Anda di halaman 1dari 19

M.

K : KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN


DOSEN : FARMING. SST. M. KEB
TOPIK :

ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA


BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN

KELOMPOK 4
 DEWI NURAHMAYANTI
 IFTITAH
 KHUSNUL FITRIANI
 MIRANDA
 NILUH LITTA W
 RANI
 SALNA WIANGSAH
 SRI HARYANI HARIS
 TRI MEI LANI
 YAUMIL INDAH JUDDAH

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
DII KEBIDANAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas rahmat dan berkah yang telah diberikannnya kepada kami
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA
KASUS KEBIDANAN”. Penulis juga berterima  kasih
kepada Ibu FARMING. SST. M. KEB sebagai dosen pembimbing
khususnya KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN , kepada
teman-teman yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan masih jauh dari


sempurna. Oleh untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak dapat disampaikan kepada kami agar dapat menjadi yang
lebih baik. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih

                                                                        Kendari, april 2016

                                                                                           

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................
B. Rumusan Masalah............................................
C. Tujuan..............................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian perioprasi.......................................
B. Jenis-Jenis Pembedahan...................................
C. Pengertian Anestesia........................................
D. Asuhan Dan Persiapan Pasien
Preoperasi (Pra Bedah)..................................
E. Asuhan Dan Persiapan Pasien  
Postroperasi (Pasca Bedah)..........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................
B. Saran...............................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan
pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan
kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang
harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan
jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa
sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien
baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di
samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan,
yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan
pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi
bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang
paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal
terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien
dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan
perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan
pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud perioperasi  ?
2. Bagaimana cara melakukan asuhan  terhadap pasien pre
bedah ?
3. Bagaimana cara melakukan asuhan  terhadap pasien pasca
bedah ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan asuhan  pre bedah dan pasca bedah.
2. Mahasiswa mampu   menerapkan peran tenaga kesehatan 
dengan melakukan cara perawatan asuhan serta persiapan
pasien pre dan pasa bedah pada kasus kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan
yang dimulai prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan
pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke
ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan
yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan  dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

B. Jenis-Jenis Pembedahan
 Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi
berdasarkan lokasinya , pembedahan dapat dibagi
menjadi bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah
orthopedi, bedah kepala, bedah  dan lain-lain.
 Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan
 Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
a. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan
sebab
b. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian
dari penyakit, misalnya pembedahan apendektomi.
c. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk
memperbaikideformitas, menyambungdaerah yang
terpisah.
d. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala
tanpa menyembuhkan penyakit.
e. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki
bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.
C. Pengertian  Anestesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga
menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk
penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan. 
Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai
dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu
yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
 Jenis-jenis anestesia
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat
kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran,
menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya,
metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih
dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses
konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di
bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya
hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang
digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional
intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui
epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls
saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien
dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah
infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran
menjadi pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan
ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi 
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode
yang digunakan adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok
rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endofrin
tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak
digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada
permukaan kulit.
D.  Asuhan Dan Persiapan Pasien Preoperasi (Pra Bedah)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pegetahuan
tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Adapun
persiapan klien sebelum memasuki kamar operasi, meliputi:

1. Konsultasi dengan dokter obstetric-ginekologi dan dokter


anestesi
Konsultasi dalam rangka persiapan tindakan operasi,
meliputi inform choice dan inform consent.Inform Consent
sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek
etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan
pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui
manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani (inform
choice).

2. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi
dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi.
Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai
kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll. Tugas
bidan adalah memberikan medikasi kepada klien sesuai
petunjuk/resep.
3. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah
setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila
dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu
atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya
trauma pada kandung kemih selama operasi.

4. Mengidentifikasi dan melepas prosthesis


Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki
palsu, perhiasan, dll harus dilepas sebelum pembedahan.
Selubung gigi juga harus dilepas seandainya akan diberikan
anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan.
Pasien mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu yang
diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan juga gelang
identitas untuk bayi.

5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien
dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan
persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus
dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi
identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien
harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh
lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit


Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal
akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

d. Kebersihan lambung dan kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih
dahulu. Tindakan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enemalavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan.
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.

f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk
persiapan operasi, karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Apabila masih memungkinkan,
klien dianjurkan membersihkan seluruh badannya
sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak,
maka bidan melakukannya di atas tempat tidur.

g. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi
kandung kemih, tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.

h. Latihan Pra Operasi


Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi
antara lain latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan
latihan gerak sendi.

 Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan


keluhan saat terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik
relaksasi, dan memaksimalkan supply oksigen ke
jaringan. Cara latihan teknik nafas dalam yang benar
adalah :
o Tarik nafas melalui hidung secara maksimal
kemudian tahan 1-2 detik
o Keluarkan secara perlahan dari mulut
o Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3
kali sehari (pagi, siang, sore)

 Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang


menyumbat jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :

o Tarik nafas dalam 4-5 kali


o Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2
detik
o Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan
dengan kuat
o Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi
disesuaikan dengan kebutuhan
o Perhatikan kondisi klien

 Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau


mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,
mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan, serta
mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Beberapa
jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
oposisi, dll.

 Rencana tindakan :
1.      Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup
penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan
pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat
khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang
pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
2.      Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan
biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan,
pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan
cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
3.      Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus di cukur.
4.      Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru-paru. Pernapasan yang dianjurkan
adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut :
a.      Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk
mengembangkan toraks.
b.      Tempatkan tangan diatas perut.
c.       Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan
dada mengembang.
d.      Tahan napas 3 detik.
e.      Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f.        Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang
sama hingga tiga kali setelah napas terakhir, batukkan
untuk mengeluarkan lendir.
g.      Istirahat.

5.      Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak
tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain
latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat
dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan paha,
kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh
kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat
tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi
hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba
gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi
hingga lima kali.
6.      Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta
mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti
menggunakan penghalang  agar bsa memutar badan, melatih
duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem
ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan
tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7.      Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang
perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a.      Cek identitas pasien.
b.      Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat
mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-lain.
c.       Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian
sirkulasi.
d.      Lepaskan kontak lensa.
e.      Lepaskan protesis..
f.        Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika
pasien tidak dapat mendengar.
g.      Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h.      Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko
terjadi tromboflebitis.

E. Asuhan Dan Persiapan Pasien  Postroperasi (Pasca


Bedah)
Setelah tindakan pembedahan (pascabedah), beberapa hal yang
perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan
napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit,  kardivaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam
pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis
pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi
dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini.
Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi  sama pentingnya
dengan prosedur pembedahan itu sendiri.

 Faktor yang Berpengaruh Postoperasi


Faktor yang berpengaruh postopersi, yaitu:
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan
pemasangan mayo/gudel.

2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan
pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal
kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan
dengan pemberian caiaran plasma ekspander.

4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase


Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk
mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya.
Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu
drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait
dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output
caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi
lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru
kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan
juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.

6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.


Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien
pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait
dengan agen pemblok nyerinya. 

Tindakan:
1.      Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi
rasa nyeri dapat dilakukan manajemen  luka. Amati kondisi
luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
Kemudian  memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas
dinding kapiler.
2.      Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan
napas, tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu
tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat
pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan
menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan
secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3.      Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien
yang berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak
duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk guna untuk memperlancar vena.
4.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien,
monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi
yang cukup.
5.      Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan
asupan dan output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
6.      Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam
dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan
kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang
memperkuat otot sebelum ambulatori.
7.      Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi
secara  terapeutik.
8.      Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan
kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai
macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9.      Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien
dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge
planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti
pasien dan lebih detail.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan
yang dimulai prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan
pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah..
Pascabedah merupakan  masa setelah dilakukan 
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif
selama proses perioperatif.
Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang
dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan
pasien. 

B. Saran
Demikain lah makalah yang kami buat  apabila ada
kesalahan dalam penulisan diharapkan kepada ibu untuk
berkenan memberikan pendapat dan saran, supaya makalah ini
mendekati kesempurnaan. Atas pendapat dan sarannya kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-


bedah. Jakarta : EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses
menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah


Edisi revisi. Jakarta : EGC.

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/perawatan-bedah-
kebidanan.html

http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-
dasarkeperawatan- perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011

Hidayat, Musrifatul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai