Anda di halaman 1dari 25

PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN

TENAGA KEPERAWATAN

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RISAH SALSABILA
NIM. 20010128

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak


yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai


pegangan dalam mempelajari materi tentang Penerapan Model Stres dan Adaptasi

Sigli, Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress
merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres
dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar
orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung,
mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, dan
gangguan pencernaan.
Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula
yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya dapat
dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,
tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana
mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah
satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres dan adaptasi
akan membantu kita dalam menghadapi stres dan mengetahui cara beradaptasi
ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat dengan
adanya pemahaman yang baik mengenai stres dan adaptasi, maka individu tidak
akan terkena dampak negatif dari stres tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari stres?
2. Apa saja faktor penyebab stres?
3. Bagaimana sifat stres?
4. Apa saja model stres?
5. Bagaimana tahapan dari stres?
6. Bagaimana respon stres fisiologis?
7. Apa pengertian dari adaptasi?
8. Apa tujuan adaptasi?
9. Bagaimana dimensi adaptasi?
10. Apa saja jenis adaptasi?
11. Apa fungsi coping?
12. Bagaimana manajemen stres?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari stres.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab stres.
3. Untuk mengetahui sifat stres.
4. Untuk mengetahui model stres.
5. Untuk mengetahui tahapan stres.
6. Untuk mengetahui respon stres fisiologis.
7. Untuk mengetahui pengertian dari adaptasi.
8. Untuk mengetahui tujuan adaptasi.
9. Untuk mengetahui dimensi adaptasi.
10. Untuk mengetahui jenis adaptasi.
11. Untuk mengetahui fungsi coping.
12. Untuk mengetahui manajemen stres.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian stres
Clonninger (1996) menyatakan stres adalah keadaan yang membuat tegang
yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum
mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang menganggu seseorang
tehadap sesuatu yang akan dilakukannya.
Kendall dan Hammen (1998) mengemukakan stres terjadi pada individu
ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan
individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut.
Situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres adalah segala masalah atau
tuntutan penyesuaian diri yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang
(Maramis,2005).
Dari berbagai definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa stres itu adalah
ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu
dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku. Stres
tidak bisa dihindari sepenuhnya, tapi dapat dikurangi dengan mengabaikan hal-hal
yang tidak begitu penting. Setiap hari kita mengalami berbagai macam stimulasi
yang menimbulkan stres, diantaranya kemacetan, lingkungan yang panas, polusi
udara, kebisingan, dan tekanan waktu.
1. Sumber stres
a. Internal (stres bersumber dari diri sendiri)
Tuntutan pekerjaan, atau beban terlalu berat, kondisi keuangan ,
ketidak puasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas,
karakteristik atau sifat yang dimiliki.
b. Eksternal (stres yang bersumber dari luar diri sendiri)
Stres yg berasal dari keluarga disebabkan oleh perselisihan dalam
keluarga, berpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami
kecanduan narkoba.
Stres yang berasal dari masyarakat dan lingkungan pekerjaan,
lingkungan sosial, lingkungan fisik. Contoh adanya atasan yang tidak
pernah puas di tempat kerja, iri terhadap teman yang status sosialnya
lebih tinggi.
2. Faktor-faktor penyebab stres
Lazarus dan Falkman (1984) menemukan respon terhadap segala bentuk
stressor sangat ditentukan oleh fungsi fisiologis, kepribadian dan karakteristik
perilaku seseorang. Faktor yang mempengaruhi respon seseorang terhadap
stressor adalah:
a. Intensitas
Pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia mempunyai ketahanan atau
kekuatan yang berasal dari dalam dirinya. Tingkat kekuatan ini dinilai
sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi stres. Kepribadian ini
memungkinkan seseorang untuk menjadikan stresor sebagai suatu yang
positif sehingga memberikan respon yang positif pula terhadap stresor
tertentu. Suatu stresor yang bersifat negatif dan menjadikan stres bagi
seseorang dapat merupakan sumber kekuatan bagi orang lain. Selain itu
stresor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan
seseorang agar dapat mengumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
dalam rangka melawan stres itu sendiri.
b. Durasi
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stresor
atau kejadian dari stresor sampai menjadikan seseorang mengalami stres.
Frekuensi perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya
mempengaruhi seseorang hingga merasakan stres.
c. Jumlah dan sifat dari stresor
Jumlah mengandung pengertian stresor yang harus dihadapi dalam
satu waktu. Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami
seseorang dalam suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan
perkembangannya stres yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
Lazarus dan Falkman (1984) lebih lanjut menyatakan seseorang
dapat saja mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai sesuatu yang
minimal, sedang atau berat. Makin besar stresor makin besar respon stress
yang ditimbulkan. Sama halnya cakupan dari stresor dapat digambarkan
sebagai sesuatu yang terbatas, sedang atau luas. Pada umumnya makin
besar cakupan stresor maka makin besar respon seseorang pada stresor
tersebut.
3. Sifat stres
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa berdasarkan
respons seseorang terhadap stresor yang mengenainya atau yang menimpanya ada
tiga sifat stres yaitu :
a. Eustress
Mengalami proses stres sebenarnya dapat memiliki efek positif
yang lazim disebut sebagai eustress atau “stres yang baik”. Mengikuti
ujian, test dan menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas merupakan
stresor yang serius tetapi memiliki dampak positif bagi yang bersangkutan.
Menyelesaikan tugas dalam waktu yang terbatas merupakan stresor yang
bermakna bagi kebanyakan mahasiswa, karena dapat mengembangkan
kemampuan menulis dan mengumpulkan informasi dari referensi yang
ada. Pernikahan, menunggu kelahiran anak, naik jabatan, dapat hadiah
adalah contoh lain dari eustress.
b. Distress
Istilah distress digunakan untuk menjelaskan respons pengaruh
negatif yang dapat diakibatkan dari stresor yang menimpanya. Kata
distress atau menyusahkan yang digunakan disini mempunyai makna yang
sama dengan sebutan stres bagi banyak orang. Dalam pergaulan,
berinteraksi dengan masyarakat ketika mereka mengalami kesusahan maka
istilah yang lazim digunakan adalah dengan menyebutnya sebagai stres.
Sebagian masyarakat banyak mengistilahkan stres itu menyangkut tentang
kesusahan yang dialaminya seperti kehilangan, konflik, kemarahan, dan
penolakan. Padahal istilah yang tepat digunakan adalah distress. Banyak
mahasiswa menyebutnya ujian akhir sebagai stresor yang signifikan dan
mengetahui diri mereka bereaksi terhadap stresor ujian akhir tersebut.
Detak jantung dan tekanan darahnya meningkat, mulutnya kering, tangan-
tangan mereka dingin dan berkeringat. Tubuh mereka siap untuk
menghadapi (fight) atau melarikan diri (flight), akan tetapi satu
diantaranya dari ke dua reaksi akan dapat menimbulkan banyak masalah.
Tidaklah mengherankan kesusahan merupakan keprihatinan besar baginya.
Kesusahan yang berkepanjangan dapat berakibat adanya gangguan
psikologi fisiologis atau sering disebut sebagai gangguan psychosomatic.
c. Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan satu
cara atau cara lain tanpa mempengaruhi dirinya atau efeknya netral.
Dohrenwend (dalam Sheridan dan Radmacher, 1992) menyatakan ada
berbagai peristiwa yang menekan dapat ditanggulangi tanpa pengaruh
apapun yang dirasakan oleh individu bersangkutan. Hal demikian bisa
terjadi karena tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh stresor adalah demikian
kecil atau sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut adalah sedemikian besar sehingga stresor itu jarang dapat
dirasakan.
4. Model stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu dan
memprediksi respon individu tersebut (Potter dan Perry,1992). Setiap model yang
disajikan berikut ini memiliki sudut pandang yang berbeda, hal ini berkenaan
dengan respon stres dari setiap orang yang sangat individual.
a. Model stres berdasarkan respon
Model stres dari Selye (1976) merupakan model stres berdasarkan
respon yang mendefinisikan stres sebagai respon non spesifik dari tubuh
terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya. Berdasarkan model ini
tidak memungkinkan melihat perbedaan individu dalam berespons,
sehingga hal ini hanya bermanfaat untuk menentukan respon fisiologis
seseorang.
b. Model berdasarkan stimulus
Fokus pada keadaan karakteristik yang menganggu dalam
lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah
menghasilkan perkembangan dalam skala penyesuaian sosial, yang
mengatur efek peristiwa besar dalam kehidupan terhadap penyakit
(Holmes dan Rahe, 1976). Menurut McNett (1989) bahwa model stres
berdasarkan stimulus ini memfokuskan pada asumsi sebagai berikut.
1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan
itu memiliki tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
2) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka terhadap
peristiwa adalah tidak relevan.
3) Setiap orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit
dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.
Model berdasarkan stimulus juga tidak memungkinkan untuk
melihat adanya perbedaan individu dalam persepsi dan berespon terhadap
stresor seperti halnya model berdasarkan respon. Ternyata hal ini kurang
dapat memberikan keleluasan adaptasi bagi individu.
c. Model stres berdasarkan transaksi
Model ini memandang individu dan lingkungan dalam suatu
hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif (Lazarus dan
Falkam,1984). Model yang dikembangkan ini memandang stresor sebagai
respon perseptual individu yang berakar dari proses psikologis dan
kognitif. Stres muncul karena adanya hubungan antara individu dan
lingkungan sehingga muncul berbagai stimulus respon dalam suatu
transaksi.
d. Model adaptasi
Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami khawatir dan peningkatan stres ketika ia tidak siap menghadapi
situasi yang menegangkan. Dengan menggunakan model ini kita dapat
membantu seseorang untuk meningkatkan keadaan kesehatannya dalam
berbagai dimensi kehidupan yang ada.
5. Tahapan stres
Menurut Rober J,Van Amberg, 1979, (dalam Dadang Hawari, 2001) stres
dapat dibagi dalam 6 tahap, yaitu :   
a. Tahap pertama
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan,dan biasanya
ditandai dengan munculnya semangat yang berkelebihan, pengelihatan
lebih tajam dari biasanya mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya (namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan, dan
timbulnya rasa gugup yang berlebihan).
b. Tahap dua
Tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan – keluhan karena habisnya cadangan
energi, keluhan yang sering timbul, merasa letih sewaktu bangun pagi
dalam kondisi normal, mudah leleh setelah makan siang, cepat lelah
menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman,jantung berdebar-debar, otot perut dan tengkuk terasa tegang, dan
tidak bisa santai.
c. Tahap tiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai,
maka keluhan akan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus
(gastriti atau maag,diare) ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak
tenang, gangguan pola tidur (sulit untuk mulai tidur, terbangun tengah
malam, dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi, dan tidak dapat
tidur kembali) tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.
d. Tahap keempat                      
      Setelah memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan tidak
sakit, karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik terhadap organ
tubuhnya, namun pada kondisi berkelanjutan, akan muncul gejala seperti
gejala ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas rutin karena perasan
bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah karena gangguan polah tidur,
kemampuan mengingat dan konsentrasii menurun serta muncul rasa takut
dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.
e. Tahap kelima
        Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem
pencernaan semakin berat, semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
f. Tahap enam
Tahap ini merupakan tahap puncak,biasanya ditandai dengan
timbul rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak
semakin cepat, kesulitan untuk bernapas tubuh gemetar dan berkeringat
dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
6. Respon stress fisiologis
Umumnya respon stress yang ada atau perubahan-perubahan yang terjadi
akibat dari respon stress terhadap stressor yang dihadapi meliputi berbagai aspek
yang ada di dalam diri seseorang. Hawari (2002) mengemukakan respon tubuh
terhadap stress, meliputi:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Rambut
memutih sebelum waktunya dan rambut mengalami kerontokan.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu sehingga tidak jelas jika
membaca dan sering kali kabur, hal ini diakibatkan oleh otot-otot bola
mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga dapat
mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali menjadi terganggu dengan suara berdenging
(tinnitus).
d. Daya pikir
Kemampuan berpikir, mengingat dan konsentrasi menjadi menurun.
Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa dan kulit
muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga ia sering minum, pada
tenggorokan dirasakan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini bisa terjadi akibat otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa tercekik.
g. Kulit
Reaksi orang yang mengalami stress pada kulitnya beraneka jenis
bisa merasakan panas pada sebagian kulit tubuhnya, dingin atau keluar
keringat yang berlebihan. Kelembaban kuit berubah, kulit menjadi lebih
kering. Perubahan kulit lainnya merupakan penyakit kulit seperti
munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan berjerawat
berlebihan pada kulit muka, sering juga dijumpai berkeringat atau basah
pada telapak tangan dan kaki.
h. Sistem pernafasan
Nafas terasa berat dan sesak akibat adanya penyempitan saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada yang
mengalami spasme. Stress juga dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit
asma (asthma bronchiale) karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru
juga mengalami spasme.
i. Sistem kardiovascular
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau dapat
menyempit sehingga yang bersangkutan Nampak mukanya pucat atau
mukanya merah. Pembuluh darah tepi terutama dibagian ujung jari-jari
tangan dan kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Selain itu, sebagian atau seluruh tubuh terasa panas atau sebaliknya terasa
dingin.
j. Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalamii gangguan pada
sistem pencernaannya. Lambung terasa kembung, mual dan pedih, akibat
produksi asam lambung yang berlebihan. Dapat juga terjadi gangguan
pada usus sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar
buang air besar atau sebaliknya diare.
k. Sistem perkemihan
Paling sering dijumpai gangguan pada sistem perkemihan adalah
frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya walaupun ia bukan
penderita kencing manis.
l. Sistem musculoskletal
Orang yang mengalami stress sering mengeluhkan ototnya terasa
sakit seperti ditususk-tusuk, pegal dan tegang. Merasa ngilu pada
persendiannya dan merasa kaku bila menggerakkan anggota tubuhnya.
Keluhan tersebut dikenal dengan pegal-linu.
m. Sistem endokrin
Kadar gula darah seseorang yang terkena stress bisa meningkat dan
bila berkepanjangan yang bersangkutan bisa mengalami penyakit kencing
manis. Pada wanita mengalamii gangguan menstruasi berupa menstruasi
tidak teratur dan adanya rasa sakit saat menstruasi (dysmenorrhoe).

B. Adaptasi
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh
karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres.Folkam dan Lazarus (1984)
mengemukakan adaptasi adalah usaha kognitif dan usaha perilaku untuk
menangani permintaan eksternal dan internal yang dinilai melampui atau
mengganggu sumbe-sumber daya yang dimiliki oleh orang tersebut. Jadi, adaptasi
adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara melakukan mekanisme
pertahanan diri yang bertujuan untuk melindungi atau bertahan dari serangan atau
hal yang tidak menyenangkan.
1. Tujuan Adaptasi
a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.
2. Dimensi adaptasi
Ada banyak dimensi adaptasi diantaranya adaptasi fisiologis yang
memungkinkan homeostatis fisiologi dan terjadi juga proses serupa pada dimensi
lainnya (Potter dan Perry, 1997).
Potter dan Perry (1997) mengemukakan stres dapat memepengaruhi dimensi
adaptasi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
a. Fisik
b. Perkembangan
c. Emosional
d. Intelektual.
e. Sosial
f. Spiritual
3. Jenis adaptasi
Pada umumnya jenis adaptasi ada dua, yaitu:
a. Adaptasi fisiologis
Penelitian klasik yang dilakukan oleh seorang dokter yang fokus
meneliti stres yaitu Hans Selye (1946, 1976) menemukan dua adaptasi
fisiologis yang berhubungan dengan stres yaitu Local Adaptation Syndrom
(LAS) dan General Adaptation Syndrom (GAS)yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut.
b. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemapuan seseorang
untuk menghadapi stressor. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktf
atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima
tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku desduktrif
mempengaruhi orientassi realitas, kemampuan penyelesaian masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat. Individu bisa terlibat
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan yang secara subyektif dapat
dipandang sebagai perilaku adaptif, namun dalam kenyataannya hal
demikian malah meningkatkan stres dan bukan menyelesaikan massalah.
Perilaku adaptif psikologis disebut sebagai copingatau
mekanismecoping. Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan
copingmerupakan strategi untuk memanajemen perilaku menuju
penyelesaian masalah yang paling sederhana dan realistis, serta berfungsi
untuk membebaskan diri dari massalah yang nyata maupun tidak nyata.
Coping mengubah hubungan menghasilkan dua tujuan, pertama individu
antara dirinya dengan lingkungannya agar menghasilkan dampak yang
lebih baik. Tujuan yang kedua yaitu individu biasanya berusaha untuk
meredakan atau menghilangkan beban emosional yang dirasakannya.
