Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“TANSAKSIONAL SETRESS”

Dosen pengampu : Ns. Ahyar Rosidi, M.kep

KELOMPOK IV

1. Cindiya Pafat Fitriatul H (113121008)


2. Diana Amelia Paahsa (113121009)
3. Edianto (113121010)
4. Erni Anjani (113121012)
5. LL. Herwandi Wiladarma (113121026)
6. Maulal Aziz Al-Ahyan (113121033)

STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKes)

LOMBOK TIMUR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah pencurah kasih sayang tiada batas kepada yang dikehendaki-Nya.
Allah telah mencuahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang membahas tentang “Transaksional Stress.” Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemberi syafaat dan
pembawa kabar gembira.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang bersangkutan dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis telah berusaha sangat maksimal untuk
memberikan yang terbaik, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menerima kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam usaha menyelesaikan penulisn makalah ini tentu telah melibatkan banyak pihak
secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan konstitusi yang positif demi
terwujudnya sebuah karya yang baik. Semoga semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini mendapatkan sebaik-baiknya pahala dari Allah. Dengan segala
keterbatasan yang dimiliki, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan wawasan bai pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya sehingga dapat
dijadikan pedoman dan dapat dijadikan referensi.

Mamben, 6 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Transaksional Stress


B. Contoh Transaksional Stress
C. Kekurangan dan Kelebihan Transaksional Stress
D. Implikasi Transaksional Stress

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini istilah stress merupakan istilah sehari-hari, yang bukan saja
diucapkan oleh para psikolog, psikiater, ataupun kalangan akademisi, tetapi juga
diucapkan oleh anak-anak maupun orang dewasa dengan berbagai latar belakang
tingkat pendidikan. Tetapi mereka yang mengucapkan kata tersebut belum tentu
mengerti apa sebenarnya stress itu.

Pada zaman modern sekarang ini semua orang dalam hidupnya pernah
mengalami stress. Stress dalam bentuk apa pun adalah bagian dari kehidupan sehari-
hari. Melihat kenyataaan bahwa perpindahan penduduk dari daerah ke kota-kota besar
sebagai dampak modernisasi, berpengaruh pula pada taraf kesehatan penduduk.
Kehidupan kota besar yang lebih keras dan individualistis amat berbeda dengan pola
kehidupan di pedesaan. Konflik psikososial yang sering terjadi dan merupakan stres
kehidupan, ialah antara harapan (high expectation) dengan kenyataan hidup (reality if
life) amat berbeda jauh. Stress yang datang dari berbagai sumber serta berbagai
konsekuensinya mewarnai kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi stress?
2. Apa itu contoh setress?
3.Apa itu kekurangan dan kelebihan setress?
4. Apa itu impilkasi setress?

C. Tujuan
Adapun tujuan penugasan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi transaksional stress
2. Untuk mengetahui contoh transaksional stress
3. Untuk mengatahui tentang implikasi transaksional stress
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan transaksional stress
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Transaksional Stres

Stres Model Transaksional

Stress model transaksional berfokus pada respon emosi dan proses kognitif yang
mana didasarkan pada interaksi manusia dengan lingkungan (Jovanoviac,
Lazaridis & Stefanovic, 2006). Atau dengan kata lain, stres model ini menekankan
pada peranan penilaian individu terhadap penyebab stress yang mana akan
menentukan respon individu tersebut (Staal, 2004).
Richard Lazarus dan Susan Folkman adalah tokohyang terkenal dalam
mengembangkan teori setress model tranaksional. Lazarus dan Folkman (1984)
menyatakan bahwa stress adalah hubungan antara individu dengan lingkungannya
yang dievaluasi oleh seseorang sebagai tuntutan atau ketidakmampuan dalam
menghadapi situasi yang membahayakan atau mengancam kesehatan. Lebih
lanjut, Lazarus dan Folkman menegaskan bahwa appraisal adalah factor utama
dalam menentukan seberapa banyak jumlah stres yang dialami seseorang saat
berhadapan dengan situasi berbahaya (mengancam). Dengan kata lain, stres
adalah hasil dari terjadinya transaksional antara individu dengan penyebab stres
yang melibatkan proses pengevaluasian (Dewe et al., 2012). Selain itu, sumber
stress merupakan kejadian atau situasi yang melebihi kemampuan pikiran atau
tubuh saat berhadapan dengan sumber stres tersebut. Letila situasi tersebut
memberikan rangsangan, kama individu akan melakukan appraisal (penilaian)
dan coping (penganggulangan). Oleh karena itu, stress bisa berlanjut ke tahap
yang lebihparah atau sedikit demi sedikit semakin berkursng. Hal tersebut
ditentukan bagaimana usaha seseorang berurusan dengan sumber stres.

