Anda di halaman 1dari 123

MODUL PRAKTIKUM

KETERAMPILAH DASAR KEPERAWATAN

Kampus Terpadu:
Jl. Siliwangi No. 63 Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. 55292,
Telepon: (0274) 4469199, Fax.: (0274) 4469204 email: info@unisayogya.ac.id

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Identitas Modul
Judul Modul : Modul Praktikum Keterampilan Dasar Keperawatan
Nama Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Keperawatan
Nomer Kode MK/sks : NAP 3013 / 4 sks
Bidang Ilmu : Keperawatan Dasar
Status Mata Kuliah :

Dosen Penyusun Modul


Nama : Armenia Diah Sari, S.Kep., Ns.,
M.Kep Ns. Sarwinanti, M.Kep.,
Sp.Mat
TIM PKDM
NIP 8812201710444
Pangkat/ Golongan : III/B
Jabatan Fungsional Akademik : Asisten Ahli
Fakultas/ Program Studi : Fakultas Ilmu Kesehatan/ Program Studi Keperawatan
Universitas : Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yogyakarta, 27 September 2021

Mengetahui
Ketua Prodi Keperawatan Penanggung-jawab Mata Kuliah

(Deasti Nurmaguphita,M.Kep., Sp.Kep.J) ( Armenia Diah Sari, M.Kep)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..…. i


HALAMAN PENGESHAN………………………………………………......... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………........ iv
BAB I VISI MISI ……………………………………………………................ 1
BAB II PENDAHULUAN ……………………………………………………… 2
BAB III MATERI …………………………………………………….............. 5
1. Teknik Memberikan Obat ........................................................................... 5
2. Bed making.................................................................................................... 34
3. Perawatan perineal......................................................................................... 40
4. Mobilisasi : Memindahkan klien dari tempat tidur ke tempat lain ……….. 45
5. Pengambilan spesimen darah, urine, feses dan sputum................................. 56
6. Enema/Huknah............................................................................................... 63
7. Memandikan klien di tempat tidur ................................................................. 67
8. Perawatan rambut .......................................................................................... 70
9. Perawatan gigi dan mulut .............................................................................. 74
10. Teknik relaksasi, guide imagery, distraksi .................................................... 78
11. Masase Punggung............................................................................................ 84
12. Menolong BAB dab BAK di tempat tidur …………………………………… 87
13. Mengatur posisi klien di tempat tidur ............................................................. 92
14. Bladder Traning.............................................................................................. 112

DAFTAR PUSTAKA

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillahirrabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
limpahan karunia-Nya. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad
SAW, keluarga, para shahabat dan pengikut beliau yang istiqomah sampai akhir.
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Keperawatan ini disusun sebagai panduan dalam
proses pembelajaran praktikum mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan di Program Studi
Keperawatan. Panduan Keterampilan Dasar Keperawatan ini berisi mengenai berbagai prosedur
keterampilan yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Panduan ini
menjadi pegangan mahasiswa pada Mata Kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan yang akan
ditempuh pada semester 3.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan panduan ini.. Kritik serta saran untuk perbaikan panduan ini
sangat diharapkan. Semoga panduan ini dapat bermanfaat untuk semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, September 2021

Penyusun
BAB I
VISI MISI
Menjadi Program Studi Keperawatan-
A. Visi Pendidikan Profesi Ners pilihan dan unggul
bidang palliative care berdasarkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi berbasis nilai-
nilai islam berkemajuan.

B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat
bidang palliative care berdasarkan nilai-
nilai Islam berkemajuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Mengembangkan kajian bidang palliative
care dan pemberdayaan perempuan dalam
kerangka Islam Berkemajuan
3. Mengembangkan program studi ners
dengan unggulan palliative care pada
semua tingkatan usia berdasarkan nilai-
nilai islam

1
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa firman Allah sebagai rujukan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien yaitu Al-Qur’an Surat Asy Syu’araa Ayat 78-82.

Artinya :
(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku. Dan tuhanku,
yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu. Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan Aku. Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali) “

Al-Qur’an Surah Al Anbiyaa’ (21) : 83-84

Artinya :
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: ‘(Ya Rabbku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha-penyayang di antara semua
penyayang.” (QS. 21:83) Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan
Kami lipat-gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang beribadah kepada Allah

B. Deskripsi MK
Keterampilan Dasar Keperawatan merupakan salah satu mata kuliah keperawatan dasar di
program studi ilmu keperawatan. Mata Kuliah ini membahas konsep dasar kebutuhan manusia
dan konteks sehat-sakit, baik kebutuhan fisik, psikologis, social cultural dan spiritual sebagai
dasar mahasiswa untuk mengembangkan konsep kesehatan dengan mengkaji pola-pola
kesehatan manusia.
Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa memiliki kompetensi pengetahuan dan
keterampilan dasar dalam keperawatan sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia
baik fisik, psikologis, social cultural dan spiritual yang diperlukan dalam praktik asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan dan memodifikasi sesuai dengan
perkembangan ilu pengetahui terkini.
Proses pembelajaran praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran dimana
mahasiswa akan dibekali keterampilan klinik keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang diperlukan dalam praktik asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan. Mahasiswa juga dibekali kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan
critical thinking dan kemampuan komunikasi terapeutik serta sikap caring pada klien saat
melakukan interaksi dalam asuhan keperawatan.

C. Capaikan Pembelajaran MK
Setelah melaksanakan proses pembelajaran ini mahasiswa mampu melakukan proses
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi mengidentifikasi
masalah/kebutuhan klien, menegakkan masalah/diagnosis keperawatan, menentukan rencana
tindakan keperawatan berdasarkan masalah klien, melakukan implementasi keperawatan dan
melakukan evaluasi dan pendokumentasian keperawatan.

D. Bahan Kajian
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum keterampilan dasar keperawatan,
mahasiswa mampu melaksanakan proses praktikum KDK yaitu :
1. Melakukan bed making
2. Melakukan personal hygiene : memandikan klien, keramas, oral hygiene dan memotong
kuku
3. Pemberian obat parental, perektal, hidung, oral dan telinga
4. Melakukan pengambilan spesimen darah, feses, urine dan sputum
5. Melakukan teknik relaksasi, massase, guide imagery dan distraksi
6. Melakukan mobilisasi pada pasien
7. Melakukan huknah/semprit gliserin
8. Pengaturan posisi klien di tempat tidur
9. Melakukan perawatan perineal
10. Menolong klien BAB dan BAK di tempat tidur
11. Bladder training

E. TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Mahasiswa petugas piket praktikum telah menyiapkan alat praktikum yang
dibutuhkan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai bekerjasama dengan
laboran/petugas laboratorium Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta.
2. Mahasiswa harus hadir diruangan 10 menit sebelum praktikum dimulai
3. Mahasiswa wajib menggunakan jas/baju praktikum lab
4. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh materi praktikum (kehadiran 100%)
5. Mahasiswa menjaga kebersihan ruangan, alat dan lingkungan praktikum
6. Mahasiswa dapat memajemen penggunaan alat-alat dan bahan habis pakai
7. Jika, ada alat yang rusak/hilang selama praktikum harus dilaporkan pada
pembimbing praktikum dan harus mengganti dengan alat yang serupa (menjadi tanggung
jawab pribadi)
8. Mahasiswa wajib melakukan praktikum mandiri sebelum ujian/evaluasi praktikum
dilakukan.

F. TIM PRAKTIKUM
Tim Praktikum Mata Kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan :
Dosen
1. Armenia Diah Sari, M.Kep
2. Sriyati, M.Kep
3. Estriana Murni S, MNS
4. Vita Purnamasari, M.Kep
5. Adhi Fajar Putranto, S.Kep., Ns
G. EVALUASI
Evaluasi berupa ujian keterampilan (skill) yang telah dipelajari saat praktikum dengan nilai
minimal dinyatakan lulu adalah 75. Jika nilai yang peroleh < 75 makan akan di lakukan remidi.
BAB III MATERI

KETRAMPILAN 1
TEKNIK MEMBERIKAN OBAT

Peran perawat dalam pemberian obat kepada pasien adalan peran sebagai kolaborator dan
pemberi asuhan keperawatan, hal ini mewajibkan seorang perawat memastikan bahwa kebutuhan
pasien akan terapi obat dapat terpenuhi dengan tepat dengan menggunakan pendekatan yaitu proses
keperawatan (pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan
evaluasi).

Prinsip-prinsip dalam pemberian obat meliputi:


1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya. Ada beberapa obat ampul maupun tablet memiliki doses yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya seperti obat amplodipin 1 tablet ada dosis 5 mg da nada juga yang 10 mg.

3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4
mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. Beberapa
sediaan obat injeksi dalam bentuk serbuk sehingga membutuhkan pengoplosan sebelum
diberikan ke pasien,pada saat menghitung dosis obat yang akan diberikan pada pasien untuk
setiap kali suntikan perlu memperhatikan jumlah pelarut yang digunakan untuk mengoplos.

4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /
perinfus).
c. Topikal
yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian
obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
e. Inhalasi
Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi
yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

Implikasi dalam keperawatan :


- Nilai kemampuan pasien dalam menelan obat sebelum memberikan obat peroral
- Gunakan teknik aseptic dalam memberikan obat. Teknik steril digunakan dalam
rute parenteral
- Berikan obat pada tempat yang sesuai
- Tetaplah bersama pasien sampai obat oral ditelan

5. Benar Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali
sehari), q.i.d (empat kali sehari). Beberapa obat harus diminum pada waktu tertentu, khususnya
bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah
yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
bohleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum
dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. Periksa tanggal kadarluarsa, jika telah
melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik (tergantung peraturan).

6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.

7. Benar Edukasi Kesehatan Terkait Medikasi


Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang akan diberikan sehingga
tidak ada kesalahan dalam pemberian obat. Edukasi terkait dengan medikasi diberikan pada
pasien, keluarga, dan masyarakat terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat
secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan reaksu dari obat,
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit.

Beberapa keterampilan yang berhubungan dengan teknik pemberian obat


antara lain:

I. MENYIAPKAN OBAT

1. VIAL (FLAKON)

A. PENGERTIAN

Obat dari vial dipersiapkan dengan mengunakan tehnik aseptik dan diberikan melalui
parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan,
adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta tanggal kadaluwarsa obat
pada vial.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial:
1. Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial
2. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya
3. Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini

PERSIAPAN

Persiapan alat dan bahan


1. Buku catatan obat
2. Obat yang dibutuhkan dalam vial
3. Syringe dengan jarumnya
4. Jarum ekstra sebagai penusuk tutup vial
5. Kapas alkohol
6. Cairan steril untuk mengoplos obat
7. Sarung tangan

Persiapan Perawat
1. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional,
tujuan, prinsip, dan tahapan tindakan.
2. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga selama prosedur tindakan.
3. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci tangan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan/masker/kaca mata
pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).
4. Memperhatikan kesterilitasan prosedur jika jika prinsip tindakan adalah steril.
5. Menjaga keselamatan dan keamanan diri terhadap bahaya fisik selama
tindakan diantaranya menutup kembali jarum suntik dengan benar atau
menggunakan prosedur no-recupping jika tersedia wadah pembuangan benda tajam
PROSEDUR PELAKSANAAN

Nilai
No Aspek yang dinilai 0 1 2 Ket
A. Tahap Persiapan
1. Cek catatan pemberian obat, rite pemberian (ID, SC, IM
atau IV)
2. Lihat orser pengobatan : Clarity, crystals dan tanggal
kadaluwarsanya.
3. Menyiapkan peralatan
4. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Kerja
1. Identifikasi klien (cocokan nama dalam catatan pengobatan
dengan nama klien)
2. Pilih jarum dan syringe sesuai dengan volume obat
3. Ambil vial, buka tutup logamnya
4. Bersihkan diafragma karet dengan kapas alkohol
5. Pegang syringe sejajar dengan mata dengan tangan kiri dan
tarik udara sesuai dengan volume obat yang diinginkan
6. Masukkan spuit yang sudah berisi udara ke dalam vial dan
tarik penghisap untuk memperoleh volume yang diinginkan.
7. Ganti jarum dan kembalikan tutup jarumnya.
8. Mencuci tangan
C. Tahap Terminasi
Beri identitas pada spuit meliputi:
1. Nama Pasien
2. Nama obat yang disiapkan
3. Volume (dosis) obat
4. Waktu pemberian
5. Rute
D. Dokumentasi
Lakukan dokumentasi pada catatan rekam medik klien.

2. DARI AMPULE
Obat dan ampul dipersiapkan dengan menggunakan tehnik septik dan diberikan parenteral.
Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan, adanya/
tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta tanggal kadaluwarsa obat pada
label ampule.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan ampule
1. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat ketika mempersiapkan obat
dengan menggunakan prinsip steril
2. Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas

PERSIAPAN ALAT
Persiapan alat dan bahan
1. Obat dalam ampul sesaui dengan kebutuhan
2. Syringe dengan jarumnya
3. Kapas alkohol
4. Sarung tangan
5. Catatan pemberan obat
6. Kertas tisue
Persiapan Perawat
1. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional, tujuan,
prinsip, dan tahapan tindakan.
2. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama prosedur tindakan.
3. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci tangan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan/masker/kaca mata
pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).
4. Memperhatikan kesterilitasan prosedur jika jika prinsip tindakan adalah steril.
5. Menjaga keselamatan dan keamanan diri terhadap bahaya fisik selama tindakan
diantaranya menutup kembali jarum suntik dengan benar atau menggunakan prosedur no-
recupping jika tersedia wadah pembuangan benda tajam.

PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Cek catatan pemberian obat, rute pemberian ( ID, SC, IM
atau IV)
2. Lihat orser pengobatan: clarity, crystals dan tanggal
kadaluwarsanya.
3. Menyiapkan peralatan
4. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B Tahap Kerja
1. Identifikasi klien (cocokan nama dalam catatan pengobatan
dengan nama klien )
2. Pilih jarum dan syringe sesuai dengan volume obat
3. Ambil ampule, pegang gagang ampule hempaskan
4. Bersihkan leher ampule dengan antiseptice swabs
5. Meletakkan antiseptik swab di sekitar leher ampule,
pegang ampule dengan ibu jari patahkan leher ampule
kearah menjauhi perawat. Jika leher ampule tidak patah
gunakan gergaji ampule metal untuk menggores leher
ampule.
6. Memegang ampule antara telunjuk dengan jari-jari lain,
masukkan jarum tanpa menyentuh ampul yang patah
7. Menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk
menarik obat dari ampule
Catatan: jika ada udara dalam spuit, keluarkan udara dengan
cara memegang spuit tegak lurus dan tekan penghisap
pelan-pelan.
8. Ganti jarum dan kembalikan tutup jarumnya.
9. Mencuci tangan
C. Tahap Terminasi
Beri identitas pada spuit meliputi:
1. Nama Pasien
2. Nama obat yang disiapkan
3. Volume (dosis) obat
4. Waktu pemberian
5. Rute
No Aspek yang dinilai Nilai Ket
0 1 2
D. Dokumentasi
Lakukan dokumentasi pada catatan rekam medik klien.
II. MEMBERIKAN OBAT INJEKSI PARENTERAL

A. PENGERTIAN
Injeksi parenteral untuk memasukkan obat memalui jarinngan tubuh manusia.

B. Tipe Injeksi
Secara garis besar ada 4 tipe injeksi parenteral terdapat :
1. Subcutan (SC) yaitu injeksi pada area dibawah kulit
2. Intra muskular ( IM ) yaitu injeksi pada jaringan otot
3. Intradermal (ID) yaitu injeksi pada kulit dilapisan epidermis
4. Intravena ( IV) yaitu injeksi langsung pada pembuluh darah /vena

C. Komplikasi yang sering terjadi pada injeksi parenteral :


1. Nyeri pada lokasi penusukan
2. Perdarahan setempat
3. Abses

Syring dan Needle ( jarum )

Lokasi dan perbandingan sudut dalam melakukan injeksi Intra Muskular ( 90),
subcutan (45) dan intradermal (15)
1. INJEKSI INTRADERMAL (ID)

A. TIPE
Tipe injeksi intradermal cintohnya antara lain :
a. Test tuberculin
b. Test alergy
Jarum yang digunakan syringe hypodermic yang pendek no 26-27

B. PERSIAPAN ALAT :
1. Syringe 1 ml
2. Kapas alkohol
3. Vial/ ampule obat yang digunakan untuk test tuberkulin
4. Adminstrasi medikasi
5. Sarung tangan disposible
6. Bengkok
7. Pengalas
8. Safety Box (Bak penyimpan benda tajam/ jarum suntik)

C. TUJUAN
a. Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk
diabsorbsi
b. Metode untuk test diagnostik untuk alergen atau mengetahui penyakit tertentu

D. Hal-hal Yang perlu diperhatikan:


a. Alergen yang digunakan untuk test dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas atau alergi
b. Yakinkan tersedianya obat antidot (epineprine hydrokloride, bronkodilator dan
hiastamin) di unit sebelum dimulai

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek Yang Dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Verifikasi order
2. Cek catatan pemberian obat meliputi: klien yang
mendapat obat, nama obat, dosis, rute pemberian, dan
waktu pemberian.
3. Siapkan obat,peralatan dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Atur posisi klien
2. Pilih area penyuntikan IC, area yang tidak berambut
bebas dari kemerahan, bengkak, skar dan inflamasi.
3. Membersihkan area penyuntikkan dengan antiseptik
swabs dan biarkan kering.
4. Menggenggam lengan bawah dengan tangan agar
permukaan kulit kuat
5. Memegang jarum hampir sejajar dengan kulit ( 15o)
6. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit, ujung jarum
tampak jelas dan terang dalam cahaya
7. Menyuntikkan jarum dan usap daerah penyuntikkan tetapi
tidak melakukan masase daerah itu.
8. Mengembalikan posisi klien agar aman dan nyaman

D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan

E Dokumentasi
Lakukan dokumentasi

13
2. INJEKSI SUBKUTAN (SC)

A. PENGERTIAN:
Yaitu memasukkan obat ke tubuh klien memalui injeksi dibawah dermis.
Obat yang diberikan secara subkutan bersifat isonotonis, tidak bersifat mengiritasi, tidak
kental dan dapat larut. Contoh obat eponeprin, insulin, tetanus toxoid, obat anti alergy,
narkotik dan vitamin B12.

B. Lokasi tempat penusukannya adalah :


1. Lengan atas
2. Area abdomen sekitar ubulikus
3. Sekitar area skapula
4. Femur sepertiga atas
5. Gluteal sepertiaga atas

C. PERSIAPAN ALAT:
1. Syringe 1-3 ml
2. Jarum ukuran 27-25
3. Antiseptic swab
4. Obat dalam ampul atau vial
5. Kartu pengobatan
6. Sarung tangan disposible.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Rentang Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan untuk klien, nama, nama obat, dosis,
waktu, rute pemberian obat.
2. Lihat informasi tetang obat; cara kerja, indikasi, waktu
osnsetnya, dosisi normal, efek samping dan ilplikasi dalam
perawatan.
3. Mengkaji kontraindikasi dalam penyuntikan subcutan, shock
sirkulasi dan reaksi lokal daerah penyuntikan
4. Mengkaji riwayat pengobatan klien, riwayat alergi
5. Observasi respon verbal dan nonverbal klien sebelum diinjeksi.
6. Siapkan obat,peralatan dan ruangan yang dibutuhkan
7. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Buka area yang akan dinjeksi
2. Pilih lokasi injeksi, observasi apakah ada pengerasan, radang,
luka
atau oedema
3. Membersihkan tempat yang telah diidentifikasi dengan kapas
alkohol, gerakan melingkar dan dar pusat ketepi, pegang kapas
dengan jari lain atau tempat lain.
4. Melepaskan tutup jarum, tarik 0,1 – 0,2, dari udara spuit
dipegang vertikal.
5. Memegang bagian kulit dan jaringan subkutan antara ibu jari
dan jari tangan kiri.
6. Mengambil tutup jarum dan letakkan ditempat yang aman, di
meja atau dipegang dengan jari lain
7. Memegang spuit dengan tangan kanan seperti memegang anak
panah dengan telapak tangan, masukkan jarum dengan segera
dengan sudut 45-90
8. Melepaskan jepitan atau tegangan kulit, pegang spuit dengan
ibu jari dan telunjuk. Gunakan tangan kanan untuk melakukan
aspirasi dan observasi darah dalam spuit.
9. Melakukan aspirasi dan observasi darah dalam spuit.
10. Memasukkan /suntikan obat pelan-pelan 3-4 sekon/ml
11. Memegang dengan tangan kiri letakkan pengusap alkohol pada
kulit berbatasan dengan jarum, tekan kuat-kuat tapi berlawanan
arah dengan jarum kemudian tarik jarum dengan segera.
12. Masase tempat penyuntikan dengan hati-hati
13. Mengembalikan klien pada posisi aman dan nyaman
14. Membereskan alat sesudah melakukan tindakan
15. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan
E. Dokumentasi
Lakukan dokumentasi.
3. INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)

A. PENGERTIAN :
Adalah memasukkan obat pada tubuh klien melalui injeksi intra muskular;

B. Tempat injeksi :
1. Vastus lateralis
2. Ventrogulteal
3. Dosgluteal
4. Deltoid

C. PERSIAPAN ALAT :
1. Syrine 2- 3 ml
2. Jarum ukuran 19 – 23
3. Antiseptic Swab
4. Obat dalam ampul dan vial
5. Administrasi pengobatan
6. Sarungtangan disposible

D. Hasil yang diharapakan :


1. Tidak ditemui adanya kemerahan, edema atau nyeri pada tempat tusukan
2. Klien dapat menyebutkan secara verbal TUJUAN penyuntikan
3. Klien menyatakan nyeri nyeri dengan skala minimum saat injeksi

E. Tahap Persiapan sebelum injeksi dilakukan, difokuskan pada :


1. Instruksi dokter
2. Tempat penusukkan terakhir, alergi dan respon klien pada penyuntikan sebelumnya,
yang tercatat pada catatan perawatan klien
3. Tanda-tanda tempat tusukan (memar, kemerahan, kerusakan kulit, nodul atau edema)
4. Faktor yang menentukan ukuran jarum yang sesuai (umur dan ukuran tubuh klien,
tempat injeksi, viskositas dan efek sisa dan obat)

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Jika obat mual atau nyeri diberikan dalam bentuk yang berbeda (oral, parenteral atau
rektal), biarkan klien memmilih sebelum menyaipak obat.
2. Jika klien confuse, diperlukan bantuan untuk menstabilkan tempat tusukan dan
mencegah kerusakan jaringan dari jarum.

Metode Z - Track
G. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama, nama
obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal,
waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi keperawatan.
3. Kontraindikasi dilihat : atrofi otot, shok rirkulasi,
perdarahan setempat.
4. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
5. Observasi reaksi verbal dan nonverbal sebelum dilakukan
injeksi.
6. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
: kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa

C. Tahap Kerja
1. Buka area yang akan di injeksi
2. Lakukan palpasi area yang akan diinjeksi apakah otot
mengalami ketegangan atau tidak
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien sesuai lokasi yang
akan diinjeksi.
4. Bersihkan area dengan antiseptic swab. Gunakan
antiseptic swab memutar dari dalam keluar kurang lebih 5
cm.
5. Pegang antiseptik swab dengan jari yang alin atau tempat
lain.
6. Buka tutup syringe dan letakkan pada pinggir meja atau
tempat yang mudah dijangkau.
7. Memegang kulit dengan ibu jari dan jari-jati tangan kiri
tangan satunya diatas tubuh klien
8. Memasukkan jarum bersudut 90 segera gerakan anak
panah.
9. Melanjutkan dengan mengistirahatkan tangan yang tidak
dominan badan klien
10. Membebaskan kulit, pegang spuit dengan jempol dan jari.
11. Menarik keatas sedikit dengan tangan kanan amati
terhadap darah adanya spuit.
12. Masukkan obat pelan-pelan dengan dengan kecepatan 1 cc

17
dalam 3-4 detik
13. letakkan kapas alkohol berbatasan dengan jarum lakukan
dengan kuat tetapi hati-hati dan tekan serta jarum ditarik,
lepaskan jarum segera.
14. Masase bagian tersebut baik-baik.
15. Mengobservasi perdarahan supervisial, beri balutan/
plaster bila perlu.
16. Memasukkan kembali jarum tersebut atau dibuang dalam
wadah/kotak atau kotak obat sesuai aturan institusi.
17. Mengembalikan klien pada posisi yang aman dan nyaman
18. Membereskan alat sesudah dipakai
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan

E. Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian

4. INJEKSI INTRAVENA (IV)


A. PENGERTIAN
:
Adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit;

B. Tempat
injeksi :
1. Lengan (vena basilica dan vena sefalika)
2. Tungkai ( vena safena)
3. Leher ( vena jugularis)
4. Kepala ( vena frontalis/ vena temporalis)

C. PERSIAPAN ALAT :
1. Spuit 2- 5 ml ukuran 21-25.
2. Kapas alcohol/alkohol swab
3. Sarung tangan disposable
4. Obat dalam ampul atau vial
5. Bak instrument
6. Plester
7. Perlak
8. Torniquet
9. Bengkok
10. Kasa
steril

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama, nama
obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal,
waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi keperawatan.
3. Kontraindikasi dilihat : atrofi otot, shok rirkulasi,
perdarahan setempat.
4. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
5. Observasi reaksi verbal dan nonverbal sebelum dilakukan
injeksi.
6. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.

B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
No Aspek yang dinilai Nilai Ket
0 1 2
C. Tahap Kerja
1. Posisikan klien pada posisi yang nyaman dan sesuai
dengan kebutuhan
2. Pasang perlak pengalas
3. Bebaskan lengan klien dari baju
4. Letakkan tourniquet 15 cm diatas area penusukan
5. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan,
peradangan, dan gatal
6. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan alcohol
swab dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke luar
dengan diameter 5 cm dan tunggu sampai kering,
7. Pegang alcohol swab dengan jari-jari tengah pada lengan
yang nondominan
8. Buka tutup jarum
9. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area
penusukan dengan tangan yang non dominan
10. Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang
akan ditusuk. Lalu tusuk dengan perlahan dan pasti
11. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke
dalam vena,
12. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan
barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger
13. Observasi adanya darah pada spuit
14. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat
secara perlahan
15. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang
sama ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan alcohol swab pada area
penusukan,
16. Tutup area penusukan dengan menggunakan kasa
steril/alcohol swab
17. Kembalikan posisi klien
18. Buanglah peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai
dengan tempatnya masing-masing
19. Buka sarung tangan
20. Cuci tangan

D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan

E. Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian
III. MEMBERIKAN OBAT PEREKTAL

1. PENGERTIAN
Obat yang paling sering diberikan perektum adalah supositoria. Obat ini dibalut lemak
yang akan mencair pada suhu tubuh manusia

2. TUJUAN
Obat dapat diserap oleh pembuluh darah yang berada di tempat tersebut, sehingga dapat
sampai ke usus

3. Jenis Obat Suppositoria

Jenis Obat Kegunaan


1. Aminofilin supositoria Bekerja secara sistemik untuk mendilatasi
bronkhiale respiratori
2. Dulkolak supositoria Secara lokal meningkatkan defekasi

4. Kontra Indikasi
Klien dengan pembedahan pada rectal atau mengalami perdarahan pada rectal

5. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan


Hal yang perlu diperhatikan perawat adalah penempatan supositoria dengan benar pada
dinding mukosa rectal, melewati spingter ani interna, sehingga supositoria tidak akan
dikeluarkan.

6. PERSIAPAN ALAT
 Kartu atau formulir obat
 Supositoria rectal
 Jeli pelumas
 Sarung tangan bersih sekali pakai

7. PROSEDUR PELAKSANAAN

NO Aspek yang dinilai NILAI Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama, nama obat,
dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal, waktu
kerja, efeksamping dan imlpilaksi keperawatan.
3. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
4. Persiapan obat, alat dan ruangan
5. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B Tahap Orientasi
NO Aspek yang dinilai NILAI Ket
0 1 2
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
Tahap Kerja
1. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring (sims) dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan)
2. Jaga klien agar tetap berselimut dan hanya area anal yang
terpajan
3. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dari tangan dominan perawat
4. Anjurkan klien menarik nafas dalam berlahan – lahan
melalui mulut untuk merilekskan sfingter ani
5. Tegangkan otot – otot tangan dan lengan sambil melakukan
tekanan sedang dan vibrasi tangan dan lengan
6. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan
perawat. Dengan jari telunjuk yang tersarungi masukkan
supositoria perlahan melalui anus melalui sfingter anal
internal, dan mengenai dinding rectal (10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada anak – anak atau bayi)
7. Tarik jari perawat dan bersihkan area anal klien
8. Instruksikan klien untuk tetap berbaring terlentang atau
miring selama 5 menit
9. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses,
letakkan bel dalam jangkauan klien sehingga klien dapat
mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar
mandi
10. Buang sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar
dan buang dalam wadah yang tersedia
Tahap Terminasi

1. Rapikan alat dan klien


2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan

E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon klien
IV. MEMBERIKAN OBAT MELALUI KULIT

A. PENGERTIAN
Pemberian obat – obatan topikal/lokal diberikan jika hanya diberikan pada tempat
tertentu (atau beberapa tempat) pada kulit. Obat tersebut bekerja paling kuat pada lokasi
tersebut dan diserap melalui kulit yang akan disebarkan ke seluruh tubuh.

B. TUJUAN
1. Mempertahankan hidrasi lapisan kulit
2. Melindungi permukaan kulit
3. Mengurangi iritasi kulit lokal
4. Menciptakan anestesi lokal
5. Mengatasi infeksi, abrasi, atau iritasi

C. Hal yang perlu diperhatikan


Perawat harus waspada bahwa pemberian obat ini dapat menciptakan efek baik sistemik
maupun lokal. Sediaan ini harus diberikan dengan sarung tangan dan aplikator. Bila ada
luka terbuka lakukan tehnik steril dalam pemberiannya. Perawat hendaknya mengkaji kulit
klien secara keseluruhan dan mencatat tiap perubahan integritas kulit klien. Jika
memberikan pasta nitroglieserin, perawat harus menghindari bagian berambut yang dapat
menghambat mengganggu absorbsi obat. Krim antiangina diberikan dalam inci dan dapat
diukur dengan selembar kertas kecil yang ditandai dengan tanda ½ inci. Perawat harus
mengkaji adanya alergi pada agent topikal. Hindari pengolesan atau penggosokan kulit saat
memberikan krim, salep, atau lotion karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Perhatikan juga
tempat/tabung plastik atau tube tersebut agar tidak tercemar oleh mikroorganisme, sehingga
harus diambil secukupnya dengan spatel atau kain kassa dari tempat atau tube tersebut.

D. Peralatan
1. Agen topikal yang dipesankan (misal ; krim, lotion, aerosol, spray, bubuk)
2. Kartu/formulir obat
3. Kassa kecil steril
4. Sarung tangan sekali pakai atau steril
5. Aplikator berujung kapas atau tong spatel
6. Baskom dengan air hangat
7. Waslap
8. Handuk
9. Sabun basah
10. Kassa balutan
11. Penutup plastik
12. Plester

24
E. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama,
nama obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi
normal, waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi
keperawatan.
3. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
4. Persiapan obat, alat dan ruangan
5. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan
keluarga : kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran
perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C Tahap Kerja
1. Atur posisi klien dengan nyaman, lepaskan pakaian
atau linen pertahankan area yang tidak digunakan
tertutup
2. Inspeksi kondisi kulit klien, cuci area yang sakit,
lepaskan semua debris dan kulit yang mengeras
(gunakan sabun basah ringan)
3. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
4. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen
topikal saat kulit masih basah
5. Oleskan agent topikal
1) Krim, salep, lotion mengandung minyak
a. Letakkan 1–2 sendok teh obat di telapak tangan
dan lunakkan dengan menggosokkan lembut
diantara kedua tangan
a. Usapkan obat yang telah lunak dan lembut di
atas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu
b. Jelaskan pada klien bawah kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian
No Aspek yang dinilai Nilai Ket
0 1 2
2) Salep antiangina
a. Berikan beberapa cm salep yang diinginkan di
atas kertas pengukur
b.Oleskan salep pada permukaan kulit dengan
ememegang tepi atau bagian belakang kertas
pembungkus dan menempatkan salep di atas
kulit. Jangan menggosok atau memasage salep
pada kulit
c. Tutup salep dan lapisi dengan penutup plastik
dan plester dengan aman
3) Sprey aerosol
a. Kocok wadah dengan keras
b. Baca label dengan jarak yang dianjurkan untuk
memegang sprei menjauh area (15 – 30 menit)
c. Bila leher atau dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah sprey
d. Seprotkan obat dengan merata pada bagian yang
sakit (beberapa kasus ditentukan waktunya
selama beberapa detik)
4) Lotion mengandung suspensi
a. Kocok wadah dengan kuat
b. Oleskan sejumlah kecil lotion dengan kassa
balutan atau bantalan kecil dan oleskan pada
kulit dengan menekan rata searah pertumbuhan
bulu
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa
dingin dan kering
5) Bubuk
a. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
b. Regangkan dengan baik bagian lipatan kulit
seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan
c. Bubuhkan sedikit area kulit sehingga area
tertutup dengan bubuk halus, lapisan tipis
d. Tutup area kulit dengan balutan bila diperlukan
e. Bantu klien untuk posisi nyaman, kenakan
pakaian klien, tutup dengan linen tempat tidur
sesuai keinginan
f. Buang peralatan yang basah pada tempat yang
telah disediakan
6. Buang sarung tangan dengan membalik bagian dalam
ke luar dan buang dalam wadah yang tersedia
D Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin
terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan
E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon klien
V. OBAT TETES TELINGA

A. Hal yang perlu diperhatikan

1. Rendam obat tetes dengan posisi tegak dalam tabung berisi air suam-suam kuku selama
beberapa menit, agar ketika diteteskan dan masuk ke lubang hidung atau telinga, klien
tidak terlalu kaget.
2. Jangan sentuhkan obat tetes ke hidung, telinga, atau mata agar bakteri tidak berpindah ke
dalam botol obat.
3. Perhatikan batas waktu pemakaian obat itu. Obat kadaluwarsa akan memperburuk
peradangan atau kondisi klien yang diobati.

B. Peralatan yang diperlukan:

1. Obat tetes telinga sesuai program terapi


2. Pipet
3. Kapas
4. Cotton bath
5. Bengkok

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai NILAI Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1.Review order pengobatan dari dokter tentang nama,
nama obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2.Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal,
waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi
keperawatan.
3.Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
4.Persiapan obat, alat dan ruangan
5.Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan
keluarga : kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran
perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa

28
C Tahap Kerja
1. Persiapkan klien
2. Jelaskan tujuan pada klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan pada klien
4. Jaga privacy klien
5. Anjurkan klien untuk duduk atau berbaring
6. Tarik daun telinga sedikit ke arah belakang dan atas
7. Bersihkan telinga klien menggunakan cotton bud dengan
gerakan memutar sampai bersih
8. Teteskan obat telinga sesuai dosis
9. Tutup saluran pendengaran dengan kapas/kassa, biarkan
klien dengan posisi tetap kurang lebih 5 menit
10. Bersihkan bila ada obat yang menetes di sekitar telinga
11. Buang peralatan yang basah pada tempat yang telah
disediakan
12. Lakukan Cuci tangan

D Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin
terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan
E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon klien
VI. OBAT TETES HIDUNG

A. PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


1. Obat tetes hidung sesuai advis
2. Pipet
3. Potongan kapas, kain kassa, atau depper
4. Bengkok

B. POSISI KLIEN SAAT DIBERIKAN OBAT TETES HIDUNG

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai NILAI Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama,
nama obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal,
waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi keperawatan.
3. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
4. Persiapan obat, alat dan ruangan
5. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
: kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa

C Tahap Kerja
1. Minta klien untuk menyisir hidung kemudian atur posisi
klien dengan kepala dibengkokkan sejauh mungkin ke
belakang
2. Tekan puncak hidung sedikit ke atas, masukkan obat
dalam satu lubang hidung dengan menggunakan pipet
(hindarkan pipet masuk ke hidung)
3. Anjurkan klien untuk menghirup obat yang baru saja
diteteskan dalam hidung
4. Tutup lubang hidung yang lain dengan rapat
5. Bersihkan hidung klien
6. Bantu klien untuk posisi nyaman
7. Buang peralatan yang basah pada tempat yang telah
disediakan
D Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.
5. Cuci tangan

E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon klien
VII. MENGGUNAKAN INHALER DOSIS TERUKUR

A. PENGERTIAN
Pemberian obat – obatan melalui inhalasi adalah pemberian obat – obatan melalui
saluran pernafasan langsung ke paru – paru. Obat yang diberikan melalui inhaler yang
disemprotkan melalui sprai, aerosol, uap, dan bubuk halus untuk menembus jalan nafas.
Meskipun obat ini dirancang untuk menghasilkan efek local (misalnya: bronchodilator atau
sekret cairan) obat diabsorbsi dengan cepat melalui sirkulasi pulmonar dan dapat
menciptakan efek sistemik. Sebagai contoh, isoproterenol (isuprel) adalah bronchodilator,
tetapi juga dapat menyebabkan aritmea jantung.
Klien dengan penyakit paru kronik sering bergantung pada Inhaler dosis terukur (Metered
Dose Inhaler/ MDI). MDI menguntungkan klien karena :
1. Obat dapat diberikan pada jalan nafas dengan konsentrasi tinggi
2. Efek samping sistemik biasanya dapat dihindari
B. Hal yang harus diperhatikan perawat adalah :
2. Klien dapat tersedak atau menelan obat bila tidak dapat menghirup saat semprotan
diberikan. Kebutuhan klien terhadap bronkhodilator lebih sering tiap 4 jam dapate
menandakan memburuknya kondisi respiratori dan perawat perlu melakukan kolaborasi
dengan dokter.
3. Klien yang menggunakan inhaler steroid beresiko terhadap infeksi topikal candida pada
mulut dan farink posterior. Perawat harus mengobservasi adanya area putih luas pada
mulut klien.
4. Perawat perlu mengajarkan klien tentang penggunaan inhaler yang tepat dan efek
samping umum yang harus diketahui. Jelaskan tanda–tanda dan gejala umum kelebihan
penggunaan xantin dan simpatomimetik : takikardia, palpitasi, sakit kepala, gelisah, dan
insomnia
5. Intruksikan klien untuk membersihkan inhaler dengan tepat untuk menghindari transmisi
mikroorganisme
6. Intruksikan klien untuk melihat mulut tiap hari adanya tanda infeksi kandida, berupa lesi
putih pada mulut
7. Pada anak–anak perlu diajarkan menutup hidung selama inhalasi
8. Klien lansia dengan tremor dan kelemahan mungkin tidak mampu menggunakan inhaler
karena tidak mampu menggenggam objek.

C. Peralatan
1. Inhaler dosis terukur dengan obat dalam kaleng kecil
2. Aerochamber (tidak menjadi keharusan)
3. Tisue (tidak menjadi keharusan)
4. Air untuk mencuci mulut, khususnya setelah menggunakan inhaler steroid

32
D. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Review order pengobatan dari dokter tentang nama, nama
obat, dosis, waktu dan ruta pemberian
2. Perhatikan informasi ttg obat: kerja obat, dosisi normal,
waktu kerja, efeksamping dan imlpilaksi keperawatan.
3. Kaji riwayat pengobatan, riwayat alergi
4. Persiapan obat, alat dan ruangan
5. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C Tahap Kerja
1. Persiapkan klien
2. Jelaskan tujuan pada klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan pada klien
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5. Beri kesempatan klien untuk memanipulasi inhaler dan
kalengnya, jelaskan dan peragakan cara memasang kaleng
dengan inhaler
6. Jelaskan tentang dosis terukur dan ingatkan tentang
kelebihan penggunaan inhaler, termasuk efek samping
7. Lepaskan penutup dan pegang inhaler tegak, genggam
dengan ibu jari dan dua jari berikutnnya (telunjuk dan jari
tengah)
8. Kocok inhaler
9. Ekstensikan kepala sedikit ke belakang dan hembuskan
nafas
10. Buka mulut, letakkan inhaler dengan jarak 0,5 cm (1 – 2
inci) dari mulut/Sambung spacer atau mounth piece
inhaler, letakkan mounth piece inhaler atau spacer ke mulut
11. Tekan ke bawah inhaler guna melepas obat sekali sapuan
sambil menghirup berlahan
12. Nafas berlahan selama 2 – 3‖
13. Tahan nafas selama kurang lebih 10‘
14. Ulangi semprotan sesuai intruksi, tunggu 1‘ antara setiap
semprotan
15. Bila diresepkan 2 MDI, tunggu 5 – 10‖
16. Jelaskan bahwa mungkin klien merasa ada sensasi tersedak
pada tenggorokan yang disebabkan oleh droplet obat pada
farink atau lidah
17. Anjurkan klien untuk membuang kaleng obat dan
membersihkan inhaler dengan air hangat
18. Anjurkan klien untuk mengulang inhalasi sebelum jadwal
dosis berikutnya
D Tahap Terminasi
6. Rapikan alat dan klien
7. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Amati respon klien selama tindakan.
Amati reaksi obat yang mungkin
terjadi.
8. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
9. Berdoa dan Salam.
10. Cuci tangan
1.
E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon klien

34
KETRAMPILAN 2
BED MAKING

1. MENGGANTI ALAT TENUN TEMPAT TIDUR KLIEN

Membuat tempat tidur bersih dan nyaman adalah tanggung jawab perawat. Hal ini
memerlukan observasi yang sering untuk menjamin laken bersih, kering dan bebas dari kerutan.
Perawat biasanya merapikan tempat tidur setelah klien mandi, sembari klien mandi atau saat
klien klien keluar untuk menjalani pemeriksaan diagnostic, namun hal ini tidak mutlak sesuai
dengan situasi dan kondisi masing-masing klien dan kebijakan rumah sakit.

A. PENGERTIAN
Bed making/merapikan tempat tidur adalah mengganti alat tenun kotor dengan alat tenun
yang bersih pada tempat tidur klien
Ada dua macam bed making :
1. Dengan klien diatas tempat tidur
2. Tanpa klien diatas tempat tidur

B. TUJUAN
1. Untuk memberikan lingkungan yang bersih, tenang dan nyaman
2. Untuk mencegah/menghindari iritasi kulit dengan menciptakan alas tempat tidur dan
selimut yang bebas dari kototran/lipatan
3. Untuk meningkatkan gambaran diri dan harga diri klien dengan menciptakan tempat
tidur yang bersih, rapi dan nyaman
4. Untuk mengontrol penyebaran mikroorganisme

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Ikuti prinsip asepsis dengan menjaga laken yang kotor jauh dari pakaian perawat
2. Untuk menghindari penyebaran mikroorganisme jangan pernah mendekatkan linen pada
kipas angina
3. Jangan pernah letakkan lien yang kotor dilantai untuk mencegah infeksi
4. Jika linen bersih menyentuh lanta segera ganti
5. Gunakan body mekanik yang sesuai selama bedmaking
6. Privasi, kenyamanan dan keamanan klien adalah penting saat bed making

D. PERSIAPAN ALAT :
1. Sprei bersih
2. Stik Laken
3. Perlak
4. Ember tempat alat tenun kotor
5. Sarung bantal bersih
6. Selimut
7. Handskon
8. Masker
E. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mengganti alat tenun kotor tanpa klien diatasnya

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Pengendalian Infeksi
1. Angkat linen perlahan jangan dicampur, tempatkan pada
tempat linen kotor
2. Usahakan linen yang kotor dan yang bersih tidak
mengenai seragam perawat
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
B. Tahap Persiapan
1. Verifikasi order
2. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
3. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
C. Tahap Kerja
1. Mengantur tempat tidur sehingga memudahkan
bedmaking
2. Memakai sarung tangan untuk mengambil alat tenun
yang kotor dan basah
3. Ambil bantal dan lepaskan sarung tangan sarung bantal
dan pindahkan bantal pada tempat yang bersih
4. Lepaskan sprei mulai dari bagian atas sampai bagian
bawah dari kasur klien
5. Melipat linen yang kotor masukkan ke tempat linen kotor
6. Mengatur tempat tidur klien dn membersihkan
permukaan dari kotoran
7. Memasang sprei dan pengalas
8. Membentangkan sprei dengan garis tengah sprei
ditengah-tengah
9. Masukkan ujung atas dan ujung bawah sprei dibawah
kasur kemudian sisi-sisi sprei dengan membuat sudut
pada ujung sudut tempat tidur
10. Memasang steak laken pada bagian tengah tempat tidur
11. Memasang boven laken
12. Memasang selimut di bagian bawah boven laken
13. Memasang penutup tempat tidur pada sisi bawah tempat
tidur
14. Membuat sudut ketiga linen tersebut, membiarkan ujung
linen menggantung pada posisi bawah tempat tidur
15. Menarik linen dengan kuat untuk menghilangkan
kerutan-kerutan
16. Memasang sarung bantal dan meletakkan di atas tempat
tidur
17. Mengatur letak tempat tidur kembali
18. Menempatkan tempat tenun kotor pada tempatnya
19. Mencuci tangan
D Tahap Terminasi
1. Ketebalan sudut tempat tidur
2. Posisi tempat tidur
E Dokumentasi
Dokumentasikan bedmaking pada rekam medis klien

Sumber :
2. Mengganti alat tenun dengan klien diatasnya

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Pengendalian infeksi
1. Angkat linen perlahan jangan dicampur, tempatkan pada
tempat linen kotor
2. Usahakan linen yang kotor dan yang bersih tidak
mengenai seragam
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
B Tahap Persiapan
1. Verifikasi order
2. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
3. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
C Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
: kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat
dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa

D Tahap Kerja
1. Mengatur tempat tidur sehingga memudahkan
bedmaking
2. Memakai sarung tangan untuk mengambil alat tenun
yang kotor dan basah
3. Ambil bantal dan lepaskan sarung bantal dan pindahkan
bantal pada tempat yang bersih
4. Miringkan klien ke salah satu sisi tempat tidur
5. Lepaskan alat tenun yang kotor lalu gulung satu
persatusampai dibawah punggung klien linen kotor
6. Kasur dibersihkan dengan desinfektan lalu dikeringkan
7. Perlak dibersihkan dengan desinfektan dengan
dikeringkan
8. Sprei besar dan bersih digulung setengah bagian
kemudian diletakkan dibawah punggung klien dan yang
setengah bagian diratakan serta dipasang pada kasur
9. Perlak yang digulung diratakan kembali
10. Stik laken digulung setengah dan diletakkan dibawah
punggung dan sebagian diratakan dan dimasukkan
dibawah kasur
11. Klien dimiringkan pada sisi yang bersih
12. Lepaskan alat tenun yang kotor dan masukkan di tempat
tertutup
13. Lakukan langkah 6 s.d 10 pada sisi tempat tidur yang lain
14. Klien dibaringkan pada posisi yang nyaman
15. Ganti sarung bantal dan guling
16. Ganti selimut klien
17. Rapikan alat
E Tahap Terminasi
1. Ketebalan sudut tempat tidur
2. Posisi tempat tidur
3. Keadaan klien saat melakukan tindakan
F Dokumentasi
Dokumentasikan bedmaking pada rekam medis klien
KETRAMPILAN 3
PERAWATAN PERINEAL
HYGIENE
A. PENGERTIAN

Tindakan untuk membersihkan daerah genetalia ekternal. Vulva hygiene adalah


membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak
dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena
hipertensi, pemberian infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan
pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai
membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah
daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif.

B. TUJUAN
1.Mencegah dan mengontrol infeksi
2.Mencegah kerusakan kulit
3.Meningkatkan kenyamanan
4.Mempertahankan kebersihan

C. KEBIJAKAN
Bila melakukan perawatan perineal harus menggunakan sarung tangan untuk mengurangi
transmisi mikroorganisme, seperti HIV atau herpes, akibat drainage perineal

D. PERSIAPAN ALAT
1. Persiapan alat dan bahan
a. Perineal Hygiene umum
1. Baskom cuci
2. Selimut mandi
3. Sabun
4. Waslap
5. Tisu kamar mandi
6. Sarung tangan
7. Handuk mandi
8. Bedpan atau perlak pengalas
9. Tempat kain kotor

b. Vulva hygiene
1. Sarung tangan
2. Pinset
3. Kapas DTT dan tempatnya
4. Bengkok
5. Perlakdan pengalas
6. Tissue
7. Tempat sampah
8. Larutan klorin 0,5 % dan tempatnya.

2. Persiapan perawat
a. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional, tujuan,
prinsip, dan tahapan tindakan.
b. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama prosedur tindakan.
c. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci tangan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan/masker/kaca mata
pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).

B. PROSEDUR PELAKSANAAN PELAKSANAAN

No Langkah Kegiatan Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Kaji order: kebutuhan klien untuk perineal care
2. Kaji kondisi klien dan keadaan perineal klien
3. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangn dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
: kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
lien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Perineal Hygiene Umum

Perawatan perineal wanita:


1. Turunkan terali samping tempat tidur. Bantu klien
mengambil posisi dorsal rekumben
2. Letakkan bantalan tahan air dibawah bokong klien atau
tempatkan bedpan dibawah klien.
3. Selimuti klien dengan meletakkan selimut mandi dengan
satu ujung selimut diantara tungkai klien, dua ujung
mengarah kemasing-masing sisi tempat tidur dan satu ujung
yang lain pada dada klien. Lilitkan ke sekeliling tungkai
terjauh klien dengan menarik ujung selimut mandi dan
melipatnya dibawah panggul. Dengan cara yang sama
lakukan untuk tungkai terdekat.
4. Tinggikan pagar tempat tidur, isi baskom cuci dengan air
bersuhu sekitar 41- 43o C.
5. Letakkan baskom cuci dan tisu kamar mandi diatas meja
tempat tidur. Letakkan waslap regular atau sekali pakai
dalam baskom cuci.
6. Turunkan pagar tempat tidur dan bantu klien menfleksikan
lutut dan merentangkan kakinya.
7. Lipat keatas ujung bawah selimut mandi diantara kaki klien
kearah abdomen
8. Bersihkan dan keringkan paha atas klien.
9. Bersihkan labia mayora. Gunakan tangan non dominan anda,
regangkan labia dari paha. Dengan tangan dominan anda
No Langkah Kegiatan Nilai Ket
0 1 2
bersihkan dengan hati-hati lipatan kulit.
10. Usapkan dari parineum kearah anus. Ulangi sisi yang
berlawanan menggunakan permukaan lainya dari waslap
yang sama. Basuh dan keringkan area secara menyeluruh.
11. Pisahkan labia dengan tangan non-dominan anda. Dengan
tangan yang lainnya, basuh kearah bawah dari area pubis
kearah anus dengan sekali gosokan ringan. Perhatikan lebih
ketat area sekitar labia minora, klitoris dan orifisium vagina.
12. Bila klien diatas bedpan, siramkan air hangat kearah
perineal. Keringkan area perineal secara menyeluruh
13. Lipat ujung tengah selimut mandi kearah belakang antara
kaki klien diatas perineum. Bantu klien melepaskan bedpan,
turunkan kakinya dan bantu ke posisi miring.
14. Bersihkan area anal dengan mengusap setiap materi fekal
dengan tisu kamar mandi. Cuci area dengan mengusap dari
vagina kearah anus dengan satu gosokan. Buang waslap.
Ulangi dengan waslap bersih samapi kulit bersih.
15. Basuh area dengan baik dan singkirkan semua linen tempat
tidur yang basah
16. Lepaskan sarung tangan dan buang dalam wadah yang telah
disediakan.
17. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman dan
selimuti dengan selimut.
18. Tinggikan pagar tempat tidur dan turunkan tempat tidur
dalam posisi yang tepat. Rapihkan ruangan klien

Perawatan perineal pria:


1. Turunkan terali samping tempat tidur. Bantu klien
mengambil posisi dorsal rekumbent
2. Letakkan bantalan tahan air dibawah bokong klien atau
tempatkan bedpan dibawah klien.
3. Selimuti klien dengan meletakkan selimut mandi dengan
satu ujung selimut diantara tungkai klien, dua ujung
mengarah kemasing-masing sisi tempat tidur dan satu ujung
yang lain pada dada klien. Lilitkan ke sekeliling tungkai
terjauh klien dengan menarik ujung selimut mandi dan
melipatnya dibawah panggul. Dengan cara yang sama
lakukan untuk tungkai terdekat.
4. Tinggikan pagar tempat tidur, isi baskom cuci dengan air
bersuhu sekitar 41- 43o C.
5. Letakkan baskom cuci dan tisu kamar mandi diatas meja
tempat tidur. Letakkan waslap regular atau sekali pakai
dalam baskom cuci.
6. Turunkan pagar tempat tidur dan ujung atas selimut kamar
mandi dibawah perineum klien.
7. Dengan perlahan angkat penis dan letakkan handuk mandi
dibawahnya. Dengan perlahan pegang ujung penis. Bila
klien tidak disirkumsisi, retraksikan kulup. Tunda tindakan
No Langkah Kegiatan Nilai Ket
0 1 2
bila klien mengalami ereksi.
8. Bersihkan ujung penis pada meatus uretral pertama kali,
lakukan gerakan memutar, bersihkan dari meatus kearah
luar. Jangan biarkan sabun masuk kedalam meatus. Buang
waslap dan ulangi sampai penis bersih, basuh dan keringkan
dengan perlahan.
9. Kembalikan kulup pada posisi asalnya..
10. Basuh batang penis perlahan tetapi kuat dengan menggosok
kearah bawah. Beri perhatian khusus pada permukaan
bawah penis. Basuh dan keringkan penis secara
menyeluruh. Instruksikan klien untuk sedikit meregangkan
kakinya.
11. Dengan perlahan bersihkan krotum. Angkat testis dengan
hati-hati dan cuci lipatan kulit dibawahnya. Basuh,
keringkan
12. Lipat selimut mandi kebelakang perineum klien dan bantu
klien mengambil posisi miring.
13. Bersihkan area anal dengan mengusap setiap materi fekal
dengan tisu kamar mandi. Cuci area dengan mengusap dari
vagina kearah anus dengan satu gosokan. Buang waslap.
Ulangi dengan waslap bersih samapi kulit bersih.
14. Basuh area dengan baik dan keringkan dengan handuk.
15. Lepaskan sarung tangan dan buang ditempat yang telah
disediakan
16. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman dan
selimuti dengan selimut..
17. Tinggikan pagar tempat tidur dan turunkan tempat tidur
dalam posisi yang tepat. Rapihkan ruangan klien.

 Vulva Hygiene
1. Memposisikan klien pada posisi dorsal recumbent
2. Memasang alas dan pengalas
3. Memakai sarung tangan
4. Tangan kiri membuka vulva memakai kapas dan tangan
kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan.
5. Mengambil kapas DTT dengan pinset
6. Membersihkan daerah labia mayora kanan kiri dengan
gerakan satu arah.
7. Membersihkan daerah labia minora kanan kiri dengan
gerakan satu arah.
8. Membersihkan daerah vestibulum sampai anus dengan
gerakan satu arah.
9. Membuang kapas kotor ke bengkok

D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Sarung tangan kotor dimasukan dalam larutan klorin 0.5 %.
3. Evaluasi kegiatan dan respon klien : Kenyamana daerah
genitalia.
No Langkah Kegiatan Nilai Ket
0 1 2
4. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
5. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat semua tindakan dalam catatan keperawatan
KETRAMPILAN 4
MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE TEMPAT LAIN

1. MEMBANTU KLIEN BANGUN DARI TEMPAT TIDUR


A. PENGERTIAN
Tindakan membantu klien bangun dari tempat tidur dilakukan pada klien yang
mengalami semi ketidakberdayaan, ketidakberdayaan, atau imobilisasi yang
posisinya harus diubah atau pada klien yang harus dibangunkan dari tempat tidur.

B. TUJUAN
Tujuan perkembangan individual :
1) Klien akan mempertahankan body aligment yang baik
2) Klien tidak menunjukkan adanya injuri sistem muskuloskeletal
3) Kulit klien tidak rusak
4) Klien merasa nyaman

Tujuan yang diharapkan :


1) Klien mampu melakukan ROM sendi
2) Klien menunjukkan tidak adanya luka pada kulit
3) Kenyamanan meningkat
4) Tingkat kemandirian klien dalam memenuhi ADL meningkat

C. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1) Perawat harus menghindari tarikan klien di tempat tidur karena akan menyebabkan
luka gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan pada kapiler jaringan yang
mendasarinya dan mengurangi aliran darah ke bagian tersebut. Luka goresan juga
menyebabkan abrasi pada kulit, mengakibatkan trombosis perifer, yang selanjutkan
menurunkan aliran darah pada area tersebut.
2) Tindakan yang dilakukan pada anak, perawat mungkin membutuhkan
tenaga tambahan pada anak yang mengalami diintraksi untuk mempertahankan
kelurusan tubuh klien.
3) Klien dengan penyakit sendi degeneratif (osteoartritis) beresiko lebih besar untuk
mengalami dislokasi sendi bahu daripada klien yang lebih muda. Penurunan massa
otot dan elastisitas kulit dan kelembaban kulit meningkatkan resiko terhadap
kerusakan kulit akibat luka gesekan.
D. PERSIAPAN ALAT
Hand schoon kalau diperlukan

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Nilai
Aspek yang dinilai Ket.
0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Tentukan body aligment klien tingkat kenyamanan saat turun
2. Tentukan faktor resiko yang mungkin terjadi karena komplikasi
dari imobilisasi
b. Paralisis : hemiparese akibat CVA, penurunan sensasi
c. Kerusakan mobilisasi : traksi atau arthritis atau proses
penyakit lain yang mendukung
d. Kerusakan sirkulasi
e. Umur : kanak – kanak, tua
f. Kaji kesadaran klien
g. Kaji kemampuan fisik klien untuk membantu pergerakan
dan posisi klien, meliputi :
1) Umur
2) Tingkat kesadaran
3) Proses penyakit
4) Kekuatan
5) Pergerakan sendi
6) Koordinasi
h. Tentukan pipa, insisi, dan kelengkapan (misalnya pada
traksi)
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perpindahan
tempat yang akan dilakukan.
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Berdoa

D Tahap Kerja
1. Naikkan tempat tidur untuk memudahkan tindakan
2. Pindahkan semua bantal dan atur posisi terlebih dahulu
3. Tempatkan tempat tidur dengan posisi datar dengan roda tempat
tidur terkunci
4. Perawat menghadap ke bagian kepala tempat tidur (Bila dua
perawat membantu klien, perawat berdiri pada sisi tempat tidur
yang berlawanan)
5. Rentangkan kedua kaki perawat dengan kaki lebih dekat tempat
tidur di belakang kaki yang lain
6. Bila mungkin, mintalah klien untuk memfleksikan lututnya,
mendekatkan kakinya sedekat mungkin ke bokong
7. Instruksikan klien untuk memfleksikan lehernya, tundukkan
dagu ke arah dada
8. Instruksikan klien untuk membantu dalam bergerak dengan
menggunakan papan trapes bila ada atau dengan mendorong
permukaan tempat tidur
9. Bila klien mempunyai kekuatan atau mobilitas ekstremitas atas
yang terbatas, letakkan tangannya menyilang di atas dada
10.Fleksikan lutut dan pinggul perawat, buat lengan bawah anda
lebih dekat ke ketinggian tempat tidur
11.Letakkan tangan perawat (tangan yang lebih dekat ke kepala
tempat tidur) di bawah bahu klien dan tangan yang lain di
bawah paha klien
13.Instriksikan klien untuk mendorong dengan tumit dan
meninggikan batang tubuhnya saat menghembuskan nafas,
kemudian gerakkan ke arah kepala tempat tidur pada hitungan
ke-3
14.Pada hitungan ke-3, goyang dan pindahkan berat badan perawat
dari tungkai belakang ke tungkai kaki. Pada waktu yang
bersamaan, klien mendorong dengan tumitnya dan
meninggikan batang tubuhnya
15.Kaji ulang kelurusan tubuh klien. Bila buruk, atur posisi klien
menjadi posisi yang tepat
16.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi body aligment, posisi, tingkat kenyamanan
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi
3. Observasi terjadinya komplikasi (pusing, nyeri pinggang)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien, meliputi
; posisi, frekwensi berubah, kondisi kulit, pergerakan sendi,
penggunaan dukungan, kemampuan klien melakukan pergerakan
dan mengubah posisi
2. MEMBANTU KLIEN PADA POSISI DUDUK
A. PENGGUNAAN
Klien imobilisasi sebagian atau klien lemah akan memerlukan bantuan keperawatan
untuk duduk di tempat tidur tidur. Perawat dapat membantu klien melakukan
posisi duduk sambil mempertahankan kelurusan tubuh yang tepat untuk perawat dan
klien.

B. TUJUAN
Teknik pemberian posisi yang benar mengurangi resiko cidera muskuloskeletal pada
semua orang yang terlibat.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Perawat harus menghindari penyeretan klien di atas tempat tidur. Penyeretan
melawan linen tempat tidur mennyebabkan luka gesekan
2. Perawat perlu berhati – hati mengobservasi klien terhadap tanda
hipotensi postural.
3. Anak – anak biasanya mudah untuk bergerak, dan perawat mungkin cukup
untuk membangunkan anak ke posisi duduk
4. Klien dengan penyakit sendi degeneratif (osteoartritis) beresiko lebih besar
untuk mengalami dislokasi sendi bahu daripada klien yang lebih muda.
Penurunan massa otot dan elastisitas kulit dan kelembaban kulit meningkatkan
resiko terhadap kerusakan kulit akibat luka gesekan.

D. PERSIAPAN ALAT
Sarung tangan kalau perlu

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
Kaji kekuatan otot klien, kemampuan mobilitas, adanya paralisis
atau pareses, hipotensi orthostatik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk
melaksanakan intruksi
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perpindahan tempat yang akan dilakukan.
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Jelaskan tentang PROSEDUR PELAKSANAAN pada klien
3. Jaga privacy dengan menutup pintu
4. Bantu klien untuk duduk di tempat tidur
a. Bantu klien pada posisi supinasi
b. Pindahkan semua bantal
c. Perawat menghadap ke kepala tempat tidur
d. Rentangkan kaki perawat dengan kaki mendekat ke
tempat tidur dibelakang kaki yang lain.
e. Letakkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah
bahu klien, menyangga kepala dan vertebra servikal
klien
f. Letakkan tangan anda yang lain pada permukaan tempat
tidur
g. Bangunkan klien ke posisi duduk dengan memindahkan
berat badan perawat dari tungkai depan ke tungkai
belakang
h. Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di
permukaan tempat tidur
5. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama perubahan posisi, posisi body
aligment yang baik, penekanan
2. Tanyakan respon klien setelah posisi duduk
3. Observasi terjadinya komplikasi (pusing, nyeri kepala)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien dan
respon klien
3. MEMBANTU KLIEN UNTUK POSISI DUDUK DI TEPI
TEMPAT TIDUR
A. PENGGUNAAN
Klien imobilisasi sebagian atau klien lemah akan memerlukan bantuan
keperawatan
untuk duduk di tempat tidur. Perawat dapat membantu klien melakukan posisi
duduk sambil mempertahankan kelurusan tubuh yang tepat untuk perawat dan klien.
Seringkali ini merupakan aktivitas pertama yang diprogramkan untuk klien yang telah
menjalani tirah baring.

B. TUJUAN
Mengurangi resiko cidera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Klien yang telah berbaring lama di tempat tidur beresiko mengalami
hipotensi postural. Perawat harus mengkaji tanda – tanda vital klien sebelum
menempatkan klien pada posisi duduk.
2. Selama prosedur pelaksanaan perawat harus mengkaji tanda – tanda pening,
kelemahan, kepala terasa melayang, atau pucat, bila ada gejala hentikan prosedur
pelaksanaan. Bila klien telah stabil dan duduk di tepi tempat tidur perawat
mengkaji tanda – tanda vital.
3. Klien perlu diberi health education tentang mekanika dasar kelurusan tubuh
yang tepat untuk posisi duduk.
4. Anak – anak biasanya mudah untuk bergerak, dan perawat mungkin cukup
untuk mengangkat anak – anak bangun dari posisi duduk
5. Klien dengan penyakit sendi degeneratif (osteoartritis) beresiko lebih besar
untuk mengalami dislokasi sendi bahu daripada klien yang lebih muda. Pada
klien dengan penyakit kardiovaskuler beresiko mengalami hipotensi postural.

D. PERSIAPAN ALAT
Sarung tangan kalau perlu

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
Kaji kekuatan otot klien, kemampuan mobilitas, adanya
paralisis atau pareses, hipotensi orthostatik, toleransi
aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan
kemampuan untuk melaksanakan intruksi
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
: kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perpindahan tempat yang akan dilakukan.
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Berdoa
C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Jelaskan tentang prosedur pelaksanaan pada klien
3. Jaga privacy dengan menutup pintu
4. Baringkan klien pada posisi miring mnghadap perawat
pada sisi tempat tidur di mana ia akan duduk. Pasang
pagar tempat tidur pada sisi berlawanan
5. Tinggikan kepala tempat tidur pada setinggi yang dapat
ditoleransi klien
6. Berdirilah pada sisi berlawanan dari pinggul klien
7. Berputarlah ke arah diagonal sehingga perawat
menghadap klien dan sudut tempat tidur jauh
8. Rentangkan kaki perawat, dengan kaki lebih dekat ke
kepala tempat tidur didepan kaki yang lain
9. Letakkan tangan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur
di bawah bahu klien, sangga kepala dan lehernya
10.Letakkan tangan anda yang lain di atas paha klien
11.Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki di atas tempat
tidur
12.Putar ke arah tungkai belakang anda, memungkinkan
tungkai atas klien terjuntai ke bawah
13.Pada saat yang bersamaan, pindahkan berat badan
perawat ke tungkai belakang dan tinggikan klien
14.Tetaplah berada di depan klien sampai klien mencapai
keseimbangan kembali
15.Turunkan ketinggian tempat tidur sampai kaki klien
menyentuh lantai
16.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama perubahan posisi duduk di
tepi tempat tidur
2) Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi duduk di
tepi tempat tidur
3) Observasi terjadinya komplikasi (pusing, jantung
berdebar-debar, nyeri pinggang)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
4. MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI
A. PENGGUNAAN
Klien yang telah tirah baring tirah baring, tindakan memindahkan klien dari tempat tidur
ke kursi merupakan salah satu aktivitas yang harus dilakukan.

B. TUJUAN
Memampukan perawat untuk mengubah lingkungan sekitar klien juga posisinya.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh satu perawat memerlukan bantuan
dari klien dan tidak diupayakan jika klien tidak mampu membantu atau
memahami instruksi perawat
2) Anak–anak biasanya mudah untuk bergerak, dan perawat mungkin cukup untuk
mengangkat anak dari tempat tidur ke kursi, bila anak di kursi perawat harus
mengkaji ulang kelurusan tubuhnya untuk menjamin posisi yang tepat.
3) Perubahan fisiologi proses menua mengakibatkan beberapa gangguan sensori yang
membuat pemindahan pada klien lansia dari tempat tidur ke kursi menjadi lebih
sulit karena ;
4) Klien mungkin saja mengalami peningkatan kerentanan terhadap hipotensi
postural, pening, dan resiko pingsan.
5) Perubahan pada penglihatan dan ketajaman penglihatan dan pendengaran dapat
membuat klien lebih sulit melihat kursi atau memahami instruksi.
6) Penurunan keseimbangan dan perubahan pada sistem muskuloskeletal
meningkatkan resiko jatuh

D. PERSIAPAN ALAT
1) Sabuk pemindah jika diperlukan
2) Kursi roda (posisi kursi 45 derajat dari tempat tidur, alat pemindah kaki,
pengunci tempat tidur)
3) Sarung tangan kalau perlu

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
Kaji kekuatan otot klien, kemampuan mobilitas, adanya paralisis
atau pareses, hipotensi orthostatik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk
melaksanakan intruksi

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perpindahan
tempat yang akan dilakukan.
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Berdoa
C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Jelaskan tentang prosedur pelaksanaan pada klien
3. Jaga privacy dengan menutup pintu
4. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Atur posisi
kursi pada sudut 45 derajat dari tempat tidur
5. Pasang sabuk pengikat untuk pindah bila perlu
6. Pastikan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil anti
slip
7. Rentangkan kaki anda
8. Fleksikan pinggul dan lutut anda, sejajarkan lutut perawat
dengan lutut klien (lihat gambar 1)
9. Pegang sabuk pengikat pemindah dari bawah atau pegang
melalui aksila klien dan tempatkan tangan pada skapula klien
10. Angkat klien sampai berdiri pada hitungan ketiga sambil
meluruskan pinggul dan kaki perawat, pertahankan lutut agak
fleksi (lihat gambar 2)
11. Pertahankan kestabilan dari tungkai dengan lutut yang
lemah/paralise
12. Pusatkan pada kaki yang terjauh dari kursi, pindahkan klien
langsung ke depan kursi (lihat gambar 3)
13. Instruksikan klien menggunakan sandaran tangan pada kursi
untuk sanggaan
14. Fleksikan pinggul dan lutut perawat saat menurunkan klien
ke kursi (Lihat gambar 4)
15. Kaji klien untuk kelurusan yang tepat
16. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama perubahan posisi dari tempat
tidur ke kursi
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi dari tempat
tidur ke kursi
3. Observasi terjadinya komplikasi (pusing, jantung berdebar-
debar, nyeri pinggang)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien

5. MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANGKAR


A. PENGGUNAAN
Klien yang mengalami imobilisasi dan harus berpindah ke brangkat/tempat tidur lain
harus dilakukan oleh 3 orang.

B. TUJUAN
Memampukan perawat untuk mengubah lingkungan sekitar klien juga posisinya.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Pada klien yang mengalami trauma tulang belakang, jika klien harus bergerak, ketiga
orang yang mengangkat harus menggunakan alat untuk mempertahankan
posisi tulang belakang selama pemindahan
2) Klien harus siap untuk dipindah dan mengatakan untuk dibantu kalau
mungkin, misalnya melipat lengan di dada.
3) Lingkungan harus bebas dari penghalang dan perlengkapan yang tidak dibutuhkan.
4) Brangkat harus ditempatkan di sudut kanan tempat tidur
5) Keamanan adalah prioritas utama. Keamanan dilakukan oleh ketiga pengangkat.
6) Satu orang harus berperan sebagai pemimpin

D. PERSIAPAN ALAT
1) Sabuk pemindah jika diperlukan
2) Pengusung (posisi 90 derajat dari tempat tidur ; pengunci brangkat, pengunci
tempat tidur)
3) Sarung tangan kalau perlu

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
Kaji kekuatan otot klien, kemampuan mobilitas, adanya paralisis
atau pareses, hipotensi orthostatik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk
melaksanakan intruksi
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perpindahan tempat yang akan dilakukan.
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Jelaskan tentang prosedur pelaksanaan pada klien
3. Jaga privacy dengan menutup pintu
4. Tiga orang berdiri berdekatan menghadap tempat tidur klien
5. Masing – masing perawat berdiri pada area kepala dan bahu,
pinggul, paha dan pergelangan kaki
6. Posisi kaki lebar terbuka dengan satu kaki di depan dan lutut
di tekuk
7. Masukkan lengan semua perawat tepat di bawah kepala dan
bahu, pinggul, paha dan pergelangan kaki dengan yakinkan
bahwa jari – jari merengkuh sisi yang jauh dari klien (lihat
gambar)
8. Angkat dan gulungkan klien pada dada perawat
9. Pada hitungan ke 3 klien diangkat berlawanan dengan dada
perawat
10. Pada hitungan ke 3 perawat secara bertahap memutar ke
arah brangkat, gerakkan ke depan jika dibutuhkan
11. Perawat yang ada dibagian bawah ada di pusat brangkat,
dengan menfleksikan lutut dan panggul sampai siku setinggi
brangkat
12. Perawat mengkaji body alignment, letakkan klien secara
aman dan naikkan pengaman
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama perubahan posisi dari tempat
tidur ke kursi
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi dari tempat
tidur ke kursi
3. Observasi terjadinya komplikasi (pusing, jantung berdebar-
debar, nyeri pinggang)
Dokumentasi
E Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
KETRAMPILAN 5
PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH
Agar dapat menentukan sifat penyakit yang diderita oleh seorang klien dan pengobatan
medis yang harus dilaksanakan, maka pemeriksaan laboratorium sering kali mempunyai arti
sangat penting. Oleh karena itu, beberapa peraturan dalam pembuangan, pengambilan dan
perawatan bahan-bahan yang harus diperiksa harus diperhatikan secara penuh.
Petunjuknya antara lain:
1. Semua bahan yang akan diperiksa dilengkapi dengan tanggal, nama atau huruf awal
penderita, kamar atau bangsal dan pemeriksaan yang diminta
2. Pelihara dan rawat dengan sebaik mungkin bahan yang tidak perlu ditampung secara
steril untuk menghindari pencampuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan untuk pemeriksaan hematologi :
A. Faktor pemeriksa
- Tidak kasar/ sabar
- Tidak menakutkan, terutama bila penderita anak kecil
- Tidak menunjukkan sikap ragu-ragu
- Terampil dan tidak ceroboh
- Bekerja secara sistematis
- Bekerja secara aseptis, bersih
- Hindarkan pencemaran lingkungan
- Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri
B. Persiapan penderita
- Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam keadaan puasa 12
jam.
- Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan meningkatkan
volume plasma.
- Aktivitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit dan LED.
- Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan Hb dan Hematokrit.
- Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
C. Macam-macam pemeriksaan
Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Misalnya
darah vena : untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler untuk hitung sel.
D. Tempat pemeriksaan :
1. Darah vena
Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis
Bayi : Vena Jugularis externa
Dewasa : Semua vena superfisial
Terbaik : Vena Mediana cubiti
2. Darah kapiler
Anak : Ujung ibu jari kaki
Dewasa : Ujung jari tangan
E. Alat yang digunakan :
Botol steril dengan atau tanpa
koagulansia Spuit 3 cc, 5 cc
Kapas lakohol
Kapas betadine
Torniquet
Label
F. Prosedure Pengambilan specimen darah

NO Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Pengkajian
1. Chek kembali order pemeriksaan yang
dianjurkan
2. Cari area yang akan ditusuk dengan melihat
kondisi vena yang besar dan tidak bercabang
B Perencanaan
1. Persiapkan bahan dan alat : spuit untuk
mengambil darah sesuai dengan kebutuhan: 3 cc,
5 cc atau 10 cc bertutup yang sudah diberi
identitas pasien (nama, umur, nomor register,
bangsal), hand scoon bersih, pengalas, torniquet
2. Jelaskan kepada klien maksud dilakukan
tindakan
3. Lakukan pengambilan specimen darah dengan
tenang dan hindari lingkungan yang mengganggu
4. Siapkan lembar pengantar untuk pemeriksaan
darah yang dibutuhkan klien
C Pelaksanaan
1. Pegang lengan klien, pilih vena yang besar lurus
dan tidak bercabang.
2. Persiapkan jarum suntik untuk mengambil
sampel darah sesuai dengan kebutuhan
3. Pasang torniquet diatas area yang akan ditusuk
4. Olehkan kapas alkohol kemudian disusul dengan
kapas betadine pada area yang akan ditusuk
5. Fiksasi tangan tempat yang akan ditusuk dengan
tangan kiri dan tangan kanan menusukkan
jarumnya
6. Menusukkan jarum vena yang dipilih dengan
mata jarum mengahadap keatas dengan sudut
15 derajad, jika sudah masuk ke vena di
pangkal jarum akan terlihat darah yang
mengalir dan lepaskan torniquetnya.
7. Tariklah pispon spuit dengan pelan-pelan sampai
memperoleh darah sesuai dengan yang
dibutuhkan.
8. Jika menginginkan mengambil darah lagi,
pasang spuit baru untuk penambilan
sampelnya.
9. Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan
dengan kasa steril persegi atau kapas alkohol
kemudian tangan klien ditekuk.
10. Memberikan label pada alat spuit atau tabung
reaksi yang berisikan identitas klien
11. Ambil lembar pengiriman sampel dan disisi

57
pemeriksaan yang diinginkan dan catat ke
buku register klien
12. Kirimkan darah untuk pemeriksaan ke
laboratorium
D Evaluasi
1. Cek kembali identitas klien pada spuit atau
tabung darah klien
2. Pastikan klien setelah pengambilan specimen
dalam kondisi nyaman.

58
PEMERIKSAAN URIN
Pengertian pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan urin dasar yang dapat dipakai untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium klinik lebih lanjut dan dikerjakan pada setiap penderita
tanpa indikasi tertentu. Menurut cara konvensional pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan
:
- Makroskopik terhadap warna, kejernihan, bau, buih dan berat jenis
- Mikroskopis terhadap unsur-unsur sedimen urin
- Kimia terhadap reaksi urin atau keasaman / pH, protein dan gula reduksi.
Cara lain untuk pemeriksaan urin sederhana adalah cara dipsticks, dengan cara ini selain
pemeriksaan di atas secara langsung dapat digunakan pemeriksaan kimia tambahan seperti
eritrosit, leukosit, keton, urobilinogen, bilirubin, nitrit, dan seterusnya.
Syarat untuk urin yang diperiksa sebaiknya urin pagi hari setelah bangun tidur dan tidak
lebih dari 3 jam urin harus segera diperiksa dengan alasan warna belum berubah, pH belum
berubah dan zat-zat yang terlarut di urin belum berubah atau menguap dan bakteri belum
berkembang biak.
Walaupun pemeriksaan urin rutin sangat sederhana, tetapi kalau ditunjang dengan
ketrampilan, ketelitian, kesabaran, syarat-syarat pemeriksaan dan cara kerja yang tepat dan
benar akan menyajikan hasil pemeriksaan yang benar dan dapat dipercaya, dan dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis yang tepat.

Macam–macam bahan pemeriksaan :


- Urin sewaktu, urin yang dikemihkan sewaktu-waktu untuk pemeriksaan kualitatif.
- Urin pagi, urin yang dikemihkan setelah bangun tidur, sebelum makan dan minum.
- Urin setelah makan (2 jam postprandial), untuk pemeriksaan glukosa dalam urin.
- Urin tampung 12 – 24 jam, untuk pemeriksaan kuantitatif dan biasanya menggunakan
bahan pengawet agar unsur yang dibutuhkan tak mengalami perubahan selama
penampungan.
- Urin residual, urin diambil dengan kateter setelah pasien berkemih sehabis-habisnya,
untuk mengetahui apakah ada hambatan pengeluaran urin.

Pemeriksaan rutin terdiri dari :

1. Warna urin
Tergantung dari kepekatan urin dan zat-zat yang terlarut di dalamnya. Normal kuning muda
sampai kuning tua, urin encer warna lebih muda dari pada urin pekat. Urin asam biasanya
lebih tua daripada urin alkalis.
Warna yang menyimpang dari normal belum tentu patologis karena dapat ditimbulkan oleh
makanan atau obat-obatan. Seperti ditimbulkan oleh zat warna urokhrom, uroeritrin,
fenasetin, Vit. B kompleks, uroeritrin dan urobilin dalam kadar tertentu.
Kemungkinan variasi warna urin yang dapat dijumpai :
- Warna merah muda/air daging, disebabkan tercampur darah/hemoglobin (+), di dalam
sedimen akan dijumpai eritrosit.
- Warna merah anggur dan menjadi lebih tua jika dibiarkan dalam udara, mengandung
porifrin atau porfirinogen, metildopa, antipirin.
- Pelbagai warna merah dapat disebabkan oleh obat-obatan : piramidon, antipirin, protonsil
rubrum.
- Warna kuning tua kemerah-merahan ditimbulkan oleh urobilin yang banyak.
- Warna kuning tua dengan buih kuning kalau dikocok, menunjukkan adanya bilirubin.
- Warna kuning tua sampai hitam yang terjadi dalam udara, dapat ditimbulkan oleh
alkapton, melanin, dan fenol.
- Warna ini dapat dihilangkan dengan digojok dengan Pb asetat atau dengan arang tulang.

2. Kejernihan
Dalam keadaan normal urin itu jernih. Kekeruhan yang terjadi dalam udara, dapat
disebabkan karena asam urat, yang bereaksi asam dan dapat larut kalau dipanasi atau
ditambah NaOH atau KOH.
Kekeruhan urin yang bersifat alkalik, yang hilang pada penambahan asam cuka, adalah
fosfat; kalau hilang sambil menimbulkan gas, adalah karbonat. Sedang kekeruhan yang tidak
hilang bila dipanasi atau ditambah alkali, adalah zat-zat organik (sel nanah, khilus, epitel
dll). Keruh sejak dikemihkan biasanya adanya fosfat dalam jumlah banyak, nanah, khilus
dan darah. Keruh setelah didiamkan kemungkinan amorf fosfat, bakteri berkembang biak.

3. Bau
Bau urin khas disebabkan oleh sebagian asam-asam organik yang mudah menguap. Sedang
bau urin yang berlainan dapat disebabkan oleh : makanan, jengkol, petai, durian.

Prosedure pengambilan specimen urine

NO Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Pengkajian
1. Cek program pemeriksaan diagnostik
2. Kaji kebutuhan bantuan dalam
pemeriksaan diagnostik
B Perencanaan
1. Persiapkan bahan dan alat: botol atau
pot kecil dengan skala pengukuran
bertutup yang sudah diberi identitas
klien (nama, umur, nomor register,
bangsal).
2. Jelaskan kepada klien maksud
dilakukan tindakan
3. Jaga privacy klien
4. Lakukan pengambilan specimen
dengan tenang dan hindari lingkungan
yang mengganggu
5. Siapkan lembar pengantar untuk
pemeriksaan urine yang dibutuhkan
klien
C Pelaksanaan
1. Jika tidak ada kontra indikasi suruh
klien berkemih di toilet
2. Jika klien bedrest suruh klien berkemih
dengan pispot atau urinal
3. Jika klien memakai kateter bisa
diambil sesuai dengan kebutuhan lewat
kateter.
4. Ambil urine sesuai kebutuhan 5-10 cc
untuk pemeriksaan urine rutin dan
masukkan ke dalam botol atau pot kecil
bertutup yang sudah diberi identitas
klien
5. Catat jumlah urine yang ditampung
dalam buku register klien
6. Kirimkan urine untuk pemeriksaan ke
laboraturium
D Evaluasi
1. Cek kembali identitas klien pada botol
atau tempat urine
2. Pastikan klien setelah pengambilan
specimen dalam kondisi nyaman.

Prosedure Pengambilan Specimen Feses


NO Aspek yang dinilai Nilai Ket
0 1 2
A Pengkajian
1. Cek program pemeriksaan diagnostik
2. Kaji kebutuhan bantuan dalam
pemeriksaan diagnostik
B Perencanaan
1. Persiapkan bahan dan alat : botol atau
gelas kecil bertutup yang sudah diberi
identitas klien (nama, umur, tgl, nomor
register, bangsal), hand scoon bersih,
spatel
2. Jelaskan kepada klien maksud dilakukan
tindakan
3. Lakukan pengambilan specimen dengan
tenang dan hindari lingkungan yang
mengganggu
4. Siapkan lembar pengantar untuk
pemeriksaan feses yang dibutuhkan klien
C Pelaksanaan
1. Jika tidak ada kontra indikasi suruh klien
BAB di tempat tidur dengan bedpan
2. Ambil feses dengan spatel sesuai dengan
kebutuhan
3. Masukkan feses dengan gelas atau botol
tertutup yang sudah diberikan identitas.
4. Catat jumlah feses yang ditampung dalam
buku register klien
5. Kirimkan feses untuk pemeriksaan ke
laboratorium
D Evaluasi
1. Rechek kembali identitas pasien pada
botol atau gelas tempat feses
2. Pastikan klien setelah pengambilan
specimen dalam kondisi nyaman.

61
Pengambilan specimen sputum
NO Aspek yang dinilai Nilai Ket
0 1 2
A Pengkajian
1. Kaji penyakit yang diderita klien saat
ini misalnya mengalami TB, batuk-
batuk erapa hari dsb.
2. Cek program pemeriksaan diagnostik
3. Kaji kebutuhan bantuan dalam
pemeriksaan diagnostik
B Perencanaan
1. Pot untuk sputum atau botol, tisu
gulung, air putih dalam gelas botol atau
pot kecil dengan bertutup yang sudah
diberi identitas klien (nama, umur,
nomor register, bangsal), hand scon
bersih
2. Lakukan pengambilan specimen
dengan tenang dan hindari lingkungan
yang mengganggu
3. Siapkan lembar pengantar untuk
pemeriksaan urine yang dibutuhkan
klien
C Pelaksanaan
1. Seandainya klien mengeluarkan
pertolongan maka tempatkan klien
pada posisi duduk
2. Perawat berdiri sedemikian rupa
sehingga muka anda tidak searah
dengan arah batuk klien
3. Suruh klien membatukkan sampai
sputum keluar dan tampung dengan pot
sputum
4. Bersihkan mulut klien dengan tissue
dari sisa sputum.
5. Suruh klien berkumur sampai mulutnya
benar-benar bersih, dan suruh pasien
untuk minum air
6. Catat jumlah sputum yang ditampung
dalam buku register klien
7. Kirimkan sputum yang sudah diberikan
identitas untuk pemeriksaan ke
laboratorium
D Evaluasi
1. Cek kembali identitas klien pada botol
atau pot sputum
2. Pastikan klien setelah pengambilan
specimen dalam kondisi nyaman.

62
KETERAMPILAN 6
ENEMA/HUKNAH

A. Pengertian
Memasukkan larutan ke dalam rectum dan kolon
B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic
2. Untuk melunakkan feses yang telah mengeras
3. Untuk mengosongkan rectum dan kolon guna pemeriksaan diagnostic atau pembedahan

C. Indikasi
Indikasi umum dilakukan tindakan huknah atau enema adalah:
1. Klien yang akan dilakukan operasi besar/mayor
2. Klien yang akan dilakukan tes diagnostik saluran cerna
3. Klien yang tidak bisa buang air besar
4. Klien yang mengalami distensi/kembung

D. Kontraindikasi
Klien dengan perdarahan kolon bagian bawah (sigmoid dan rectum)

E. Jenis Huknah
1. Huknah Rendah  memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon sigmoid
2. Huknah Tinggi  memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon asenden
3. Huknah Gliserin  memasukkan cairan melalui anus kedalam kolon sigmoid dengan
menggunakan spuit gliserin

F. Persiapan alat
Huknah rendah dan tinggi
1. Wadah enema (irrigator)
2. Larutan untuk huknah dengan volume :
- Dewasa : 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5 – 43 derajat celcius
- Remaja : 500 – 700 ml
- Usia sekolah : 300 – 5000 ml
- Toddler : 250 – 500 ml
- Bayi : 150 – 250 ml
Secara umum suhu cairan yang digunakan pada anak-anak, bayi dan toddler yaitu
sekitar 37,7 derajat celcius
3. Selang irrigator
4. Klem pengatur selang
5. Pelumas (vaselin)
6. Perlak pengalas
7. Selimut
8. Kertas toilet
9. Pispot
10. Baskom, waslap, handuk dan sabun
11. Handscoen atau sarung tangan

Huknah Gliserin
1. Selimut/kain penutup
2. Perlak dan pengalas
3. Spuit gliserin
4. Bengkok
5. Gliserin dalam tempatnya yang direndam air panas/botol
6. Baskom kecil/mangkok kecil
7. Pispot
8. Kertas toilet
9. Baskom, waslap, handuk dan sabun
10. Sarung tangan

Perhatikan:
 Perhatikan keadaan klien selama bekerja
 Pemberian gliserin pada anak dicampur minyak kelapa (1:1)
 Catat reaksi setelah diberikan.

F.Prosedur
No Langkah Kegiatan Nilai Ket
0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Kaji order: kebutuhan klien untuk dilakukan enema/huknah
2. Kaji kondisi klien dan keadaan anus klien
3. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan lien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Menyiapkan alat
2. Membawa alat dekat klien
3. Menjaga privacy klien dengan menutup ruangan dan
sampiran
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Lepas pakaian bawah klien
6. Bantu klien pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) dengan
lutut kanan fleksi untuk huknah rendah dan huknah
gliserin, dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan
lutut kanan fleksi untuk huknah tinggi. Pada anak-anak
biasanya dilakukan dengan posisi dorsal recumbent dan
dibawahnya di beri pispot.
7. Letakkan perlak dan pengalas di bawah bokong klien
8. Selimuti tubuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut,
biarkan bagian anal yang terlihat.
9. Pelaksanaan Huknah Rendah dan Tinggi
a. Susun wadah enema, hubungkan dengan slang, klem
dan slang rektal
b. Tutup lem pengatur
c. Masukkan larutan hangat ke dalam wadah enema
d. Buka klem dan biarkan laruta keluar sampai tidak ada
udara di selang. Lalu tutup klem.
e. Letakkan pispot didekat tempat tidur
f. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
g. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung selang rektal dengan
jelly.
h. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak
anus, instruksikan klien untuk rileks
i. Masukkan ujung selang rektal ke dalam anus klien
secara perlahan
j. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan
perlahan
k. Klem selang setelah semua larutan dialirkan
l. Letakkan tisu toilet di sekitar selang pada anus dan
dengan perlahan tarik selang
m. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi/kembung
adalah normal. Minta klien untuk menahan larutan
semala mungkin saat berbaring di tempat tidur
n. Bereskan wadah enema dan selang pada tempat yang
telah disediakan.
10. Pelaksanaan Huknah Gliserin
a. Teteskan gliserin pada punggung tangan perawat untuk
memeriksa kehangatan kemudian tuangkan ke
baskom/mangkok kecil.
b. Isi spuit gliserin 10-20 cc (untuk anak-anak 10 cc) dan
keluarkan udaranya
c. Klien posisi miring, dorong bokong ke atas dengan
tangan kiri dan tangan kanan memasukkan spuit
gliserin perlahan sampai ke rectum sekitar 7-10 cm
pada dewasa dan 5-7,5 cm pada anak-anak lalu pasang
bengkok
d. Masukkan gliserin perlahan – lahan sambil
menganjurkan klien untuk menarik nafas panjang dan
dalam
e. Spuit dicabut dan letakkan dalam bengkok
f. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi adalah
normal. Minta klien untuk menahan larutan selama
mungkin saat berbaring di tempat tidur.
g. Bila klien ingin BAB minta tahan sebentar dan bantu
klien untuk BAB kekamar mandi atau memasang
pispot pada bokong klien
h. Bersihkan daerah perianal klien yang BAB di pispot
dengan tissue lalu dengan air sabun, kemudian bilas
dengan air bersih dan keringkan dengan handuk
i. Tarik perlak pengalas
j. Lepas sarung tangan
k. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur
l. Rapikan klien dengan mengenakan kembali pakaian
bawah klien

65
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Sarung tangan kotor dimasukan dalam larutan klorin 0.5 %.
3. Evaluasi kegiatan dan respon klien : Kenyamanan daerah
genitalia.
4. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
5. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat semua tindakan dalam catatan keperawatan seperti warna dan
konsistensi feses serta adanya distensi abdomen.
KETRAMPILAN 7
MEMANDIKAN KLIEN
A. PENGERTIAN
Membersihkan badan klien dengan menggunakan air dan sabun secara teratur dan biasanya
dilakukan pada klien yang mengalami ketergantungan

B. TUJUAN
1. Memberikan perasaan aman dan nyaman
2. Mencegah infeksi, mencegah bau badan
3. Menghilangkan kotoran dan lemak yang ada dipermukaan kulit klien
4. Memberikan stimulasi pada kulit dan memperlancar sirkulasi darah

C. KEBIJAKAN
Perhatikan status kesehatan klien dan kontra indikasi pergerakan pada saat mandi, pada
pasien dengan gangguan pernafasan sebaiknya diberikan posisi elevasi kepala
selama prosedur.

D. PERSIAPAN

1. Persiapan alat dan bahan


1. Air hangat
2. Sabun mandi
3. Waslap
4. Sarung tangan
5. Tempat pakaian kotor
6. Kain bersih dan pakaian ganti
7. Selimut mandi
8. Handuk
9. Peralatan toileting

2. Persiapan perawat
a. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional, tujuan,
prinsip, dan tahapan tindakan.
b. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
. 1. Chek Order
2. Kaji kebersihan kulit klien dan bau badan klien
3. Cek catatan yang berhubungan dengan kemampuan klien
untuk berpartisipasi dalam tindakan
4. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
5. Persiapan perawat, cuci tangn dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan lien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Menggunakan sarung tangan
2. Menjaga privasi klien
3. Mengatur tempat tidur klien sesuai dengan kebutuhan
4. Ganti pakaian dengan selimut mandi
5. Atur posisi klien dengan menempatkan klien di bagian
samping tempat tidur
6. Lakukan oral care
7. Bentangkan handuk di bawah kepala
8. Bersihkan wajah klien dan telinga klien
9. Membersihkan mata dari cantus dalam ke cantus luar
10. Masing-masing mata menggunakan washlap yang berbeda
dan tidak diberi sabun
11. Penggunaan sabun untuk cuci muka disesuaikan dengan
kebiasaan klien
12. Jika perlu bagian dalam hidung dibersihkan dengan hati-
hati menggunakan washlap atau handuk lembab, kemudian
dikeringkan
13. Ganti baju klien
14. Mencuci bagian lengan
Tempatkan handuk dibawah lengan yang jauh dari
perawat dan meninggikan lengan dengan cara memegang
di bagian siku, kemudian mencuci dari pergelangan ke
ketiak dan dikeringkan
Tempatkan handuk dibawah lengan lain, basahi,
bersihkan dan keringkan mulai dari tangan, lengan dan
ketiak
15. Mencuci bagian dada klien
Bentangkan handuk pada dada klien dan menurunkan
selimut mandi
Dengan satu tangan mengangkat handuk, tangan yang
lain mencuci, membilas dan mengeringkan bagian dada
tersebut
16. Membersihkan bagian perut
Meletakkan handuk yang lain menyilang di perut dan
,menurunkan selimut mandi sampai bagian pubis.
Cuci, bersihkan dan keringkan bagian perut
Perhatian umbilikus dibersihkan menggunakan washlap,
selimut mandi ditarik ke atasa dan handuk diangkat
17. Mencuci kaki klien
Tempatkan handuk di bawah tungkai
Tempatkan kaki klien ke dalam basin, jika klien mampu
menekuk lutut
Basahi, bersihkan dan keringkan tungkai
Basahi, bersihkan dan keringkan kaki
Lakukan pada tungkai dan kaki yang
lainnya
18. Membersihkan daerah genital
Ganti air dan ambil sarung tangan
Bersihkan genital, jika mampu beri kesempatan klien
untuk melakukan sendiri
Ganti dan lepaskan sarung tangan
19. Membersihkan punggung dan pantat
Ganti air
Membersihkan daerah punggung
Bantu klien untuk miring membelakangi perawat
Handuk diletakkan memanjang sejajar punggung klien
Mencuci, membilas dan mengeringkan mulai leher,
punggung sampai pantat
Basahi, bersihkan dan keringkan leher sampai punggung
20. Berikan back rub (masase punggung)
21. Bantu klien memakai baju yang bersih
22. Bantu klien melakukan perawatan rambut
23. Bantu klien melakukan perawatan kuku
24. Bantu klien memakai pakaian dalam
25. Lakukan bed making dan kembalikan klien pada posisi
yang nyaman
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat dalam catatan keperawatan
KETERAMPILAN 8
PERAWATAN RAMBUT

1. KERAMAS RAMBUT

A. PENGERTIAN
Keramas rambut adalah suatu proses membersihkan rambut klien dengan menggunakan air
dan shampoo jenis tertentu yang dilakukan perawat ditempat tidur klien.

B. TUJUAN
1. Membersihkan rambut dari minyak dan kotoran
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Meningkatkan sirkulasi darah dikulit kepala

C. KEBIJAKAN

Keramas penting bagi klien yang menjalani elektroensefalografi karena untuk membersihkan
elektroda yang digunakan pada kulit kepala. Sebelum keramas, lihat terlebih dulu order
dokter dan catatan yang diperlukan. Pada umumnya keramas tidak diberikan pada waktu
bersamaan dengan mandi sebab ini merupakan tindakan yang melelahkan. Kecuali klien
dapat mandi sendiri.

D. PERSIAPAN
1. Persiapan alat dan bahan
a. Sisir
b. Bengkok dan desinfektan
c. Air hangat
d. Ember
e. Sampo
f. Handuk
g. Talang,
h. Perlak
i. Gayung
j. Selimut mandi
k. Perlak yang kaki
l. Kasa
m. Kapas
n. Koran
o. Handscoon
p. Serbet di bawah lantai

2. Persiapan Perawat
a. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional,
tujuan, prinsip, dan tahapan tindakan.
b. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga selama prosedur tindakan.
c. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci tangan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan/masker/kaca mata
pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).
E. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Chek order
2. Kaji kondisi rambut klien
3. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangn dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Atur posisi tempat tidur klien sesuai kebutuhan dan turunkan
pengaman tempat tidur
2. Lakukan tindakan keramas dengan langkah sebagai berikut :
Atur posisi klien, secara diagonal menyilang pada tempat
tidur
Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
Mengangkat bantal dari kepala klien
Meletakkan perlak dan handuk di bawah kepala klien
Memasang talang plastik melalui samping ke bawah
tempat tidur menuju ember
Menyiapkan handuk kecil untuk melap muka klien
Menutup mata klien dengan kasa lembab dan telinga
dengan kapas
Memeriksa kembali air yang akan digunakan (suhu)
Menuangkan air pelan-pelan mulai dari pangkal sampai
ke seluruh bagian rambut
Memberi samphoo pada seluruh bagian rambut
Memijit kulit kepala dan menggosok hingga berbusa
Membalikkan kepala pada sisi yang lain agar semua kulit
kepala bersih
Membilas rambut hingga bersih, mengulangi pemberian
samphoo jika diperlukan
Mengeringkan rambut
Mengeringkan telinga, leher dan muka klien dengan
handuk
Membungkus kepala dengan handuk sampai rambut
kering
Mengangkat alas pencuci rambut
Membantu klien untuk duduk (jika memungkinkan),
kemudian rambut disisir sesuai kemauan klien
Perhatikan respon klien selama melakukan tindakan
Rapikan klien
Cuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat tindakan dalam catatan keperawatan

2. MENYISIR RAMBUT

A. PENGERTIAN
Rambut klien sebaiknya disisir dan dikeramas setiap hari. Hal ini dikerjakan bersama
dengn kegiatan hygiene lainnya dan atau dibutuhkan. Perawatan rambut khususnya
penting bagi klien, karena sering berhubungan langsung dengan penampilan.Perawatan
rambut biasanya dikerjakan setelah mandi.

B. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


1 2 3
A. Tahap Persiapan
1. Chek catatan
2. Kaji keadaan rambut klien
3. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangn dan gunakan
APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan
keluarga : kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta
peran perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum
dilakukan tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Mengatur tempat tidur sesuai dengan kebutuhan
dan turunkan pengaman tempat tidur
2. Lakukan perawatan rambut dengan langkah
sebagai berikut :
Atur posisi klien (duduk atau tidur)
Letakkan handuk di bawah kepala klien
kemudian miringkan
Membagi rambut menjadi dua bagian (jika
rambutnya panjang)
Menyisir rambut mulai ujung ke pangkal (kalau
perlu diikat agar rapi)
Setelah selesai sisir di bersihkan dengan tissue,
kemudian masukkan ke bengkok berisi larutan
lisol
Mengangkat handuk di bawah kepala klien
Perhatikan respon klien selama melakukan
tindakan
Rapikan klien
Cuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat tindakan dalam catatan keperawatan
KETERAMPILAN 9
PERAWATAN GIGI DAN MULUT
A. PENGERTIAN
Suatu proses membersihkan mulut dari kotoran atau lendir dan membersihkan gigi
mengunakan sikat gigi dan flossing gigi secara teratur terutama setelah mandi. Tindakan ini
bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien jika mampu dan dengan bantuan perawat terutama
pada pasien yang tidak sadar.

B. TUJUAN
1. Memberikan rasa nyaman kepada klien
2. Menjaga mukosa mulut terhidrasi dengan baik dan utuh.
3. Menghilangkan partikel makanan
4. Melepaskan plak
5. Merangsang gusi
6. Menghilangkan tartar yang terkumpul pada tepi gusi
7. Menghilangkan partikel makanan yang menyangkut dan pasta gigi yang berlebihan.

C. KEBIJAKAN

Pada klien yang memiliki masalah gusi sensitive atau perdarahan dapat dilakukan
perawatan gigi dengan memakai msponge yang lembut. Perawatan gigi penting dilakukan
sejak usia anak-anak.

Perawatan mulut terutama dilakukan pada klien yang tidak sadar karena pada klien tidak
sadar mengalami penurunan atau tidak ada gag reflek sehingga sekret cenderung
terakumulasi didalam mulut yang meningkatkan resiko aspirasi.

D. PERSIAPAN ALAT

1. Persiapan alat dan bahan

Perawatan mulut:
1. Larutan pencuci mulut atau larutan antiseptik
2. Tong spatel yang dibalut dengan sapu tangan satu lapis kasa
3. Tong spatel dengan bantalan
4. Handuk wajah
5. Basin
6. Tisu
7. Gelas dengan air dingin
8. Jeli petrolium
9. Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat penghisap

Perawatan Gigi:
1. Sikat gigi dengan pegangan lurus dan bulu sikat lembut dan kecil
2. Pasta gigi atau odol
3. Floss gigi
4. Gelas dengan air dingin
5. Pembilas mulut
6. Sedotan
7. Basin
8. Handuk wajah dan handuk kertas
9. Sarung tangn sekali pakai

2. Persiapan Perawat
1. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan, rasional, tujuan,
prinsip, dan tahapan tindakan.
2. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama prosedur tindakan.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


1 2 3
A. Tahap Persiapan
. 1. Chek order
2. Kaji kondisi kebersihan mulut klien dan tingkat kesadaran.
3. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
4. Persiapan perawat, cuci tangn dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
Perawatan Mulut:

1. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan


2. Tempatkan handuk kertas diatas meja tempat tidur dan
. atur peralatan
3. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian horisontal paling
tinggi. Turunkan pagar samping.
4. Posisikan klien pada sisi dekat anda. Pastikan bahwa
kepalanya memutar kearah kasur
5. Letakkan handuk dibawah wajah klien dan baskom
dibawah dagunya.
6. Dengan hati-hati regangkan gigi atas dan bawah klien
dengan tong spatel dengan menyisipkan tong spatel, secara
cepat tetapi lembut diantara molar belakang. Sisipkan bila
klien rileks, bila memungkinkan.
7. Bersihkan mulut klien menggunakan tong spatel yang
dibasahi dengan mencuci mulut atau air. Hisap sesuai
kebutuhan selama pembersihan. Bersihkan permukaan
pengunyah dan permukaan dalam pertama. Gosok atap
mulut dan bagian dalam pipi dan bibir. Gosok lidah tetapi
hindari menyebabkan refleks bersih dengan air dan gosok
mulut untuk mencuci. Ulangi sesuai kebutuhan.
8. Gunakan jeli petrolium pada bibir klien
9. Jelaskan pada klien bahwa anda telah menyelesaikan
prosedur pelaksanaan
10. Lepaskan sarung tangan dan buang pada wadah yang telah
disediakan.
11. Kembalikan posisi klien keadaan semula, tinggikan pagar
samping dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula
12. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat semula.
Buang linen yang basah pada wadah yang tepat
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

Perawatan Gigi:
1. Letakkan handuk kertas pada meja tempat tidur dan atur
peralatan lain dalam jangkauan yang mudah
2. Tinggikan posisi tempat tidur pada posisi kerja yang
nyaman. Tinggikan kepala tempat tidur dan rendahkan
pagar samping. Pindahkan klien atau bantu klien bergerak
kearah anda. Posisi miring dapat digunakan.
3. Letakkan handuk diatas dada klien
4. Posisikan meja tempat tidur dalam jangkauan yang mudah
dan atur ketinggian sesuai kebutuhan.
5. Gunakan sarung tangan
6. Oleskan pasta gigi pada sikat pegang sikat diatas baskom.
Tuangkan sejumlah air diatas pasta gigi
7. Pegang sikat gigi dengan sudut bulu 45o pada garis gusi.
Pastikan ujung bulu menempel dan masuk dibawah garis
gusi. Sikat permukaan luar dan dalam dari gigi atas dan
bawah dengan menyikat dari gusi kemahkota setiap gigi.
Lakukan gosokan bertekanan singkat dan sikat setiap gigi
secara terpisah. Bersihkan permukaan gigi penggigit
dengan memegang pundak bulu sejajar dengan gigi dan
sikat perlahan kebelakang dan kedepan. Sikat samping gigi
dengan menggerakkan bulu kebelakang dan kedepan.
8. Pegang sikat pada sudut 45o dengan lembut sikat pada
permukaan dan samping lidah. Hindari merangsang reflek
gag
9. Biarkan klien membilas mulutnya secara menyeluruh
dengan berkumur sehingga semua permukaan gigi bersih
dan membuangnya ke baskom
10. Biarkan klien berkumur atau membilas mulutnya dengan
larutan pencuci mulut
11. Singkirkan baskom dan bantu klien mengeringkan
mulutnya.
12. Siapkan untuk flossing gigidengan meminta klien
mencuci tangannya, bila klien akan melakukan floss
sendiri.
13. Siapkan dua potong floss gigi dengan panjang sekitar 25
cm. Ada perbedaan pendapat dalam menggunakan floss
berwax versus floss takberwax. Floss berwax agak mudah
menegang. Partikel makanan melekat pada floss tidak
berwax.
14. Lilitkan ujung floss pada jari ketiga dari masing-masing
tangan. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, regangkan
floss dan sisipkan diantara gigi atas. Gerakkan Floss
keatas dan kebawah diantara gigi dari tepi gigi bawah
sampai puncak tiap mahkota gigi. Pastikan untuk
membersihkan permukaan luar molar belakang. Buat
gambar C disekitar tepi gigi yang difloss. Lakukan secara
sistematik pada setiap susunan gigi.
15. Ambil sepotong floss bersih, lilitkan pada jari ketiga dari
masing-masing tangan. Menggunakan jari telinjuk
regangkan floss dan sisipkan dianatara kedua gigi bawah.
16. Gerakkan floss keatas dan kebawah, diantara tepi gusi dan
mahkota gigi bawah sekali setiap waktu.
17. Biarkan klien membilas mulutnya dengan air hangat dan
membuangnya ke baskom. Bantu klien mengeringkan
mulutnya.
18. Bantu klien pada posisi nyaman, singkirkan meja tempat
tidur, tinggikan pagar samping dan turunkan tempat tidur
dalam posisi awalnya.
19. Keringkan meja tempat tidur, buang linen yang basah dan
handuk kertas, lepaskan sarung tangan basah dan
kembalikan peralatan pada tempatnya semula

D. Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Observasi adanya perdarahan gusi, mukosa gusi,
mukosa kering atau lidah pecah
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.

E. Dokumentasi
Catat prosedur pelaksanaan dalam catatan keperawatan.
KETRAMPILAN 10
TEHNIK RELAKSASI, DISTRAKSI DAN IMAGERY
1. PENGERTIAN
1. Relaksasi dan masase
Modifikasi persepsi terhadap nyeri, seperti meminimalkan reaksi nyeri, tindakan
terhadap klien yang sebagian besar dapat membantu mengatasi nyeri. Masase ringan
merupakan bentuk stimulus cutaneous untuk mengaktifkan serabut saraf sensori yang
berdiameter besar pada kulit untuk mencegah stimulasi rasa sakit untuk mencapai otak
secara sadar. Masase tidak hanya memblok jaringan syaraf terhadap stimulasi nyeri
tetapi juga membantu merelaksasikan otot-otot yang tegang yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri. Masase pada bagian tubuh sering digunakan sebagai respon naluri
terhadap nyeri dan hal demikian menjadi dasar pemikiran yang sangat efektif untuk
mengontrol nyeri. Penggunaan masase sering mencapai tingkat yang tinggi dari
relaksasi yang hasilnya sangat membantu terhadap efek dari beberapa nyeri.
Relaksasi adalah strategi kognitif dengan tindakan mental dan membebaskan
nyeri fisik atau mengurangi nyeri pada tingkat yang dapat diterima / diadaptasi.
Dilakukan dengan cara mengajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi progresif,
perawat akan menawarkan suatu kesadaran / perasaan terhadap klien untuk dapat
mengontrol diri sendiri ketika terjadi nyeri. Tehnik relaksasi progresif dapat digunakan
secara mandiri atau dengan beberapa tindakan yang dapat membantu mengatasi nyeri.
Tehnik relaksasi dilakukan dengan cara membebaskan keteganggan otot dan
mengurangi kecemasan yang dihubungkan dengan nyeri. Tehnik relaksasi sebaiknya
ada order dari dokter jika ada beberapa masalah pada stabilitas kondisi klien. Perawat
sebaiknya memiliki kemampuan untuk membantu klien mengikuti latihan terapi,
seperti prosedur pelaksanaan yang tepat sehingga terapi dapat lebih bermanfaat.
Partisipasi penuh dan kooperatrif dari klien diperlukan untuk relaksasi progresif menjadi
efektif. Teknik ini secara khusus lebih efektif untuk nyeri kronis, nyeri kerja, dan
prosedur pelaksanaan yang menyokong timbulnya nyeri
2. Guided Imagery dan distraksi
Guided imagery merupakan tehnik yang memberikan pengalaman sensori yang efektif
untuk mengurangi persepsi nyeri dan meminimalkan reaksi terhadap nyeri.
Menggambarkan pengalaman internal terdiri dari ingatan, fantasi, mimpi, hayalan ;
pengalaman dunia batin; perlindungan privacy klien ; memelihara imajinasi.
TUJUAN imagery adalah klien akan menggunakan satu atau beberapa pengalaman
sensori untuk menghasilkan image, yang pada akhirnya sebuah image yang konsisten
akan memperoleh sebuah hasil.
Distraksi adalah tehnik untuk mengalihkan perhatian dari perasaan nyeri klien.
Dengan memberikan pengarahan berupa stimulasi yang berarti, perawat akan
membantu klien memfokuskan kembali perhatiannya. Toleransi klien terhadap nyeri
meningkat dengan menggunakan distraksi akan menurunkan rasa nyeri. Cirinya,
distraksi lebih efektif untuk nyeri ringan, tetapi dengan konsentrasi yang intensif akan
berefek sama untuk nyeri akut dan dapat membantu. Contoh distraksi termasuk
musik, pengunjung, televisi, latihan napas, atau aktif mendengarkan.

2. PERSIAPAN ALAT
1. Masase : lotion
2. Relaksasi : tep relaksasi dan tep permaian
3. Distraksi : didasarkan pada tipe distraksi (seperti tep permainan, tep musik,
pewarna, video permainan, beberapa permainan)
3. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Identifikasi rasa nyeri atau ketidaknyamanan klien
2. Kaji respon psikologi dan emosional klien terhadap rasa
nyeri atau ketidaknyamanan.
3. Kaji intensitas dan qualitas nyeri klien
a. Intensitas:tanyakan kepada klien standar atau ukuran
nyeri yang dikatagorikan dalam skala nyeri 0-10 (0 =
tidak nyeri, 10 = sangat nyeri).
b. Qualitas: menggunakan pertanyaan terbuka seperti
bilanglah kepada saya rasa nyeri yang dirasakan seperti
rasa terbakar, ditusuk
4. Kaji faktor yang berhubungan dengan nyeri (lingkungan,
budaya, aktivitas, pengalaman nyeri sebelumnya,
pengetahuan, pengalaman dengan prosedur pelaksanaan
yang pernah dilakukan)
5. Kaji faktor yang yang mendahului timbulnya nyeri/ yang
memperberat timbulnya nyeri (diet, latihan, stress
emosional )
Minta klien mendiskripsikan bagian terpenting dari
kejadian nyeri. Faktor yang mempercepat meliputi pada
saat pemberian analgetik post operatif, lelah,
ketidakadequatan stimulasi lingkungan, waktu malam,
immobilisasi, isolasi, jam malam, berakhirnya jam
kunjungan
(tidak adanya support dari seseorang ).
6. Mengkaji area nyeri/ ketidaknyamanan klien. Meliputi
inspeksi (perubahan warna, bengkak, drainase), palpasi
(perubahan suhu, perubahan sensasi pada suatu area,
trigger pain, area yang mengalami pengurangan nyeri),
ROM
7. Kaji kemauan klien untuk berpartisipasi secara non
invasif, membantu mengurangi/menangani nyeri secara
nonfarmakologi.
8. Identifikasi tehnik managemen nyeri yang digunakan klien
pada waktu yang lalu.
9. Kaji tipe aktivitas klien dalam berpartisipasi di rumah
termasuk melakukan distraksi (musik imageri, tep
relaksasi)
10. Kaji tingkat pemahaman klien dan identifikasi uraian
istilah yang digunakan ketika menggunakan relaksasi,
guided imageri, antisipatory guidance.

B Tahap Orientasi
Kembangkan tujuan untuk klien sebagai dasar diagnosa
keperawatan :
1. Nyeri klien akan berkurang atau stabil

79
2. Klien akan menunjukkan berkurangnya ketegangan otot dan
kecemasan
3. Kemampuan klien mengontrol nyeri menjadi lebih baik
4. Klien dapat menggunakan pengetahuan untuk mengontrol
nyeri menggunakan tehnik nonfarmakologik
5. Klien akan menggunakan kombinasi terapi untuk mengatasi
nyeri.
tujuan akhir yang menjadi dasar dari tujuan perawatan :
Klien merasa rilek dan nyaman setelah menggunakan
tehnik atau prosedur pelaksanaan diagnostik dibuktikan
dengan:
o Bernapas pelan dan dalam
o Ekspresi wajah tenang
o Suara tenang
o Otot rileks
o Postur rileks
o Klien menyatakan secara verbal rasa nyerinya berkurang.
o Klien mendemonstrasikan dan menguraikan tindakan
yang dapat mengatasi/ mengurangi nyeri
Jelaskan tujuan tehnik dan apa yang dicapai klien selama
aktivitas. Jika diagnostik atau prosedur pelaksanaan terapetik
dilakukan, rencanakan menerangkan prosedur pelaksanaan
dengan baik.
Rencanakan untuk melakukan prosedur pelaksanaan sebelum
waktu istirahat klien.
Persiapan lingkungan meliputi:
o Kontrol pencahayaan ruangan
o Kontrol kekacauan/ keributan dari pengunjung atau
staf
o Pertahankan kenyamanan suhu ruangan (selimut atau
lampu selimut untuk mencegah dingin )
o Tutup tabir disekitar tempat tidur klien atau tutup
pintu
o Bantu klien posisi yang nyaman untuk tehnik yang
dipilih.

C Tahap Kerja
Relaksasi pernafasan
1. Atur posisi dengan satu tangan di atas perut, tepat dibawah
tulang iga dan satu tangan di tengah dada
2. Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan lambat
melalui hidung, sampai perut menonjol ke atas setinggi
mungkin selama 3-5 detik.
3. Tahan nafas selama 3 detik, merasakan udara pernafasan
yang segar membuat tubuh nyaman dan rileks.
4. Keluarkan nafas sambil meniup dengan bibir
5. Berhenti selama 3-5 detik, kemudian ulangi langkah 2-3
sampai klien merasa nyaman.
Relaksasi Otot/ Progresif
1. Membantu relaksasi; intruksikan klien menarik nafas
pelan dan dalam
2. Minta klien menutup mata
3. Instruksikan klien untuk mengikuti secara verbal untuk
kegiatan relaksasi dengan tenang dan suara halus
4. Mulai tahapan dengan mengkontraksikan dan
merelaksasikan kelompok otot tertentu :
1) Kepalkan tangan kanan kemudian rilekan
2) Kepalkan tangan kiri kemudian rilekskan
3) Kepalkan kedua tangan kemudian rilekskan
4) Kontraksikan otot bisep kanan kemudian rilekskan
5) Kontraksikan otot bisep kiri kemudian rilekskan
6) Kontraksikan kedua otot bisep kemudian rilekskan
- Jika masing-masing kelompok otot seluruhnya sudah
dilakukan, katakan pada klien untuk menikmati
perasaan rileks dan membiarkan pikiran melayang
dan memikirkan sesuatu yang indah sehingga terasa
rileks, minta klien nafas dalam
- Anjurkan klien untuk mengulang beberapa tahapan
sebanyak 2 kali :
1) Kerutkan dahi kemudian rilekskan
2) Pejamkan mata kemudian rilekskan
3) Katupkan otot rahang, kemudian rilekskan
4) Tekan kepala diatas bantal kemudian rilekskan
5) Kontraksikan otot bahu kanan sampai telinga
kemudian rilekskan
6) Kontraksikan otot bahu kiri sampai telinga kemudian
rilekskan
7) Kontraksikan kedua bahu sampai telinga kemudian
rilekskan
8) Menarik nafas dalam dan tahan napas selama 10
hitungan kemudian hembuskan
9) Tegangkan otot abdomen kemudian rilekskan
10) Tegangkan otot pinggul dan pantat kemudian rilekskan
11) Tekan kaki kanan pada kasur. Kemudian rilekskan
12) Tekan kaki kiri pada kasur. Kemudian rilekskan
13) Ulurkan ujung jari kaki kanan kemudian rilekskan
14) Ulurkan ujung jari kaki kiri kemudian rilekskan
15) Regangkan/bentangkan kaki kanan rilekskan
16) Regangkan/bentangkan kaki kiri, rilekskan
17) Regangkan/bentangkan kedua kaki, rilekskan
18) Membengkokkan telapak kaki kanan, rilekskan
19) Membengkokkan telapak kaki kiri, rilekskan
20) Membengkokkan kedua telapak kaki, rilekskan
21) Kencangkan kaki / betis kanan, rilekskan
22) Kencangkan kaki / betis kiri, rilekskan
23) Kencangkan kedua kaki / betis, rilekskan
24) Kencangkan kaki / betis seluruh tubuh, rilekskan

Catt: Jika beberapa kelompok otot masih terasa kencang/ tegang


setelah kegiatan, maka :
1) Lakukan relaksasi lagi pada bagian tersebut sampai terasa
rilkes.
2) Anjurkan klien tenang selama latihan jika klien merasakan
kesemutan, berat, melayang, panas yang
terjadi selama relaksasi.
3) Anjurkan klien untuk terus napas pelan dan dalam
Guide Imagery:
1. Bantu klien untuk menfokuskan pada tehnik distraksi untuk
mengurangi nyeri
2. Minta klien untuk menutup mata atau memfokuskan pada
satu obyek
3. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi secara perlahan
dan bernafas secara teratur. Bimbing klien bernafas atau
instruksikan klien untuk mengontrol dan konsentrasi
dalam bernafas dengan hitungan 1,2,3,4 dsb
Metode yang digunakan :
a. Gunakan musik untuk membantu klien memilih :
Menentukan irama
Mengatur volume dengan adanya peningkatan atau
penurunan nyeri
b. Minta klien secara langsung untuk memberikan
sejumlah pengalaman atau riwayat/ sejarah secara
datail.
c. Pesan pada klien untuk membesarkan hati yang beerasal
dari partisipasi sejumlah keluarga dan pengunjung
Pimpin klien dengan petunjuk latihan imagery
a. Instruksikan klien untuk membayangkan bahwa dengan
menarik nafas dalam merupakan alur untuk energi
menyembuhkan luka
b. Bayangkan perjalanan saat udara masuk area nyeri
4.Pilihan lain yang dapat digunakan untuk melatih imagery
:
a) Instruksikan klien menggunkan bantuan lima jari pada
saat membyangkan image yang di inginkan (Latihan
mempertemukan ibu jari dan jari lain)

b) Sugestikan pada klien dengan langkah-langkah sebagai


berikut:

1. Posisikan tangan senyaman mungkin, tarik nafas, tiup

2. Temukan jari telunjuk dan ibu jari, bayangkan Anda


seorang yang masih muda sehat, segar, ganteng, cantik

3. Temukan jari tengah dan ibu jari: bayangkan orang-


orang yang sangat anda sayangi

4. Temukan jari manis dan ibu jari: bayangkan ketika


mendapat kesuksesan, keberhasilan terbesar anda capai
di mana banyak orang yang memuji saudara

5. Temukan jari kelingking dengan ibu jari: bayangkan


lingkungan yang sejuk, indah nyaman, permai.
c) Pimpin klien untuk menggunakan pengalaman seluruh
panca indra terhadap apa yang dibayangkan.
d) Mengambil nafas dalam dan pelan
e) Hitung sampai hitungan ke 3, napas dalam, buka mata.
5.Memberikan kesempatan pada klien untuk mempraktekkan
latihan tanpa adanya interupsi.

D Tahap Terminasi :
Evaluasi psikologi klien dan respon perilaku selama prosedur
pelaksanaan. Observasi karakter pernafasan, posisi tubuh,
expresi wajah, nada suara, mood dan ungkapan
ketidaknyamanan
E. Dokumentasi
Catat tindakan dalam catatan keperawatan
KETERAMPILAN 11
MASASE PUNGGUNG

A. PENGERTIAN
Biasanya masase punggung ini dilakukan selama atau setelah mandi dan sebelum tidur, ini
waktu yang tepat tetapi waktu lain dapat juga dimasukan dalam rencana
keperawatan. Masase pada area yang sakit dapat dilakukan setiap 2 jam. Pada klien yang
mempunyai riwayat nyeri, masase punggung sebaiknya dilakukan sesuai dengan medikasi
nyeri untuk meningkatkan efektivitas.

A. TUJUAN
1. Dapat menurunkan kecemasan
2. Membantu mengurangi rasa nyeri
3. Menurunkan ketegangan otot dan kelelahan
4. Merangsang peredaran darah dan mempertinggi fungsi system imun
.
B. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Penggunaan lotion menurunkan terjadinya gesekan pada kulit. Dahulu alkhohol bisa
digunakan untuk masase punggung, tetapi mengakibatkan kulit menjadi kering.
Sebelum digunakan sebaiknya minyak dihangatkan terlebih dahulu. Pertama kali
mulai masase punggung, memberikan rasa senang dan relaksasi bagi klien mulai dari awal
sampai akhir. Tanyakan respon klien pada area khusus yang sempit dan regang Beritahu
klien daerah yang membutuhkan perhatian penuh, demikian juga daerah yang mengalami
kemerahan, lakukan pemijatan dengan hati-hati untuk merangsang peredaran darah.

D. PERSIAPAN ALAT
Lotion

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Chek order
2. Kaji kebutuhan klien
3. Kaji keadaan punggung klien apakah terdapat luka atau
tidak
4. Chek kelengkapan alat
5. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan APD.
B. Tahap Orientasi
. 1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
6. Berdoa
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi klien dengan menutup pintu jendela dan
Korden
2. Lakukan back rub dengan langkah sebagai berikut :
a. Memanaskan/ menghangatkan lotion di tangan.
b. Memilih tehnik gerakan dasar sesuai dengan efek yang
diinginkan :
o Effluerage ( menekan )
o Restrisage/ Kneading ( memijit)
o Friction ( menggesek)
o Tapotement ( menepuk)
c. Anjurkan klien untuk mengambil nafas dalam dan rileks
selama masasse
d. Masase kepala dan kulit kepala: berdiri disamping klien,
stimulasi kulit kepala dan pelipis, menopang kepala,
memijit otot dasar kepala.
e. Masasse tangan dan lengan :
 Sokong tangan klien, pergunakan gerakan
mengesek untuk telapak tangan dengan
menggunakan kedua ibu jari
 Sokong pangkal jari dan masase masing-masing
jari dengan gerakan memutar seperti memutar skrup.
 Selesaikan masase tangan menggunakan
tekanan efflurace dari ujung jari ke pergelangan
tangan.
 Meremas otot lengan atas dan lengan bawah di
antara ibu jari dan jari - jari.
f. Masase leher :
 Posisi klien prone jika tidak ada kontraindikasi
 Remas masing-masing otot leher dengan
menggunakan sela antara ibujari dan jari
 Dengan lembut regangkan leher dengan
menempatkan satu tangan pada bagian atas leher dan
tangan yang lain pada bagian bawah.
g. Masase punggung
 Posisi klien tengkurap/ prone atau miring
 Gunakan urutan dengan meluncur panjang pada
otot sepanjang tulang belakang dengan gerakan
naik kemudian turun
 Meremas otot tiap-tiap bahu kearah depan
 Gunakan telapak tangan dengan gerakan memutar
naik dan turun dari arah pantat sampai dengan leher
 Remas otot punggung atas dan kedua bahu
dengan menggunakan sela ibu jari dan jari
 Gunakan kedua tangan untuk meramas otot pada
satu bagian punggung dan lainnya.
 Beritahu klien setelah masase selasai.
h. Ketika masase sudah komplit, suruh klien tarik nafas
dalam kemudian menghembuskan, kemudian mengawali
gerakkan dengan perlahan setelah beristirahat
beberapa menit.
D. Tahap Terminasi
Kelemahan, rasa nyaman dan bersih
E. Dokumentasi
Catat tindakan dalam catatan keperawatan
KETRAMPILAN 12
MENOLONG KLIEN BAB DAN BAK DI TEMPAT TIDUR

A. PENGERTIAN
Membantu klien untuk BAB/BAK dengan menggunkan bed pan (untuk BAB) dan urinal
(untuk BAK laki-laki) dimana klien mengalami kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan
untuk pergi ke toilet.

B. PERSIAPAN ALAT :
1. Pispot/bedpan bertutup dan urinal
2. Alas pot
3. Perlak
4. Botol berisi air untuk cebok
5. Kapas cebok dalam mangkok
6. Bengkok
7. Sampiran
8. Selimut/kain penutup
9. Kertas kloset
10. Bel
11. Handscon
12. Baki

PROSEDUR PELAKSANAAN

No Aspek yang dinilai Nilai Ket


0 1 2
1 MEMASANG PISPOT
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat didekatkan kepada klien ditempat
yang layak
c. Memberitahu klien
d. Menutup pintu dan sampiran
e. Menutup/menyelimuti klien secara melintang dapat diganti
dengan selimut mandi
f. Menganjurkan klien menekuk lutut dan mengangkat pantat.
Perawat memasang alas pantat dan bila perlu menolong
klien mengangkat pantatnya dengan meletakkan tangan
yang terdekat dengan kepala klien antara pingggang dan
pantat. Tangan lainnya memasang pispot, posisi pispot
dibetulkan agar klien merasa nyaman.
g. Untuk klien yang lemah atau terlalu gemuk :
1) Dimiringkan menjauhi perawat
2) Meletakkan pipot dibawah pantat, kemudian
ditelentangkan lagi. Posisi pispot tetap dijaga agar tetap
dan klien merasa nyaman, jika klien terlalu gemuk dan
terlalu lemah perawat dapat melakukan bersama orang
lain.
h. Membetulkan selimut kembali
i. Menyediakan bel pemanggil bila sudah selesai
2 MENGAMBIL PISPOT
a. Mencuci tangan
b. Menentukan sejauh manakah perlu bantuan membersihkan
daerah vulva, anus
c. Membantu membersihkan daerah vulva, untuk
membersihkan daerah vulva menggunakan tisu cleset kearah
anus dengan sekali hapus atau mengguyur daerah vulva
dengan menggunakan air
d. Menolong klien mengangkat pantat (seperti ketika akan
memasang pispot) dengan tangan lain pispot tersebut,
menutup dan meletakkan dikaki tempat tidur atau tempat
yang layak. Klien diberi kesempatan mencuci tangan
e. Melipat selimut atau mengganti dengan selimut sebelumnya.
Sprei dirapihkan dan klien dikembalikan pada posisi yang
nyaman
f. Alat-alat dibawa ke belakang. Jika dibutuhkan pengukuran
intake dan output atau bahan pemeriksaan lab. Lain yag
berkaitan denga urine dan feces bisa langsung diusapkan
g. Mngososngkan dan membersihkan pispot sambil menilai
sifat urine dan feses, kemudian dikembalikan ketempatnya
h. Mencuci tangan
i. Mencatat jumlah dan sifat urine atau feses dalam buku atau
status klien

92
MENGELUARKAN FESES SECARA MANUAL

A. PENGERTIAN
Mengeluarkan feses klien yang mengeras di bagian rectum atau nsigmoid bagian bawah
dengan menggunakan jari tangan perawat (menggunakan sarung tangan yang diolesi jelly
sebagai pelican atau pelumas). Keluhan yang sering dialami klien adalah konstipasi dan
nyeri pada dubur. Keluhan ini banyak terjadi pada klien dengan gangguan neurologis atau
psikosis. Untuk mengatasi komplikasi lebih lanjut, feces perlu dikeluarkan secara manual.

B. TUJUAN
Mengeluarkan feces sehingga klien akan terhindar dari:
1 Konstipasi
2 Diare
3 Kanker Kolon

C.KEBIJAKAN
Indikasi:
Efektif dilakukan jika:
a. Feses klien terlalu keras atau terlalu besar walaupun klien sudah mengejan
b. Pemberian suppositoria ataupun enema sudah dilakukan tetapi gagal

Kontra indikasi:
Tidak ada

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan:


1. Lakukan pengeluaran feses dengan hati-hati karena akan mengakibatkan iritasi
mukosa, perdarahan, menstimulasi syaraf vagus yang akan menyebabkan peningkatan
nadi.
2. Terkadang dokter meminta perawat untuk melakukan enema beberapa jam sebelum
dilakukan evakuasi vekal untukmelunakan feses sehingga lebih mudah untuk
dikeluarkan. Terkadang pula, dokter memberikan analgesic sebelum dilakukan
evakuasi fekal.

D. PERSIAPAN ALAT

1. Persiapan alat dan bahan


a. Sarung tangan
b. Bengkok
c. Gunting
d. Kapas alkohol
e. Kantong sampah non medis
f. Minyak pelumas/ vaselin
g. Tissu
h. Waslap
i. Sabun
j. Air dalam waskom
k. Handuk
l. Pisvot
m. Perlak pengalas
n. skerem
2. Persiapan Perawat
a. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan,
rasional, tujuan, prinsip, dan tahapan tindakan.
b. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien
dan keluarga selama prosedur tindakan.
c. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci
tangan, menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung
tangan/masker/kaca mata pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).

E. PROSEDUR PELAKSANAAN EVAKUASI FEKAL MANUAL

No Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Verifikasi order
2. Siapkan alat dan ruangan yang dibutuhkan
3. Persiapan perawat, cuci tangan dan gunakan
APD.
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan
keluarga : kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta
peran perawat dan klien.
4. Menjaga privacy klien
5. Memberikan kesempatan pada klien sebelum
dilakukan tindakan
6. Berdoa

Tahap Kerja
1. Posisikanklien sim/ miring membelakangi perawat
2. Pasang perlak pengalas
3. Letakkan bengkok di samping klien
4. Lepaskan pakaian bagian bawah dan tutup dengan
handuk
5. Basahi sarung tangan bagian telunjuk dengan
minyak pelumas/ vaselin di atas bengkok
6. Masukan jari telunjuk perlahan-lahan ke dalam anus
dengan arah menuju umbilicus sampai terasa adanya
feses yang keras (sumbatan feses)
7. Buat gerakan melingkar/ sirkuler dengan jari
telunjuk 2-5 kali untuk merangsang spingter anus,
kemudian keluarkan jari telunjuk dari anus
8. Keluarkan feses dengan jari telunjuk ke dalam
bengkok
9. Lepaskan sarung tangan dan letakkan dalam
bengkok lalu ganti dengan sarung tangan baru
10. Bersihkan anus dengan memakai waslap basah dan
sabun
11. Keringkan bagian bokong dengan handuk
D Tahap Terminasi
1. Rapikan alat dan klien
2. Evaluasi kegiatan dan respon klien
3. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
4. Berdoa dan Salam.

E Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon
klien
KETRAMPILAN 13
MENGATUR POSISI KLIEN DI TEMPAT TIDUR

1. POSISI FOWLER
A. PENGERTIAN
Posisi fowler adalah posisi tidur dengan jalan kepala tempat tidur klien ditinggikan 45 –
60‘ dengan lutut klien agak ditinggikan sedikit.

B. TUJUAN
Tujuan pemberian posisi fowler adalah memperbaiki curah jantung dan ventilasi serta
membantu eliminasi urine dan feses

C. INDIKASI
1) Klien sesak nafas
2) Klien paska bedah yang sudah pulih kesadarannya dan tidak didapat kontraindikasi

D. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Pada klien yang pengaturan posisinya tidak pas maka akan mengakibatkan :
1) Meningkatnya fleksi cervikal sebab bantal yang ada di kepala terlalu tebal dan kepala
terlalu ke depan
2) Foot drop
3) Rotasi eksternal panggul
4) Lengan yang tidak tertopang
5) Kerusakan pada sakrum dan tumit

E. PERSIAPAN ALAT
1) Sarung tangan
2) Bantal sedang dan kecil
3) Papan kaki
4) Roll trokhanter
5) Karung pasir
6) Roll tangan
7) Restrain
8) Kayu sandaran

Persiapan Perawat
a. Penguasaan konsep yang terkait dengan prosedur, seperti : batasan,
rasional,tujuan, prinsip, dan tahapan tindakan.
b. Menjaga sikap professional dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama prosedur tindakan.
c. Memperhatikan precaution terhadap bahaya infeksi dengan mencuci tangan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan/masker/kaca mata
pelindung/apron/sepatu tertutup, dll).
PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
4. Rencanakan tehnik pergerakan
5. Siapkan kebutuhan akan peralatan pendukung dan asisten
6. Persiapkan diri perawat, cuci tangna dan APD
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perubahan posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan,
keuntungan, kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa
C Tahap Kerja
1. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
2. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda
menggunakan body mekanik yang tepat dan mencegah injuri
pada punggung
3. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
4. Baringkan klien terlentang dengan kepalanya dekat papan
kepala
5. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat (untuk posisi
fowler) atau 20 – 30 derajat (untuk posisi semi fowler)
6. Letakkan kepala klien di atas kasur atau bantal yang sangat
kecil
7. Gunakan bantal untuk menyangga tangan dan lengan klien
bila klien tidak mempunyai kontrol volunter atau
menggunakan lengan dan tangan
8. Letakkan bantal pada punggung bawah klien
9. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk/ roll di bawah
paha klien. Bila ekstremitas bawah klien mengalami paralisa
atau klien tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,
gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal di bawah
panggulnya
10. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah
pergelangan kaki
11. Tempatkan papan kaki pada dasar kaki klien
12. Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
D Tahap Terminasi
5. Rapikan alat dan klien
6. Evaluasi kegiatan dan respon klien
Observasi respon klien selama posisi fowler
Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi fowler
Observasi terjadinya kontraktur dan komplikasi tambahan
daerah yang tertekan (punggung atas, pantat, betis, tumit)
7. Jelaskan RTL dan kontrak selanjutnya.
8. Berdoa dan Salam.
9. Cuci tangan

E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
1. POSISI SUPINASI
A. PENGGUNAAN
Posisi Supinasi/telentang dengan sokongan diperlukan setelah pembedahan bedah
spinal dan pemberian anestetik spinal tertentu

B. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Klien dengan posisi telentang beresiko terhadap hiperekstensi leher, fleksi posterior
2. dari curvatura lumbal, rotasi internal pada bahu, rotasi eksternal panggul,
hiperekstensi lutut, tekanan pada kulit, foot drop, dan luka dekubitus pada vertebrae
lumbal, tumit, dan skapula.
3. Pada anak - anak mungkin perlu dilakukan restrain untuk mempertahankan patensi
kateter atau integritas drain paska operasi
4. Klien lansia mempunyai resiko lebih besar mengalami kerusakan integritas kulit
karena peningkatan kerapuhan kapiler, penurunan massa otot, dan penurun kelembaban
kulit
5. Klien dan keluarga dapat diajarkan latihan gerakan rentang sendi yang dianjurkan
dan tindakan perawatan kulit pada saat klien dalam posisi telentang

C. PERALATAN
1. Sarung tangan
2. Bantal sedang dan kecil
3. Papan kaki
4. Roll trokhanter
5. Karung pasir
6. Roll tangan
7. Restrain

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek Yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A. Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa
C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk posisi
supinasi
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi supinasi (Pengertian, tujuan, keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda menggunakan
body mekanik yang tepat dan mencegah injuri pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk pada spinal lumbal
klien
10. Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher, dan kepala klien
11. Bila perlu, tempatkan gulungan trokanter atau bantal pasir
sejajar dengan permukaan lateral paha klien
12. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah mata
kaki klien untuk meninggikan tumit
13. Letakkan papan kaki atau penahan foot-drop di atas telapak
kaki klien
14. Letakkan bantal di bawah lengan bawah pronasi,
mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh
15. Letakkan gulungan tangan atau handuk pada tangan klien atau
menggunakan bebat bila tersedia
16. Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
17. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi terlentang
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi terlentang
3. Observasi terjadinya komplikasi pada daerah yang tertekan
(punggung atas, pantat, betis, tumit)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
2. POSISI DORSAL RECUMBENT

A. PENGGUNAAN
Digunakan untuk menimbulkan rasa nyaman dan menfasilitasi penyembuhan karena
pembedahan atau anestesi

B. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Cegah klien dari :
1) Hiperekstensi leher pada individu yang gemuk
2) Fleksi posterior pada lengkung lumbal
3) Rotasi kesternal pada betis
4) Hiperekstensi lutut
5) Plantar fleksi/foot drop
6) Tekanan pada tumit

C. PERALATAN
1) Sarung tangan
2) Bantal sedang dan kecil 2
3) Karung pasir
4) Roll tangan
5) Restrain

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

PROSEDUR PELAKSANAAN Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi dorsal recumbent (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk posisi
dorsal recumbent
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi dorsal rekumbent (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan
posisi
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda
menggunakan body mekanik yang tepat dan mencegah injuri
pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk pada spinal
lumbal klien
10. Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher, dan kepala klien
11. Tinggikan lutut klien/ tekuk lutut klien
12. Letakkan bantal di bawah lengan bawah pronasi,
mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh
13. Letakkan gulungan tangan atau handuk pada tangan klien
atau menggunakan bebat bila tersedia
14. Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D. Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi dorsal rekumbent
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi dorsal
rekumbent
3. Observasi terjadinya komplikasi pada daerah yang tertekan
(punggung atas, pantat, betis)
E. Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
3. POSISI PRONE/TENGKURAP

A. PENGGUNAAN
Posisi tengkurap dengan sokongan merupakan alternatif bagi klien yang mengalami
imobilisasi atau tirah baring yang lama.

Posisi ini mungkin efektif digunakan pada klien dengan luka dekubitus sebab posisi ini
bebas dari tekanan dari panggul dan bokong

B. TUJUAN
Mencegah dekubitus pada klien dengan imobilisasi/tirah baring yang lama.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Posisi ini tidak dapat ditoleransi dengan baik sehingga perlu perubahan yang sering
untuk menghilangkan kebosanan dan ketidaknyamanan
2. Yakinkan bahwa bantal sudah ada di bawah tungkai klien untuk meningkatkan
dorsofleksi lutut.
3. Kelurusan tubuh tidak baik jika pergelangan kaki secara terus menerus pada posisi
plantar fleksi dan spinal lumbal tetap pada posisi hiperekstensi.
4. Posisi ini dapat menyebabkan fleksi dan hiperekstensi leher, payudara tertekan
(pada wanita), tekanan pada genetal (pada laki – laki)
5. Perawat perlu mengkaji pola nafas klien karena pernafasan kien mungkin berubah
karena pengaturan posisi.
6. Keluarga dapat diajarkan cara untuk melakukan perawatan luka
7. Posisi yang diberuntukkan anak, perawat perlu memadukan permainan dan cerita
dalam melakukan asuhannya
8. Klien lansia dapat mengalami disorientasi pada posisi tengkurap karena penurunan
penglihatanan dan lingkungan, perawat dapat menempatkan jam yang mudah untuk
dilihat klien, meluangkan waktu untuk klien, dan mendorong kunjungan keluarga.

D. PERALATAN
1) Sarung tangan
2) Bantal sedang dan kecil
3) Papan kaki
4) Karung pasir
5) Roll tangan
6) Restrain

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek dan pastikan klien mendapat order untuk perubahan
posisi tengkurap
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perubahan posisi tengkurap (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan
posisi tengkurap
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda
menggunakan body mekanik yang tepat dan mencegah injuri
pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat ke
tubuhnya dengan siku lurus dan tangan di atas pahanya.
Posisikan tengkurap di tengah tempat tidur yang datar.
10. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan
bantal kecil. Bila banyak drainase dari mulut, maka
pemasangan bantal mungkin dikontraindikasikan
11. Letakkan bantal kecil di bawah abdomen klien di bawah
ketinggian diafragma
12. Posisikan kaki pda sudut yang tepat, gunakan bantal untuk
meninggikan ibu jari
13. Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi tengkurap
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi tengkurap
3. Observasi terjadinya komplikasi (kaku leher, nyeri dada,
sesak, muntah)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
4. POSISI MIRING (LATERAL)

A. PENGGUNAAN
Dianjurkan pada klien yang mengalami pingsan/tidak sadar, imobilisasi, atau luka bakar

B. TUJUAN
1) Terhindar dari kemungkinan lendir/muntah tertelan
2) Menghilangkan tekanan dari semua tonjolan tulang pada punggung klien dan
mendistribusikan bagian utama dari berat badan klien pada panggul dan bahu yang
dependen
C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1) Pernafasan tidak terhalangi apapun
2) Berikan penopangan yang baik pada punggung agar terhindar dari terguling kembali
3) Posisi bahu dalam keadaan bebas
4) Penopangan pada lutut yang berada pada bagian atas
5) Apabila posisi ini tidak tepat dapat terjadi fleksi lateral dan kelemahan pada otot
sternocleidomastoid, rotasi internal pinggul dan bahu serta fungsi berikutnya,
kerusakan ekspansi dada, adduksi bahu dan femur, tulang belakang keseleo, foot
drop, tekanan pada ileum, lutut, dan mata kaki.
6) Modifikasi terapi bermain pada anak untuk mempertahankan posisi
7) Pada klien lansia resikonya lebih besar untuk mengalami kerusakan kulit, jaga klien
terhadap kerusakan kulit karena ada peningkatan kerapuhan kapiler,
penurunan massa otot, dan penurunan kelembaban kulit.

D. PERALATAN
1) Sarung tangan
2) Bantal sedang dan kecil
3) Restrain

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa
C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek dan pastikan klien mendapat order untuk perubahan posisi
miring
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi miring (pengertian, tujuan, keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
miring
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda menggunakan
body mekanik yang tepat dan mencegah injuri pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Gulingkan klien ke posisi miring
10.Letakkan bantal di bawah kepala dan leher
klien 11.Arahkan bila bahu ke depan
12.Posisikan kedua lengan pada posisi sedikit fleksi: lengan atas
didukung dengan bantal setinggi bahu
13.Letakkan gulungan bantal sejajar pada punggung klien
14.Letakkan satu atau dua bantal di bawah tungkai atas klien.
Bantal harus menyangga tungkai dengan baik dari lipat paha ke
kaki
15.Letakkan penyangga, seperti kantung pasir atau penghenti foot-
drop pada kaki klien
16.Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
17.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi miring
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi miring
3. Observasi terjadinya komplikasi (kaku leher, nyeri bahu, nyeri
pinggang)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien

5. POSISI SIM’S (SEMITENGKURAP)

A. PENGERTIAN
Posisi sim‘s merupakan posisi antara posisi lateral dan prone

B. PENGGUNAAN
a. Sering dilakukan pada klien tidak sadar
b. Alternatif bagi klien yang mengalami imobilisasi/tirah baring
c. Klien yang akan dilakukan enema atau pemeriksaan pada area rektal
d. Mungkin saja dilakukan pada klien yang akan dilakukan kateterisasi yang
tidak mampu melakukan posisi litotomi

C. TUJUAN
a. Pada klien yang tidak sadar posisi ini dapat meningkatkan drainage lendir dari mulut
b. Alternatif bagi klien yang mengalami imobilisasi/tirah baring
c. Memudahkan tindakan: pemberian obat supositoria, mengukur suhu perektal

D. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Perawat harus waspada daerah potensial dengan posisi sim‘s, fleksi lateral leher,
rotasi internal, adduksi, atau kurangnya sanggaan padabahu dan pinggul, foot
drop dan potensial luka tekan pada telinga, ileum, humerus, klavikula, lutut, dan
pergelangan kaki
b. Perawat dapat melakukan penyuluhan tentang rentang gerak sendi, perawatan
kulit, pengubahan posisi yang tepat.
c. Modifikasi terapi bermain pada anak untuk mempertahankan posisi
d. Cegah klien dari deformitas sendi, kehilangan masa otot, dan kerusakan kulit,
bila terdapat degenerasi sendi/osteoarthritis maka posisi klien harus diubah setiap
jam

E. PERALATAN
1) Sarung tangan
1) Bantal sedang dan kecil
2) Karung pasir
3) Roll tangan
4) Restrain

F. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek dan pastikan klien mendapat order untuk perubahan posisi
sim
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi sim (pengertian, tujuan, keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
sim
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda menggunakan
body mekanik yang tepat dan mencegah injuri pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Baringkan klien dalam posisi lateral sebagian berbaring pada
abdomennya
10. Letakkan bantal kecil di bawah kepala
11. Letakkan bantal di bawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus
melebihi dari tangan sampai sikunya
12. Letakkan bantal di bawah tungkai yang fleksi, dengan
menyangga tungkai setinggi pinggul
13. Tempatkan bantal pasir di telapak kaki klien
14. Kembalikan klien ke posisi semula
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi sim‘s
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi sim‘s
3. Observasi terjadinya komplikasi (kaku leher, nyeri bahu, nyeri
pinggang)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
6. POSISI LITOTOMI

A. PENGGUNAAN
Digunakan pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan obstetri ginekologi, ibu yang
akan melahirkan.

B. PERALATAN
1. Sarung tangan
2. Bantal sedang dan kecil
3. Karung pasir
4. Roll tangan
5. Penyangga kaki
6. Restrain

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk posisi
litotomi
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi litotomi (pengertian, tujuan, keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda menggunakan
body mekanik yang tepat dan mencegah injuri pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
9. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk pada spinal lumbal
klien
10. Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher, dan kepala klien
11. Fleksikan kedua lutut bersama dengan kaki menutup pinggang,
kedua kaki diregangkan, pertahankan pada posisi fleksi
12. Letakkan bantal di bawah lengan bawah pronasi,
mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh
13. Letakkan gulungan tangan atau handuk pada tangan klien atau
menggunakan bebat bila tersedia
14. Kembalikan tempat tidur ke posisi semula
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi litotomi
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi litotomi
3. Observasi terjadinya komplikasi pada daerah yang tertekan
(punggung atas, pantat, betis, tumit)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien

7. POSISI KNEE CHEST/GENUPECTORAL

A. PENGGUNAAN
Digunakan untuk klien yang akan menjalani pemeriksaan sigmoidoskopi dan
pemeriksaan pada rektal
B. Peralatan
1) Sarung tangan
2) Bantal sedang dan kecil

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan
klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perubahan posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan,
keuntungan, kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk
posisi knee chest
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan
perubahan posisi knee chest (pengertian, tujuan,
keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan
posisi
6. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan anda
menggunakan body mekanik yang tepat dan mencegah
injuri pada punggung
7. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
8. Tempatkan kedua lutut pada tempat tidur atau meja
9. Anjurkan klien untuk menaikkan pinggang dan
condongkan ke salah satu sisi dengan lengan menempel
pada tempat tidur
10. Tempatkan bantal pada kepala
11. Miringkan pinggang Kembalikan tempat tidur ke posisi
semula
12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D. Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi knee chest
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi knee chest
3. Observasi terjadinya komplikasi pada daerah yang tertekan
(punggung atas, pantat, betis, tumit)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
8. POSISI TRENDELENBERG

A. PENGERTIAN
Yaitu membaringkan klien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki

B. TUJUAN
Melancarkan peredaran darah ke daerah kepala

C. INDIKASI
Klien syhock, klien paska pemasangan VPS

D. PERALATAN
Balok,/bloken, bantal
Fungsion bed kalau ada
Sarung tangan

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yang dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk posisi
trendelenberg
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi trendelenberg (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
6. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar jika mungkin
7. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
8. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk pada spinal
lumbal klien
9. Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher, dan kepala klien
10. Bila perlu, tempatkan gulungan trokanter atau bantal pasir
sejajar dengan permukaan lateral paha klien
11. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah mata
kaki klien untuk meninggikan tumit
12. Letakkan papan kaki atau penahan foot-drop di atas telapak
kaki klien
13. Letakkan bantal di bawah lengan bawah pronasi,
mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh
14. Letakkan gulungan tangan atau handuk pada tangan klien atau
menggunakan bebat bila tersedia
15. Turunkan kepala 30 derajat
16. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi trendelenberg
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi
trendelenberg
3. Observasi terjadinya komplikasi pada daerah yang tertekan
(punggung atas, pantat, betis, tumit)
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
9. POSISI ORTHOPNEIC
A. PENGGUNAAN
Digunakan pada klien yang mempunyai problem pernafasan

B. TUJUAN
Posisi ini menfasilitasi pernafasan dengan jalan memaksimalkan ekspansi dada.

C. PERALATAN
1) Sarung tangan
2) Meja
3) Kursi
4) Bantal

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

Aspek yag dinilai Nilai Ket.


0 1 2
A Tahap Persiapan
1. Kaji kebutuhan klien untuk melakukan gerakan
2. Kaji ketidakmampuan klien untuk melakukan gerakan
3. Cek perlu/tidaknya asisten
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga :
kegiatan, tujuan , waktu, tempat serta peran perawat dan klien.
4. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi yang akan dilakukan (pengertian, tujuan, keuntungan,
kerugian)
5. Menjaga privacy klien
6. Memberikan kesempatan pada klien sebelum dilakukan
tindakan
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa

C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Identifikasi klien, pastikan klien mendapat order untuk posisi
orhopneic
3. Jelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan perubahan
posisi orthopneic (pengertian, tujuan, keuntungan, kerugian)
4. Mintakan persetujuan klien
5. Pastikan privacy klien terjaga saat dilakukan perubahan posisi
6. Anjurkan klien untuk duduk di atas tempat tidur dengan meja
yang disilangkan didepannya
7. Letakkan bantal di atas meja
8. Anjurkan klien bersandar pada bantal dengan kepala dan
lengan ada di atas meja
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
D Tahap Terminasi
1. Observasi respon klien selama posisi orthopneic
2. Tanyakan respon klien setelah perubahan posisi orthopneic
E Dokumentasi
Catat pada catatan perawat klien tentang posisi baru klien
KETRAMPILAN 14
BLADDER
TRAINING

A. Pengertian
Bladder training adalah latihan kandung kemih dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi
dari kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau fungsi optimal
neurogenik.

B. Tujuan
Mengembalikan pola normal berkemih dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air
kemih. Selain itu, bladder training memperpanjang interval berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang
hanya 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan ini penderita diharapkan dapat
menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien pasca bedah yang dipasang
kateter. Tujuan khusus dari bladder training adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan tonus otot kandung kemih sehingga dapat mencegah inkontinensia
2. Mencegah terjadinya batu urine
3. Melatih kandung kemih untuk mengeluarkan urine

C. Indikasi
Bladder training dilakukan pada pasien yang menjalani pemasangan kateter dalam waktu lama
pada pasien dengan inkontinensia urine, dilakukan juga pada pasien yang mengalami
inkontinensia atau terpasang kateter dalam waktu minimal 8 hari.

D. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pasien yang menerima obat sedative, diuresis, hipnotis, anti histamine,
beta bloker, anti depresan, anti kolinergik, pasien disfungsi neurogenic (stroke, cidera
cerebrovaskuler, dan tulang belakang, gangguan saraf perkemihan dan post operasi
genetourinari).

E. Peralatan
1. Klem arteri
2. Sarung tangan
3. Bengkok
4. Air minum dalam gelas (200-250 cc)
5. Jam

F. Prosedur Pelaksanaan
Nilai
No Aspek yag dinilai 0 1 2 Ket.
A Tahap Persiapan
1. Cek program terapi
2. Perawat cuci tangan
3. Perawat mempersiapkan alat
Nilai
No Aspek yag dinilai Ket.
0 1 2
A Tahap Persiapan
B Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Identifikasi dan validasi kondisi klien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada klien dan keluarga
4. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
sebelum dilakukan tindakan
5. Menjaga privacy klien
6. Atur posisi pasien yang nyaman
7. Mintakan persetujuan klien dan Berdoa
C Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (bila diperlukan)
2. Dekatkan peralatan di sisi tempat tidur pasien
3. Ukur volume urine pada kantung urine dan
kosongkan kantong urine
4. Klem atau ikat selang kateter sesuai program (selama 1-2
jam) yang memungkinkan kandung kemih terisi urine dan
otot destrusor berkontraksi, agar meningkatkan volume urine
residual.
5. Anjurkan pasien untuk minum sesuai program (200-250 cc)
6. Tanyakan pada pasien apakah terasa ingin berkemih (setelah
1 jam)
7. Bukan klem atau ikatan, biarkan urine mengalir keluar
8. Ulangi lagi seperti langkah no 8 selama 4 kali (4 siklus)
9. Ukur volume dan perhatikan warna dan bau urine
10. Bereskan dan rapikan alat
11. Lepas sarung tangan
12. Perawat cuci tangan
D Tahap Terminasi
1. Tanyakan respon pasien
2. Jelaskan rencana tindak lanjut
3. Salam terapeutik
E Dokumentasi
Catat pada catatan perkembangan volume urine, warna urine, bau
serta respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Salemba Medika : Jakarta

Audrey T. Berman, Charles Snyder, Geralyn Frandsen . (2015). Kozier & Erb’s Fundamental of
Nursing: concepts and practice (10th Ed), Perarson education Inc: New Jersey

Ladner, Patricia K and Sue C DeLaune. 2011. Fundamentals of Nursing : Standars and
Practice 4th. Delmar. Cengage Learning : United State of America.

Novieastari, E dan Supartini, Y. (2015). Keperawatan Dasar : Manual Keterampilan Klinis, edisi
pertama.Elsevier ; Singapore.

Taylor, Lilis, LeMone, Lynn and LeBon (2011). Skill Checklists fot Fundamentals of Nursing. 7th .
Wolters Kluwer Health; USA.

Anda mungkin juga menyukai