Lazarus dan Folkman 91984) lebih lanjut menyatakan pada awalnya
kata “manajemen” dalam arti copingmemiliki pengertian yang sangat
penting dan mengidintifikasikan copingsebagai usaha untuk keluar serta
mencoba mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Pada
dasarnya jika dapat mengatasi setiap masalah yang ada dan dapat
mengevaluasi kembali setiap inti dari setiap permasalahan yang ada, kita
dapat memberikan penilaian secara sederhana setelah mengamati setiap
perbedaan permasalahan yang ada, menoleransi atau menerima suatu
ketakutan, ancaman dan kita akan menolak dan menghindar dari setiap
masalah yang dialamai (Lazarus dan Folkman, 1984). Lazarus dan
Folkman membedakan dua tipe penilaian, yaitu penilaian primer
(primary appraisal) dan penilaian sekunder (secondary appraisal)
(Mayne dan Banona, 2003). Penilaian primer tergantung pada tujuan,
nilai dan kepercayaan yang berhubungan dengan evaluasi yang dimiliki
oleh individu terhadap stresor. Penilaian primer ditujukan pada kejadian
yang dialami sebagai pertanyaan oleh individu untuk menentukan arti
dari kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal yang
positif, netral atau negatif dan disesuaikan dengan tujuan, nilai dan
kepercayaan yang dimiliki oleh individu tersebut.Lazarus dan Folkman
membedakan lima tipe penilaian primer yaitu penilaian yang tidak
relevan (irrelevant), penilaian yang positif (benign/positive), penilaian
yang penuh kekalahan (harm/loss), penilaian yang penuh ancaman
(threat), dan penilaian yang penuh kemenangan (chalenge) (Mayne dan
Bonano, 2003).
Individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau terjadi
perubahan lingkungan ada situasi yang penuh tekanan maka individu
akan melakukan penilaian awal yaitu penilaian primer untuk menentukan
arti dari kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal
yang positif, netral atau negatif. Sesudah penilaian awal terhadap stresor
maka dilanjutkan dengan penilaian sekunder. Menurut Lazarus penilaian
sekunder merupakan penilaian terhadap kemampuan individu atau
penilaian terhadap sumber-sumber ketahanan terhadap stres seperti harga
diri, hubungan yang dimiliki dalam upaya mengatasi tekanan yang
dialami (Eysenck dan Keane, 2001).
Safaria dan Saputra (2009) mengemukakan setelah individu
memberikan penilaian primer dan sekunder individu akan melakukan
penilaian ulang (re-appraisal) yang akhirnya mengarah pada pemilihan
strategi coping untuk penyelesaian masalah yang sesuai dengan situasi
yang dihadapi.

C. Fungsi coping
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan coping memiliki dua fungsi
umum yaitu
1. Coping yang berfokus pada emosi (Emotional-focused coping)
Merupakan suatu upaya untuk mengontrol respons emosional terhadap
situasi yang sangat menekan. Coping ini disebut juga dengan mekanisme
pertahanan ego, yang pertama kali diperkenalkan oleh tokoh psikologi
ketidaksadaran Sigmund Freud. Mekanisme pertahanan ego ini digunakan oleh
setiap orang dan membantu melindungi dari perasaan tidak berdaya dan ansietas
(Potter dan Perry, 1997). Mekanisme pertahanan ego uang dalam hal ini “ego”
merupakan inti kesatuan manusia, sehingga ancaman terhadap ego merupakan
pula ancaman terhadap tulang punggung eksistensi manusia. Mekanisme
pertahanan ego sebenarnya tidak realistik tidak langsung mengatasi masalah
sehingga mengandung penipuan diri dan distorsi realitas, karenanya dalam jangka
panjangan dapat mengganggu kepribadian. Menurut Maramis (20050 ada berbagai
jenis mekanisme pertahanan diri diantaranya.
a. Fantasi
Keinginan yang tidak terkabulkan dipuasskan dalam imajinasi.
Seseorang mahasiswa yang kurang pandai lalu beimajinasi menjadi
mahasiswa teladan. Fantasi ini bisa produktif atau tidak produktif.
Fantassi yang produktif dapat digunakan secara konstruktif untuk
mempertahankan motivasi dan untuk menyelesaikan masalah dengan
segera karena bisa rileks. Sebaliknya fantasi yang tidak produktif hanya
merupakan suatu kegiatan pemuas khayalan untuk mengganti pemenuhan
kebutuhan yang tidak tercapai tetapi tidak mendorong mencapai
kebutuhan yang diinginkan.
b. Pengingkaran/penyangkalan (denial)
Menghindari realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau
menolak untuk mengenalinya, kemungkinan merupakan mekanissme
pertahanan diri yang paling sederhanan dan primitif (Stuart dan
sundeen,2002). Bentuk pengingkaran tidak berani melihat dan mengakui
kenyataan yang menakutkan seperti menutup mata, karena tidak berani
melihat sesuatu yag mengerikan, tidak mau memikirkan tentang
kematian, tidak mau menerima anaknya yang keterbelakangan.
c. Rasionalisasi
Stuart dan Sudeen (2002) mengemukakan rasionalisme adalah
memberikan penjelasan yang dapat diterima secara sosial atau seolah-
olah masuk akal untuk menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan
motif yang tidak dapat diterima. Rasionalisasi mempunyai dua unsur
pembelaan yaitu: membantu membenarkan yang dilakukan dan yang
dipercaya serta melunakkan kekecewaan yang berhubungan dengan
tujuan yang tidak dapat diraih. Fenomena adanya rasionalissme adalah:
mencari-cari alasan untuk membenarkan perilakuya atau
kepercayaannya, tidak mampu mengenal hal-hal yang bersifat dinamis
atau bertentangan dan menjadu bingung, marah jika alasannya diragukan
orang.
d. Identifikasi
Menambah rasa harga diri dengan menyelamatkan dirinya dengan
seseorang atau suatu hal yang dikaguminya. Contohnya seorang anak
menghisap rokok seperti ayahnya, bersolek seperti ibunya.
e. Introyeksi
Individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau suatu
kelompok ke dalam struktur egonya sendiri (Stuart dan Sundeen, 2002).
Contonya Anjasmara yang berusia tujuh tahun mengatakan pada adiknya
yang berumur tiga tahun “jangan mencoret-coret bukumu, lihat saja
gambar yang indah itu”
f. Represi
Secara tidak sadar menekan pikiran yang berbahaya dan
menyedihkan keluar dari alam sedihnya. Contohnya Agus tidak
mengingat pernah memukul adiknya ketika masih kecil. Disamping
represi ada supresi dan keduanya berbeda. Dalam represi secara tidak
sadar melakukannya sedangkan dalam supresi individu secara tidak sadar
menolak pikirannya keluar dari alam sadarnya dan memikirkan hal yang
lainnya. Supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa jika
tidak dilakuan terus menerus dan mengingat individu mengetahui
perilakunya demikian.
g. Regresi
Kembali ke taraf perkembangan yang telah dilalui yang biasanya
kurang matang dan kurang aspiratif. Contonya penganten baru jika
mengalami kesulitan sedikit saja dalam rumahtangganya, terus pulang
atau pergi ke rumah ibunya. Dalam regresi secara tidak disadari individu
itu mengulangi/mencoba lagi perilaku atau cara yang digunakan
terdahulu, sewaktu ia masih kanak-kanak dan tergantung pada orang lain
serta dilindungi dan tidak berpikir susah.
h. Proyeksi
Menyalahkan orang lain berhubungan dengan kesulitannya sendiri
atau mengeluarkan kepada orang lain keinginannya sendiri yang tidak
baik. Contohnya seorang mahasiswa tidak lulus ujian lalu ia mengatakan
“pak dosen sentimen terhadaptnya”. Proyeksi merupakan kecenderungan
seseorang untuk menyalahkan orang lain mengenai kesalahan dirinya
sendiri. Seseorang menghubungkan kepada orang lain keinginan dan
pikirannya sendiri yang tidak dapat diterima.
i. Reaksi formasi (reaction formation)
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang berlawanan dengan
sesuatu yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain
(Stuart dan Sundeen, 2002). Contohnya seorang wanita yang telah
menikah dan merasa tertarik dengan salah seorang suami temannya, hal
demikian ia lakukan agar dapat menahan kecenderungan dirinya sendiri
ke arah itu atau ada orang yang memberi hormat secara berlebihan
terhadapat seseorang yang justru tidak disukainya.
