Oleh :
Laila Nafi’ah
201960087
6-B
FAKULTAS PSIKOLOGI
JUNI 2022
BAB I
A. Identitas Subjek
Nama : PMCA
Alamat : Tlogowungu, Pati
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan subjek : Tidak Bekerja
Landasan Teori
C. Manajemen Stress
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno m ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya,
manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri
ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi
tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorang pun yang bisa
menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga
justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak boleh
dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan
memberikan dinamika hidup (Patimah, 2016).
Salah satu bentuk manajemen stress adalah strategi coping. Strategi
coping merujuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku,
untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan
suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Strategi Coping
BAB III
Metodologi
Berdasarkan latar belakang masalah yang dialami subjek dan landasan
teori yang telah dijelaskan di atas, penulis memutuskan untuk melakukan
intervensi kepada subjek dengan memberikan subjek beberapa treatmen
sebagai bentuk manajemen stress untuk mengurangi dan mengatasi stres
yang dialami oleh subjek. Intervensi tersebut terbagi menjadi 4 macam,
meliputi manajemen fisik, manajemen psikologis, manajemen sosial, dan
manajemen spiritual.
a. Manajemen Fisik
Manajemen fisik merupakan upaya untuk mencegah, mengelola,
dan menangani stress dengan cara melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan aktivitas fisik : seperti menjaga pola makan, mengonsumsi
vitamin dan suplemen kesehatan, rutin olahraga, jalan santai, istirahat
yang cukup, menjaga pola tidur, dan lain sebagainya. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka peneliti memberikan treatment manajemen
fisik kepada subjek berupa olahraga jogging di pagi hari.hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat cemas/stress yang
selama ini sangat mengganggu aktivitasnya.
Tahapan intervensi manajemen fisk berupa olahraga jogging yang
diberikan kepada subjek yaitu :
1) Mula-mula penekliti mendampingi subjek melakukan pemanasan
dan pendinginan selama 5 menit untuk menghindari cidera dan
kram otot sebelum melakukan jogging.
2) Selanjutnya peneliti menuntun subjek melakukan rileksasi berupa
olah napas agar mengurangi ketegangan syaraf dan otot.
3) Setelah itu melakukan jogging selama 15 menit dengan berlari-lari
kecil di sekitar gang rumah rubjek
4) Tahap selanjutnya adalah melakukan sharing tentang manfaat
olahraga dan kesehatan fisik dalam mengelola stres
5) Terakhir, melakukan evaluasi terhadap treatment manjemen fisik
yang diberikan kepada subjek
b. Manajemen Psikologis
Manajemen psikologis merupakan upaya mencegah, mengelola,
dan menangani perasaan cemas atau stress yang berfokus pada
pemulihan psikis, seperti memberikan motivasi, semangat serta
pandangan positif kepada seseorang yang sedang menghadapi masalah.
keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang
mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helpless)
yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe problem
solving focused coping (Patimah, 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti juga memberikan
treatment manajemen psikologis kepada subjek berupa meditasi dan
sesi curhat untuk menunjang proses pemulihan akan kondisi psikisnya
yang kurang baik.
Tahapan intervensi manajemen psikologis berupa meditasi dan sesi
curhat yang diberikan kepada subjek yaitu :
1) Mula-mula peneliti menyiapkan alas duduk sebagai persiapan
sebelum melangsungkan meditasi.
2) Selanjutnya peneliti memutar musik instrumen piano dari HP
untuk memperoleh suasana tenang dan nyaman saat
melangsungkan meditasi.
3) Setelah semuanya siap, peneliti menuntun subjek untuk
melakukan meditasi selama 5 menit. Selama melangsungkan
proses meditasi peneliti menuntun subjek untuk mleluapkan
semua perasaan dan keluh kesah yang selama ini ditahan.
4) Setelah sesi meditasi berakhir peneliti dan subjek berisitirahat
selama 3 menit, dan setelahnya dilanjutkan sesi curhat mengenai
bagaiamana perasaan subjek setelah melakukan meditasi, apakah
masih ada perasaan yang mengganjal atau tidak,
5) Tahap selanjutnya adalah melakukan sharing tentang manfaat
meditasi dan sesi curhat yang dilakukan dan pengaruhnya dalam
mengurangi stress.
6) Sesi meditasi dan curhat diakhiri dengan melakukan evaluasi
terhadap treatment manajemen psikologis yang diberikan kepada
subjek.
c. Manajemen Sosial
Manajemen sosial merupakan upaya mencegah, mengelola, dan
menangani perasaan cemas/stress yang ada dalam diri seseorang
dengan cara memperoleh dukungan secara moril dari orang-orang
disekitarnya, seperti keluarga, sahabat teman, dan masyarakat.
Dukungan sosial dapat meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
(Patimah, 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti selain memberikan
treatment manajemen fisik dan psikologis, juga memberikan treatment
sosial kepada subjek dengan cara memberikan pengertian kepada
keluarga subjek bahwa dukungan, semangat, perhatian, dan pengertian
dari keluarga sangat berpengaruh besar pada proses pemulihan subjek
dalam mengahadapi dan mencapai penerimaan dirinya akan masalah
yang dihadapi.
Tahapan intervensi manajemen sosial berupa sosialisasi pentingnya
dukungan sosial yang diberikan kepada ibu subjek yaitu :
1) Mula-mula peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan apa
maksud dan tujuan yang ingin disampaikan.
2) Selanjutnya peneliti memberikan sosialisasi tentang pentingnya
dukungan sosial dari keluarga terhadap proses pemulihan psikis
subjek dengan cara sharing ringan seputar cara memberikan
perhatian, pengertian, dan pemahaman, support atas masalah yang
dihadapi subjek.
3) Terakhir peneliti meminta agar orang tua subjek dapat bekerja
sama membantu proses pemulihan subjek dengan cara terus
memberikan support dan pengertian terhadap subjek
d. Manajemen Spiritual
Manajemen spiritual merupakan upaya mencegah, mengelola, dan
mengatasi perasaan cemas/stress dengan cara melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan pencarian makna hidup dan hubungannya dengan
Ketuhanan.
Mitroff dan Denton (Aditama, 2017) mendefinisikan spiritualitas
sebagai keinginan dasar untuk menemkukan makna dan tujuan dalam
kehidupan seseorang dan untuk menjalani kehidupan yang reintegrasi.
Spiritualitas mencakup segala bentuk amal atau nilai-nilai kebaikan,
lebih luas daripada religiusitas, sebab tidak mencakup agama tertentu
akan tapi merupakan suatu hal yang lebih tinggi maknanya meliputi
seluruh agama, golongan ataupun sistem kepercayaan apapun. Aditama
(2017) dalam hasil penelitiannya diketahui bahwa semakin tinggi
spiritualitas maka semakin rendah stres pada diri individu, sebaliknya
semakin rendah spiritualitas maka semakin tinggi stres pada diri
individu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memberikan
treatment terakhir berupa treatment spiritual kepada subjek dengan
tujuan subjek secara perlahan-lahan dapat menerima peristiwa yang
menimpanya sebagai sebuah proses yang harus dilewati dalam
kehidupan, karena sejatinya segala sesuatu dapat terjadi atas kehendak
Tuhan. Sehingga kita sebagai manusia alangkah baiknya dapat
mengambil hikmah dan pelajaran atas ketetapan-Nya dan menjadikan
hal tersebut sebagai sebuah pengalaman untuk pedoman hidup yang
lebih lagi.
Tahapan intervensi manajemen spiritual berupa tugas menulis
jurnal hikmah yang diberikan subjek, yaitu :
1) Mula-mula peneliti menjelaskan tentang apa itu jurnal hikmah
beserta manfaatnya kepada subjek.
2) Setelah itu peneliti sharing mengenai pengalaman hidup, hikmah
yang ada di dalamnya, keajaiban bersyukur, dan dahsyatnya
kekuatan pemaafan diri, penerimaan diri, serta perasaan ikhlas
dan berserah atas kehendak Tuhan.
3) Selanjutnya peneliti menjelaskan bagaimana cara mengisi tugas
jurnal hikmah.
4) Kolom jurnal hikmah yang harus diisi oleh subjek meliputi : a)
hikmah apa yang bisa dipetik oleh subjek atas permasalahan yang
dihadapi, b) bagaimana subjek memandang peran Tuhan dalam
masalah yang dihadapinya, dan c) apa upaya yang akan subjek
lakukan sebagai bentuk syukur atas hikmah dan pelajaran yang
bisa dipetik dari permasalahannya.
BAB IV
Hasil ters
menunjukkan ba
treatment manaje
stress yang diber
kepada subjek ber
menurunkan tin
kecemasan/stres p
diri subjek. Ar
manajemen stress
diaplikasikan ke
subjek berpeng
positif d
menunjang d
proses pemulihann
BAB V
a. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa
manajemen stres yaang diberikan kepada subjek berhasil menurunkan
tingkat stres/kecemasan subjek. Treatmen berupa manajemen fisik,
manajemen psikologis, manajemen sosial, dan manajemen spiritual yang
diberikan kepada subjek memberikan hasil yang cukup signifikan dan
berhasil menurunkan tingkat kecemasan/stress subjek. Hasil pretest alat
ukur kecemasan menggunakan Tes Zung Self-Rating Anxiety Scale
(SAS/SRAS) pada mulanya memperoleh skor 61 (kecemasan berat), pada
hasil posttes diperoleh total skor sebesar 46 (kecemasan sedang). Artinya
adanya tretament manajemen stress yang dilakukan berhasil menurunkan
satu tingkat kecemasan pada subjek.
b. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan, pembahasan, dan kesimpulan
penulis memberikan beberapa saran yaitu :
1. Bagi subjek agar melakukan treatmen yang telah diberikan secara
mandiri dengan rutin agar hasil dari manajemen stress yang dilakukan
dapat maksimal.
2. Bagi keluarga dan masyarakat, diharapkan mampu memberikan
dukungan secara moril serta memberikan tanggapan positif atas usaha
yang dilakukan oleh subjek yang berjuang memulihkan kesehatan
mentalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, D. (2017). Hubungan Antara Spiritualitas dan Stres pada Mahasiswa
Yang Mengerjakan Skripsi. Jurnal eL-Tarbawi, x (2) : 39-62.
Amalia, H dan Deni, P. (2017). Gambaran Stres pada Wanita yang Telat Menikah
di Usia 30 Tahun. Jurnal Psikologi An-Nafs, x (1) : 25-44.
Bachtiar, M. I. dan Asriani. (2015). Evektivitas Strategi Problem Focused Coping
dan Emotion Focused Coping dalam Meningkatkan Pengelolaan Stress
Siswa di SMA NEGERI BARRU. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5 (2) : 69-82.
Gaol, N. T. L.. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin
Psikologi, 24 (1) : 1-11.
Hakim dkk. (2017). Efektivitas Pelatihan Manjemen Stress pada Mahasiswa.
Jurnal Sains Psikologi, 6 (2) : 75-79.
Patimah, S. (2016). Manajemen Stres : Perspektif Pendidikan Islam. Bandung :
Alfabeta.
LAMPIRAN
1. Informed consent
2. Hasil Pretest dan Post test
a. Pretest
b. Post test
3. Foto Pelaksaan Treatmen Manajemen Stres
c. Manjemen Fisik : Olahraga