AV. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustakan Baru Press; 2018.
Romero AMO, Rodriguez LMd, Cardenas CHRd. Coping and adaptation process
during puerperium. Colombia Medica. 2012;43(2):167-74.
Ho C-L, Chang L-I, Wan K-S. The relationship between postpartum adaptation and
postpartum depression symptoms of first pregnancy mothers in Taiwan. The
International Journal of Psychiatry in Medicine. 2013;45(1).
Ozturk M, Surucu SG, Ozel TE, Inci H. Evaluation to adaptation of motherhood in
postpartum period. International Journal of Health and Life-Sciences. 2017;3(1):65-76.
Den A-W, Xiong R-B, Jiang T-T, Luo Y-P, Chen W-Z. Prevalence and risk factors
of postpartum depression in population-based cample of women in Tangxia
community, Guangzhou. Asian Pasific Journal of Tropical Medicine. 2014;7(3):244-9.
C. MATERI 5
1) Judul materi
Manajemen Laktasi pada Ibu Nifas

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai prinsip ilmu
Anatomi Fisiologi Payudara dan Manajemen Laktasi pada Ibu Nifas yang berhubungan
dengan ilmu kebidanan (C2, P1, A3)

3) Materi

A. PENGERTIAN ASI EKSLUSIF


ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk
air putih, air jeruk, madu dan gula) yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6
bulan. (Sulistyawati, 2009)
ASI eksklusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai berumur enam bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim.

B. KOMPOSISI ASI
ASI mengandung nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh otak bayi agar tumbuh optimal,
antara lain :
1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah Lemak. Kadar lemak dalam ASI 3,5-4,5%.
Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi tapi dapat diserap oleh tubuh bayi karena
trigliserid dalam ASI dipecahkan lebih dulu menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim
Lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi dari susu
sehingga seharusnya bayi yang mendapat ASI memiliki kadar kolesterol yang tinggi tetapi
dalam penelitian Osborn membuktikan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih
banyak menderita penyakit jantung koroner pada usia muda. Diperkirakan pada usia bayi
diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang pembentukan enzim protektif
yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif pada masa usia dewasa.

2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktose , yang kadarnya paling tinggi
dibanding yang lain. Laktose mudah dipecah menjadi glukose dan galaktose dengan
bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir.
Laktose mempunyai manfaat lain yaitu meningkatkan absorpsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktobasilus bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu ada dua yaitu kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0,9%
sampai 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna daripada kasein (protein
utama dalam susu sapi). Selain mudah dicerna, dalam ASI juga terdapat dua macam asam
amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu Sistin dan Taurin. Sistin diperlukan untuk
pertumbuhan somatik, sedangkan Taurin dibutuhkan untuk pertumbuhan otak.
4. Garam dan Mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga
diperlukan susu dengan kadar garam dari mineral yang rendah. ASI mengandung garam
dan mineral lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Kadar kalsium dalam susu sapi
lebih tinggi dari ASI. Tetapi kadar fosfor dalam susu sapi jauh lebih tinggi sehingga
mengganggu penyerapan kalsium dan magnesium. ASI dan susu sapi mengandung zat besi
dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap.
Dalam tubuh bayi terdapat cadangan zat besi, disamping itu ada zat besi yang berasal dari
eritrosit yang dipecah, bila ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI maka bayi akan
mendapat cukup ASI sampai usia 6 bulan. Seng diperlukan untuk tumbuh kembang dan
sistem imunitas serta dapat mencegah penyakit tertentu seperti akrodermatitis enteropatika
(penyakit yang mengenai kulit dan sistem pencernaan dan dapat berakibat fatal).

5. Vitamin
ASI mengandung cukup vitamin yang diperlukan oleh bayi. Vitamin K yang
berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan darah terdapat dalam ASI dengan
jumlah cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat Vitamin D dan E terutama
dalam kolostrum.
6. Zat Protektif
Bayi yang baru lahir mendapatkan imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta.
Namun kadar ini cepat menurun segera setelah bayi lahir. Untuk itu bayi membutuhkan zat
imunoglobulin dari makanannya yaitu ASI. Zat protektif tersebut antara lain :
a. Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus berfungsi untuk mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam
asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur. Laktobasilus bifidus mudah tumbuh
cepat dalam usus bayi terutama bayi yang mendapatkan ASI , karena ASI mengandung
polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus
karena susu sapi tidak mengandung zat ini.
b. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam
ASI sebesar 100mg/ml. Dengan mengikat zat besi maka laktoferin berperan untuk
menghambat pertmbuhan kuman tertentu yaitu staphylococcus dan E.coli yang juga
memerlukan zat besi untuk pertumbuhanya.
c. Lysozim
Lysozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri. Konsentrasinya
dalam ASI sebesar 29-39 mg/100ml , kadar lysozim dalam ASI lebih tinggi
dibandingkan dalam susu sapi. Lysozim stabil didalam cairan dengan ph rendah seperti
cairan lambung, sehingga masih banyak lysozim dalam tinja bayi.
d. Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini walaupun kadarnya rendah dalam ASI tetapi mempunyai
daya opsinik, anafilatoksik dan kemotaktik yang berbeda bila diaktifkan oleh IgA dan
IgE yang juga terdapat dalam ASI.
e. Antibodi
Di dalam ASI terdapat IgA, IgE, IgM dan IgG. Antibodi dalam ASI dapat
bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena dapat tahan asam dan enzim
proteolitik saluran pencernaan.
ASI dibedakan menjadi 3 stadium
1) Asi Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari 1 sampai hari ke 4. komposisi kolostrum
dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan
oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pembersih
usus bayi, yang membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir untuk itu
bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan fesesnya
berwarna hitam. Kekebalan bayi bertambah dengan volume kolostrum yang
meningkat akibat hisapan bayi baru lahir secara terus menerus. Volume berkisar 150-
300 cc.
2) Asi Stadium II
Asi Stadium II adalah ASI peralihan. Asi ini diproduksi pada hari ke-4 sampai
hari ke-10. komposisi protein semakin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang
semakin tinggi. Volume akan menigkat.
3) Asi Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI ini disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya. Volume asi matur 300-850cc/24 jam. Asi matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai umur 6 bulan.
Setelah umur 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI.
Dimulai dari makanan yang lembut, lunak kemudian padat dan makanan biasa sesuai
dengan umur bayi.
ASI matur dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Fore milk yaitu jenis susu yang dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung
mineral, protein, vitamin, karbohidrat, lemak yang rendah yaitu 1-2gr/100ml
2. Hind Milk yaitu jenis susu yang dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan
mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan berat
badan

C. Manfaat ASI
1. Bagi bayi
a. ASI sebagai nutrisi
Asi mengandung kolostrum yang merupakan sumber gizi yang ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Asi adalah makanan
bayi yang paling sempurna baik kualitas dan kuantitasnya.
b. ASI sebagai imunologik
Asi mengandung Ig A, Laktoferin, lysosim, factor bifidus dan sel darah putih yang
merupakan zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur. Zat kekebalan dalam asi antara lain akan melindungi
bayi dari penyakit diare. Asi juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit
infeksi telinga, pilek dan penyakit alergi.
c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
ASI juga mengandung taurin, laktosa, DHA, AA, omega-3 dan omega-6 yang
merupakan nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi. Dengan
memberikan asi secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena
selain sebagai nutrient yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan
dengan kebutuhan bayi. Untuk itu anak anda akan menjadi anak yang sehat dan pintar.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Bagi bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan
kasih sayang ibunya, ia juga akan merasakan nyaman, aman dan tentram. Perasaan
terlindungi dan disayang inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
2. Bagi ibu yang memberikan ASI
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah melahirkan maka kemungkinan terjadinya
perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga
perdarahan akan berhenti lebih cepat.
b. Mengurangi terjadinya anemia
Menyusui eksklusif akan menunda masa subur yang artinya menunda haid.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan akan mengurangi angka
kejadian anemia karena kekurangan zat besi.
c. Menjarangkan kehamilan
Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi,
sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Selama ibu menyusui secara eksklusif
dan belum haid 98 % tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
d. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil.
e. Lebih cepat langsing
Oleh karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil, dengan demikian berat badan ibu yang menyusui
akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Hamil, melahirkan dan menyusui itu adalah satu kesatuan. Selama hamil tubuh
ibu sudah mempersiapkan diri untuk menyusui. Bila ibu tidak menyusui akan terjadi
gangguan yang meningkatkan resiko terjadinya kanker indung telur dan kanker
payudara. Kejadian kanker payudara dan kanker indung telur pada ibu menyusui lebih
rendah dibanding yang tidak menyusui.
g. Lebih ekonomis dan murah
Dengan memberi asi berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, juga
dapat menghemat pengeluaran berobat bayi.
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu
Asi dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air juga
tanpa harus membersihkan botol dan tanpa harus menunggu agar susu tidak terlalu
panas. Apalagi jika persediaan susu botol habis pada malam hari maka ibu akan repot
mencarinya.
3. Bagi semua orang
a. ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi
b. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
c. ASI selalu tersedia dan gratis.
d. Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu (on demand) maka kecil
kemungkinannya bagi ibu untuk hamil dalam waktu 6 bulan pertama sesudah
melahirkan.
e. Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan memperoleh
perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil.

D. Tanda bayi lapar.


1. Ketika bayi tidur mulai tampak gelisah. Bayi juga jadi sering meregangkan tubuh dan
banyak bergerak.
2. Karena terlalu banyak bergerak, nafas bayi akan menjadi tidak teratur dan pendek-
pendek.
3. Bayi akan terus membuka mulutnya seperti ingin makan dan bayi juga akan menjilat-
jilat atau memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
4. Untuk memastikan apakah bayi menangis karena lapar atau karena penyebab lainnya, di
coba terlebih dahulu menyentuh bibir bayi dengan jari. Jika mulut bayi terbuka saat
bibirnya disentuh, berarti bayi memang lapar.
5. Bayi akan menunjukkan gerakan-gerakan menghisap dengan mulut dan lidahnya saat
lapar.
6. Bayi akan lebih gelisah dan sering memutar-mutar kepalanya ke segala arah untuk
mencari payudara ibu.
7. Saat bayi lapar, frekuensi suara tangisannya akan lebih sering. seiring dengan
pergerakan kedipan matanya yang lebih sering dan cepat (rapid eye movement).
8. Ketika bayi menangis karena lapar, ibu juga bisa merasakannya yaitu kondisi payudara
ibu terasa penuh ASI

E. Tanda bayi cukup ASI.


Bayi usia 0-6 bulan, dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai
berikut:
a. Bayi minum ASI 2-3 jam sekali atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada
2-3 minggu pertama
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari
kelima setelah lahir
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari dan warnanya jernih sampai
kuning muda
d. Ibu dapat mendengarkan ketika bayi menelan ASI
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik
pertumbuhan
h. Perkembangan motoric baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu- waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup
j. Bayi menyusu dengan kuat, kemudian mengantuk dan tertidur pulas

F. Peraturan Pemerintah Terkait Laktasi


1. Konvensi Hak Anak, diratifikasi oleh Keppres No. 36/1990 menjelaskan bahwa aktivitas
menyusui sesungguhnya adalah implementasi dari Konvensi Hak Anak (KHA)
(Convention on the Rights of the Child) khususnya pasal 6 dan pasal 24 (2.a, 2.c), yaitu
sebagai dasar ibu untuk menyusui tentang upaya pemberian makanan yang terbaik, bergizi
serta pengasuhan yang optimal
2. UUD pasal 28B ayat (2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
danberkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Hak atas tumbuh dan berkembang salah satunya untuk mendapatkan ASI
3. UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 22 :"Negara & pemerintah
berkewajiban & bertanggung jawab memberikan dukungan sarana & prasarana dalam
penyelenggaraan perlindungan anak" di penjelasannya disebutkan bahwa sarana dan
prasarana itu salah satunya adalah menyediakan ruang menyusui.
4. KEPMENKES Republik Indonesia Nomor 237/MENKES /SK/IV/1997 Pasal 1 dan 2
tentang pemasaran makanan pengganti ASI yaitu makanan pendamping ASI adalah
produk yang dipasarkan dan dinyatakan sebagai pengganti asi. Serta susu formula sebagai
pengganti ASI dengan alat perlengkapan pengganti air susu ibu meliputi botol dan dot.
5. Peraturan Menteri R.I no. 15 tahun 2013 Tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
dan/atau memerah air susu ibu pada pasal 3 berisi dukungan program ASI Ekslusif dengan
memberikan fasilitas khusus untuk ibu menyusui dan memerah ASI dan memberikan
kesempatan pada ibu bekerja yang memberikan ASI Ekslusif untuk memerah selama di
tempat kerja.
6. Peraturan daerah kota Yogyakarta nomor 1 tahun 2014 tentang pemberian air susu ibu
eksklusif pada pasal 2 disebutkan pemberian ASI Ekslusif dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas ibu dan anak, meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu,
anak dan keluarga serta mengurangi pemakaian energi, air, sampah, dan polusi atas
pemakaisan susu formula bayi.
7. PERDA Kabupaten Klaten Nomor 7 tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusi Dini dan ASI
Ekslusif pada pasal 5 disebutkan bahwa ASI Ekslusif diberikan pada bayi sejak bayi lahir
sampai usia 6 bukan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun dengan
membrikan makanan tambahan yang sesuai.
8. Dasar Hukum Islam terdapat dalam :
- (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233)
- (Q.S. Lukman [31]: 14)
- (Q.S. Al-Ahqaaf [46]: 15)

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)
Kandungan ayat tersebut yaitu menerangkan bahwa setidaknya menekankan bahwa
Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada perbedaan pendapat tentang
wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim menghormati ayat-
ayat Allah tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat tersebut
dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan. Dan di sana juga disinggung
tentang peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si
ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adala kerja tim. Keputusan
untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan
persetujuan bersama antara suami isteri dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi
si bayi. Insprasi utama dari pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada
penghormatan kepada perintah Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan
meremehkan perintahNya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan
diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga haknya untuk
mendapat ASI tetap tertunaikan.
Seperti yang telah di sebutkan dalam peraturan pemerintah republic Indonesia nomor
33 tahun 2012 pasal 11 (1) tentang pendonor ASI yang di perbolehkan, namun bagi ibu
kandung yang tidak bisa memberikan ASI ekslusif bagi bayinya maka dapat dilakukan
oleh pendonor ASI.
Namun dengan beberapa syarat seperti :permintaan ibu kandung atau Keluarga Bayi
yang bersangkutan, identitas, agama,dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas
oleh ibu atau Keluarga dari Bayipenerima ASI, persetujuan pendonorASI setelah
mengetahui identitas Bayiyang diberi ASI, pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik
dan tidak mempunyai indikasi danASI tidak diperjual belikan.

G. Peran dan dukungan bidan dalam pemberian ASI


Menurut (Perinasia, 2004) Dalam keberhasilan seorang ibu memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya juga disokong oleh dukungan petugas kesehatan, misal dalam
memberikan konseling tentang pentingnya ASI eksklusif, manfaat ASI untuk bayi, cara
perawatan payudara dalam kehamilan bahkan saat ibu menyusui. Semua itu harus dilakukan
oleh petugas kesehatan agar ibu mendapatkan cukup informasi dan mau memberikan ASI
secara eksklusif tanpa takut dan ragu.
1. Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI :
a. Meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
2. Cara bidan memberikan dukungan dalam pemberian ASI adalah ;
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa jam
pertama untuk dilakukan inisiasi menyusu dini.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d. Bayi harus ditempatkan di dekat ibunya (rawat gabung/rooming in)
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
f. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
g. Menghindari susu botol dan dot “empeng”

3. Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


Untuk peran tenaga kesehatan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengacu
pada 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) :
a. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas;
b. melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
c. menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampaiumur 2
tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui
d. membantu ibu hamil menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan,yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar
e. membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
f. tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain asi kepada bayi barulahir
g. melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari
h. membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui
i. tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
j. mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumahbersalin/sarana
pelayanan kesehatan.

II. MANAJEMEN ASIP DAN MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI


A. Manajemen ASI Perahan
1. Teknik memerah ASI menggunakan tangan dan alat
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu.
Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayi
dirumah, Peneluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
a) Pengeluaran dengan tangan
Cara ini lazim digunakan karena tidak membutuhkan sarana dan selain itu lebih
mudah.
1) Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih.
2) Ibu atau keluarga menyiapkan cangkir atau gelas bertutup yang telah dicuci
dengan air mendidih
3) Duduk dengan nyaman.
4) Letakkan ibu jari diatas batas atas areola (jam 12) dan jari telunjuk dibawah
batas bawah areola (jam 6), berhadapan dengan ibu jari. Tekan areola dengan
cara yang sama, tapi dari samping.
5) Ibu jari dan telunjuk ditekan kearah dalam menuju dinding dada. Sebaliknya
dihindarkan menekan terlalu dalam.
6) Gudang ASI (sinus laktiferus) harus ditekanberada dibawah areola.
7) Memerah satu payudara sekurangnya 3-5 menit sampai aliran ASI melambat,
kemudian perah payudara yang lain.
8) Memeran payudara biasanya berkisaran antara 20-30 menit.
Gambar memerah ASI dengan tangan:

b) Pengeluaran dengan pompa


Bila payudara bengkak atau terbendung dan puting susu terasa nyeri, maka
akan lebih baik ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa sebaiknya
digunakan bila ASI benar-benar penuh. Ada dua macam pompa yang dapat
digunakan yaitu tangan dan listrik, yang biasa digunakan adalah pompa payudara
tangan

Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara tangan


1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara
2) Letakan ujung lebar tabung pada payudara dengan putting susu tepat
ditengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit
3) Lepas bola karet sehingga puting dan areola tertarik kedalam
4) Tekan dan lepas beberapa kali, sehinga ASI akan keluar dan terkumpul pada
lekukan penampung pada sisi tabung
5) Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai
dipakai atau akan dipakai. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karena bila
memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan
2. Frekuensi memerah ASI
Frekuensi untuk memerah ASI sebaiknya dilakukan sesering mungkin seperti
jadwal memberikan makan pada bayi. Dengan cara ini maka persediaan ASI akan
terstimulasi. Untuk bayi kecil, memerah ASI sedikitnya 6-8 kali dalam 24 jam, termasuk
dimalam hari. Untuk bayi yang sudah agak besar 3 bulan keatas memerah ASI setiap 3-
4 jam sekali.
 Untuk memantau kegiatan menyusui, guna member ASI pada bayi sakit dan
BBLR.
 Mulai 6 jam setelah melahirkan, mungkin hanya beberapa tetes tapi
penting sebab kolostrum.
 Memerah sesering ibu bisa dan sebanyak bayi minum. Minimal setiap 3
jam termasuk malam hari.
 Untuk menjaga pasokan ASI memerah tiap 3 jam.
 Meningkatkan pasokan, selama beberapa hari sering diperah tiap ½-1 jam pagi
dan setidaknya 3 jam malam hari.
 Ibu bekerja dianjurkan memerah saat anak tidur da ditempat kerja.
 Untuk mengurangi pembengkakan, perah jika perlu.
 Sebelum menyusui atau untuk menjaga putting tetap sehat, peras beberapa tetes
setiap akan menyusui.
3. Media Pemberian ASIPerahan
a) Cup Feeder (Gelas Sloki)
Langkah-langkah yang dilakukan jika ingin memberikan ASIP melalui gelas sloki
adalah:
1) Gendong bayi di pangkuan dan posisikan bayi dengan kepala agak tegak, gunakan
tangan untuk menopang bahu dan leher bayi.
2) Gunakan gelas sloki kecil.
3) Tempelkan bibir gelas sloki ke bibir bayi.
4) Miringkan gelas sloki hingga ASIP menyentuh bibir bawah bayi dan biarkan bayi
menyeruput seperti kucing yang sedang minum. Jangan menuangkan ASIP ke
mulut bayi.
5) Penting untuk menjaga aliran ASIP agar bayi tetap dapat menyeruput secara terus
menerus.
6) Lakukan perlahan karena bayi dan pemberi ASIP sedang sama-sama belajar.
Gambar memberikan minum menggunakan gelas sloki :

b. SPOONFEEDER
Pemberian susu melalui sendok sudah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak botol
dan dot belum ditemukan karena sendok adalah peralatan yang sangat mudah ditemukan.
Ketika tiba-tiba seorang ibu harus keluar rumah dan meninggalkan bayinya dengan orang
lain maka sendok adalah peralatan yang pasti ada di rumah.
Pemberian ASIP dengan sendok pada intinya sama dengan penggunaan gelas
sloki. Posisikan bayi agak tegak, kemudian tempelkan sendok yang telah diisi ASIP ke
bibir bayi, biarkan mulut bayi terbuka dan sendokkan ASIP ke dalam mulut bayi. Resiko
ASIP berceceran lebih banyak karena pemberi ASIP harus membawa sendok yang berisi
ASIP dari gelas ke bibir bayi.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis di bandingkan
dengan menggunakan cangkir, karena menggunakan waktu yang lebih lama.Namun pada
keadaan bayi membutuhkan hanya sedikit ASI atau bayi sering tersedak/muntah, maka
lebih baik bila ASI perasan diberikan dengan menggunakan sendok.
Gambar memeberikan ASIP menggunakan sendok :

c. Pipet dan Spuit Feeder.