j. Sublimasi
Keinginan yang tidak terpenuhi terutama seksual disalurkan pada
kegiatan lain yang dapat diterima oleh masyarakat. Contohnya seseorang
yang tidak kawin dan tidak dapat mengatasi dorongan seksualnya akan
mendapat kepuasan dalam keperawatan, pendidikan, olahraga atau
kesenian.
k. Kompensasi
Menutupi kekurangan dengan menonjolkan hal yang baik atau
karena frustasi dalam suatu bidang tertentu, dicari kepuasan dalam
bidang yang lain. Contohnya tidak pandai di sekolah namun yang
bersangkutan menjadi pengebut yang ulung, frustasi dalam percintaan
kemudian ia makan berlebihan.
l. Salah pindah (displacement)
Mengalihkan emosi yang semestinya diarahkan pada orang atau
benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak
membahayakan. Contoh seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian
memukul adiknya karena ia tidak berani marah dengan ibunya.
m. Pelepasan (undoing)
Meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecenderungan atau
tindakan yang tidak disetujui. Meminta maaf, menyesal, dan menjalani
hukuman. Contohnya seorang suami yang tidak setia memberikan
macam-macam hadiah kepada istrinya.
n. Penyekatan emosi (emotional insulation)
Individu mengurangi tingkat keterlibatan emosinya dalam keadaan
yang dapat menimbulkan kekecewaan atau suatu yang menyakitkan
dalam keadaan frustasi hebat yang lama seperti ada dalam tahanan atau
menjadi pengangguran, kemiskinan dan kesakitan maka banyak orang
akan menjadi putus asa lalu menyerahkan diri pada keadaan serta
menjadi acuh tak acuh. Contohnya seorang pemuda setelah putus cinta
dengan pacarnya, melakukan penyekatan diri sehingga ia merasa tidak
mungkin lahi menjalin hubungan emosional yang erat dengan seorang
wanita.
o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi)
Merupakan suatu bentuk penyekatan emosional, beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputuskan atau diubah
(disosiasi). Contohnya rasa sedih karena kematian kekasih dikurangi
dengan mengatakan sudah nasibnya. Seseorang dapat mengurangi rasa
salah karena perbuatan yang tidak layak dengan menunjukkan pada
relativitas sebuah ide baik dan buruk atau benar dan salah dalam
kebudayaan. Pada isolasi ini terjadi pemutusan beban emosional yang
normal dengan cara intelektuasi.
p. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan
berbagai kesukarannya. Contohnya ia menceritakan penyakit yang
dialami agar memperoleh simpati sehingga harga dirinya dapat diperkuat
walaupun ada gangguan.
q. Pemeranan (acting out)
Mengurangi suatu ketegangan yang dibangkitkan oleh keinginan
yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya.
r. Fiksasi
Feist dan Feist (2009) mengemukakan pada umunya pertumbuhan
psikis lazimnya bergerak secara kontinu melalui serangkaian tahap
perkembangan, akan tetapi proses pendewasaan secara psikologis
tidaklah bebas dari momen-momen yang penuh dengan stres maupun
kecemasan. Sama dengan mekanisme pertahanan lainnya fiksasi bersifat
universal. Orang-orang yang terus menerus memperoleh kepuasan
melalui makan, merokok, atau berbicara bisa jadi memiliki fiksasi oral,
seperti halnya mereka yang terobsesi pada kerapian memilikii fiksasi
anal.
s. Menarik diri
Perkembangan kepribadian bisa berhenti ketika manusia lari dari
kesulitan. Adler menyebut kecenderungan ini sebagai menarik diri atau
perlindungan dengan membuat jarak. Adler juga menyebutkan empat
cara perlindungan dalam menarik diri, yaitu :
1) Bergerak mundur, adalah kecenderungan untuk melindungi tujuan
superioritass fiksional seseorang dengan cara psikologis kembali pada
periode kehidupan yang lebih aman.
2) Berdiam diri, adalah kecenderungan menarik diri ini mirip dengan
bergerak mundur tetapi secara umum tidak terlalu parah. Contohnya
seorang anak yang mau dan menjauh dari anak-anak lain tidak akan
pernah ditolak oleh anak-anak tersebut.
3) Keragu-raguan, ada orang yang ragu-ragu ketika dihadapkan pada
masalah yang sulit.
4) Membangun penghalang, dengan mampu mengatasi masalah mereka
melindungi harga diri dan wibawa mereka. Beberapa orang
membangun rumah dari jerami untuk menunjukkan kalau mereka bisa
merobohkannya, jika mereka gagal melakukannya, maka mereka
selalu bisa mencari alasan (Feist dan Feist, 2009).
2. Coping yang berfokus pada masalah (Problem-focused coping)
Merupakan suatu upaya untuk mengurangi stresor dengan mempelajari
cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah
situasi, keadaan atau pokok permasalahan.
Billings dan Moos membuat kategori coping menjadi dua macam meliputi
metode coping aktif atau menghindar (avoidant) dan coping yang dilihat sebagai
respons fokus yaitu orientasi pada masalah dan orientasi pada emosi (Rice, 1992).
Ahli lain Matheny dkk mengemukakan dua model copingyang diperolehnya
melalui metode meta-analisis dari berbagai literatur yang membaginya yaitu
coping kombatif, yang merupakan escape learning (penyelesaian) dengan
langsung bertempur untuk mengatasi persoalan. Coping kambatif meliputi
menoleransi stresor dengan cognitive, Sensation focusing,dan self
medication.Lain halnya dengan coping preventif adalah ovoidant learning
(penghindaran) merupakan upaya untuk mencegah terjadinya distres sehingga
individu menjadi lebih tahan terhadap stres tersebut. Coping preventif meliputi
adjusting tingkat tuntutan, mengindari stresor melalui file adjustments,
mengembangkat daya coping individu seperti aset fisiologis berupa kesehatan
fisik dan olahraga.

D. Manajemen stres
Merupakan upaya mengelolah stres dengan baik,bertujuan mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ketahap yang lebih berat.Beberapa manajemen
stres yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diet dan nutrisi
Merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stres.Ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
sesuai porsi dan jadwual yang teratur,menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak
timbul kebosanan.
2. Istirahat dan tidur
Merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur
yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh,tidur yang
cukup juga akan memperbaiki sel-sel yang telah rusak.
3. Olahraga teratur
Salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit olaraga yang dianjurkan seperti
jalan pagi,lari pagi dilakukan 2 mg sekali,tidak harus sampai berjam-jam,diamkan
biarkan badan berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
4. Berhenti merokok
Bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status
kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Menghindari minuman keras
Merupakan faktor pencetus terjadinya stres dengan menghindari minuman
keras,individu dapat terhindari dari berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.
6. Mengatur berat badan
Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus)
merupakan faktor dapat menyebabkan timbulnya stres.Keadaan tubuh yang tidak
seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu
Merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres.dengan mengatur  waktu yang sebaik-baiknya pekerjaan yang ddapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari, hal ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien,misalnya tidak membiarkan waktu
berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Stres adalah ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang
akan mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif,
maupun perilaku. Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian secara
psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan
untuk melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan.
Stres dapat terjadi karena dua sumber, yaitu: berasal dari sumber internal (diri
sendiri) dan sumber eksternal (diluar diri sendiri/lingkungan). Stres juga
dipengaruhi oleh intensitas, durasi, jumlah, dan sifat dari stresor.
Ketika mengalami stres, orang menggunakan energi
fisiologis,psikologis,sosial budaya dan spiritual untuk beradaptasi.Tujuan dari
adaptasi itu sendiri adalah menghadapi tuntutan keadaan secara sadar,
menghadapi tuntutan keadaan secara realistik, menghadapi tuntutan keadaan
secara obyektif, dan menghadapi tuntutan keadaan secara rasional. Stres dapat
dimanajemenkan dengan cara mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur,
olahraga yang teratur, tidak merokok, menghindari minuman keras, mengatur
berat badan, dan mengatur waktu.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu kita harus bisa menjaga diri sendiri agar
terhindar dari stres yang dapat mengganggu kegiatan lainnya, kita juga harus bisa
beradaptasi dengan baik agar dapat melindungi diri dan bertahan dari serangan
yang tidak menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan. 2016. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan


Jiwa. Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar.

http:////digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael 7626-3-
babii.pdf diakses pada tanggal 14 oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai