DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
FATHINA ZHAFIRA 12060123472
HASIAN NAULI TIOMSI PANGGABEAN 12060123782
KELAS : GABUNGAN C
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan di program
studi Psikologi ke jenjang S1 dengan judul “Stres dan Perilaku Pemecahan Masalah yang
terkait dengan Kesehatan” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Psikologi Kesehatan yaitu ibuk Rahmatul Aufa, M. Psi yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian stres.
2. Untuk mengetahui macam-macam stres.
3. Untuk mengetahui gejala-gejala stres.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres.
5. Untuk mengetahui pengukuran stres.
6. Untuk mengetahui pengertian perilaku pemecahan masalah.
7. Untuk mengetahui bentuk dan fungsi perilaku pemecahan masalah.
8. Untuk mengetahui pengukuran perilaku pemecahan masalah.
9. Untuk mengetahui dinamika psikologis stres, perilaku pemecahan masalah dan perilaku
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.9 Dinamika Psikologis Stres, Perilaku Pemecahan Masalah, dan Perilaku Kesehatan
Dalam Raudatussalamah & Fitri (2012), menyatakan bahwa individu dapat mengalami
stres karena berbagai hal yang dipersepsikan sebagai masalah seperti saat individu
menganggap memiliki masalah berhubungan dengan kesehatan karena penyakit yang
dideritanya, baik penyakit fisik seperti Asma, TBC, HIV AIDS, Jantung Koroner, Hipertensi,
dan lain-lain serta penyakit psikologis berupa gangguan kecemasan, somatoform dan
disosiatif, psikofisiologis, terkait makan, mood, skizofrenia, NAPZA, kepribadian, dan
seksual. Stres juga dapat diakibatkan pada masalah pekerjaan dan pengalaman sehari-
hari. Stres kronik ditandai dengan kebingungan, distres, tidak dapat tidur, kesulitan
menghadapi kebutuhan stresor yang tinggi dan dapat mempengaruhi hubungan klien
dengan pasien atau keluarga. Beberapa penyakit terkait dengan stres adalah penyakit
jantung coroner, hipertensi, stroke, asma, gangguan saluran cerna (anoreksia, konstipasi
atau diare, tukak, usus meradang), gangguan susunan syaraf (sulit tidur, rasa lelah, cemas,
depresi), gangguan musculoskeletal (nyeri kepala, nyeri punggung, penurunan
pertumbuhan), gangguan kulit (psoriasis, jerawat), gangguan sistem imun (infeksi berulang,
penyakit autoimun, kanker), dan gangguan reproduksi (amenore, impotensi, dan sterilitas).
Penilaian yang dilakukan individu tersebut muncul akibat adanya perubahan pada diri
atau lingkungannya berupa penilaian primer. Individu merasakan dan mempertimbangkan
kesakitan atau kondisi kesehatan yang dirasakan sehingga muncul penilaian positif dan
menimbulkan kepuasan diri atau penilaian negatif yang berakibat pada munculnya stresor
sehingga muncul keadaan yang tidak menyenangkan yang ingin dikurangi atau
dihilangkannya. Penilaian primer (primary appraisal) dilakukan individu terhadap objek
pencetus kecemasannya menurut Planalp (1991) merupakan penilaian sederhana tanpa
diikuti kesadaran atau kontrol yang terjadi secara cepat dan otomatis. Hal ini akan diikuti
dengan munculnya penilaian sekunder atau secondary appraisal berupa penilaian yang
dilakukan berdasarkan proses yang kompleks, lambat, dan diikuti oleh kesadaran. Ini akan
membantu memutuskan baik tidaknya tindakan yang diambil dan keobjektifan yang
terbentuk akan menghasilkan manifestasi emosi yang baik. Berdasarkan teori penilaian
primer dan sekunder tersebut, maka akan muncul stres jika indiidu tidak memiliki kepastian
tentang kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah sehingga memunculkan perilaku
pemecahan masalahnya.
Individu yang telah melakukan penilaian primer maupun sekunder secara umum dapat
memunculkan dua pola dasar perilaku pemecahan masalah yaitu menghadapi masalah
(fight) dengan berjuang mencari informasi dan menjalani sejumlah proses beruntun bagi
pengobatan penyakit dan pencapaian kualitas kesehatan yang lebih baik, namun tidak
menutup kemungkinan individu akan melakukan penghindaran atau lari (flight) sebagai
bentuk pemecahan masalahnya dengan cara menghilangkan sumber penyebab penurunan
kesehatannya melalui usaha menghilangkan dan menghentikan sumber stres secara
pribadi agar dapat menghadapi situasinya seperti menganggap penyakit yang ada
disandangnya sebagai sesuatu yang tiada dan berperilaku tidak patuh pada pengobatan.
Sebuah penelitian mengenai individu yang mengalami SCI (Spinal Cord Injury) atau
cedera tulang belakang. Para penyintas SCI menghadapi stresor dengan berbagai macam
perilaku pemecahan masalah seperti penerimaan melalui reevaluasi nilai kehidupannya,
dan tidak banyak tergantung pada orang lain, penerimaan disabilitas, aktif merubah nilai
kehidupan dan pantang menyerah sehingga muncul kemandirian dengan lebih memilih
bersikap pasif terhadap stresor dan hubungan dengan orang lain dengan sikap menerima
dengan ikhlas dan tawakal. Melalui dukungan sosial yang diperolehnya dapat lebih
mengurangi akibat negatif dari perubahan kondisi kesehatan akibat cedera tulang
belakangnya dan akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dukungan sosial yang diperoleh
berupa keberadaan orang lain mampu mengurangi keterbatasan gerak individu yang telah
menyandang disabilitas pada dua anggota gerak bagian bawah atau keempat anggota
geraknya. Keadaan tersebut mendukung pendapat Taylor (1995) yaitu keberadaan orang
lain mampu mengurangi keterbatasan individu dan tekanan psikologis akibat sakit.
Dukungan sosial yang diperoleh mampu mengurangi stres fisik dan psikologis dan
memberikan kepuasan hidup akibat cedera tulang belakang yang dialami sehingga mampu
meningkatkan kualitas pemecahan masalah sehari-hari maupun yang terkait dengan
kesehatannya (Raudatussalamah & Fitri, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stres merupakan kondisi emosi negatif berupa ketegangan yang mempengaruhi
munculnya reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku (stress reduction) yang dilakukan
manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dapat berupa peristiwa kejadian
yang menekan, mengancam, dan membahayakan (stresor) (Taylor, 1995). Menurut
Lazarus & Folkman pada tahun 1984 (dalam Raudatussalamah & Fitri, 2012) perilaku
pemecahan masalah merupakan strategi menghadapi masalah (coping strategy) yaitu
usaha individu untuk menerima, mentoleransi menghindari atau meminimalisir stresor
dengan melibatkan pemikiran dan perilaku untuk mengatur tuntutan dari dalam maupun
dari luar yang dinilai diluar batas kemampuan individu tersebut sehingga membantu
individu untuk menyesuaikan dengan situasi yang menekan.
Individu merasakan dan mempertimbangkan kesakitan atau kondisi kesehatan yang
dirasakan sehingga muncul penilaian positif dan menimbulkan kepuasan diri atau penilaian
negatif yang berakibat pada munculnya stresor sehingga muncul keadaan yang tidak
menyenangkan yang ingin dikurangi atau dihilangkannya. Terdapat dua pola dasar perilaku
pemecahan masalah yaitu menghadapi masalah (fight) dengan berjuang mencari informasi
dan menjalani sejumlah proses beruntun bagi pengobatan penyakit dan pencapaian
kualitas kesehatan yang lebih baik, namun tidak menutup kemungkinan individu akan
melakukan penghindaran atau lari (flight) sebagai bentuk pemecahan masalahnya dengan
cara menghilangkan sumber penyebab penurunan kesehatannya melalui usaha
menghilangkan dan menghentikan sumber stres secara pribadi agar dapat menghadapi
situasinya seperti menganggap penyakit yang ada disandangnya sebagai sesuatu yang
tiada dan berperilaku tidak patuh pada pengobatan. Taylor (1995) yaitu keberadaan orang
lain mampu mengurangi keterbatasan individu dan tekanan psikologis akibat sakit(dalam
Raudatussalamah & Fitri, 2012).
Individu merasakan dan mempertimbangkan kesakitan atau kondisi kesehatan yang
dirasakan sehingga muncul penilaian positif dan menimbulkan kepuasan diri atau penilaian
negatif yang berakibat pada munculnya stresor sehingga muncul keadaan yang tidak
menyenangkan yang ingin dikurangi atau dihilangkannya (dalam Raudatussalamah & Fitri,
2012).
3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada
kesalahan atau kekeliruan serta jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
mendukung kami terima dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, S., & Kusumaningtyas, D. (2022). Mekanisme Koping Pada Ibu Menyusui Yang
Mengalami Covid-19 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Journal of Bionursing, 4(1), 55-62.
Maryam, S. (2017). Strategi coping: Teori dan sumberdayanya. Jurnal konseling andi matappa,
1(2), 101-107.
Raudatussalamah & Fitri, A. R. (2012). Psikologi Kesehatan. Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press.
Muslim, M. (2015). Manajemen stres upaya mengubah kecemasan menjadi sukses. Journal
Esensi, 18(2).
LAMPIRAN