Definisi Setres

Stress is define as a challenging event that requires physiological, cognitive,


or behavioral adaptation (Oltaman & Emery, 2004).Para peneliti juga
memperdebatkan apakah stres didefinisikan sebagai peristiwa kehidupan itu
sendiri atau penilaian tentang peristiwa kehidupan, peristiwa itu ditambahn reaksi
individu terhadapnya.
Stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi social yang berpotensi merusak dan
tidak terkontrol (Morgan &King , dalam Umam, 2010). Stres juga dapat berarti
respon dari diri seseorang terhadap tantangan fisik maupun mental yang datang
dari dalam atau luar dirinya (Nasrudin, 2010). Stress merupakan tanggapan
seseorang terhadap perubahan di lingkungan yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam baik secara fisik maupun mental. Dari definisi-
definisi yang dikemukakan oleh (Atwater & Duffy, 1999), dan Feldman (1989),
dapat dikatakan bahwa stres adalah peristiwa yang dipersepsikan seseorang
sebagai peristiwa yang menekan dan menuntut penyesuaian respon adaptif. Setiap
orang memiliki tingkatan toleransi tertentu pada tekanan disetiap waktunya, yaitu
kemampuan untuk mengatasi atau tidak mengatasinya (Anoraga, 2009)
Definisi-definisi stres dapat digolongkan menjadi tiga kategori (Bartlett, 1998;
Goetsch & Fuller, 1995) :
1. Stres sebagai stimulus
Stres sebagai Stimulusmenurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada
dalam lingkungan (environment).Individu mengalami stres bila dirinya menjadi
bagian dari lingkungan tersebut.Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas
sedangkan individu merupakan variabel terikat.
2. Stres sebagai respon
Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress merupakan respon atau
reaksi individu terhadap stressor.Dalam konteks ini stress merupakan variable
tergantung (dependen variable) sedangkan stressor merupakan variable bebas atau
independent variable.
3. Stres sebagai interaksi antara organisme dan lingkungannya.
Menurut pandangan ketiga, stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan
strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan
lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling mempengaruhi
disebut sebagai hubungan transaksional. Di dalam proses hubungan ini termasuk
juga proses penyesuaian. (Bart Smet, 1994 : 111).
B. Contoh Transaksional Setress
1. Kita mendapatkan tekanan yang cukup tinggi apabila berada di terminal yang
ramai dengan keadaan sedang telat.
2. Orang yang cemas akan merasakan detak jantung yang lebih cepat
3. Seorang manusia pasti memiliki keinginan serta kebutuhan yang perlu mereka
penuhi, dimana seseorang akan bekerja keras untuk mencapai keinginan
tersebut. Tetapi disisi lain disaat kits mengejsr tsrget yang diinginkan banyak
tantangan yang harus dilewati, tantangan inilah yang biasanya menimbulkan
tekanan besar bagi diri seseorang.
4. Frustasi, konflik, tekanan (pressure), dan krisis.
C. Kekurangan dan Kelebihan Transaksional Stress
1. Kekurangan
`Stres (distress) bisa dirasakan oleh siswa ketika setres tersebut melebihi
kemampuan mereka untuk berurusan dengannya. Secara khusus, stress bisa
berdampak negative terhadap kondisi belajar dan kemampuan kognitif siswa.
Penelitian Stallman (2010) yang melibatkan 6.479 siswa di Australia
mengungkapkan bahwa distress berkaitan dengan ketidakmampuan dan
penurunan prestasi akademi pada siswa. Selain itu, Palmer (2013) juga
melakukan penelitian kepada sejumlah siswa di wilayah New York
Metropolitran, Amerika Serikat. Hasil penelitian Palmer mengungkapkan
bahwa ada hubungan negatif antara fatique (kelelahan) dan stress siswa.
Dengan adanya hubungan kelelahan dan stress siswa, maka terdapat juga
pengaruh yang negatif terhadap proses belajar dan kemampuan kognitif para
siswa.
Lebih lanjut, beberapa peneliti lain telah menentukan bahwa stress isa
mengakibatkan siswa merasa dpresi (Jayanthi et al., 2015 ), kemampuan yang
memburuk (Talib & Zia-ur-Rehman, 2012), penurunan prestasi akademik
(Stallman, 2010), dan kondisi keehatan yang memburuk (Marshall, Allison,
Nyakap & Lanke, 2008). Ketika siswa merasa setres, maka gejala yang timbul
adalah seperti perasaan cemas, kegelisahan, keram dileher atau bahu, sakit
kepala, kesulitan dalam bernafas, selalu berfikir, kesulitan dalam
berkonsentrasi, terlalu mencemaskan banyak hal, dan mengkonsumsi obat-
obatan secara berlebihan (Aggolla & Ongora, 2009).Penelitian yang dilakukan
Carton dan Goodboy (2015) menentukan bahwa siswa yang mengalami
depresi, cemas, dan setres secara berlebih akan cenderung kurang terlibat
dalam berinteraksi didalam kelas.
2. Kelebihan
Dalam lingkungan akademik telah ditemukan bahwa stress dapat
berdampak positif kepada siswa. Stres bisa berkontribui positif kalau jumlah
stress tersebut adalah normal. Rafidah, et al. (2009) menyatakan bahwa
sebenarnya stress itu bisa mempengaruhi aktifitas belajar dan memori seeorang.
Dalam proses belajar, dampak positif stress bisa dirasakan oleh siswa apabila
jumlah setres tersebut tidak melebihi kekmampuan mereka. Jumlah setres yang
cukup atau normal itu sangatlah perlu karena bisa mengaktifkan kinerja otak.
Schwabe dan Wolf (2012) menentukan bahwa stress bisa menyebabkan
berfungsinya beberapa memori pada otak manusia. Penelitia tersebut
membuktikan bahwa setelah seseorang menerima stress, sistem berbasis corpus
striatum (pusat saraf yang berada didalam otak hemisphere dekat thalamus)
dapat menggeser sistem berbasis hippocampus (bagian sistem limbik yang
bertugas penyimpan memori) untuk membantu kinerja tugas-tugas yang ada di
dalam otak. Atau dengan kata lain, dengan sistem-sistem yang ada di otak pun
bisa bekerja dengan optimal)
D. Implikasi Transaksional Stress
BAB III

PENDAHULUAN

A. Kesimpulan

Stres merupakan pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap orang.
Pada dasarnya, hanya ada tiga teori mendasar yang menjelaskan bagaimana stress
itu terjadi pada manusia, yaitu: stress model stimulus stres model respons, dan
stres model transaksional. Ketiga teori terebut mejnejlaskan apa yang dimaksud
dengan stres dan bagaimana sebenarnya stres itu terjadi pada individu. Stres
dikatakan sebagai stimulus ketika ada berbagai rangsangan-rangsangan yang
mengganggu atau membahayakan . Stres dikatakan sebagai respons saat tubuh
breaksi terhadap sumber-sumber stres. Sres dikatakan transaksional saat adanya
proses pengevaluasian dari sumber stres yang terjadi.
Stres tidak hanya berdampak buruk kepada manusia, tetapi stres bisa juga
berkontribusi secara positif. Akibat yang ditimbulkan stres terhadap seseorang
ditentukan bagaimana kemampuan dan sumber stres yang diterima. Oleh karena
itu, ketika jumlah sumber stres begitu banyak, dan kemampuan untuk berurusan
dengan stres sedikit, maka stres akan memberikan dampak negative. Jenis stres
yang bersifat tidak baik ini adalah distress. Sebaliknya apabila sumber stres dalam
kapasitas yang cukup dan sebanding dengan kemampuan, maka stres akan
berdampak positif terhadap kesehatan dan kinerja seseorang. Jenis stres yang
bersifat baik ini adalah eustress. Dengan demikian, konsep stres dan tanda-tanda
yang ditimbulkan oleh stres adalah perlu dipahami secara baik. Hal tersebut
bertujuan supaya terhindar dari dampak stres yang semakin buruk terhadap fisik
maupun psikologis.
B. Saran
Stress umum dirasakan setiap orang, baik dewasa maupun anak-anak. Saat
mengalami stress, tubuh akan menjadi waspada terhadap tantangan atau
bahaya yang mengancam. Stress dapat diatasi secara mandiri. Namun,
manajemen stress bukan bertujuan untuk menghilangkan stress sepenuhnya,
tetapi mengelolanya agar aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai