Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KONSEP STRESS DAN ADAPTASI”

Di susun oleh kelompok 3

ALADHIN: 220060

ELSIYA SAMALIWU: 22006061

NARTY: 220060

CHYNTIA EUNIKE: 220060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah mata kuliah “Konsep Stress dan Adaptasi” sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak menambah pengetahuan
para pembaca "Tak ada gading yang tak retak", kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 30 Oktober 2021

Penyusun
Daftar Isi

Cover...............................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................iii

Kata pengantar .......................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan penulisann ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stress......................................................................................3
B. Sumber-sumber stress..............................................................................4
C. Bentuk-bentuk stress................................................................................6
D. Reaksi dan respon tubuh terhadap stress.................................................8
E. Adaptasi terhadap stess..........................................................................12
F. Respon...................................................................................................13
G. Macam-macam adaptasi........................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................17

B.Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup yang
berakibat akan adanya tuntutan kesulitan atau ancaman terhadap bahaya kehidupan yang
semakin sulit terpecahkan. Sehingga seringkali di dapati seorang mengalami ketegangan
psikologi. Itu semua merupakan masalah yang relatif, tergantung dari tinggi rendahnya
kedewasaan kepribadian dan bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya.
Strees adalah penekanan pada peristiwa – peristiwa dan situasi negatif yang di alami individu
yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya (Lahey & Ciminero ,
1998)

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stres ?
2. Sumber-sumber Stres ?
3. Bentuk-bentuk Stres ?
4. Reaksi dan respon tubuh terhadap Stres ?
5. Adaptasi terhadap Stres ?
6. Respons ?
7. Macam-macam adaptasi terhadap stress ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentuk-bentuk
stres.
b. Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres serta adaptasi terhadap
stres.
c. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress dan mekasisme
koping.
d. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi Stres.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Luthans  (2000),  mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan
diri yang dipengaruhi oleh  perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi
dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan
psikologis dan fisik seseorang.
Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan
pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting
tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins, 2003:577).  
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu
peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan
individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai
peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang
diberikan oleh individu.
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan
fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom
adaptasi umum atau Teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi
pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif.
Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Issac,
2004).

Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).
Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan
intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif
terhadapat stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus
yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)
B. Sumber-Sumber Stress
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis
manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan
dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor
dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu
:
1. Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian penting
yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.

2. Personal Stressor
Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah
orang tertentu, seperti kritis keluarga.

3. Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam
pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada
kehidupan individu :
1. Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya
penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan
psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami
individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang
dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber
yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang
berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing
memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak
dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai
kesehatannya.
2. Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan–
kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang berdampak
kepada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya
masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda
antar anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua,
penyakit dan kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota
keluarga.

3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat


Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak
kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak
sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga.
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui
pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan
contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan
yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja,
promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan
juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan yang
tercemar (Sarafino, 1998).

C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar Anda tahu
harus berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online, silahkan disimak :
1. Stres Biasa
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan,
pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau
pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk
sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih
mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan
penuh energi.
2. Distres Internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil
dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan
tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila
rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.

3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh
peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan
memicu timbulnya hiperstres.

4. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu
tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi
bisa juga diartikan kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres
mungkin merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa
pun. Hipostres dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

5. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat
tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap
untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini
dapat membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya
menemukan solusi untuk masalah.

D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres


Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya stres
yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan, beragam
masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
1. Respon Fisik
a) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c) Telinga 
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan
e) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
f) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain
daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti
munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka
seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah
tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
g) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitanpada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang
iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya.
Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga
dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan
karena otot-otot pada saluran nafas paru - paru juga mengalami spasme.
h) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah
melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang
bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau
seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
i) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam
istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan
sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya
mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
j) Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis
(diabetes mellitus)
k) Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan
pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku
bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
l) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami
stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis
(diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah
gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

2. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor
fisik juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini
disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu yang disebut
psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis. 

3. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan
mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali
mengeluh sakit kepala pusing.

E. Adaptasi Terhadap Stress


Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap
menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan
psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress. Adaptasi pada Stress
dapat meliputi :

1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi


rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.
2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan
situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi
adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti
paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

F. Respons
Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan
tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut
Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang
dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu.
Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan,
oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan.
 
G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun, indikator ini tidak selalu teramati
sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, serta indikator tersebut
bervariasi menurut individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien
mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat
timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung
berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis
timbul dari berbagai sistem.

Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari


semua sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup
stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress :
 Tekanan darah meningkat.
 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
 Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
 Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
 Postur tubuh yang tidak tegap.
 Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada
tinggi.
 Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.
            
2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien.
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga
karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa kontrol terhadap
peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari
tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992
; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
 Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
 Kepenatan, kehilangan harga diri
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang
biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku
dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu
atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam
bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan, yang meliputi :
 Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
1992).
 Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
 Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung
sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos,
1992).
 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan
dan realitas.
 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa
kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu
banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan.

4. Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial
yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons stress atau
mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih
menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari
bantuan professional (Murata, 1994).
5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress
yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian
dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat
menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan
spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung bagaimana kita
mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu mengatasi stress dengan
langkah –langkah diatas. Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu berfikiran positif.
Jadi, stress bisa berdampak positif maupun negatif, tergantung bagaimana kita
mengatasinya dalam kehidupan kita sehari- hari. Stres tidak untuk dihindari tetapi
dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang tepat.

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik
daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stress
sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak
terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak,
yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan
pembentukan dan pengembalian ingatan.

B. SARAN
Saran- saran yang dapat saya berikan yaitu :
1. Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat, karena akan
menambah beban pikiran bagi kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar
3. Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan kejenuhan
dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan bersama orang- orang
terdekat anda
4. Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system kerja saraf otak
yang akan menimbulkan stress.
5. Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan anda
DAFTAR PUSTAKA

1. Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work Stress Among


U.S. Managers", Journal of Applied Psychology, hal. 65-74
2. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage,
2002, hal. 189.
3. Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. San Fransisco :
Benjamin Cumming
4. LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance Stress:
Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning Performance," Journal
of Applied Psychology, Oktober 2004, hal. 883-891.

Anda mungkin juga menyukai