Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI STRES DAN

ADAPTASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 TK 1 D
WINDY FRANSISKA (19334110)
YULIA PRATAMA SARI (19334112)

DOSEN PEMBIMBING :
Hj.YESSY APRIHATIN.SKM.M.Mkes

PARODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah psikologi dengan judul “Stres
dan Adaptasi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
pembimbing mata kuliah pancasila Ibu Hj. Yessy Aprihatin.SKM.M.Mkes yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pariaman, 18 September 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………………………………i

Kata Pengantar …………..…………………………………………………………………….ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………................iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………………………………………………………1

Rumusan Masalah……………………………………………………………………………...1

Tujuan penulisann…………………………………………………………………………...…2

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Stress……………………………………………………………………………….2

Sumber-sumber stress………………………………………………………………………….3

Bentuk-bentuk stress…………………………………………………………………………...4

Reaksi dan respon tubuh terhadap stress……………………………………………………….6

Pengertian Adaptasi….…………………………………………………………………………8

Respon………………………………………………………………………………………….9

Macam-macam adaptasi……………………………………………………………………….10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..................................................................................................................................13

Saran............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik, menyebabkan
individu berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Tapi pada kenyataannya
sesuatu yang diinginkan tersebut kadangkala tidak dapat tercapai sehingga dapat
menyebabkan individu tersebut bingung, melamun hingga stres.
Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi
dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut dengan koping yang
digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan
senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat
menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Berikut akan dijelaskan tentang stres, koping dan adaptasi yang biasa terjadi pada setiap
individu, salah satu contoh individu yang akan menghadapi ujian masuk kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stres ?
2. Sumber-sumber Stres ?
3. Reaksi dan respon tubuh terhadap Stres ?
4. Pengertian daptasi?
5. Adaptasi terhadap Stres ?
6. Respons ?
7. Macam-macam adaptasi terhadap stress ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentuk-bentuk stres.
2. Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres serta adaptasi terhadap stres.
3. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress dan mekasisme koping.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri
yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan
psikologis dan fisik seseorang.
Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada
kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak
dapat dipastikan (Robbins, 2003:577).
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu
peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu
merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif
(contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull
event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan
fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi
umum atau Teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif. Respons tubuh dapat
diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Issac, 2004).
Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Stres
dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan
intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif
terhadapat stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus
yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)

2
B. Sumber-Sumber Stress
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis
manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor dapat
berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian penting yang
mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.
2. Personal Stressor
Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang
tertentu, seperti kritis keluarga.
3. Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam
pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan
individu :
1. Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya penyakit.
Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis sehingga
menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu dengan penyakitnya
dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah
melalui terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber yang paling utama. Didalam
konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing
memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak dijumpai
saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai kesehatannya.

3
2. Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan–kebutuhan
dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang berdampak kepada anggota
keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial,
perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga,
bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang
dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga.

3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat


Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak
kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak
sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga.
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui
pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan
contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang
diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan,
kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat
diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar
(Sarafino, 1998).

C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar Anda tahu harus
berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online, silahkan disimak :
1. Stres Biasa
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan,
pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau
pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk
sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih
mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh
energi.

4
2. Distres Internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari
pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak
nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa
tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.

3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh
peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan
memicu timbulnya hiperstres.

4. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe
stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa
juga diartikan kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin
merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres
dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

5. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh
menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat
membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan
solusi untuk masalah.

D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres


Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya stres yang
menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan, beragam masalah
kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.

5
1. Respon Fisik
a) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena
kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c) Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan
e) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada
itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle
cramps) sehingga serasa “tercekik”.
f) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari
sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu
perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul
jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki
berkeringat (basah).
g) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitanpada saluran

6
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang
iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya.
Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga
dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena
otot-otot pada saluran nafas paru - paru juga mengalami spasme.

h) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya
karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak
mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian
ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas”
(subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
i) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini
disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah
kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan
penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi
pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang
air besar atau sebaliknya sering diare.

j) Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus)

7
k) Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada
tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini
sebagai keluhan ”pegal-linu”.
l) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes
mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan
menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

2. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik
juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan
atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis
(psychosomatic) atau psikofisiologis.

3. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan
mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh
sakit kepala pusing.

E. Pengertian Adaptasi
Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap
menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan
psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat
meliputi :

8
1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi rintangan
secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.
2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme
koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976,
Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh.
Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Sehingga adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

F. Respons
Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan.
Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan
(respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons
dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami
atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu.
Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan,
oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan.

9
G.Manajemen Stress.
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai
aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.
Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke
tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :

*Manajemen stress untuk pasien.

1. Pengaturan Diet dan Nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.

2. Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang
cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

3. Olah Raga atau Latihan Teratur

Olahraga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan
pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.

4. Berhenti Merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras

Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya


stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.

6. Pengaturan Berat Badan

Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya


stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.

10
7. Pengaturan Waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan


menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan
cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan
waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

8. Terapi Psikofarmaka

Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor
yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya
digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.

9. Terapi Somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang
dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.

10. Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan


kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien
mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif
dan lain-lain.

11. Terapi Psikoreligius

Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi


permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat
dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik,
psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.

12. Homeostatis

Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam


menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa

11
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.

Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu
sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi
dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini
dapat melalui empat cara di antaranya:

a) Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti
dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b) Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam
tubuh.
c) Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

13. Humor

Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins
(1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress
(Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa
melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan

14. Support system

Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress.


Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan
dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi
seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress
dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz, 1991).
Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif
dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992). Ubrich dan
Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan efek stressor atau
distress emosional baik pada lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika
terutama jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat
dapat menggunakan berbagai metode untuk membantu klien membangun sistem
pendukung, melibatkan diri dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi
dorongan untuk melakukan aktivitas rekreasi. Perawat dapat menggunakan
komunikasi terapeutik untuk mengajarkan klien tentang keterampilan sosialisasi jika
klien tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan tepat. Semua metode ini
membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat. Jika stress merupakan
akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan ditujukan untuk membantu klien
mengembangkan jaringan sosial baru.

12
G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Namun, indikator ini tidak selalu teramati sepanjang
waktu pada semua klien yang mengalami stress, serta indikator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak
gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap
stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem.
Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari
semua sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup
stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress :
 Tekanan darah meningkat.
 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
 Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
 Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
 Postur tubuh yang tidak tegap.
 Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi.
 Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.

2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien.

13
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga
karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa kontrol terhadap peristiwa
kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky,
1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
 Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
 Kepenatan, kehilangan harga diri
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang
biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari
tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan,
yang meliputi :
 Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada
akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
 Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
 Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung sosial
sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung

14
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan
realitas.
 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus
menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan
mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.
 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga
dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia
dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik
dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki
masa pensiun juga menegangkan.

4. Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang
ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien
atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada
tentang perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping. Misalnya klien
dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari
anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).

5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak
cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat
dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang
disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.
Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh

15
menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa
bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

6. Dimensi Adaptasi
Dimensi adaptasi terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi lebih mudah diidentifikasikan dan secara umum dapat diamati atau
diukur serta memiliki indikator, yaitu:

1. Kenaikan tekanan darah


2. Telapak tangan berkeringat
3. Kaki dan tangan dingin
4. Keletihan
5. Sakit kepala
6. Suara yang bernada tinggi
7. Perubahan nafsu makan
8. Perubahan berat badan

1. Dimensi Psikologis
Dimensi psikologis adalah emosi yang tidak dapat dilihat secara langsung atau tidak
dapat diamati serta memiliki indikator, yaitu:

1. Kehilangan motivasi
2. Ledakan emosional di dalam diri
3. Kehilangan harga diri
4. Adaptasi Perkembangan
Adaptasi perkembangan yaitu adaptasi dimana kita dapat menyesuaikan diri untuk
kelancaran penyelesaian dalam tahap perkembangan tersebut.

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung bagaimana kita mengatasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu mengatasi stress dengan langkah –langkah diatas.
Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu berfikiran positif. Jadi, stress bisa berdampak
positif maupun negatif, tergantung bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan kita sehari-
hari. Stres tidak untuk dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang
tepat.
Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada
hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stress sebenarnya dapat
membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat
menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada
neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan.

B. SARAN

Saran- saran yang dapat saya berikan yaitu :


1. Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat, karena akan
menambah beban pikiran bagi kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar

17
3. Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan kejenuhan dalam
berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan bersama orang- orang terdekat anda
4. Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system kerja saraf otak
yang akan menimbulkan stress.
5. Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan anda.

DAFTAR PUSTAKA

Munabarakati, “Stres dan Adaptasi”. 13 Februari 2016


http://munabarakati.blogspot.com/2016/02/makalah-stres-dan-adaptasi.html
Damyanti Linda, “Macam-Macam Adaptasi dan Respon Terhadap Stres”. 7 Agustus 2016
http://damayantilinda.blogspot.com/2014/07/macam-macam-adaptasi-dan-respons.html
Adisedana, “Konsep Stress dan Adaptasi”. 10 Maret 2012
http://adisedana.blogspot.com/2012/03/konsep-stress-dan-adaptasi.html
Perawat Blog , “Konsep Model Stress dan Adaptasi keperawatan Jiwa”. 7 September 2013
http://bocahkeperawatan.blogspot.com/2013/09/konsep-model-stress-dan-adaptasi-dalam.html

18

Anda mungkin juga menyukai