Pipet yang digunakan adalah pipet yang terbuat dari plastik, hindari pipet yang
terbuat dari kaca karena khawatir akan melukai bayi. Cara penggunaan pipet adalah
masukkan ujung pipet ke mulut bayi kemudian teteskan beberapa tetes ASIP, tunggu
hingga bayi menelan ASIP nya kemudian ulangi lagi.
Spuit yang digunakan adalah spuit ukuran besar tanpa jarum suntiknya. Isi spuit
dengan ASIP kemudian dekatkan ujung spuit ke mulut bayi hingga mulut bayi terbuka,
kemudian tuangkan sedikit-sedikit ke mulut bayi dan bayi akan menelan ASIPnya.
d. Softcup Feeder
Softcup feeeder yang ada di pasaran sekarang adalah merek Medela. Bentuknya
hampir seperti spuit besar hanya saja ujungnya lebar seperti ujung gelas sloki. Cara
pemakaiannya, isi tabungnya dengan ASIP kemudian tekan ujung tabung yang dekat
mulut softcup hingga ASIP mengalir ke mulut softcupnya, kemudian sama seperti cup
feeder, tempelkan ke bibir bawah bayi dan biarkan dia menyeruput, jika ASIP yang di
mulut softcup sudah habis tekan kembali tabungnya hingga ASIP mengalir kembali.
Gambar memberikan minum menggunakanSoftcup Feeder:

Yang perlu diingat ketika memberikan ASI Perah melalui media-media ini adalah:
1. Berikan ketika bayi dalam keadaan tidak terlalu haus atau lapar. Karena kalau
bayi sudah sangat lapar maka bayi menjadi tidaksabaran dan akhirnya menangis,
apalagi jika bayi dan pemberi ASIP masih sama-sama belajar.
2. Serahkan tugas memberi ASIP kepada orang lain selain ibu. Karena bayi memiliki
kecenderungan untuk mengenali sekali ibunya dan ia akan memilih untuk
menyusu langsung dibanding meminum ASIP.
3. Latih bayi sedini mungkin karena semakin sering latihan maka bayi akan semakin
mahir meminum ASIP dan yang memberikan ASIP juga mengetahui apa yang
nyaman dan tidak nyaman bagi dirinya.
4. Mintalah orang yang akan memberikan ASIP mencoba semua media yang ada,
cup, sendok, pipet ataupun spuit dan biarkan ia memutuskan media apa yang
paling nyaman buat dia dan bayi kita.
5. Masih banyak orang yang menganggap memberikan ASIP tanpa dot adalah
sesuatu yang ribet dan menyusahkan dan karena merasa tidak enak meninggalkan
bayi sehingga mereka akan mudah menyerah dan membiarkan bayi diberi ASIP
melalui dot.
4. Bahaya Penggunaan Dot
WHO tidak menganjurkan penggunaan dot atau botol susu pada bayi dan balita. Alasan-
alasannya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Resiko Bingung Puting
Bingung puting adalah keadaan dimana bayi memilih untuk menggunakan botol
dan dot karena cara kerja meminum ASI dari botol, dot dan payudara berbeda. Melalui
botol dan dot bayi tidak harus suckling melainkan hanya sucking. Sedangkan pada
payudara bayi harus menggunakan lidahnya untuk merangsang keluarnya ASI.
Sedangkan pada botol dan dot bayi hanya menyedot dan aliran ASIP sudah keluar dengan
derasnya.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun dot yang menyerupai payudara ibu.
Bentuk dot yang ada saat ini memudahkan susu menetes tanpa bayi harus berusaha
menghisap. Masalah muncul ketika bayi merasa harus “bekerja keras” menghisap
payudara ibu agar ASI dapat keluar. Sementara bayi sudah terbiasa dengan aliran susu
dari dot. Bayi biasanya akan kesal dan menolak untuk menyusu langsung. Beberapa
akibat juga mempengaruhi si ibu sendiri seperti payudara bengkak dan berkurangnya
ASI. Pada sebagian bayi memang tidak tampak bingung puting, namun harus disadari
bahwa setiap bayi berbeda. Ada bayi yang setelah beberapa waktu menggunakan dot baru
terkena bingung puting, namun ada juga yang langsung terkena dampaknya. Bingung
puting juga tidak mengenal usia. Bisa terjadi pada bayi baru lahir, namun bisa juga terjadi
pada bayi yang sudah besar. Bingung puting juga bukan faktor genetik. jadi kalau si
kakak tidaik bingung puting, bukan berarti adiknya tidak bingung puting juga.
Yang perluh diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan adalah cara
pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan dengan botol/dot, karena hal ini akan
menyebabkan bayi “bingung puting” berikan pada bayi dengan menggunakan cangkir
atau sendok sehingga bila saat ibu menyusui langsung bayi tidak menolak menyusu.
Gambar Bayi Binggung Putting
b. Resiko Tidak Higienis Lebih Tinggi
Dot Itu Sendiri Tidak Dapat Dikatakan higienis sedangkan higienitas adalah hal
mutlak bagi bayi karena sistem imunnya yang belum matang. Perlu diingat bahwa bakteri
mudah berkembangbiak pada kondisi hangat. Setiap kali habis dipakai dot harus langsung
dibersihkan. Bila dot berada dalam kondisi terbuka terlalu lama ataupun terjatuh juga
harus segera disingkirkan. Belum lagi sisa lemak yang menempel di sela-sela dot yang
sulit untuk dibersihkan. Jika hal-hal ini diabaikan dapat mengakibatkan muntah, diare,
kolik dan sebagainya.

c. Resiko Kerusakan Gigi


Penggunaan dot mempengaruhi bentuk kesehatan gigi-geligi dan otot area mulut.
Penggunaan dot dalam jangka panjang dapat merusak gigi anak (karies). Sebuah
penelitian menemukan bahwa anak ASI yang tidak pernah mengenal dot (dan empeng)
akan tumbuh dengan memiliki wajah yang lebih proporsional. Bentuk gigi-geliginya
lebih sempurna dibanding bayi yang mengenal dot.
Menyusu langsung pada payudara bukan hanya untuk membuat bayi kenyang
saja. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang kompleks, melibatkan seluruh otot yang
berada di sekitar mulut dan rahang. Mulut bayi harus bekerja keras untuk mendapatkan
ASI. Sebaliknya pemberian ASI (dan pengganti ASI) melalui dot tidak merangsang bayi
untuk belajar dan bekerja menghisap. Akibatnya, kekuatan otot-otot tersebut melemah,
sehingga kemampuan bicara menjadi terhambat.. Kurang lebih sama perbandingannya
seorang penari yang otot-ototnya lentur karena sering berlatih dengan yang jarang atau
malas berlatih
d. Resiko Infeksi Telinga
Otitis Media merupakan infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Struktur
saluran telinga pada bayi lebih dekat dengan daerah mulut dan belum memiliki sistem
proteksi yang kurang baik dibandingkan struktur telinga orang dewasa. Oleh karena
struktur ini, gangguan pada daerah mulut akan memudahkan terjadinya gangguan pada
struktur telinga bagian tengah. Pada pengguna Dot ditemukan kasus Otitis media yang
meningkat. Barangkali kejadian ini terkait dengan gangguan pertumbuhan gigi dan
meningkatnya kemungkinan infeksi pada penggunaan dot yang tidak higienis. Para
peneliti di AAP (American Academy of Pediatry) menyarankan untuk mengurangi atau
menghentikan secara total penggunaan dot untuk menghindari terjadinya Otitis Media.
Masalah muncul pada penggunaan dot adalah jika susu tetap keluar walaupun
anak tidak menyedot, misalnya karena tertidur. Di sisi lain, saat anak tidur otot-ototnya
menjadi rileks, termasuk otot yang menyusun saluran eustachius sehingga saluran
tersebut terbuka. Nah, susu yang tetap keluar tadi bisa-bisa bukannya tertelan, namun
masuk ke dalam saluraneustachius dan memenuhi rongga pada telinga tengah. Hal ini
mungkin terjadi, apalagi pada anak yang menyusu botol dalam keadaan berbaring. Cairan
yang terkumpul di telinga tengah kemudian dapat menjadi media infeksi bakteri. Selain
itu, adanya cairan di belakang gendang telinga akan mengganggu proses transmisi suara.
Akibatnya, anak menjadi sulit mendengar. Fungsi telinga dapat kembali normal apabila
cairan tersebut dibuang.
e. Kesulitan Menyapih
Menyapih anak dari dot bisa jadi lebih sulit dibanding menyapih dari payudara.
Sedangkan bayi yang tidak menggunakan dot kita tidak usah memikirkan bagaimana
menyapih dari gelas kan? Karena seumur hidup kita akan minum menggunakan gelas

f. Tidak Menggunakan Dot Bisa Membantu Menjaga Bonding Ibu Dan Anak
Karena bayi mendapatkan kepuasan oral hanya dari puting payudara ibunya tidak
dari puting botol dan dot. Sehingga bayi akan selalu menunggu saat-saat bisa menyusu
langsung pada ibunya bila ada kesempatan. Hal ini penting untuk menjaga bonding ibu
dan bayi terutama bagi ibu bekerja yang terpaksa harus meninggalkan bayinya selama
beberapa jam setiap harinya. Yang beresiko adalah ketika ibu harus meninggalkan bayi
selama beberapa hari. Bayi yang biasanya bisa menyusu secara langsung pada waktu sore
dan malam ketika ibunya di rumah, mendadak harus terus diberi dot selama 24 jam.
Setelah ibunya pulang, banyak kasus dimana tiba-tiba bayi menolak menyusu langsung
dari ibunya.
5. Teknik Penyimpanan ASIP dan Cara Menghangatkan ASIP
Prinsip Dasar Asip
a. Semakin dingin maka semakin lama juga ASIP dapat disimpan
b. Hindari peningkatan/penurunan suhu secara drastic
c. ASIP beku yang sudah mencair tidak boleh dibekukan lagi, ASIP yang sudah
dihangatkan tidak boleh dihangatkan lagi
d. Masukkan ke Freezer hanya jika akan digunakan lebih dari 8 hari.

1. Penyimpanan Asip (Daya Tahan)

Media Yang Paling Tepat Untuk Menyimpan Asip


Beberapa pilihan yang baik untuk menyimpan ASIP adalah:
1. Botol Kaca (sisa ASI cenderung tidak menempel pada botol kaca)
2. Jika menggunakan botol plastik, pastikan yang BPA Free (bebas Bisphenol A)
3. Sudah dicuci bersih (pakai air, sabun, dibilas, direbus dan dikeringkan) sebelum dipakai
4. Jangan isi botol sampai penuh, sebaiknya sampai batas leher botol, karena ASI akan memuai
5. Plastik ASIP dengan mutu baik
6. Takaran ASIP dibotol sebaiknya antara 60 – 120ml (sesuai dengan kebiasaan banyaknya bayi
minum, hal ini agar botol yang digunakan habis dalam sekali minum dan tidak ada sisa).

Berikan label menuliskan kapan ASI diperah

2. Mencairkan Dan Menghangatkan Asip


ASIP beku sebaiknya dicairkan terlebih dahulu di dalam kulkas selama 12 jam, letakkan
wadah di kulkas (chiller/refrigerator) pada malam sebelum ASIP dibutuhkan. Hindari
membiarkan wadah pada suhu kamar untuk mencairkan ASIP. Jika diperlukan cara pencairan
yang lebih cepat, ASIP dapat dicairkan dengan cara dialiri atau direndam dengan air. Pegang
wadah ASIP di bawah aliran air dengan suhu ruang dan tingkatkan temperatur air secara
bertahap hingga ASIP mencair. Atau letakkan wadah ASIP di dalam mangkuk berisi air pada
suhu ruang lalu ganti air rendaman beberapa kali dengan air yang lebih hangat hingga ASIP
mencair. Perubahan suhu yang bertahap berguna untuk menjaga kandungan ASIP. ASIP yang
sudah dicairkan tidak dapat dibekukan kembali namun dapat disimpan di dalam kulkas selama
24 jam.
Sebenarnya tidak ada aturan untuk menghangatkan ASIP. Selain karena kebiasaan saja
untuk menyajikan secara hangat, mungkin juga karena ASI dari payudara memang selalu hangat
pada suhu 37⁰ C. Boleh disajikan dingin jika memang bayi menyukainya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa temperatur ASIP yang diberikan tidak mempengaruhi pengosongan ASIP.
Cara penghangatan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan menggunakan bottle
warmer. Jika menggunakan alat ini perhatikan cara kerjanya, pastikan perubahan suhu terjadi
secara bertahap dan alat benar-benar telah diuji kepada ASIP. Setelah ASIP hangat, segera
keluarkan dari warmer dan jangan dibiarkan untuk dihangatkan terus menerus. Bisa gunakan
Bottle Warmer, naikkan suhu secara bertahap namun tidak boleh lebih dari 40⁰ C, komposisi ASI
bisa rusak pada suhu 40⁰ C
ASI tidak boleh dipanaskan dengan microwave atau dipanaskan di atas kompor (direbus).
Kedua cara pemanasan ini selain mengubah kandungan ASI juga dapat menimbulkan bintik
panas di dalam ASI yang dapat menimbulkan luka bakar pada mulut dan kerongkongan bayi.
Gambar Mencairkan ASI Perahan :
4) Prosedur Pembelajaran
1 kali tatap muka dikelas

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice

6) Referensi

6. Masruroh, 2013. Buku Panduan: Praktik Ketrampilan Asuhan Kebidanan Nifas dilengkapi
dengan Job Sheet dan Daftar Tilik
7. Nugroho, Taufan; NURREZKI; WARNALIZA, Desi; WILIS. 2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas (Askeb 3).
8. Astuti, Sri dkk..2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangg
9. Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Pres
10. Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Editor Suyono
Riyadi.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
D. MATERI 6
1) Judul materi
Gizi Masa Nifas

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai prinsip ilmu
Gizi masa nifas yang berhubungan dengan ilmu kebidanan (C2, P1, A3)

3) Materi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,
cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:
1. Kalori
2. Protein
3. Kalsium dan vitamin D
4. Magnesium
5. Sayuran hijau dan buah
6. Karbohidrat kompleks
7. Lemak
8. Garam
9. Cairan
10. Vitamin
11. Zinc
12. DHA
Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800
kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan
mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga gelas
susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram
ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
Kalsium dan Vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan
vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium
pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju,
satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu
kalsium.
Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat
tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan.
Sayuran Hijau dan Buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan 1/8 semangka,
1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu
tomat.
Karbohidrat Kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi
setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari
bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-
kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu
porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat
sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-
140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan
mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
Chapter Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang
asin, keripik kentang atau acar.
Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan
cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara lain:
1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.
2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan
vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum.
Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat
dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng.
Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh
langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.

4) Prosedur Pembelajaran
1 kali tatap muka dikelas dengan metode SCL

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice
6) Referensi

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-76).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
blogs.unpad.ac.id/lidyasuhana/files/2010/04/Kebutuhan-dasar-ibu-nifas-PTM-6.pdf diunduh tgl
21 okt.2010,10.11 AM
E. MATERI 10
1) Judul materi
Masalah Pemberian ASI selama menyusui

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai prinsip ilmu
fisika yang berhubungan dengan ilmu kebidanan (C2, P1, A3)

3) Materi

1. Masalah Pada Ibu


a) Kurangnya Informasi
Akibat kurang informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya,
bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu
formula jika merasa ASI-nya kurang. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin terkait
dengan fisiologi laktasi, manfaat pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula.
b) Putting Susu Datar Dan Terbenam
Ada berbagai macam bentuk putting susu, panjang pendek, dan datar atau
terbenam. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluang untuk menyusui
dikarenakan putting belum juga menonjol keluar.Padahal puting hanya kumpulan
saluran ASI yang tidak mengandung ASI.ASI disimpan di sinus laktiferus yang
terletak di areola mamae.Untuk menarik putting keluar atau menonjol menggunakan
nipple puller atau breast-shield. Namun, jika cara ini tidak berhasil ibu harus ditolong
untuk memasukkan areolanya sebanyak mungkin ke dalam mulut bayi sehingga bayi
memperoleh ASI.
Gambar Bentuk payudara dan cara menggunakan modifikasi spuit injeksi :

c) Putting Susu Lecet


Ini merupakan masalah yang paling banyak dialami oleh ibu menyusui.Putting
nyeri atau lecet terjadi akibat beberapa faktor.Yang dominan adalah kesalahan posisi
menyusui yaitu bayi hanya menghisap bagian putting saja.Untuk mengatasi putting
lecet dan nyeri, perbaiki posisi menyusui.Mulailah menyusui dari payudara yang
tidak sakit karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya lebih keras. Untuk
mengobati putting lecet, gunakan cara alami, yaitu dengan mengoleskan sedikit ASI
pada putting tersebut dan biarkan kering. Jika rasa sakit tak tertahankan ibu bisa
meminum obat pengurang sakit.

d) Milk Blister
Milk blister adalah salah satu masalah yang umum ditemui saat menyusui.
Tandanya adalah bintil putih seperti jerawat yang mau pecah pada puting payudara.
Ketika puting lecet, secara alami akan membentuk kulit baru. Pada saat proses
pembentukan tersebut, terdapat sisa ASI yang menutupi pori-pori puting payudara,
sehingga saat kulit terbentuk saluran ASI tertutup. Terlihatlah sebuah bintil putih
seperti jerawat yang mau pecah di atas puting payudara. Ibu yang mengalami milk
blister biasanya akan merasakan sakit yang amat sangat saat bayi menyusu. Puting
payudara seakan ditusuk beribu jarum. Hal ini disebabkan saluran ASI tersumbat dan
tidak menemukan jalan keluar saat ASI dihisap oleh bayi.
Penyebab Milk Blister ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya
penyumbatan saluran ASI. Seperti misalnya, produksi ASI yang berlimpah atau
tekanan di area tertentu.Pelekatan tak sempurna, cara bayi menghisap dan masalah
lidah seperti tongue-tied juga bisa menjadi penyebab timbulnya milk blister.
Ada empat cara untuk mengatasi milk blister atau penyumbatan saluran ASI,
yaitu:
1. Kompres hangat payudara tiap kali Anda akan menyusui. Secara berkala, setiap
hari rendam payudara pada air larutan garam yang hangat untuk membuka
kembali pori-pori puting yang tersumbat.
2. Bersihkan sisa ASI yang menghambat saluran. Gosok spot putih atau milk blister
menggunakan waslap lembut. Jika penyumbat masih belum terangkat, tarik
menggunakan jari-jari yang bersih. Jika kedua cara tersebut belum juga berhasil,
bantuan jarum steril mungkin diperlukan. Setelah payudara dibersihkan dengan
handuk hangat bersih, gunakan jarum steril untuk mengangkat kulit yang
menyumbat, hingga saluran ASI terbuka. Bila Anda tak berani melakukannya,
mintalah bantuan bidan atau ahi laktasi.
3. Tetaplah menyusui atau gunakan pompa ASI berstandar rumah sakit. Mulailah
dengan payudara yang tersumbat, langsung setelah dikompres dengan waslap
hangat.
e) Payudara Bengkak
Jika payudara terjadi putting lecet, saluran payudara tersumbat, atau
pembengkakan payudara tidak ditangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi radang
payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna merah, dan
disertai demam. Lakukan perawatan disertai istirahat yang cukup.Segeralah berobat
ke dokter untuk meminta antibiotik yang sesuai, juga obat pereda sakit.
f) Saluran ASI Tersumbat
Kelenjar air susu memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau lebih saluran ini bisa
tersumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi bayi, atau BH yang terlalu
ketat sehingga sebagian saluran ASI tidak mengalirkan AS.Sumbatan juga dapat
terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada
pembengkakan.
Untuk mengatasinya, menyusuilah dengan posisi yang benar, ubah posisi
menyusui agar semua saluran ASI di kosongkan, dan gunakan BH yang menunjang
tetapi tidak terlalu ketat.Sebaiknya ibu lebih sering menyusukan payudara yang
tersumbat dan pijatlah daerah yang tersumbat kea rah putting agar ASI bisa keluar.
g) Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah radang pada payudara. Hal ini disebabkan oleh payudara bengkak
yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis, putting lecet yang akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak, BH yang terlalu ketat,
dan ibu yang diit jelek, kurang istirahat anemia kan mudah terke infeksi.
Gejala yang terjadi adalah bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal,
kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal, payudara keras dan berbenjol-
benjol (merongkol), panas badan dan rasa saki umum.
Untuk mengatasinya menyusui diteruskan.Pertama bayi disusukan pada payudara
yang terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian spade
payudara yang normal.Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang terkena.Jangan menggunakan BH yang
longgar.Ubahlah posisi menyusui dari waktu-kewaktu.Banyak minum air putih
sekitar 2 liter perhari. Dengan cara tersebut biasanya peradangan akan menghilang
dalam waktu 48jam, jika masih menetap maka diberikan antibiotika selama 5-10hari
dan analgesik.
h) ASI Kurang
Masih banyak ibu merasa ASI-nya kurang, mungkin karena setelah beberapa hari
payudaranya tidak terasa tegang lagi, sementara bayi sering minta disusukan.Kondisi
ini sebenarnya wajar.Payudara memang tidak terasa tegang lagi walaupun produksi
ASI tetap banyak.
Kecukupan ASI dapat dinilai dengan menimbang kenaikan berat badan bayi
secara teratur, jika kenaikan sesuai dengan pertumbuhan normal, berarti bayi cukup
ASI.Cukup tidaknya ASI dapat diperkirakan dari berapa kali bayi buang air kecil.
Bagi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, enam kali buang air kecil dalam sehari
adalah pertanda ia cukup ASI.
i) Menyusui Setelah Bedah Caesar
Jika Ibu dan bayi dalam keadaan baik, Ibu apat segera menyusui bayi di ruang
pemulihan setelah pembedahan selesai.Namun, jika Ibu merasa bingung akibat
pengauh pembiusan atau bayi harus masuk kamar perawatan, mungkin harus
menunggu dulu.
Jika setelah 12 jam Ibu belum juga bisa menyusui, mungkin perlu menanyakan
penggunaan pompa untuk memerah ASI dan menyimpannya untuk diberikan kepada
bayi menggunakan sendok. Mungkin akan lebih mudah bagi Ibu jika menyusui
dengan menghindari tekanan bekas sayatan. Caranya, letakkan bantal pada pangkuan
Ibu sebagai alas bayi menyusui, menyusuilah sambil berbaring miring ditambah
bantal selama anda menyusui, jika masih susah minta tolong keluarga atau bidan
untuk memposisikan bayi.
j) Ibu Dengan Penyakit
Pada umumnya ibu sakit bukan alasan untuk tidak menyusui atau menghentikan
menyusui. Perlu diketahui di dalam ASI terdapat zat anti terhadap penyakit yang di
derita oleh ibu sehingga jika bayi menyusui ia mendapat zat penangkal penyakit
ibunya. Jika terpaksa harus dirawat dirumah sakit, bayi dianjurkan ikut dirawat
bersama ibu agar tidak terhenti menyusui.
Dalam kasus penyakit yang membutuhkan penanganan khusus, misalnya
HIV/AIDS, hepatitis B yang didapat selama kehamilan, diabetes, TBC paru yang
aktif, atau SARS, kegiatan menyusuii perlu disertai penanganan khusus. Seperti ibu
penderita diabetes tetap menyusui dengan tetap dipantau kadar gula darahnya, atau
ibu dengan TBC paru tetap menyusui, tetap menggunakan masker dan bayi menjalani
tes mantoux sesudahnya.
Dalam kasus ibu pederita HIV/AIDS sampai saat ini masih menjadi kontroversi.
WHO sendiri memperbolehkan ibu dengan menderita HIV boleh menyusui bayinya,
sedangkan Centers for Disease Control (AS) melarang ibu yang terinfeksi HIV
menyusui bayinya.
k) Ibu Yang Memerlukan Pengobatan
Sering kali berhenti menyusui karena faktor takut obat-obatan yang
dikonsumsinya mengganggu bayi.Padahal, kebanyakan obat hanya sebagian kecil saja
yang dapat melalui ASI.Oleh karena itu, ahli medis tidak penah mengobati bayi
dengan memberikan ibu dengan obat tertentu.Memang ada beberapa obat yang
sebaiknya tidak diberikan pada ibu dengan menyusui, dokter lebih tau mengenai hal
ini.
l) Ibu Hamil
Terkadang ibu sudah hamil kembali ketika masih menyusui.Jika tidak ada
masalah dengan kandungannya, ibu masih dapat menyusui. Namun, ia harus makan
yang banyak lagi. Selain itu, mungkin ibu akan mengalami putting lecet dan
keletihan. Biasanya bayi akan berhenti menyusu dengan sendirinya karena penurunan
hormon yang menyebabkan putting susu menjadi lunak, ASI berkurang, rasa ASI
yang berubah.

m) Ibu Bekerja
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa member banyinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja.Semakin
banyak tabungan ASI perah ibu di freezer, semakin besar peluang menyelesaikan
program ASI eksklusif.Selama ditempat kerja perah minimal 2 kali, simpan di wadah
yang bisa menjaga kualitas ASI agar tetap baik. Dan gunakan ASI segar jika ibu
berada dirumah jangan gunakan ASI perah.
2. Masalah Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa keluhan bayi sering menangis, bingung putting, bayi
dengan kondisi tertentu misalnya : BBLR, Ikterik, sumbing, kembar dll
a. Bayi Sering Menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
Karena itu bila bayi sering menangis perluh dicari sebabnya, dan sebabnya tidak
selalu kurang ASI
1) Perhatikan kenapa bayi menangis apa karena laktasi belum berjalan baik, atau
sebab lain seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong atau disayang.
2) Keadaan itu merupakan hal yang biasa dan ibu tak perluh cemas, karena
kecemasan ibu dapat menganggu proses laktasi itu sendiri, dan akibatnya
produksi ASI bis berkurang.
3) Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar saat menyusu
akibatnya ASI tak sempurna keluarnya.
Secara sistematis sebab bayi menangis dapat dikarenakan, bayi merasa tidak
aman, sakit, basah dan kurang gizi
b. Bayi Bingung Putting
Bingung putting ( nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan bayi menyusu pada ibu.
Peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada putting ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol.Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi,
gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya pada menyusu botol bayi secara pasif dapat
memperoleh susu buatan.
Tanda-tanda bayi bingung putting:
1) Bayi menghisap putting seperti menghisap dot
2) Menghisap secara terputus-putus dan sebentar-sebentar
3) Bayi menolak menyusu
Untuk menghindari bayi bingung putting jangan mengganti ASI dengan susu
formula tanpa indikasi medis yang kuat, dan kalau terpaksa harus memberikan susu
formula berikan dengan sendok atau pipet dan bahkan cangkir, jangan sekali-kali
menggunakan botol dan dot.

c. Bayi Premature (BBLR)


Bayi seperti ini mempunyai masalah menyusui kerena reflex menghisap masi
relativ lemah.oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilati
menyusui. Untuk merangsang menghisap sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu
yang bersih.Bila bayi dirawat di RS, harus sering dijenguk, dilihat, disentuh dengan
kasih sayang, dan bila mungkin disusui langsung.Bila belum memungkinkan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau pompa yang kemudian diberikan dengan sendok atau
cangkir.
d. Bayi Kuning /Ikterik
Kuning dini terjadi pada usia antara 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi
dan lebih berat kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapatkan ASI cukup.Untuk
mencegah agar warna kuning tidak lebih berat bayi jelas membutuhkan lebih banyak
menyusu.
e. Bayi Kembar
Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudh menyiapkan air susu bagi semua makluk
menyusui termasuk manusiasesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-masing.
Mula-mula ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenarnya ibu dapat
menyusui sekaligus berdua bias dengan posisi memegang bola (football position).
Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara
bergantian, jangan hanya menentap pada satu payudara saja. Alasanya selain memberi
variasi kepada bayi tujuannya agar bayi tidak hanya menatap satu sisi terus, agar
tidak juling. Kemampuan mengisap bayi dalam menyusu berbeda-beda sehingga akan
memberikan kesempatan pada perangsangan putting untuk terjadi seoptimal mungkin.
f. Bayi Sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak
diperbolehkan mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan,
maka ASI harus terus di berikan.
g. Bayi Sumbing
Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar.Karena
bayi dengan posisi tertentu masi dapat menyusu tanpa kesulitan.Keuntungannya
khusus untuk keadaan ini bahwa menyusu justru dapat melatih kekuatan otot rahang
dan lidah.
Cara menyusu yang dianjurkan
1) Putting dan areola dipegang selagi menyusu, hal ini sangat membantu bayi untuk
mendapatkan cukup ASI
2) Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi bila bayi
mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit
h. Bayi Kategori Tongue Tie (lida pendek)
Istilah tongue tie atau lidah pendek sebenarnya bukan karena ukuran lidah yang
benar-benar pendek, melainkan untuk menggambarkan gangguan frenulum (jaringan
ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung lidah bagian bawah/tali lidah).
Dalam bahasa kedokteran disebut dengan ankyloglossia. Hal ini menyebabkan
mobilitas lidah terbatas. Apa batasan mobilitas terbatas? Yaitu jika saat membuka
mulut lebar, ujung lidah tidak bisa melampaui gusi bawah bayi. Untuk bisa menyusu
dengan efektif maka lidah perlu bisa menjulur sampai melampaui gusi bagian bawah
Tongue tie dapat dibagi menjadi 4 tipe: tipe 1 : frenulum terikat sampai ujung
lidah, tipe 2 : frenulum terikat 1-4 mm dibelakang tipe 1, tipe 3 : frenulum terikat di
tengah lidah dan biasanya kuat dan kurang elastis, dan tipe 4 : frenulum terikat
dipangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis sehingga mobilitas lidah sangat
terbatas.
Yang bisa memastikan tongue tie biasanya adalah konselor laktasi
berpengalaman, dokter anak, bidan atau konsultan laktasi IBCLC.
Tongue tie dapat mempengaruhi beberapa hal terkait menyusui:
1. Pada saat proses menyusui berlangsung, bayi mengerakkan lidahnya
dengan gerakan peristaltik dari depan ke belakang menyentuh palatum
atau langit-langit, sehingga ASI keluar ke mulut bayi.
2. Pada bayi tongue tie, ASI yang didapat sedikit karena pergerakan lidah
terbatas. Lidah berperan penting pada proses menyusui. Hal ini berbeda
pada bayi tongue tie yang mendapat susu dengan botol dot. Bayi tidak
banyak melakukan gerakan lidah pada saat proses menyusui, sehingga
proses menyusu tidak terganggu.
Gejala yang dapat kita lihat pada bayi diantaranya :
1. Pelekatan menyusui yang buruk dan cara menghisap pada payudara yang
kurang baik, atau terdengar bunyi “klik” pada saat bayi menyusu.
2. ASI yang diperoleh bayi sedikit.Kenaikan berat badan bayi lambat, bayi rewel
dan sering kolik, dan bayi cenderung lama saat menyusu (bisa lebih dari 1
jam).
3. Frekuensi menyusu lebih sering, bisa dalam ½ atau kurang dari 1 jam bayi
ingin menyusu kembali.
4. Pemeriksaan sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan memasukkan
jari ibu ke mulut bayi, dan lihat saat mulut bayi menghisap, apakah lidah bayi
melewati gusi/tidak.
Gejala yang dapat kita temui pada ibu diantaranya: Puting lecet, nyeri pada
payudara, produksi ASI sedikit, milk blister (terdapat seperti jerawat kecil berwarna
putih pada ujung puting), mastitis, tidak nyaman setiap kali ingin menyusui.
Jika tidak ditangani, di kemudian hari tongue tie juga bisa mempengaruhi proses
makan dimana pada saat makan akan berantakan karena pergerakan lidah yang
terbatas. Selain itu, tongue tie juga bisa mempengaruhi proses berbicara dimana
terdapat keterlambatan bicara dan kurangnya kebersihan mulut terutama karies gigi.
Untuk memastikan apakah seorang bayi menderita tongue tie, selain dengan
mengamati kondisi lidah bayi juga dengan mengamati proses menyusui pada ibu dan
bayi. Pada bayi yang mengalami tongue tie, walaupun posisi dan pelekatan menyusui
sudah benar kadang proses menyusu tetap bermasalah. Tetapi ada beberapa kategori
tongue tie yang dengan perbaikan pelekatan dan posisi menyusui sudah bisa diatasi
masalah-masalahnya. Jika posisi dan pelekatan yang benar tidak membantu, maka
langkah frenotomi atau insisi harus diambil. Setelah dilakukan frenotomi, mayoritas
bayi akan secara spontan memperbaiki gerakan lidah selama menyusu. Biasanya
wajah ibu tampak lega setelah frenotomi, karena menyusui jadi tidak sesakit
sebelumnya. Proses menyusui menjadi tidak nyeri, puting lecet membaik, bayi
menyusu efektif, dan kenaikan berat badan bayi juga bisa membaik pasca frenotomi.
Frenotomi adalah prosedur bedah minor yang bisa dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman di rumah sakit. Prosesnya sangat singkat, hanya berlangsung beberapa
menit. Bayi biasanya tidak perlu menginap dan bisa langsung mencoba menyusu
setelah prosedur selesai.
i. Bayi Yang Memerluhkan Perawatan
Bila bayi sakit dan memerluhkan perawatan padahal bayi masi menyusu pada ibu,
baiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilnjutkan.
Seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3
jam dan disimpan didlam lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar dirumah
sakit didalam termos es. Perlu diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam
berapa ASI diperah dan yang lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu.
3. Masalah Pada Keluarga
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan, baik ketika memulai
maupun melanjutkan meyusui. Sebagai langkah awal mereka membutuhkan bantuan
sejak kehamilan dan setelah melahirkan mereka membutuhkan dukungan pemberian ASI
hingga 2 tahun, perawatan kesehatan maupun dukungan dari keluarga dan lingkungan.

4) Prosedur Pembelajaran
2 kali tatap muka dikelas

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice

6) Referensi

Masruroh, 2013. Buku Panduan: Praktik Ketrampilan Asuhan Kebidanan Nifas dilengkapi
dengan Job Sheet dan Daftar Tilik
Nugroho, Taufan; NURREZKI; WARNALIZA, Desi; WILIS. 2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Astuti, Sri dkk..2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangg
Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Pres
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Editor Suyono
Riyadi.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
F. MATERI 11
1) Judul materi
Asuhan Masa Nifas sesuai fase 2-6 jam, 2-6 hari, 2-6 minggu.

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai prinsip ilmu
fisika yang berhubungan dengan ilmu kebidanan (C2, P1, A3)

3) Materi

Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas
penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi.
Enam puluh persen (60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian
pada masa nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga
merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu
setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.
Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan rumah
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan
menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki keuntungan sebagai
berikut: bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang
alami dan aman serta bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan
dan lingkungan di rumah. Sedangkan keterbatasan dari kunjungan rumah adalah
memerlukan biaya yang banyak, jumlah bidan terbatas dan kekhawatiran tentang
keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:

Kunjungan I (6-8 jam postpartum).


Kunjungan II (6 hari postpartum).
Kunjungan III (2 minggu postpartum).
Kunjungan IV (6 minggu postpartum).

Kunjungan I (6-8 jam postpartum)

Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.


Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Pemberian ASI awal.
Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Kunjungan II (6 hari postpartum)

Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:

Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Kunjungan III (2 minggu postpartum)

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
6 hari post partum.
Kunjungan IV (6 minggu postpartum)

Kunjungan IV (6 minggu postpartum) meliputi:

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.


Memberikan konseling KB secara dini.

Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah

Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah meliputi:

Asuhan postpartum di rumah berfokus pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.


Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam suasana
rileks dan kekeluargaan.
Perencanaan kunjungan rumah.
Keamanan

Perencanaan kunjungan rumah meliputi:

Kunjungan rumah tidak lebih 24-48 jam setelah pasien pulang.


Memastikan keluarga sudah mengetahui rencana kunjungan rumah dan waktu
kunjungan bidan telah direncanakan bersama.
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
Merencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat serta perlengkapan yang
digunakan.
Memikirkan cara untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan baik dengan
keluarga.
Melakukan tindakan yang sesuai standar pelayanan kebidanan dalam pemberian
asuhan.
Membuat pendokumentasian hasil kunjungan.
Meyediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan.

Keamanan pada saat kunjungan rumah meliputi:

Mengetahui alamat lengkap pasien dengan jelas.


Menggambar rute alamat pasien.
Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah pasien sebelum kunjungan.
Memberitahu rekan kerja ketika melakukan kunjungan.
Membawa telepon selular sebagi alat komunikasi.
Membawa cukup uang.
Menyediakan senter (kunjungan malam hari).
Memakai tanda pengenal dan mengenakan pakaian yang sopan.
Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama
kunjungan.
Menunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.
Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.

Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah

Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:

Ibu baru pulang dari rumah sakit.


Kunjungan postnatal rutin.
Pengamatan psikologi ibu.

Ibu baru pulang dari RS

Ibu baru pulang dari RS meliputi:

Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.


Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan, hasil dan info lain
yang relevan.
Mengulang kembali bilamana perlu.

Kunjungan postnatal rutin

Kunjungan postnatal rutin meliputi:

Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.


Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir.
Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.
Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.
Pengamatan pada psikologi ibu

Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:

Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas.


Bidan mengobservasi perilaku keluarga.
Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga.
Memberikan dukungan.
Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.
Perencanaan skrining test.
Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masa nifas.

Pendidikan Kesehatan Masa Nifas

Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:

Gizi.
Kebersihan diri/ bayi.
Istirahat/ tidur.
Pemberian ASI.
Latihan/ senam nifas.
Hubungan seks dan keluarga berencana.
Tanda-tanda bahaya selama masa nifas.

Gizi

Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500
kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari,
tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A
(200.000 unit).
Kebersihan diri

Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan
kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin;
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut; menyarankan ibu untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat / tidur

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan
ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara
perlahan-lahan; menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri
sendiri.
Pemberian ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena
pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu,
berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
Latihan/ senam nifas

Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan pentingnya


pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal; menjelaskan bahwa latihan
tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot
perut dan panggul kembali normal.
Hubungan seks dan Keluarga Berencana

Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan seks dan KB
dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman;
keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan
yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.
Tanda-tanda bahaya masa nifas

Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: berikan pendidikan


kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas.
Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah
abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati,
bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara,
nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum.

4) Prosedur Pembelajaran
2 kali tatap muka dikelas denga metode SCL.

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice

6) Referensi

Ambarwati. Eni. 2010. Asuhan Kebidanan Di Komunitas, Baik Dirumah, Posyandu Dan
Polindes Dengan Fokus Making Pregnancy Safer.
Ambarwati. Eni. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: mitra cendekia. Hlm: 116-
121.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Hlm:
83-94.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi. Hlm: 165-171.
G. MATERI 12
1) Judul materi
Farmakologi pada ibu nifas.

2) Capaian pembelajaran
Mahasiswa Mampu memahami, menilai dan mempersepsikan mengenai farmakologi ibu
nifasyang berhubungan dengan ilmu kebidanan (C2, P1)

3) Materi

A. REGULASI OBAT

Obat merupakan bahan yang di regulasi oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Badan
POM. Tujuan regulasi adalah melindungi konsumen dari efek yang merugikan karena kualitas
atau keamanannya. Di Indonesia obat yang beredar dikelompokkan dalam 5 kelompok
sebagai berikut.

1. Obat Keras
Obat golongan ini hanya dapat dibeli dengan resep dokter. Obat golongan ini dianggap tidak
aman atau penyakit yang menjadi indikasi obat tidak mudah didiagnosis oleh orang awam. Obat
golongan ini bertanda dot merah.Contoh obat keras adalah antibiotika, antihistaminika untuk
pemakaian dalam dan semua obat suntik. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau
sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh zat
psikotropik adalah fenobarbital, diazepam, dan amitriptilin.
2. Obat Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
menimbulkan ketergantungan. Golongan narkotika penjualannya diawasi secara ketat
untuk membatasi penyalahgunaannya. Obat golongan ini bertanda palang merah.
Contoh obat golongan narkotika adalah kodein yang juga dapat menekan batuk.
3. Obat keras terbatas
Obat ini dapat dibeli di apotek atau di toko obat dan harus dalam bungkusan aslinya dan tertera
penandaan, misalnya “P6 Awas obat keras, hanya untuk bagian luar dari badan”. Obat golongan
ini bertanda dot biru. Contoh obat keras terbatas adalah Caladin lotion, Cenfresh tetes mata.
4. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dalam bungkusan dari pabrik yang
membuatnya secara eceran. Obat golongan ini bertanda dot hijau. Contoh obat bebas adalah
Panadol tablet, obat batuk hitam.
5. Obat tradisional
Yakni obat yang mengandung tanaman obat herbal. Ada 3 kategori obat tradisional di
Indonesia, yaitu:
a. Jamu, yaitu obat yang masih berbentuk simplisia.
b. Herbal terstandar, obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standardisasi.
c. Fitofarmaka, Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan
baku dan produk jadinya telah di standardisasi.

Juga dikenal obat wajib apotek, yaitu obat daftar G yang boleh diberikan oleh apoteker
pada pasien yang sebelumnya telah mendapatkannya dari dokter, biasanya untuk penggunaan
jangka panjang dan atau kondisi tertentu.

A. VITAMIN

1. Fungsi Vitamin
Fungsi vitamin sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi
membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses fosforilasi (vitamin B1, B2,
B3, dan B6), fungsi metabolik vitamin dalam bentuk koenzim diantaranya (Tabel 9.1.1), yaitu
a. Sebagai koenzim bagi enzim tertentu, misalnya vitamin dari kelompok B bekerja
sebagai koenzim, yang aktif pada proses metabolisme dan pembentukan energi.
b. Membantu regulasi zat lain, misalnya vitamin A bekerja untuk pigmen retina rodopsin,
yang esensial bagi proses penglihatan dalam keadaan gelap dan kurang cahaya; vitamin
K perlu untuk mengaktivasi komponen pembekuan darah; vitamin D dalam bentuk
aktifnya penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh.

Berperan penting dalam reaksi biokimia, misalnya vitamin C pada sistem reduksi-
oksidasi, B1 dan B6 dalam proses dekarboksilasi, asam folat dalam proses transfer metil.
Tabel 9.1.1
Hubungan vitamin dengan koenzim dan kegunaannya

2. Defisiensi Vitamin
Kebutuhan vitamin bergantung pada beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, dan
susunan makanan sehari-hari. Defisiensi vitamin terjadi jika kebutuhannya dalam tubuh
belum terpenuhi atau kurang. Sejak dahulu dikenal gangguan akibat defisiensi vitamin yang
menimbulkan gejala khas, seperti:
a. buta malam akibat defisiensi vitamin A;
b. beri-beri akibat defisiensi vitamin B2;
c. pellagra akibat defisiensi vitamin B6;
d. skorbut atau sariawan akibat defisiensi vitamin C;
e. penyakit rachitis akibat defisiensi vitamin D.

3. Recommended Daily Allowance (RDA)


RDA merupakan jumlah kebutuhan makanan sehari-hari yang mutlak bertujuan untuk
memelihara kesehatan dan sebagai dasar penyusunan pola konsumsi makanan. Rekomendasi
mencakup kebutuhan akan unsur gizi yang penting, termasuk fat-soluble vitamin. RDA
didasarkan atas diet referensi bagi kelompok penduduk tersebut, dimana untuk setiap
komponen ditetapkan jumlah yang sebaiknya dimakan. RDA direvisi secara periodik. Di
Indonesia sejak tahun 1978 setiap 5 tahun sekali secara nasional dibuat angka kecukupan gizi
rata-rata yang dianjurkan dan disebarluaskan melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi.
RDA baru di AS memberikan perhatian pada asupan optimal dari zat-zat gizi tersebut, untuk
meminimalkan risiko penyakit kronis, seperti kanker dan PJP. Banyak RDA yang telah
dinaikkan kegunaannya, misalnya kalsium dinaikkan menjadi 1000 mg yang sebelumnya 700-
900 mg.

4. Penggunaan Vitamin
Penggunaan vitamin tambahan hanya diperuntukkan untuk orang yang berada pada
keadaan kekurangan, misalnya:
a. Defisiensi akibat kelainan metabolisme bawaan yang sangat jarang terdapat, juga pada
malabsorbsi, seperti pada pecandu alkohol (vit B kompleks), anoreksia (asam folat), diet
ketat untuk melangsingkan tubuh (multivitamin), juga bagi lansia (multivit) dan bayi
“botol”.
b. Lansia, pada orang-orang di atas 60 tahun, semua proses faali dalam tubuh mulai
menurun dan berlangsung lebih lambat. Sel-sel sistem imun bekerja kurang efisien dan
kurang mampu lagi mereparasi kerusakan.
c. Bila kebutuhan meningkat, sepertisebelum dan selama masa kehamilan (asam folat,
multivitamin), selama menyusui, pada anak-anak 6 tahun (vit A,D), dan bayi sampai 3
tahun (vit K yang belum dibentuk oleh kuman usu dan kurang terdapat dalam susu ibu),
vegetarian (Vit B12), diet ketat (multivitamin), perokok dan olahragawan berat (vitamin
B kompleks, vit A,C,E akibat stress oksidatif).
d. Pasien kronis dan pemakai obat. Misalnya pada penderita penyakit kronis, PJP, dan
kanker sangat dibutuhkan vitamin dengan antioksidan tinggi (vit A,C, dan E). Menurut
beberapa penelitian orang yang banyak mengkonsumsi vitamin akan memiliki risiko
lebih kecil terkena kanker.

5. Suplesi Vitamin
Sumber makanan atau hayati yang mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat
guna memelihara sistem tangkis dan kesehatan yang optimal. Selain itu, suplesi vitamin juga
bermanfaat bagi orang yang tidak mampu mengikuti diet ideal karena beberapa hal, terutama
bagi orang yang sering menderita gangguan kesehatan ringan.
Di beberapa negara sudah banyak yang menambahkan vitamin dan mineral dalam
produk makanan, bahkan sampai penambahan 100%. Namun, penambahan ini juga tetap
diperhitungkan toksisitasnya, seperti pada vitamin A, D, dan asam folat, serta mineral, seperti
Se, Cu, dan Zn yang dosis toksisnya berdekatan.

6. Penggolongan Vitamin
Berdasarkan sifat kelarutan vitamin, vitamin dibedakan menjadi vitamin larut dalam air
(hidrofil) dan vitamin larut dalam lemak (lipofil).
a. Vitamin larut dalam air (vit B, C, dan flavonoida).
b. Vitamin larut dalam lemak (Vit A, D, E, dan K).

B. VITAMIN YANG LARUT DALAM AIR

1. Vitamin B
Zat-zat yang tergolong kedalam vitamin B kompleks dikelompokkan karena berasal dari
sumber yang sama yakni hati dan ragi. Yang tergolong vitamin B kompleks diantaranya:
Thiamin HCl, Ribofavin, Nikotinamid, As Pantotenat, Piridoksin, As Folat, dan
Sianokobalamin.
Vitamin B1 (thiamin)
Vitamin ini terdapat dalam kulit luar gandum juga dalam daging babi
dan organ (hati, ginjal, otak). Dalam tubuh zat ini bekerja sebagai
bentuk aktifnya, yakni tiaminpirofosfat (ko-karboksialase) yang
berfungsi sebagai ko-enzim dari karboksilase, yakni suatu enzim
esensial pada metabolisme karbohidrat dan pembentukan bio-energi
dan insulin. Vitamin B1 dapat ditemukan diantaranya pada telur, biji-bijian, liver (hati),
gandum, ragi dan kentang.
a. Penggunaan
Vitamin B1 digunakan pada neuralgia (nyeri pada mana urat saraf memegang peranan), sering
kali dikombinasi dengan piridoksin dan vit B12 dalam dosis tinggi, yakni masing- masing 100
mg dan 1mg (neurobion amp.) sediaan oral B1-B6-B12 lain adalah Bioneuron® dan Neurofort® .
Sementara orang juga menggunakannya bila melewat ke daerah malaria guna mengusir
nyamuk, yang tidak suka baunya yang khas dalam darah.
b. Resorpsi
Maksimal penggunaan oral adalah 8-15 mg sehari. Setelah diserap, tiamin disalurkan ke semua
organ dengan konsentrasi terbesar di hati, ginjal, jantung, dan otak. Tiamin dalam dosis tinggi
tidak menyebabkan keracunan, karena kelebihannya diekskresikan melalui kemih dalam bentuk
utuh atau sebagai metabolitnya. Kebutuhan sehari-hari untuk bayi diperkirakan sekitar 30
mcg/kg berat badan dan untuk dewasa 1-1,5 mg/kg berat badan. Sebagian kebutuhan ini
disintesis oleh flora usus.
c. Dosis
Dosis pada defisiensi 3 dd 5-10 mg, profilaksis 3 dd 2-5 mg (garam HCL). Bisbentiamin
(Beston®) adalah derivate tiamin yang lebih mudah diresorpsi dan memberikan kadar yang lebih
tinggi dari pada tiamin. Tidak memiliki bau tiamin yang khas pada napas dan keringat. Dosis:
untuk pengobatan sehari 5-300 mg bisbentiamin; 100 mg tiamin HCL = 114 mg bisbentiamin.

Chapter Vitamin B2 (Riboflavin)


Vitamin yang berwarna kuning ini terdapat dalam susu, daging, telur,
sayur mayur, ragi, dan roti whole grain (padi-padian lengkap). Dalam
tubuh riboflavin diubah menjadi 2 ko-enzim, pertama rf-5-fosfat
(flavin-mononukleotida, FMN), lalu dalam hati menjadi flavin-adenin-
dinukleotida (FAD). Kedua metabolit ini juga disebut flavoprotein,
yang sebagai ko-enzim memegang peranan esensial pada sintesis dari
antioksidansia faal, antara lain dari glutation. Beberapa di antaranya
mengandung logam, misalnya mangan dalam xantinoksidase. Vit B2
juga penting bagi pemeliharaan kesehatan kulit (bibir), mata, otot,
dan tulang. Terdapat dalam susu, daging, telur, sayur mayur, ragi, dan roti whole grain (padi-
padian lengkap).
a. Defisiensi
Jarang terjadi karena kebutuhan tubuh hanya sedikit sekali, untuk bayi kurang lebih (k.l.) 60
mcg, dewasa k.l. 1,1 mg dan sewaktu hamil/laktasi 1,8/2,1 mg sehari. Bila pemasukan kalori
meningkat, maka kebutuhan akan B2 juga naik. Penggunaan lama klorpromazin dan
antidepresiva trisiklik dapat mengakibatkan kekurangan vitamin B2, karena resorpsinya di usus
terhambat akibat terganggunya mekanisme transport. Gejala defesiensinya berupa nyeri
tenggorok, dan stomatitis, dan pada fase lanjut timbul radang ujung bibir dan radang lidah.
b. Dosis
Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari, profilaksis 2mg (Na fosfat). 1g riboflavin (rf) = 1,37g rf-
Na-fosfat.

Vitamin B3 (Nikotinamid)
Vitamin B3 atau niasinamida merupakan komponen dari dua ko –
enzim (antara lain dari dihidrogenase) yang berperan pada banyak
proses reduksi-oksidasi (pernapasan sel, glikolisa dan sintesis lipida).
Niasiamida juga dapat disintesis oleh tubuh sendiri dengan triptofan
dari makanan sebagai bahan pangkalnya, pada mana 60 mg
triptofan menghasilkan 1 mg vitamin B3. Vitamin B3 banyak terkandung dalam makanan,
seperti daging, hati,ginjal, ayam, ikan, gandum, kacang-kacangan (nuts), dan kopi
mengandung asam nikotinat (niasin), yang dalam hati diubah menjadi niasinamida dan zat
aktifnya NAD (niasinadenin-dinukleotida).

a. Fungsi Dan Penggunaan


Vitamin B3 diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi serotonin. Kekurangan vitamin B3
menimbulkan kelebihan triptofan di otak dengan gejala perubahan suasana jiwa dan perilaku.
Pada terapi alternative dari depresi dan schizophrenia vitamin B3 sering kali digunakan dengan
hasil baik untuk meringankan gejalanya. Disamping itu vitamin B3 juga merupakan komponen
(bersama logam krom), dari GTF (Glucose Tolerance Factor), yang esensial bagi kerja baik
insulin. Pada percobaan binatang niasiamida ternyata mampu mencegah diabetes berkat
dayanya menghambat sistem imun dan memperbaiki sel-sel-beta yang rusak.
b. Defisiensi
Defesiensi jarang terjadi dan khusus di daerah dimana jagung adalah pangan utama dengan
sedikit sekali daging (mengandung triptofan). Gejalanya adalah gangguan kulit (dermatitis),
diare dan dementia dengan kelainan perilaku. Kebutuhan seharinya diperkirakan 15 mg untuk
dewasa bila diet mengandung cukup protein.
c. Dosis
Dosis; pada pellagra oral 50-300 mg sehari, profilaksis 15-30 mg sehari. Untuk meringankan
gejala schizophrenia 3 dd 1-2 g. Juga i.m./i.v.2-5 dd 25-100 mg.
Chapter Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Vitamin ini (1939) terdapat dalam semua jaringan tubuh dan
praktis dalam segala macam bahan makanan, tetapi dapat juga
disintesis oleh flora usus. Hanya d-isomernya yang aktif dan
merupakan bagian dari ko-enzim A, yang terlibat pada banyak
reaksi asetilasi, memegang peranan pada sintesis dan
perombakan karbohidrat, lemak dan protein, sintesis kolesterol
dan hormon steroida. Defisiensi belum pernah dilaporkan.
Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 5-10 mg (garam Ca) bagi dewasa dan sedikit lebih banyak
bagi anak-anak muda. Air susu ibu mengandung k.l 0,26 mg/100 ml.
Dosis: 5-10 mg sehari (garam Ca). d-Pantotenol (dekspantenol) adalah derivat alkohol
dari pantotenat dengan khasiat sama (1944), berkhasiat mempercepat penyembuhan borok.
Dosis: 5-10 mg sehari, dalam salep 2-5%.

Chapter Vitamin B6 (piridoksin, adermin)


Derivat piridin ini (1939) terdapat dalam daging, hati,
ginjal, telur, gandum whole grain, kacang kedele dan
biji-biji gandum (wheat germ). Dikenal dalam bentuk
alkohol, aldehida dan amin, yakni piridoksin, piridoksal
dan piridoksamin. Di dalam hati vitamin B6 dengan
bantuan ko-faktor riboflavin dan magnesium diubah
menjadi zat aktifnya piridoksal-5-fosfat (P5P). Zat ini
berperan penting sebagai ko-enzim pada metabolisme protein dan asam-asam amino, antara
lain pada pengubahan triptofan melalui okstriptan menjadi serotonin, serta pada sintesis
GABA. Juga mempunyai peranan kecil pada metabolisme karbohidrat dan lemak. Defisiensi
jarang terjadi, misalnya pada pasien yang menjalani terapi jangka panjang dg INH, hidralazin
dan penisilamin yang meniadakan efek piridoksin. Gejalanya berupa gangguan kulit,
stomatitis, glossitis, dan efek neurologi (konvulsi, neuropati, dsb), sedangkan pada anak-anak
terjadi hambatan pertumbuhan dan anemia. Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,3 mg utk
bayi, 2 mg bagi dewasa (k.l. 20 mcg/gram protein yg dimakan) dan 2,5 mg pada waktu hamil
dan laktasi. Air susu ibu mengandung k.l. 10 mcg/100 ml. Penggunaannya selain pada
keadaan defisiensi, juga mual-muntah dan pada depresi post-natal dan depresi akibat pil anti-
hamil, mungkin karena kekurangan serotonin di otak akibat metabolisme triptofan yang
meningkat. Juga digunakan utk menurunkan kadar homosistein yang meningkat, yang
merupakan faktor resiko utk PJP, khususnya pada wanita. Efek sampingnya jarang terjadi dan
berupa reaksi alergi. Penggunaan lama dari 500 mg/hari dapat mencetuskan ataxia dan
neuropati serius.
Dosis: oral selama terapi dg antagonis-piridoksin 10-100 mg (HCl) sehari, profilaksis 2-
10 mg, mual hamil 50 mg dan pada depresi akibat pil antihamil 125 mg sehari selama 7 hari
sebulan. Pada schizofrenia 1 dd 250-500 mg. Utk menurunkan kadar homosistein yang tinggi
1 dd 250 mg bersama asam folat 5 mg.
Piridoksal-5-fosfat (PSP, ko-dekarboksilase) adalah zat aktif dari piridoksin dengan
penggunaan sama. Kerjanya lebih cepat dan juga lebih efektif. Namun, resorpsinya tak
menentu karena sel-sel usus menyingkirkan molekul fosfatnya sebelum dapat diserap.
Penggunaannya khusus dianjurkan bagi pasien dengan gangguan fungsi hati, yang tidak
mampu mengubah B6 menjadi PSP.

Chapter Vitamin B7(Biotin, Vitamin H)


Vitamin ini terdapat dalam banyak makanan, dapat disintesis oleh
flora usus. Berfungsi sebagai ko-enzim bagi sejumlah reaksi
transkarboksilasi, makan penting pada metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Defisiensi jarang terjadi dan khususnya pada
bayi bila air susu ibu mengandung sedikit biotin, yakni kurang dari
0,7 mg/100 ml, dengan ciri radang kulit tertentu (seborrhoeic
dermatitis). Putih telur mengandung avidin yang mengikat biotin
secara irreversibel, maka orang yang mengkonsumsi terlalu banyak telur mentah juga dapat
menderita defisiensi biotin. Gejalanya antara lain berupa rambut rontok dan otot lemah.
Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,1-0,2 mg. Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari,
profilaksis 1,15 mg.

Chapter Vitamin B11 (Asam Folat, Folic Acid, Folacin)


Vitamin ini (1947) terdapat dalam gandum whole grain,
sayuran hijau yang kaya serat-gizi dan banyak pangan
lain spt buncis dan kelapa, daging, ikan, hati, dan ragi.
Berkhasiat mencegah spina bifida pada bayi dan berdaya
meringankan resiko akan stroke, juga diduga dapat
mencegah PJP, khususnya infark jantung, selain itu,
memiliki efek protektif terhadap kanker colon, yaitu
pada orang dengan asupan folat tinggi dapat menurunkan resikonya akan kanker colorektal
dengan 25%. Sebaliknya folat juga memiliki beberapa efek negatif, yaitu asupan tinggi folat
dapat menyelubungi defisiensi vitamin B12 dan dapat menstimulir perkembangan tumor colon
yang sudah ada. Dalam hubungan ini memang sejak puluhan tahun antagonis folat yakni
metotreksat sudah digunakan untuk menanggulangi berbagai jenis kanker. Suatu studi resen
menunjukkan bahwa folat dapat memperlambat terjadinya ketulian pada lansia, terutama utk
nada rendah. Kehilangan pendengaran pada manula sebetulnya adalah normal yang mungkin
disebabkan oleh penumpukan homosistein pada usia tinggi; folat mampu menurunkan kadar
ini. Penggunaannya pada anemia megaloblaster akibat defisiensi folat dan secara prevensi
rutin selama kehamilan utk memperkecil risiko spina bifida pada bayi. Juga digunakan selama
terapi rematik dengan metotreksat guna mengurangi efek toksis dari antagonis-folat ini.
Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa reaksi alergi, juga gangguan lambung-usus
dan sukar tidur. Dosis: anemia megaloblaster permulaan 1-2 dd 0,5 mg, pemeliharaan 1 dd
0,1-0,5 mg. Profilaksis spina bifida 0,5 mg dimulai minimal 4 minggu sebelum konsepsi
sampai dengan minggu ke-8 kehamilan. Untuk menurunkan kadar homosistein yang tinggi
dan aterosklerosis prematur 1 dd 5 mg bersama vit B6 250 mg.

Asam folinat (folinic acid, Leucovorine)


Adalah metabolit folat yang terbentuk oleh reduksi. Dari campuran rasemis ini hanya
bentuk levonya yang aktif. Terutama digunakan sebagai antidotum terhadap toksisitas darah
akibat dosis tinggi metotrexat (MTX). Pada pengobatan rema efek samping MTX dikurangi
tanpa melemahkan efek antiremanya. Begitu pula digunakan untuk menurunkan efek samping
kotrimoksazol terhadap darah. Dalam kombinasi dengan 5-Fluoro-urasil (5-FU),
meningkatkan efeknya pada kanker kolorektal yang tersebar. Dosisnya: oral, i.m. atau i.v. 6-
100 mg/m² tergantung dari pentakaran MTX.

Chapter Vitamin B12 (Sianokobalamin, Extrinsic Factor)


Vitamin ini terdapat dalam semua produk hewan, terutama dalam daging, hati dan susu.
Di dalam dan tubuh vitamin B12 terutama terdapat sebagai hidrokso-, metil- dan adenosil-
kobalamin. Secara kimiawi vitamin B12 (1950) yang dapat larut dalam air, memiliki rumus
cincin besar dengan atom kobal sebagai pusat. Kebutuhan sehari-hari orang sehat adalah 1-5
mcg, tetapi selama kehamilan dan laktasi meningkat sampai masing-masing 3 dan 3,5 mcg.
RDA dewasa adalah 2,5 mcg/hari. Penelitian telah mengungkapkan, bahwa 25% dari lansia
mengidap kekurangan B12 dalam tubuhnya, yang dapat menyebabkan kemunduran fungsi otak
dan gangguan ingatan, yang akhirnya menjurus ke gangguan neurologis dan anemia. Gambar
9.1.1 memperlihatkan peran vitamin B12 dalam sintesis DNA yang berhubungan dengan
pembelahan sel. Defisiensi vitamin B12 ditandai dengan gangguan hematopoiesis, gangguan
neurologi, kerusakan sel epitel, terutama epitel saluran cerna dan debilitas umum. Penggunaan
asam folat dapat memperbaiki anemia, sedangkan kelainan neurologic tidak dipengaruhi.
Defissiensi vitamin B12 menimbulkan anemia megaloblastik yang disertai gangguan
neurologic yang disebabkan degenerasi sarung myelin (anemia pernisiosa). Agaknya
pembentukan bagian lemak dari sarung myelin memerlukan isomerisasi metil-malonat
menjadi suksinat yang menggunakan deoksi adenosilkobalamin sebagai kofaktor.
Penggunaannya pada defisiensi dan untuk mencegah anemia megaloblaster pada keadaan
malabsorpsi. Dosis: pada defisiensi oral atau sublingual 2 dd 1 mg selama 1 bulan,
pemeliharaan 1 mg sehari. Profilaktis dalam sediaan multivitamin 1-10 mcg sehari, i.m. 0,5-1
mg/minggu, pemeliharaan 1 mg setiap 2 bulan.
Absorpsi vitamin B12 berlangsung dua mekanisme, yaitu dengan perantaraan Factor
Intrinsic Castle (FIC) dan absorpsi secara langsung. Absorpsi secara langsung hanya terjadi
pada kadar vitamin B12 yang tinggi. Sebagian besar anemia megaloblastik disebabkan oleh
gangguan mekanisme perantaraan FIC.
Gambar 9.1.1
Vitamin B12-FIC dan metabolisme asam folat

Gambar 9.1.1 menggambarkan setelah dibebaskan dari ikatan protein vitamin B12 dari
makanan akan membentuk kompleks B12-FIC. FIC hanya mampu mengikat sejumlah 1,5-3 µg
vitamin B12. Complex ini masuk ke ileum dan disini melekat pada reseptor khusus di sel
mukosa ileum untuk diabsorpsi.Untuk perlekatan ini diperlukan ion kalsium atau Magnesium
dan suasana pH sekitar 6. Absorpsi berlangsung dengan mekanisme pinositosis oleh sel
mukosa ileum. FIC dihasilkan oleh sel parietal lambung. Bila sekresi FIC bertambah,
misalnya akibat obat-obat kolinergik, histamine dan beberapa hormone, seperti ACTH,
kortikosteroid dan hormone tiroid, maka absorpsi vitamin B12 juga akan meningkat. Faktor
instrinsik konsentrat (eksogen) yang diberikan bersama vitamin B12 hanya berguna untuk
pasien yang kurang mensekresi FIC dan menolak untuk disuntik.
a. Kobamamide (dibencozide, *Superton)
Adalah metabolit bioaktif dari vitamin B12 yang bekerja sebagai ko-enzim. Digunakan
oromukosal sebagai tablet isap untuk absorpsi optimal.
b. Hidroksokobalamin (hidrokobamin)
Adalah derivat sianokobalamin dengan kerja lebih panjang dan paling sering digunakan. Dosis:
pada defisiensi i.m. atau s.k. 2 × seminggu 1 mg selama 5 minggu lalu 1 mg setiap 2 bulan.

2. Vitamin C
Vitamin C banyak terdapat pada:Sayur mayur; kol, paprika, peterseli;
buah-buahan; jenis sitrus (jeruk); susu sapi dan daging dan pada manusia
di darah.
Khasiat.
a. Pada dosis terapeutis cukup tinggi (dosis yang berada sedikit di bawah dosis yang dapat
menimbulkan suara di usus) dapat menyebabkan berdaya antiviral kuat dan antibakteri
berdasarkan sifat antioksidannya (zat yang dapat menangkal radikal bebas).

Gambar 9.1.2
Aktivitas radikal
bebas

Radikal bebas akan aktif apabila tubuh kita mengalami kekurangan antioksidan (Gambar 9.1.2).
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang kehilangan elektronnya, sehingga ia tidak
berpasangan dan sangat bersifat reaktif serta berusaha untuk menstabilkan dirinya. Kelebihan
radikal bebas dalam tubuh menyebabkan rusaknya membran dan inti sel akibat invasi dari
radikal bebas tersebut. Apabila membran sel atau sel tersebut rusak maka dapat menyebabkan
penuaan dini oleh karena itu antioksidan disebut juga sebagai antiaging. Selain itu, apabila
radikal bebas masuk ke inti sel dan melakukan konformasi terhadap DNA sel, dapat
menyebabkan sel tersebut mengalami mutasi atau perbanyakan sel secara berlebihan dan
peristiwa inilah yang disebut kanker.
b Menunjang pembentukan kolagen (protein yang berperan dalam pembentukan jaringan dan
tulang rawan).
RDA (Recomended Daily Alowance) Kebutuhan seseorang akan Vitamin C berbeda tergantung
kondisi fisik pengkonsumsinya. Berikut adalah kebutuhan dari asupan Vitamin C: bayi 25-40
mg, dewasa 70 mg, ibu hamil 90 mg dan ibu menyusui 110 mg.
DefisiensiDefisiensi vitamin C terjadi apabila tubuh kita kurang asupan vitamin C. Kekurangan
vitamin C dapat menyebabkan terjadinya perdarahan akibat terganggunya sintesis kolagen.
Perdarahan tersebut dapat terjadi pada mata, paha, gusi, dan di bawah kulit yang dapat
mengakibatkan luka sulit sembuh dan gigi terlepas. Hal tersebut dikenal sebagai Sindrom
Skorbut (schurvy scherbuik).
ResorpsiDi usus cepat dan praktis sempurna (90%), menurun pada dosis di atas 1g.
MetabolismeVitamin C mudah direduksi dan dioksidasi kembali dengan bantuan glutation
(Sistem Redoks).

Askorbat Oksid Chapter Dehidroaskorbat elektron


asi
Reduk
si

1) Oksidasi oleh hid steroid.


2) serotonin.

Penggunaan
a. Selesma (comond cold) Meningkatkan produksi dan mobilitas makrofag (2,5g).
b. AntilipemisStimulasi transpor kolesterol dari jaringan ke hati serta pengubahan
kolesterol menjadi asam kolat dan steroida.(0,5-1g); 3) Mempercepat penyembuhan
borok dan luka dengan peningkatan sintesis kolagen di jaringan luka; 4)
KankerAntioksidan dan menghambat pembentukan nitrosamin di usus. (3- 10g); 5)
Penyakit Pfeiffer2 – 3 hari dengan dosis cukup tinggi min 5 dd 1g.

Efek Samping (Megadose > 1,5 G) :


a. Diare
Dalam keadaan tubuh normal usus kita hanya mampu mengabsorbsi 90% dari vitamin C yang
masuk ke tubuh. Maksimal 900 mg vitamin C dapat diabsorbsi oleh tubuh kita. Semakin banyak
kita mengkonsumsi vitamin C maka semakin banyak pula Vitamin C yang tidak terserap.
Vitamin C yang tidak terserap di usus akan mengikat cairan terutama air yang ada pada usus.
Hal ini mengakibatkan volume usus membesar dan terjadi perangsangan pada peristaltic usus
untuk bekerja. Hal ini yang mengakibatkan diare pada konsumsi vitamin C > 1,5g.
b. Penghentian terapi mendadak mengakibatkan rebound scorbut
Pada penggunaan dosis besar vitamin C maka tubuh kita juga akan merespons pengeluaran
pengurai vitamin C dalam jumlah besar. Apabila konsumsi Vitamin C megadose dihentikan
secara mendadak maka akan mengakibatkan zat pengurai yang dikeluarkan oleh tubuh dalam
jumlah banyak menguraikan sisa-sisa vitamin C yang ada pada tubuh. Jumlah vitamin C dalam
tubuh akan menurun drastis dan mengakibatkan defisiensi secara mendadak yang pada akhirnya
akan menyebabkan syndrom scorbut. Interaksi
Meningkatkan resorpsi besi, memperlemah efek vit B12 dan 10g sehari memperlambat efek
antikoagulansia obat.

3. Bioflavonid
Bioflavonoid merupakan senyawa polifenol dengan rumus difenilpropan yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan nabati.
Empat (4) kelompok flavonoid dengan rumus dasar flavon:1)Senyawa flavon: apigenin,
chrysin, luteolin; 2) Senyawa isoflavon: genistein, daidzein; 3) Senyawa flavonol: quercetin,
kaempferol, myricetin dan 4) Senyawa flavan: catechin.
Khasiat Flavonoid secara umum:1)Antioksidan: memperangkap dan menangkap radikal
bebas; 2) Anti-aterogen: penghambatan oksidasi LDL-kolesterol; 3) Antitumor: menghambat
induksi kimiawi dari tumor; 4) Memperkuat efek insulin: meregulasi kadar glukosa darah.
Rutosida/rutin/vitamin PContoh: rutin dan hesperidin. Terdapat di: buah sitrus, paprika,
dll. Khasiatnya memperkuat dinding kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya bagi
eritrosit. Defisiensinya menyebabkan bintik-bintik kecil merah di bawah kulit (perdarahan).
Penggunaannya pada varices, wasir, retinopati, dan hematoma.
Zat yang tergolong bioflavonoid:1) Hidroksietilrutosida: Insufisiensi vena kronis untuk
mengurangi gejalanya, seperti udem, kejang otot, dan nyeri kaki. (3-4 dd 300 mg); 2)
Genistein: Antitumor dengan cara “estrogen dependent receptors”(3 dd 150-300 mg); 3)
Quercetin: Antitumor dengan cara mengikat zat-zat karsinogenik dan menghambat proliferasi
sel dengan jalan inisiasi apoptose (2-3 dd 400-600 mg); 4) Cathecin: Menurunkan kadar
glukosa darah dengan cara meningkatkan khasiat insulin(1-2 dd 112 mg); 5) Theanin:
Sedativa dengan cara meningkatkan aktivitas gelombang alfa di otak (2 dd 150 mg); 6)
Antioksidan kuat, cardioprotectif, kolagenergik, antihistamin (1-2 dd 50-75 mg); 7)
Resveratrol dan salvestrol: Antioksidan kuat, berdaya mematikan sel tumor (piceatannol) (2
dd 20 mg).

C. VITAMIN LARUT LEMAK

Zat-zat ini larut dalam lemak dan diserap bersamaan dengan lemak, kemudian melalui
sistem limfe masuk ke dalam darah dengan lipoprotein tertentu (chylomikron). Gangguan
pencernaan lemak, seperti kekurangan asam empedu, mengurangi resorpsinya. Ekskresinya
berlangsung lambat (masa-paruh panjang), sehingga dapat terjadi kumulasi dan efek toksis.
Hati dan jaringan lemak dapat menimbun zat-zat ini dalam jumlah besar, maka gejala
defisiensi baru menjadi nyata setelah lebih dari satu tahun, kecuali pada vitamin K (lebih
cepat).
1. Vitamin A
Vitamin A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan
Davis. Vitamin A adalah vitamin antioksidan yang larut
dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama
generik yang menyatakan semua retinoid dan
precursor/provitamin A/karotenid yang mempunyai
aktivitas biologic sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor.
Susunan Kimia Vitamin A,yaitu kristal alkohol yang dalam bentuk aslinya berwarna
putih dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat
dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang.
Jenis Menurut sifatnya Vitamin A dikenal menjadi 4 bentuk, yaitu:
a. Retinol Vitamin A (Vitamin A Alkohol);
b. Retinyl ester Vitamin A (Vitamin A ester);
c. Retinaldehid Vitamin A (Vitamin A aldehid);
d. Retinoic acid (Vitamin Acid/asam).

Gambar 9.1.3 menggambarkan perubahan bentuk vitamin A dalam tubuh ketika terjadi
perubahan cahaya (terang-gelap).

Gambar 9.1.3
Perubahan bentuk Vitamin A dalam tubuh

Sumber MakananSayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembawa vitamin A


terbanyak. Sebagian besar makanan yang mengandung vitamin A adalah yang berwarna cerah
(meskipun tidak semua makanan yang berwarna cerah mengandung vitamin A).
Sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel, ubi, labu kuning, bayam dan melon. Susu,
keju mentega dan telur juga mengandung vitamin A.
Fungsi Bagi Tubuh Vitamin A berperan dalam proses-proses di dalam tubuh: 1)
Kesehatan Mata: vitamin A memiliki peran penting dalam kesehatan indera penglihatan
manusia. Vitamin ini membantu menyalurkan objek yang diterima oleh retina mata ke otak
sebagai sebuah gambar. Senyawa yang berperan dalam hal ini adalah retinol; 2) Antioksidan:
salah satu bentuk vitamin A yang dikenal dengan Beta Karoten, merupakan senyawa dengan
aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas, baik radikal bebas yang berasal
dari oksidasi tubuh mupun polusi dari luar; 3) Sistem Imun: vitamin A juga berfungsi sebagai
sistem inum eksternal yang melindungi tubuh dari radikal bebas, virus, bakteri, jamur dan
patogen. Mencukupi asupan vitamin A harian berarti meningkatkan kekebalan tubuh; 4)
Mencegah Kanker: vitamin A mampu melawan kanker dengan menekan pertumbuhan DNA
dalam sel-sel kanker; 5) Penyembuhan Luka: vitamin A dapat membantu menjaga kesehatan
jaringan di dalam tubuh kita. Sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
luka; 6) Pertumbuhan: Vitamin A juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan embrio pada janin, dan menentukan gen pada proses pembentukan organ-
organ perkembangan embrio.
Kebutuhan Vitamin ASulit untuk menentukan jumlah kebutuhan vitamin A. Vitamin ini
diproduksi dari dua senyawa yang berbeda yang diubah di dalam tubuh menjadi vitamin A.
Dalam sumber makanan hewani, tersedia dalam bentuk retinol; dalam sumber makanan nabati
berada dalam bentuk beta-karoten, yang kurang efisien dibanding retinol untuk produksi
vitamin A. Hal inilah yang membuat jumlah vitamin A yang disarankan diberikan dalam
bentuk retinol ekivalen (RE). Jumlah vitamin A yang direkomendasikan adalah 1000 mikro-
gram RE per hari untuk pria dan 800 mikro-gram untuk wanita.

Dampak Apabila Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A


Akibat Kekurangan (defisiensi) Vitamin A: 1) Terhadap mata: buta senja, selaput
conjuctiva mengering, bintik bitot pada conjunctiva, mata kering; 2) Perubahan epithel: kulit
mengering, kulit kasar; 3) Pertumbuhan terganggu: retinoid memengaruhi ekspresi reseptor
hormone dan hormone pertumbuhan.
Akibat Kelebihan (ekses) Vitamin A bisa menyebabkan keracunan dengan tanda-tanda
sebagai berikut: cepat lelah, rambut rontok, kulit kasar, mual dan muntah dan pusing.

Kelompok Vitamin A
Vitamin A adalah nama umum bagi zat-zat retinoida yang memiliki khasiat biologis dari
retinol. Zat ini terutama sebagai ester terdapat dalam zat-zat pangan hewani, seperti susu dan
produknya, kuning telur, hati dan dengan kadar tinggi dalam minyak ikan. Kebutuhan sehari-
hari akan Vitamin A sebagian dipenuhi oleh karotenoida (provitamin A), yakni kompleks dari
2 molekul retinol yang dalam usus diuraikan menjadi vitamin aktif. Provitamin A terdapat
dalam banyak sayuran hijau tua, berbagai jenis kol dan sayur, antara lain wortel dan tomat,
lemak susu dan kuning telur.
a. Retinol : vitamin A, axeroftol
Resorpsinya di usus pesat dan praktis sempurna, kecuali bila dosisnya terlampau tinggi.
Sebagian retinol ditimbun dalam hati yang cukup bagi kebutuhan selama 7-8 bulan. Kebutuhan
sehari-hari untuk anak-anak 1000-4000 UI dan 4000-5000 UI bagi orang dewasa dan untuk
pada waktu hamil dan laktasi 5000-6000 UI.
Gejala Defisiensi antara lain buta malam, xeroftalmia, dan hiperkeratosis.
Dosis: pada defisiensi 25-50.000 U sehari selama max 2 bulan, profilaksis bagi anak- anak 1000
U dan dewasa 2500-5000 U sehari.
b. Karotenoida
Karotenoida adalah pigmen alamiah kuning, jingga dan merah yang terdapat dalam banyak
sayuran, buah-buah dan kembang. Kebutuhan tubuh adalah 100-150 mg sehari sebagai alfa
/beta-karoten dan lycopen. Beta-karoten terdiri dari B-karoten alamiah dan B-caroten sintesis,
lycopen, lutein dan zeaxanthin, retinoida, tretinoin, isotretinoin, dan acitretin.

2. Vitamin D
Vitamin ini pertama kali ditemukan pada tahun
1924 oleh Steenbook dan Hess, yang menyata-
kan bahwa makanan yang terkena sinar
ultraviolet mempunyai daya anti rakitis. Dan
selanjutnya pada tahun 1930 ditemukanlah
vitamin D dalam bentuk kristal. Vitamin D dapat
dibentuk dalam tubuh dengan bantuan sinar
matahari. Bila tubuh mendapatkan cukup sinar

matahari, maka konsumsi vitamin D melalui makanan dapat berkurang, karena kebutuhan
vitamin D dalam tubuh dapat disintesis oleh tubuh. Sumber-sumber makanan dari vitamin D
adalah telur, hati dan ikan, seperti halnya susu dan margarine yang diperkaya dengan vitamin
D.
Susunan Kimia Vitamin Dadalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol
(vitamin D2) dan Kolekalsiferol (vitamin D3). Prekursor vitamin D hadir dalam fraksi sterol
dalam jaringan hewan (di bawah kulit) dan tumbuh-tumbuhan berturut-turut dalam bentuk 7-
dehidrokolesterol dan ergosterol. Keduanya membutuhkan radiasi sinar ultraviolet untuk
mengubahnya ke dalam bentuk provitamin D2 (ergokalsiferol) dan D3 (Kolekalsiferol).
Adapun rumus kimia dari vitamin D ini adalah C22H44O.
Manfaat vitamin D bagi kesehatan tubuh:1) Membantu Penyerapan Mineral Kalsium
dan fosfor: kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan oleh tubuh kita terutama untuk
membentuk tulang; 2) Menjaga Kesehatan Tulang: vitamin D membantu penggunaan kalsium
dalam struktur tulang. Sel-sel yang membentuk dan mengendalikan tulang, osteoblast dan
osteoclast diatur oleh kelenjar paratiroid yang yang aktivitasnya dipengaruhi kecukupan
vitamin D. Mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin D akan mengurangi risiko penyakit
tulang, seperti osteoporosis dan rakhitis (penyakit Inggris); 3) Membantu Fungsi Kelenjar
Paratiroid: Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan hiperparatiroidisme
sekunder (overactive parathyroid). Pengobatan awal terhadap hiperparatiroidisme jenis ini
adalah dengan pemberian vitamin D; 4) Menjaga Fungsi Otot: salah satu gejala kekurangan
vitamin D adalah lemah otot dan nyeri otot. Hasil studi menunjukkan bahwa pemberian
suplemen vitamin D dapat meredakan rasa nyeri pada sebagian pasien nyeri otot yang
mengalami defisiensi vitamin D; 5) Meningkatkan Imunitas Tubuh: banyak dari sel-sel yang
penting dalam melawan penyakit termasuk yang melawan kanker, memiliki reseptor vitamin
D. Kekurangan vitamin D diketahui meningkatkan risiko kanker; 6) Mencegah Hipertensi:
vitamin D membatasi aktivitas enzim-enzim tertentu yang dapat menaikkan tekanan darah
dengan meningkatkan retensi sodium dan air dalam darah.
Kebutuhan Vitamin DVitamin D mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya
dari vitamin yang lain, yaitu dapat diproduksi oleh sinar matahari. Hal ini berarti bahwa
vitamin D dapat diperoleh dengan penerpaan tetap sinar matahari secara teratur, dan tidak
perlu tambahan konsumsi vitamin D. RDA untuk vitamin D adalah 5 mikro-gram perhari.
Meskipun jumlah vitamin D yang terbentuk meningkat sepanjang kulit terkena sinar matahari,
tetapi sinar matahari sendiri tidak dapat menyebabkan vitamin D sampai pada tingkat
keracunan.

Chapter Dampak apabila kekurangan dan kelebihan Vitamin D


Akibat apabila kekurangan vitamin D: penyakit rakhitis pada anak-anak, osteomalacia
pada orang dewasa, hypoplasia dan kerusakan gigi geligi, rakhitis dan osteomalacia di daerah
tropik, tetapi karena serum Ca rendah sehingga kejang-kejang serta gangguan parathyroid.
Akibat apabila kelebihan Vitamin D: muntah-muntah, sering kencing dan mencret,
neuralgia (nyeri syaraf urat), sakit kepala dan pusing-pusing, rasa sakit pada gigi dan gusi
serta rasa sakit pada otot-oto dan tulang.
Kelompok Vitamin DKelompok vitamin D mencakup ergokalsiferol (D2), kolekalsiferol
(D3 alamiah) dan beberapa turunannya yang semuanya memiliki rumus steroid. Dengan nama
umum vitamin D, selanjutnya dimaksudkan zat-zat tersebut dengan aktivitas biologis dari
kolekalsiferol alamiah.
Vitamin D2 dibentuk dalam tubuh dari provitamin ergosterol yang antara lain terdapat
dalam ragi. Vitamin D3 terdapat dalam ikan berlemak dan minyak ikan kebeljauw bersama
vitamin A dan relatif sedikit dalam susu, kuning telur dan hati.
Reabsorpsinya dari usus baik melalui limfe memasuki darah dalam bentuk chylomikron,
suatu lipropotein besar. Khasiatnya Vitamin D berdaya menstimulasi reseptor aktif dari
kalsium dan fosfat dari usus halus, juga reabsorpsinya oleh ginjal. Skema pembentukan
vitamin D aktif dan regulasi kadar kalsium plasma dapat dilihat pada Gambar 9.1.4.
Gambar 9.1.4
Aktifasi vitamin D dan regulasi kadar kalsium plasma

Chapter Ergokalsiferol (kalsiferol, vitamin D2)


Adalah vitamin D tertua (1921) yang banyak digunakan dalam sediaan multivitamin.
Dosis: pada defisiensi 1000-2000 mg sehari, sebagai penunjang 400U. Pada sindrom
malabsorpsi 10-50000U sehari, pada hipoparatirosis 50-200000U sehari.
a. Kolekalsiferol (vitamin D3, cholecalsiferol, devaron, Neo-dohyfral)
Adalah vitamin D alamiah dengan efek lambat, tetapi bertahan lama karena adanya timbunan
lemak dan hati.
b. Kalsitriol (1, 25-dihidroksikolekalsiferol, Hitrol®, kolkatriol®)
Adalah metabolit vitamin D3 yang paling aktif (1978) dengan kerja panjang (plsma t ½ 7-12
jam). Hormon ini terikat pada reseptor vitamin D. Kalsitriol disintesa dalam ginjal dari 25-
hidroksi-kalsiferol, yang terbentuk di dalam hati dari kole kalsiferol. Perbandingan aktivitas nya
adalah sebagai berikut: 1 mcg kalsitriol = 1 mcg alfakalsidol
= 100 mcg kalsifediol = = 500 mg DH-tachysterol.
Dosis: pada rachitis dan hipoparatirosis permulaan oral 250 mcg sehari, bila perlu dinaikkan
250 mcg setiap minggu dengan kadar Ca dalam darah sebagai penuntun.
c. Alfakalsidol {1-α-hidroksikalsidol, 1(OH)D3}
Adalah derivate yang hanya perlu hidroksilasi dalam hati untuk menjadi kalsitriol aktif (1978),
sehingga dapat digunakan dalam insufisiensi ginjal. Mulai efeknya lebih cepat (dalam beberapa
hari) dibandingkan vitamin D2 dan D3. Dosis: pada defisiensi permulaan oral 250-500 mcg
sehari, bila perlu dinaikkan 250 mcg setiap Minggu.
3. Vitamin E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak
dan dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen
selular untuk tetap melakukan oksidasi dan
mencegah lisis sel darah merah. Jika terdapat
ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan
lemak, vitamin E diabsorpsi di saluran pencernaan
dan disimpan di seluruh jaringan, terutama liver,
otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu
dan sisanya melalui urin.
Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau sayuran.
Vitamin E banyak terdapat pada buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama
kecambah. Contoh sayuran yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji
gandum, minyak kedelai, biji bunga matahari, buncis, ubi jalar, dan sayuran berwarna hijau.
Vitamin E lebih banyak pada makanan segar yang belum diolah. Selain itu, ASI juga
banyak mengandung vitamin E untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentukpil, kapsul, dan lain-lain
sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah terlebih dahulu ada. Vitamin yang sudah dikemas
dalam berbagai bentuk ini banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap berguna.
Fungsi dari Vitamin E, yaitu antara lain:
a. Meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan kesuburan,
meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner.
b. Berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga, meningkatkan
elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari
kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka.
c. Sebagai Antioksidan. Semua vitamin E adalah antioksidan dan terlibat dalam banyak
proses tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan alami yang membantu melindungi
struktur sel yang penting terutama membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal
bebas. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E
bekerja dengan cara mencari, bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal bebas. Dalam
reaksi tersebut, vitamin E sendiri diubah menjadi radikal. Namun, radikal ini akan
segera beregenerasi menjadi vitamin aktif melalui proses biokimia yang melibatkan
senyawa lain.
d. Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dari
kerusakan. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan melindungi
vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi hewan dari akibat
berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung pembentukan radikal bebas.

Meskipun vitamin E sangat penting bagi tubuh kita, tetapi bukan berarti kita dapat
mengkonsumsi dalam dosis besar melalui suplemen. Bentuk suplemen sering diresepkan
untuk mengobati kekurangan vitamin E, namun konsumsi berlebihan dari yang dibutuhkan
dapat merusak kesehatan. Beberapa efek samping yang umum, terkait dengan bentuk
suplemen vitamin E; mual, sakit kepala, penglihatan kabur, kesulitan saat bernapas,
pembengkakan wajah atau bibir, gatal-gatal atau eksim pada kulit.
Penggunaan topikal vitamin E dapat menyebabkan perkembangan ruam kulit. Meskipun
vitamin E dapat membantu mengurangi kerutan pada kulit, menggunakan produk perawatan
kulit yang mengandung vitamin E dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan iritasi.
Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat
sari kadar serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen
peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom malabsorpsi
dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak. Penggunaan vitamin E untuk
penyakit yang mirip dengan keadaan yang timbul akibat defisiensi vitamin E, seperti distrofia
otot, abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum hasilnya mengecewakan.
Kekurangan vitamin E akan menyebabkan sel darah merah terbelah. Proses ini disebut
hemolisis eritrocit dan dapat dihindari dengan vitamin E. Akibat lain kekurangan vitamin E
adalah:
a. perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot;
b. kelemahan dan kesulitan berjalan;
c. kelainan kulit;
d. pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu
penyerapan lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi. Namun, kekurangan
vitamin E sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam
makanan, terutama dalam minyak sayur. Pada manusia kekurangan vitamin E bisa
disebabkan karena diet yang sangat buruk dalam jangka waktu lama.

Dosis yang dianjurkan pada defisiensi anak-anak oral 1 UI/kgBB, bayi prematur 5-25
UI sehari. Untuk prevensi dewasa 60-75mg sehari, dosis alternatif sebagai antioksidan 400-
600mg/hari.

4. Vitamin K
Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu K1
(filokuinon=fitonadion) dan vitamin K2
(senyawa menakuinon), dan 1 jenis vitamin K
sintetik. Vitamin K1, yang digunakan untuk
pengobatan, terdapat pada kloroplas sayuran
berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin K2
disintesis oleh bakteri Garam-positif. Vitamin
K sintetik, yaitu vitamin K3 (menadion)
merupakan derivat naftokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya
yang larut dalam air, menadion natrium difosfat, di dalam tubuh diubah menjadi menadion.
Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan beberapa
faktor pembekuan darah, yaitu protombin. Selain itu, vitamin K membantu mengaktifkan
osteocalsin, protein pembangun tulang, dan menjaga tulang dari kerapuhan (osteoporosis)
pada usia tua.
Absorbsi vitamin K melalui usus sangat bergantung dari kelarutannya. Absorbsi
filokuinon dan menakuinon hanya berlangsung baik bila terdapat garam-garam empedu,
sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat diabsorbsi walaupun tidak ada
empedu. Berbeda dengan filokuinon dan menakuinon yang harus melalui saluran limfe lebih
dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air dapat langsung masuk ke sirkulasi darah.
Vitamin K alam dan sintetik diabsorbsi dengan mudah setelah penyuntikan secara i.m. bila
terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi hipoprotombinemia setelah beberapa
minggu, sebab persediaan vitamin K di dalam tubuh hanya sedikit.
Vitamin K berguna untuk mencegah atau mengatasi pendarahan akibat defisiensi
vitamin K. Defisiensi vitamin K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi, berkurangnya bakteri
yang mensintesis vitamin K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu yang dapat
memengaruhi aktivitas vitamin K.
Defisiensi vitamin K akibat asupan yang tidak mencukupi jarang terjadi, karena vitamin
K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus. Gangguan
absorpsi vitamin K dapat terjadi pada obstruksi biliaris dan gangguan usus, seperti antibiotik
dan sulfonamid untuk waktu lama dapat memengaruhi bakteri yang mensintesis vitamin K di
usus.

D. MINERAL DAN ELEMEN SPURA

Mineral adalah senyawa anorganik yang dalam jumlah kecil merupakan bagian
darienzimmengatur berbagai fs fisiologis.Elemen spura (spura = kecil) adalah mineral
anorganik esensial bagi metabolisme tubuh, dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 20
mg/hari.

1. Besi (Fe)
Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin. Defisiensinya menyebabkan Anemia
Ferriprive. Lebih mudah diserap usus dalam bentuk ferro karena mekanisme autoregulasi
yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat di dalam sel-sel mukosa usus. Pada kondisi
normal diserap tubuh hingga 10%, pada keadaan defisiensi bisa lebih banyak. Besi diserap
tubuh dalam 2 bentuk heme dan non-heme. Vit C dapat membantu penyerapan Fe dengan cara
mereduksi bentuk Ferri menjadi Ferro atau membentuk ikatan bersama besi menjadi Ferro-
Askorbat.
Makanan yang mengandung Fe antara lain: berbagai sayuran hijau (bayam, kangkung),
kentang, daging, hati, dan berbagai kacang-kacangan.
Faktor yang memengaruhi penyerapan Fe:
a. Bentuk besi, Besi heme lebih mudah di serap dibanding non-hem. Karena besi Heme
berbentuk fero dan memiliki struktur yang mirip vit B12
penyerapan non-heme.
b. Asam organik, membantu penyerapan besi non-heme dengan mengubah bentuk feri
menjadi bentuk fero.
c. Asam fitat dan Asam oksalat, menghambat penyerapan besi.
d. Tanin, menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.
e. Tingkat keasaman lambung, meningkatkan daya larut besi.
f. Kebutuhan tubuh, kebutuhan besi meningkat bila masa pertumbuhan. Absorpsi besi non
hem dapat meningkat sepuluh kali lipat, sedangkan besi hem dua kali lipat.

Metabolisme: ferro terabsorpsi diubah menjadi ferri (di sel mukosa) selanjutnya terikat
pada transferin untuk didistribusikan sebagai kompleks transferin atau disimpan sebagai
feritin di dalam sel mukosa.
Distribusi: sebagian besar digunakan untuk: sintesis Hb dan besi fungsional (kompleks
mioglobin dan enzim mengandung Fe), sisanya simpan di RE (IV: hati, ORAL: limpa dan
sum- sum tulang) sebagai feritin dan hemosiderin.
Ekskresi: sedikit sekali melalui sel epitel kulit dan sal cerna, keringat, urin, feces, kuku,
dan rambut yang dipotong.
Efek samping: nausea, muntah, sakit kepala, sembelit-diare, perdarahan lambung usus,
kerusakan hati, konvulsi, koma, penurunan tekanan darah hebat, penimbunan besi pada RE
(hemosiderosis).
Intoksikasi akut (banyak pada anak2):
a. Setelah menelan 1 g: kelainan saluran c nekrosis).
b. Gejala : mual, muntah, diare, hematemesis, feces hitam, syok, kolaps kardiovaskular.

Terapi keracunan: Deferoksamin (chelating agent) yang secara oral menghambat


absorpsi, secara parenteral besi yang sdh diikat dikeluarkan melalui ginjal. Keuntungannya,
deferoksamin tidak menarik besi dari hemoglobin. Dosis: oral 5-10 g + parenteral 1-2g.
Zat-zat tersendiri
a. Ferrofumarat (Ferumat, Superton®)
Efek samping kecil maka dijadikan pilihan utama dalam terapi oral. Dosis:
2-3 dd 200 mg (65 mg Fe)
b. Ferroglukonat (Vitaton multi®)
Bersifat kurang merangsang sering dikombinasi dengan vit B-kompleks.
Dosis: 3 dd 48 mg Fe
c. Ferrosulfat (Ferro-Gradumet®)
Bersifat merangsang, dengan efek mual-muntah dapat diatasi dengan bentuk tablet slow release.
Dosis: oral 2 dd 525 mg (105 mg Fe) p.c.

2. Cobalt (Co)
Unsur Kobalt berkaitan erat dengan fungsi Vit B12 yang berguna dalam pembentukan
darah, dan sistem saraf. Cobalt adalah inti dari Vit B12 (cyanocobalamine). Diserap tubuh
dalam bentuk Vit. B12. Hanya bisa diserap tubuh jika berasal dari sumber makanan hewani.
Berfungsi sebagai pengganti mangan dalam aktivasi beberapa enzim, misalnya dipeptidase
glycylglycine. Tubuh membutuhkan Cobalt rata-rata sebanyak 3 mcg-1 mg/hari. Pemberian
unsur Co (co: CoCl2) tidak dapat membantu gejala defisiensi Vit B12. Cobalt yang berlebihan
dapat merusak kesehatan. Sumber makanan yang mengandung Cobalt, yakni tempe dan
oncom, dan makanan lain yang mengandung Vit.B12.
Efek Defisiensi Co menyebabkan defisiensi Vit. B12, yaitu anemia yang dapat diobati
dengan asupan vit. B12. Kelebihan logam cobalt murni di tubuh dapat menyebabkan asma,
mual, muntah, kerusakan jantung dan tiroid.

3. Krom (Cr)
Diserap tubuh hanya yang berbentuk kromium valensi 3, kromium valensi 6 bersifat
karsinogen. Berperan besar dalam kerja insulin dalam tubuh, membantu insulin dengan cara
mempermudah masuknya glukosa ke sel untuk dibakar menjadi energi. Juga membantu pada
penderita diabetes yang mengalami resistensi insulin. Penyerapan Cr oleh tubuh hanya 2%,
sedangkan tubuh memerlukan 1-2 mcg/hari. Suplemen Cr biasanya berbentuk
Chrompicolinate (Dosis: 1 dd 100-200 mcg). Sumber makanan yang mengandung Cr adalah
kopi, teh, kentang, tiram, daging olahan, biji-bijian, brokoli dan bir.
Defisiensi Chrome menyebabkan tak terkendalinya kadar gula darah, menurunnya daya
ingat serta meningkatnya risiko alzheimer. Kelebihan Chrome menyebabkan kerusakan ginjal
dan hati, ruam dan pusing.

4. Magnesium (Mg)
Berfungsi dalam proses relaksasi otot dan berperan dalam metabolisme kalsium dan
protein tulang. Penting untuk penyerapan Ca, K, dan Na. Dapat menstimulir sistem imun.
Dibutuhkan tubuh sebesar 450-500 mg/hari. Sumber makanan yang mengandung Mg antara
lain sayuran hijau, biji-bijian, ikan, alpukat dan kacang kedelai. Dosis pada penderita
osteoporosis 1-3 dd 250 mg Mg(OH)2 selama 2 tahun.
Defisiensi Mg menyebabkan jari-jari tangan dingin, kejang betis, restless leg, gangguan
sintesis dan sekresi hormon parairoid serta peningkatan tekanan darah, kejang pembuluh
koroner, dan aritmia jantung.
Kelebihan Mg menyebabkan kelesuan, kebingungan, gangguan fungsi ginjal yang
berhubungan dengan hipotensi, tachycardia atau bradychardia, kelemahan otot hyporeflexia
serta kesulitan bernapas.

5. Mangan (Mn) dan Molybden (Mo)


Berfungsi sebagai bagian enzim yang penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Terdapat dalam tubuh sebanyak 12-20 mg (terutama di dalam mitokondria).
Kebutuhan asupan sehari-hari: Mn = 5 mg, dan Mo = 1 mg. Makanan yang mengandung Mn
dan Mo adalah teh, kakao, padi-padian, kacang-kacangan. Tidak diketahui efek defisiensi dan
toksisitasnya.
6. Selenium (Se)
Berperan dalam menggantikan fungsi sulfur di dalam tubuh. Khasiat utama sebagai
antioksidan. Terutama melindungi eritrosit dari radikal peroksida (H2O2). Sebagai kofaktor
sejumlah enzim, misalnya glutation peroxyde. Menghambat proses perubahan karbohidrat
menjadi epoksida yang bersifat karsinogen. Berperan pada metabolisme Vit.E dan
mengurangi toksisitas logam berat. Tubuh membutuhkan kira-kira 30 mcg/hari. Penyerapan
Selen di tubuh dapat diganggu oleh Zn, Cu, atau Cr. Dosis: sebagai suplemen 100-200
mcg/hari. Kasus Defisiensi jarang terjadi tapi defisiensi Selen dapat meningkatkan risiko
kanker contohnya kanker payudara dan kanker prostat.

7. Seng (Zn)
Merupakan elemen spura dengan kandungan tertinggi di tubuh (1,5-2 g). Banyak
terdapat di tulang dan prostat. Merupakan ko-faktor bagi banyak enzim dalam sintesa dan
perombakan protein, lemak dan karbohidrat. Dibutuhkan asupan per hari 10-15 mg (defisiensi
= 50 mg/hari). Penyerapan di usus dibantu oleh Vit.C dan asam-asam amino, tapi dihambat
oleh Ca, P, Fe, Cu. Kebanyakan Zn dapat menghambat Cu dari enzimnya dan efek Se
terhadap anti kanker. Zn ditimbun bersama insulin dalam sel beta langerhans di pankreas.
Dosis : Defisiensi = 3 dd 200 mg ZnSO4 sebagai antioksidan = 20-50 mg/hari Zn elemen.
Defisiensi Zn menyebabkan hilangnya nafsu makan, rambut rontok, dermatitis, rabun
senja, gangguan pengecapan serta pada anak: pertumbuhan yang terlambat.
Kelebihan Zn bisa menimbulkan rasa logam di lidah, muntah dan gangguan lambung
serta seng sebanyak 1 gram atau lebih bisa berakibat fatal/kematian.

8. Tembaga (Cu)
Merupakan ko-faktor bagi sejumlah enzim, antara lain sitokrom-oksidase dan
betahidroksilase. Juga terlibat pada mobilisasi Fe. Di tubuh terkandung k.l 100 mg Cu.
Dibutuhkan tubuh 2-3 mg/hari. Diserap tubuh sebanyak 30%. Ekskresi melalui empedu dan
sedikit dinding usus. Penyerapan dapat terhambat oleh Cu. Dosis : 8-20 mg/hari CuSO4.
Makanan yang mengandung Cu, seperti kerang, kacang-kacangan, tempe, keju (terutama keju
susu kambing).
Defisiensi Cu menyebabkan anemia, kelainan darah, kelambatan psikomotor dan
mental, serangan epilepsi, serta penyakit wilson (sirosis dan degenerasi ganglia basal di otak).
Kelebihan Cu menyebabkan gangguan saluran cerna, ginjal dan hati; anemia hemolitis.
Overdose Cu diatasi dengan penisilamin, EDTA, dan sengsulfat.

E. LOGAM ALKALI

1. Kalium (K)
Merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial
untuk mengatur keseimbangan asam basa serta isotoni sel. Zat ini praktis terdapat dalam
semua makanan, antara lain banyak dalam sayuran, buah-buahan, kacang tanah,
kedele, badam, biji labu manis dan kopi. Plasma hanya mengandung 1% dari kadar total
dalam tubuh (kt), sedangkan antara kadar plasma (kp) dan kadar total dalam tubuh tidak
terdapat korelasi baik. Maka kadar plasma rendah tidak berarti bahwa kadar total dalam tubuh
juga telah berkurang dan adanya defisiensi kalium.
Suplesi kalium barulah diperlukan bila kadar total dalam tubuh telah turun dengan
nyata, seperti pada gagal jantung, cirrhosis hati dan diabetes dengan keto-acidosis.
Efek samping dari overdose: gangguan saluran cerna, nyeri setempat pada injeksi dan
radang vena. Gejala hiperkaliemia tersebut dapat terjadi bila Kalium digunakan bersamaan
dengan diuretika penghemat kalium.
Dosis profilaksis 2dd 0,6-1 gr KCl p.c, pada hipokaliemia dimulai dengan 2 gr sampai
gejalanya hilang, kemudian 2 dd 1gr.

2. Natrium (Na)
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan
penting pada regulasi tekanan osmotisnya juga pada pembentukan perbedaan potensial
(listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di saraf.
Defisiensinya bisa terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak
berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian kejang otot lengan dan perut.
Penggunaannya selain pada defisiensi Na, juga dalam bilasan 0,9% (larutan garam
fisiologis) dan dalam infus dengan elektrolit lain. Sebagai tetes mata 5% NaCl digunakan
pada udema kornea.
Efek samping pada overdose berupa udema dan naiknya tekanan darah berhubung
bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh Na. Efek ini juga dapat terjadi karena
retensi Na pada penggunaan hormon steroida.
Dosis untuk kompensasi kehilangan Na akibat kerja berat dan terlalu banyak minum air
: 5-10 gr NaCl, sebaiknya sebagai larutan 1gr per liter.

3. Kalsium (Ca)
Kalsium terdapat sebanyak 99% dalam tulang kerangka dan sisanya dalam cairan antar
sel dan plasma. Dalam bahan makanan terutama terdapat dalam susu dan telur, juga gandum
dan sayur-mayur, antara lain bayam.
Fungsinya selain sebagai bahan bangun bagi kerangka, juga sebagai pemeran penting
pada regulasi daya rangsang dan kontraksi otot serta penerusan impuls saraf.
Defisiensi kalsium menimbulkan antara lain, melunaknya tulang (osteomalacia) serta
mudah terangsangnya saraf dan otot, dengan akibat serangan kejang (tetania). Biasanya
kekurangan disebabkan karena defisiensi vitamin D dan terhambatnya resorpsi Ca atau karena
penyakit hipoparatirosis dan insufisiensi ginjal.
Resorpsinya dari usus berlangsung secara aktif dalam keadaan terikat pada calcium
binding protein (CBP), yang sintesisnya distimulasi oleh kalsitriol. Ekskresinya tergantung
pada banyak faktor, tetapi terutama melalui tinja dan hanya sedikit lewat kemih.
Penggunaannya untuk defisiensi Ca tulang yang berkaitan dengan terganggunya
resorpsi, juga setelah pembedahan tiroid dengan kerusakan pada paratiroid. Pada osteoporosis
dan prevensinya pada wanita setelah menopause, Ca diberikan bersamaan dengan bifosfonat,
vitamin D dan estrogen.
Efek sampingnya pada penggunaan oral berupa iritasi lambung-usus dan sembelit.
Hipercalciemia jarang terjadi dan bercirikan endapan Ca di ginjal (batu) dan meningkatnya
ambang rangsang saraf dan otot. Gejalanya berupa kelemahan otot, letargia, poliuria, dan
perasaan haus, akhirnya timbul koma.
Dosis : pada defisiensi, oral 2-2,5 gr Ca sehari dalam 3-4 dosis d.c. Pada osteoporosis
dan prevensinya 1-1,5 gr Ca malam hari, bersamaan dengan vitamin D dan bifosfonat. Pada
hipocalciemia hebat, i.m atau i.v Ca-glukonat 1-2 gr (larutan 10%).

4. Fluorida (F)
Fluor khusus terdapat dalam tulang gigi (dentin) dan email (pelapis kaca), juga dalam
kerangka. Sayur mayur mengandung sedikit fluor, sedangkan kadar yang tinggi terdapat
dalam daun teh.
Resorpsinya dari usus baik dan cepat; garam-garam Ca, Fe, Al dan Mg membentuk
kompleks dengan fluorida yang mengakibatkan hambatan penyerapannya, maka tidak boleh
dimakan bersamaan waktu. Ekskresinya berlangsung lewat kemih dan dapat juga dengan
keringat sewaktu transpirasi berlebihan.
Penggunaannya paling banyak untuk prevensi gigi berlubang (caries). Fluor diserap
oleh plak gigi dan di situ menghambat pula menstimulir remineralisasi sehingga kerusakan
bisa direparasi. Fluor juga menghambat pembentukan asam oleh kuman mulut, hingga
pelepasan asam kurang kuat.
Efek sampingnya pada dosis oral tinggi yang digunakan pada osteoporosis dapat
menimbulkan gangguan saluran cerna dan keluhan rematik. Juga bisa terjadi hipokalsiemia,
karena Ca ditangkap dan diinaktifkan oleh fluor. Penggunaan lokal dapat menimbulkan antara
lain reaksi alergi, sekresi ludah berlebihan dan udema lidah.
Dosis profilaksis dapat menyebabkan fluorosis, berupa bintik-bintik gelap pada email
gigi atau garis-garis putih. Dosis: prevensi caries, oral anak-anak 6-12 bulan: 1 dd 0,25 mg F
(=1 tablet NaF 0,56 mg), 1-2 tahun: 1-2 tab, 2-3 tahun: 2-3 tab, 4-6 tahun: 3-4 tab dan di atas
6 tahun: 4 tab.

5. Iodium (I)
Elemen ini terdapat dalam makanan sebagai iodida anorganis yang mudah diserap.
Kebutuhan sehari hari adalah 150-300 mcg, yang diperoleh dari makanan, seperti ikan,
kepiting, kerang dan lumut laut.
Penyakit gondok endemis pada umumnya akan timbul di daerah dimana asupan per
harinya hanya 70 mcg, yang mengakibatkan dilahirkannya 1,5% bayi dengan cretinisme.

6. Borium (B)
Elemen spura ini terdapat banyak dalam kol, daun sla (lettuce), kacang polong, kedele
dan alfalfa, juga dalam buah-buahan (apel, prune, kismis, kurma) dan kacang-kacangan
(kacang tanah, hazelnut, badam).
Elemen ini digunakan secara alternatif pada gangguan sendi (osteoarthritis) dengan
efek sangat baik. Begitu pula pada osteoporosis sesudah menopause, dimana suplesi borium
menurunkan dengan jelas ekskresi kalsium dan magnesium, sedangkan kadar estrogen darah
dinaikkan.

4) Prosedur Pembelajaran
1 kali tatap muka dikelas dengan metode SCL.

5) Prosedur Penilaian
soal multiple choice dan take home essay

6) Referensi

Masruroh, 2013. Buku Panduan: Praktik Ketrampilan Asuhan Kebidanan Nifas


Nugroho, Taufan; NURREZKI; WARNALIZA, Desi; WILIS. 2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Astuti, Sri dkk..2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangg
Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Pres
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Editor Suyono
Riyadi.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
BAB IV PENUTUP

Demikianlah modul ini dibuat agar bermanfaat bagi mahasiswa dan juga dosen pengampu
mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan perkuliahan dapat berjalan dengan lancer. Modul
ini diharapkan dapat membekali mahasisiwa dalam menyonsong praktik profesi.
RANCANGAN TUGAS

I. PENUGASAN MATA KULIAH (1)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 1 Pertemuan ke : 1
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar

1. TUJUAN TUGAS:
Mahasiswa mampu merumuskan dan menyusun makalah tentang perubahan
anatomi dan fisiologi ibu nifas pada setiap sistem tubuh dalam bentuk paper
2. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan :
Penyusunan makalah tentang anafisiologi pada ibu nifas.
b. Batasan yang harus dikerjakan:
1) Setiap kelompok praktikum dibagi menjadi 2 kelompok kecil dan
melakukan pencarian literature terkait dengan perubahan anatomi dan
fisiologi ibu nifas pada setiap sistem tubuh
2) Merumuskan perubahan anatomi dan fisiologi ibu nifas pada setiap
sistem tubuh
3) Mendokumentasikan perubahan anatomi dan fisiologi ibu nifas pada
setiap sistem tubuh
c. Metode/Cara Pengerjaan(acuan cara pengerjaan):
1) Setiap kelompok mahasiswa mendapat tugas membuat makalah
perubahan anatomi dan fisiologi ibu nifas pada setiap sistem tubuh
sebanyak 1 laporan
2) Setiap kelompok menyusun hasil diskusi tentang merumuskan
perubahan anatomi dan fisiologi ibu nifas pada setiap sistem tubuh
dalam paper
3) Tugas diserahkan paling lambat 4 minggu setelah penugasan
dikirim ke alamat email
d. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:
Mahasiswa mampu menyusun tentang perubahan anatomi dan fisiologi
ibu nifas pada setiap sistem tubuh dalam bentuk paper
e. Bobot dan system penilaian
- Bobot tugas 5 % dari total nilai
- Penilaian Softskills
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills

GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A 81>….. yang sistematis,benar dan bahasa baik
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B 61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C 41-60 analisis yang tidak sistematis
D 21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab

b. Penilaian Softskills
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor

Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadangtidak melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya
II. PENUGASAN MATA KULIAH (2)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 4 Pertemuan ke : 9
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar

1. TUJUAN TUGAS:
Mahasiswa mampu membuat resume EBM (evidence based midwifery) dari hasil
penelitian terkait masa nifas dikaitkan dengan asuhan masa nifas secara holistic
2. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan :
Melakukan pencarian artikel jurnal yang berkaian dengan hasil penelitian pada masa nifas
lalu dibuta resume nya.
b. Batasan yang harus dikerjakan:
1) Setiap mahasisiwa melakukan pencarian literature terkait dengan penelitian
tentang masa nifas dan diresume hasilnya lalu dikumpulkan olektif kepada
PJ MK praktikum untuk dijilid menjadi sekumpulan hasil riset EBM pada
masa nifas.
2) Melampirkan artikel jurnal yang diresume.
3. Metode/Cara Pengerjaan(acuan cara pengerjaan):
a. Setiap individu mahasiswa mendapat tugas membuat makalah resume hasil
peneltian pada ibu nifas.
b. Setiap mahasisiwa menyusun hasil resume artikel peneliian dan melampirkan
artikel jurnalnya.
c. Setiap kelompok kecil mengumpulkan tugas pda dosen pengampu praktikum
d. Tugas diserahkan paling lambat 4 minggu setelah penugasan di kirim ke
email

4. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:


Mahasiswa mampu menyusun makalah dan asuhan ibu nifas secara komprehensif

5. Bobot dan system penilaian


Bobot tugas 5% dari total nilai
Penilaian Softskills

4. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills
GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A
81>…. yang sistematis,benar dan bahasa baik
. Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B
61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C
41-60 analisis yang tidak sistematis
21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
D
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab
b. Penilaian Softskills
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor

Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadangtidak
melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya
III. PENUGASAN MATA KULIAH (3)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 6 Pertemuan ke : 14
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar
1. TUJUAN TUGAS
Mahasiswa menyusun media promosi tentang KIE ASI Menyusui
termasuk didalamnya terkandung bahan pendidikan kesehaan tentang
manajemen ASI perah.
2. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan:
Identifikasi dan menyusun media promosi tentang KIE ASI
Menyusui termasuk bahan edukasi tentang manajemen ASI perah.
b. Batasan yang harus dikerjakan:
Setiap kelompok praktikum dibagi menjadi 2 keompok, diminta
untuk menyusun media promosi tentang KIE ASI Menyusui
termasuk didalamnya terkandung bahan pendidikan kesehaan
tentang manajemen ASI perah.
c. Metode/Cara Pengerjaan (acuan cara pengerjaan):
1) Penugasan ini diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung
2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (5 kelompok kecil)
3) Setiap kelompok melakukan diskusi tentang pengertian, tujuan, perandan
tanggungjawab bidan,dan tahap masa nifas
3. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:
Mahasiswa mampu menyusun media promosi
4. Bobot dan system penilaian
Bobot tugas 5% dari total nilai
Penilaian Softskills

5. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills
GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A
81>…. yang sistematis,benar dan bahasa baik
. Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B
61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C
41-60 analisis yang tidak sistematis
21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
D
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab

b. Penilaian Softskills
94
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor
Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadangtidak melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

95
IV. PENUGASAN MATA KULIAH (4)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 6 Pertemuan ke : 14
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar

1. TUJUAN TUGAS:
Mahasiswa mampu membuat media promosi kesehatan lembar balik untuk
KIE psikososial dan spiritual ibu nifas
2. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan:
Lembar balik untuk media KIE psikososial dan spiritual ibu nifas
b. Batasan yang harus dikerjakan:
1) Setiap kelompok melakukan pencarian literature terkait dengan
psikososial dan spiritual ibu nifas secara holistik
2) Merumuskan psikososial dan spiritual ibu nifas secara holistik
3) Mendokumentasikan psikososial dan spiritual ibu nifas secara
holistik
c. Metode/CaraPengerjaan(acuan carapengerjaan):
1) Setiap kelompok mahasiswa mendapat tugas membuat lembar
balik sebagai media KIE Psikososial dan spiritual ibu nifas
secara holistic
2) Setiap kelompok menyusun hasil diskusi tentang Psikososial dan
spiritual ibu nifas dalam bentuk lembar balik sebagai media KIE
3) Tugas diserahkan paling lambat 1 minggu sebelum UAS
d. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:
Mahasiswa mampu menyusun lembar balik sebagai media
KIE Psikososial dan spiritual ibu nifas
3. Bobot dan system penilaian
Bobot tugas20% dari total nilai
Penilaian Softskills
4. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills
GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A
81>…. yang sistematis,benar dan bahasa baik
. Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B
61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C
41-60 analisis yang tidak sistematis
21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
D
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab

c. Penilaian Softskills
96
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor

Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadangtidak melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

97
V. PENUGASAN MATA KULIAH (5)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 8 Pertemuan ke : 14
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar

1. Obyek Garapan:
Penatalaksanaan asuhan pada ibu nifas normal secara holistik dilakukan praktikum
Klinik di lapangan
2. Batasan yang harus dikerjakan:
a. Setiap kelompok praktikum mengambil 1 kasus nifas di lahan raktikum
klinik di lahan praktik dan melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada pasien.
b. Mendokumentasikan dalam bentuk laporan studi kasus berkaitan hasil
asuhan kebidanan pada ibu nifas perubahan, masalah dan kebutuhan ibu
nifas secara holistik

3. Metode/CaraPengerjaan(acuan carapengerjaan):
a. Setiap kelompok mahasiswa mendapat tugas membuat mengambil 1 kasus
nifas di lahan raktikum klinik di lahan praktik dan melakukan
pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada pasien.
b. Setiap kelompok menyusun hasil diskusi dalam bentuk asuhan kebidanan
SOAP
c. Tugas diserahkan paling lambat 1 minggu sebelum UAS
d. Sistemtika Laporan
BAB I Pendahuluan (Ltara belakang dan Tujuan)
BAB II Tinjauan Pustaka/Teori
BAB III ( SOAP Asuhan Kebidanan Nifas/kasus)
BAB IV (Pembahasan)
BAB V (Penutup)
Daftar Pustaka

4. Deskripsi Luaran tugas yangd ihasilkan:


Mahasiswa mampu menyusun makalah dan asuhan ibu nifas secara
komprehensif dalam bentuk SOAP

5. Bobot dan system penilaian


Bobot tugas20% dari total nilai
Penilaian Softskills

6. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills
GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A
81>…. yang sistematis,benar dan bahasa baik
. 98
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B
61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C
41-60 analisis yang tidak sistematis
21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
D
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab

d. Penilaian Softskills
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor
Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadangtidak melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

99
VI. PENUGASAN MATA KULIAH (6)

Nama Mata Kuliah : Dasar Asuhan SKS : 4 sks


Kebidanan Nifas
ProgramStudi : Kebidanan Jenjang Fakultas : Ilmu Kesehatan
Diploma III
Minggu ke : 8 Pertemuan ke : 14
Fakultas : Ilmu Kesehatan Bobot nilai : 10%
Materi : Kontrak Belajar

1. TUJUAN TUGAS:
Mahasiswa mampu membuat media promosi kesehatan lembar balik
untuk KIE persiapan ibu pulang (discharge planning)
2. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan:
Lembar balik untuk media KIE persiapan ibu pulang (discharge planning)
b. Batasan yang harus dikerjakan:
1) Setiap kelompok melakukan pencarian literature terkait dengan
KIE persiapan ibu pulang (discharge planning) secara holistik
2) Merumuskan KIE persiapan ibu pulang (discharge planning)
secara holistik
3) Mendokumentasikan KIE persiapan ibu pulang (discharge
planning) secara holistik

c. Metode/CaraPengerjaan(acuan carapengerjaan):
1) Setiap kelompok mahasiswa mendapat tugas membuat lembar
balik sebagai media KIE persiapan ibu pulang (discharge
planning) secara holistic
2) Setiap kelompok menyusun hasil diskusi tentang persiapan ibu
pulang (discharge planning) dalam bentuk lembar balik sebagai
media KIE
3) Tugas diserahkan paling lambat 1 minggu sebelum UAS

d. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:


Mahasiswa mampu menyusun lembar balik sebagai media KIE
persiapan ibu pulang (discharge planning)

3. Bobot dan system penilaian


Bobot tugas20% dari total nilai
Penilaian Softskills

4. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian Hard Skills
GRADE SKOR DESKRIPSI

Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis


A
81>…. yang sistematis,benar dan bahasa baik
. Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat, analisis
B
61-80 yang sistematis dan benar
Hasil jawaban menggunakan metode yang tepat dan
C
41-60 analisis yang tidak sistematis
21-40 Hasil jawaban menggunakan metode yang kurang tepat,
D
analisis yang tidak sistematis
E …<20 Tidak menjawab

e. Penilaian Softskills
KRITERIA Penilaian sikap tanggung jawab
Skor
Kurang cukup Baik SangatBaik
No AspekPengamatan 1 2 3 4
1 Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2 Menerima resiko dari tindakan
yangdilakukan
3 Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4 Mengembalikan barang
yang
5 Meminta
Dipinjam maaf atas kesalahan
Yang dilakukan
Jumlah Skor

Keterangan
1. Sangat Baik (SB)/4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
2. Baik (B)/3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadangtidak melakukannya.
3. Cukup(C) /2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukannya.
4. Kurang(K)/1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya
Yogyakarta, 3 September 2019
Disahkan oleh Disusun oleh
Ketua Prodi An. Tim Dosen
Dosen Penanggun-Jawab

Herlin Fitriani K, S.SiT., Evi Wahyuntari, M. Keb


M.Kes
LAMPIRAN PANDUAN PRAKTIKUM
PEMBELAJARAN DISKUSI ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA DAN MEKANISME
LAKTASI IBU NIFAS
NO KEGIATAN WAKTU KET.
1. Pengantar dari dosen pengampu terkait 10 menit Dosen
perubahan fisik masa nifas
2. Mendiskusikan anatomi fisiologi payudara dan 90 menit Mahasiswa
mekanisme laktasi pada ibu nifas dengan
pantom payudara.
3. Membuka sesi tanya jawab 10 menit Mahasiswa
4. Klarifikasi dari hasil pembelajaran, menutup 10 menit Dosen
perkuliahan

CEKLIST PENILAIN PRESENTASI ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA DAN


MEKANISME LAKTASI IBU NIFAS
NO KEGIATAN Nilai
0 1 2
Persiapan
1. Kedatangan tepat waktu
2. Kelengkapan presentasi ( makalah, askeb,
literatur penunjang)
Proses Presentasi
3. Bahasa penyajian
4 Penguasaaan forum
5 Penguasan materi
Diskusi
6. Penguasaan pengetahuan terkait topik diskusi
7 Ketepatan dalam menjawab dan
berargumentasi
8 Pengelolaan sikap dan emosi
9 Performan (kerapihan, penampilan diri)
Nilai
CHECK LIST VULVA HYGIENE DAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM.
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
SIKAP DAN PERILAKU 0 1 2
1 Membaca catatan medis dan memastikan identitas pasien (nama,
tanggal lahir, dan nomor rekam medis)
2 Mengucapkan salam dan menyapa klien serta menjelaskan tujuan
dan prosedur yang akan dilaksanakan
3 Komunkasi selama melakukan tindakan
4 Tanggap terhadap keluhan pasien
5 Teruji sabar, teliti dan ramah
6 Memberikan informed consent

CONTENT / ISI 0 1 2
7 Mencuci tangan dan dikeringkan dengan handuk pribadi *
8 Menutup privasy *
9 Menganjurkan pasien untuk berbaring dengan posisi dorsal
recumbent
10 Membuka pakaian bagian bawah
11 Memasang perlak dengan pengalas *
12 Memakai sarung tangan DTT *
13 Memasang pispot
14 Mendekatkan alat (kom berisi kapas DTT,kom Bethadine botol
berisi air untuk cebok, bengkok)
15 Meminta pasien untuk BAK
16 Mengguyur vulva dengan air bersih
17 Mengambil kapas DTT secukupnya *
18 Mengusap labia mayora kanan kiri dengan kapas DTT*
19 Mengusap labia minora, kanan kiri dengan kapas DTT*
20 Mengusap bagian vestibulum mulai dari klitoris sampai perineum
dari atas ke bawah*
21 Memeriksa luka dan mengidentifikasi tanda-tanda infeksi
(REEDA)
22 Menekan luka dengan bethadine( tidak di kompres)
23 Memakaikan pembalut dan celana dalam dengan benar dan
nyaman *
24 Melakukan dekontaminasi alat
25 Merapihkan ibu
26 Menyampaikan kepada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai
27 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
28 Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan

TEKNIK 0 1 2
29 Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan
30 Menjaga privasi pasien
31 Melaksanakan tindakan dengan efektif & efisien
32 Tanggap terhadap respon pasien
33 Melakukan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu

Total Score : 66
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN KIE ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS

Nilailah setiap kinerja yang diamati dengan skala nilai sebagai berikut:
0 : Langkah tidak dikerjakan
1 : Langkah dikerjakan belum benar atau tidak sesuai urutan (jika harus
berurutan)
2 : Langkah dikerjakan dengan benar atau sesuai dengan urutan (jika harus
berurutan)
NO ASPEK YANGDINILAI NILAI
A SIKAP DAN PERILAKU 0 1 2
1 Membaca catatan medis dan memastikan identitas
pasien (nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis)
2 Mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah,
mempersilahkan klien duduk dengan tubuh agak
condong ke klien
3 Bersikap sabar, sopan, dan teliti
4 Memperhatikan keamanan dan kenyamanan (privacy)
lingkungan
B ISI
5 Intonasi sesuai dengan penekanan serta Volume suara
memadai
6 Menjelaskan keadaan psikologis ibu nifas:
1. Taking In
Keadaan ibu di hari ke 1-2 postpartum, ibu
bersikap pasif, ingin bercerita pengalaman
berulang-ulang, masih sangat tergantung dengan
keluarganya.*
2. Taking Hold/ Taking On
Ibu post partum 2-4 hari, ibu mulai ingin
mandiri memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya,
tetapi masih ragu akan kemampuannya merawat
bayinya, ibu mulai mengambil kontrol kembali
pemulihan kesehatannya. *
3. Letting Go
Ibu postpartum (3-4 hari) Keadaan ibu sudah
pulih dan pulang dari RS/Klinik, ibu mulai
merawat dan memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya secara mandiri. *
4. Postpartum Blues
Ibu postpartum hari ke-4
Gejala: ibu sedih, lelah, susah tidur, ekspresi
murung, tampak tak bersemangat, *
5. Depresi dan psikosa psostpartum
Keadaan ibu postpartum blues hingga nafsu
makan menurun, tidak mau merawat bayinya,
mudah lelah dan merasa tidak bahagia. *
7 Menjelaskan kepada ibu untuk mendapatkan cukup
istirahat dan ketenangan.
8 Menjelaskan kepada ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
9 Menjelaskan perlunya dukungan suami dan keluarga
saat masa nifas.
10 Menjelaskan kepada ibu untuk selalu berfikir positif dan
percaya diri bahwa ibu mampu merawat diri dan
bayinya. *
11 Memastikan ibu memahami penjelasan petugas
kesehatan dengan menanyakan kepada ibu apakah ibu
sudah mengerti.
12 Memberikan informasi sesuai kebutuhan klien dengan
menggunakan alat bantu.
13 Menjelaskan kapan kunjungan ulang, mengakhiri
pertemuan dan mengucapkan terimakasih. *
14 Pendokumentasian asuhan
TEKNIK
15 Melaksanakan kegiatan dengan sistematis dan percaya
diri
16 Memberikan perhatian terhadap respon pasien
JUMLAH

Nilai : skor jumlah item yang dikerjakan x 100


32

Penguji,

(...............................................)
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN KIE POSTPARTUM (SPIRITUAL)

Nilailah setiap kinerja yang diamati dengan skala nilai sebagai berikut:
0 : Langkah tidak dikerjakan
1 : Langkah dikerjakan belum benar atau tidak sesuai urutan (jika harus
berurutan)
2 : Langkah dikerjakan dengan benar atau sesuai dengan urutan (jika harus
berurutan)

NO ASPEK YANGDINILAI NILAI


A SIKAP DAN PERILAKU 0 1 2
1 Membaca catatan medis dan memastikan identitas
pasien (nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis)
2 Mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah,
mempersilahkan klien duduk dengan tubuh agak
condong ke klien
3 Kontak mata dengan cara yang dapat diterima budaya
setempat, kemudian meminta persetujuan klien
4 Memperhatikan keamanan dan kenyamanan (privacy)
lingkungan
B ISI
5 Intonasi sesuai dengan penekanan serta Volume suara
memadai
6 Membimbing ibu dan keluarga untuk doa setelah bayi
lahir sesuai dengan agamanya.
7 Menjelaskan setelah bayi lahir bisa diadzankan dan
iqamah ditelinga bayi secara lembut
8 Menjelaskan pada ibu untuk membaca doa sebelum
menyusukan bayinya *
9 Menjelaskan pada ibu untuk memberi nama bayi yang
baik (islami)
10 Menjelaskan pada ibu bayi anjuran memotong rambut
bayi setelah kelahiran
11 Menjelaskan pada ibu anjuran melakukan aqiqoh sesuai
dengan kemampuan dengan tenggang waktu (1 minggu,
2 minggu atau 4 minggu)
12 Menjelaskan pada ibu cara mandi besar setelah suci dari
nifas *
13 Menjelaskan kepada ibu kapan ibu boleh beribadah
(shalat, puasa) setelah masa nifas. *
14 Menjelaskan kepada ibu kapan ibu dan suami boleh
melakukan hubungan seksual setelah masa nifas *
15 Memastikan ibu memahami penjelasan petugas
kesehatan dengan menanyakan kepada ibu apakah ibu
sudah mengerti.
16 Memberikan informasi sesuai kebutuhan klien dengan
menggunakan alat bantu.
17 Menjelaskan kapan kunjungan ulang, mengakhiri
pertemuan dan mengucapkan terimakasih. *

10
8
18 Pendokumentasian asuhan
TEKNIK
19 Melaksanakan kegiatan dengan sistematis dan percaya
diri
20 Memberikan perhatian terhadap respon pasien
JUMLAH

Nilai : skor jumlah item yang dikerjakan


40

Penguji,

(...............................................)

10
9
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN KIE POSTPARTUM (SOSIAL)

0 : jika item penilaian tidak dikerjakan


1 : jikaitem dilakukan tetapi tidak sempurna
2 :jika item dilakukan dengan sempurna
NO ASPEK YANGDINILAI NILAI
A SIKAP DAN PERILAKU 0 1 2
1 Membaca catatan medis dan memastikan identitas
pasien (nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis)
2 Mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah,
mempersilahkan klien duduk dengan tubuh agak
condong ke klien
3 Kontak mata dengan cara yang dapat diterima budaya
setempat, kemudian memnita persetujuan klien
4 Memperhatikan keamanan dan kenyamanan (privacy)
lingkungan
B ISI
5 Intonasi sesuai dengan penekanan serta Volume suara
memadai
6 Menjelaskan pentingnya kedekatan ibu, suami dan bayi
serta keluarga
7 Menjelaskan rencana mengasuh bayi sebaiknya diasuh
oleh ibu, suami dan keluarga
8 Menjelaskan pada ibu keluarga dapat mendampingi
sampai pulang dari RS setelah kelahiran *
9 Menjelaskan pada ibu mungkin dikeluarga ada
beberapa budaya masa nifas terutama pantangan
makan yang bertentangan dengan kesehatan. *
10 Menjelaskan adanya pijat tradisional dari dukun yang
kadang bisa membahayakan ibu dan bayi. *
11 Menjelaskan pada ibu adanya ritual-ritual tertentu di
masyarakat misalnya mengoleskan ramuan-ramuan
asal tidak pada luka post SC dan tali pusat. *
12 Memberikan informasi sesuai kebutuhan klien dengan
menggunakan alat bantu.
13 Menjelaskan kapan kunjungan ulang, mengakhiri
pertemuan dan mengucapkan terimakasih.
14 Pendokumentasian asuhan
TEKNIK
15 Melaksanakan kegiatan dengan sistematis dan percaya
diri
16 Memberikan perhatian terhadap respon pasien
JUMLAH

11
0
Asuhan Kebidanan III (Nifas)

PENUNTUN BELAJAR MENGGANTI BALUTAN


PADA LUKA POST SC
Nilailah setiap kinerja yang diamati dengan skala nilai sebagai berikut:
0 : Langkah tidak dikerjakan
1 : Langkah dikerjakan belum benar atau tidak sesuai urutan (jika harus
berurutan)
2 : Langkah dikerjakan dengan benar atau sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)

No Keterampilan Kasus
0 1 2
1. Persiapan Pasien
- Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien
- Menjaga privasi pasien
- Mengatur posisi pasien yang nyaman
- Mendekatkan alat
- Memakai APD
- Mencuci tangan, keringkan dengan handuk pribadi
2 Memakai sarung tangan bersih
Melakukan palpasi abdomen
- Tinggi fundus uteri
- Kontraksi uterus
- Nyeri tekan
3. Lepaskan plaster/hypafik dengan hati-hati
4. Angkat balutan luar dengan pinset anatomi, buang
balutan ke dalam begkok
5. Letakkan pinset pada tempatnya
6 Lepaskan sarung tangan bersih
7. Buka steril set
8. Pakailah dua sarung tangan steril
9. Buka balutan dalam dengan pinset kemudian buang
balutan kotor, perhatikan lukanya
10. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik arah dari
arah atas ke bawah/dari pusat luka ke arah luar hingga
bersih
11. Keringkan luka dengan kasa steril
12. Oleskan obat sesuai petunjuk
13. Tutup luka dengan kasa steril
14. Lepaskan sarung tangan, masukkan dalam larutan DTT
15. Pasang plester/hypafik kembali
Menilai pengeluaran vagina (lochea)
16. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan
beritahukan hasilnya
17. Mengkaji respon pasien selama tindakan
18. Bereskan alat-alat
19. Mencuci tangan
20. Laporkan hasil perawatan luka bila perlu kolaborasi
lanjut
21. Dokumentasikan hasil perawatan luka pada status
pasien
PEMBELAJARAN DISKUSI FARMAKOLOGI

NO KEGIATAN WAKTU KET.


1. Pengantar dari dosen pengampu terkait 5 menit Dosen
kebutuhan obat pada ibu nifas
2. Membagi kelompok menjadi 4 bagian, dan 50 menit mahasiswa
mendiskusikan:
Kebutuhan obat pada ibu nifas
A. Menjelaskan farmakologi obat antibiotik
B. Menjelaskan farmakologi obat analgetik
C. Menjelaskan farmakologi obat uterotonika
D. Menjelaskan farmakologi obat roboransia
3. Mempresentasikan hasil diskusi masing- 30 menit Mahasiswa dan
masing kelompok, dan menyajikan contoh dosen
obatnya
4. Membuka sesi tanya jawab 20 menit mahasiswa
5. Klarifikasi dari hasil diskusi, menutup 15 menit dosen
perkuliahan
CEKLIST PENILAIN PRESENTASI FARMAKOLOGI
NO KEGIATAN Nilai
0 1 2
Persiapan
1. Kedatangan tepat waktu
2. Kelengkapan presentasi ( makalah, askeb,
literatur penunjang)
Proses Presentasi
3. Bahasa penyajian
4 Penguasaaan forum
5 Penguasan materi
Diskusi
6. Penguasaan pengetahuan terkait topik diskusi
7 Ketepatan dalam menjawab dan
berargumentasi
8 Pengelolaan sikap dan emosi
9 Performan (kerapihan, penampilan diri)
Nilai
TUGAS
PRAKTIK MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN SOAP IBU NIFAS
NO KEGIATAN WAKTU KET.
1 Masing-masing individu membuat 1 minggu mahasiswa
pendokumentasian kasus fiktif masa nifas
normal dengan kasus yang berbeda
Mahasiswa:
1. Ibu nifas 2 jam PP
2. Ibu nifas 6 jam PP
3. Ibu nifas 6 hari PP
4. Ibu nifas 6 minggu PP
5. Ibu nifas dengan ASI tidak lancar hari II
6. Ibu nifas dengan nyeri luka perineum
7. Ibu nifas puting datar
8. Ibu nifas anemia ringan
9. Ibu nifas ASI belum keluar hari I
10. Ibu nifas partus pervaginam pulang dini
11. Ibu nifas post SC
12. Ibu nifas bayi kembar
13. Ibu nifas dengan bayi meninggal
14. Ibu nifas puting lecet
Mahasiswa membuat kasus fiktif sesuai
referensi buku/bahan yang diperoleh dengan
melampirkan jurnal terbaru yang berkaitan
dengan kasus yang diambil
3. Mempresentasikan hasil asuhan yang sudah 30 menit Mahasiswa dan
didokumentasikan dosen
4. Membuka sesi tanya jawab 20 menit mahasiswa
5. Klarifikasi dari hasil diskusi, menutup 15 menit dosen
perkuliahan (tugas dikumpulkan)
Dosen melakukan penilaian untuk hasil
evaluasi
KRITERIA PENILAIAN TUGAS DOKUMENTASI ASKEB SOAP NIFAS

PENILAIAN:
0: JIKA TIDAK ADA PADA HASIL DOKUMENTASI
1: JIKA ADA, TETAPI KURANG TEPAT DAN KURANG JELAS
2: JIKA ADA, LENGKAP, TEPAT DAN JELAS

NO KRITERIA 0 1 2
SUBYEKTIF
1 Identitas istri dan suami *
2 Keluhan utama*
3 Riwayat Menstruasi*
4 Riwayat Perkawinan*
5 Riwayat obstetri*
6 Riwayat kehamilan, persalinan, Nifas yang lalu*
7 Riwayat persalinan Ini*
8 Riwayat BBL*
9 Riwayat post partum (pola pemenuhan kebutuhan postpartum)*
10 Riwayat Kesehatan*
11 Riwayat Kontrasepsi*
12 Riwayat Psikososial spiritual*
OBYEKTIF
13 Keadaan imum, kesadaran, status emosional*
14 Vital sign*
15 Antropometri*
16 Pemeriksaan fisik head to toe*
17 Pemeriksaan payudara dan laktasi*
18 Pemeriksaan TFU involusi*
19 Pemeriksaan genitalia*
20 Catatan medik lain*
ANALISA
21 Kalimat yang digunakan mencakup identitas, usia, R.Obstetri,
diagnosa kebidanan
PENATALAKSANAAN
22 KIE sesuai kasus
23 KIE kontrol ulang
24 Planning asuhan tepat
25 Dokumentasi lengkap dan tepat ada nama jelas dan tanda tangan
bidan pemeriksa
TOTAL PENILAIAN
LOGBOOK PRAKTIKUM

NAMA MAHASISWA :
KELOMPOK :
DOSEN PENGAMPU :
MATA KULIAH :

No Tanggal Materi Keterangan TTD TTD Dosen


Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai