Anda di halaman 1dari 9

I.

Kasus ( Masalah Utama)


Stres Berlebihan
1.1 Definisi Stres
Stres menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) adalah perubahan
kondisi keseimbangan yang dialami individu. Sedangkan menurut DeLaune
dan Ladner (2011) stres merupakan reaksi psikologis tubuh terhadap
stimulus/ stressor yang menimbulkan perubahan. Stressor adalah segala
kejadian yang menyebabkan seorang individu mengalami stress. Dengan
begitu, stres melibatkan persepsi diri atas stimulus yang kita terima
sedangkan persepsi adalah cara seorang individu menginterpretasikan dampak
sebuah stressor pada dirinya atau pada apa yang terjadi dan apa yang bisa ia
lakukan (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013)
1.2 Jenis-Jenis Stres
Selye (dalam Potter & Perry, 2013) mengemukakan teorinya mengenai jenis-
jenis stres yang dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Eustres
Merupakan jenis stres berenergi positif (energi motivasi yang dapat berupa
kesenangan, pengharapan dan gerakan yang terarah) sehingga sifatnya
melindungi kesehatan (Varcarolis, et al, 2006 dalam Potter & Perry, 2013).
Stres jenis ini berjangka pendek dan memberikan kekuatan terhadap individu
yang mengalaminya. Eustres merupakan stres yang bersifat menantang akan
tetapi masih dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Sebenarnya stres tidak hanya
mengacu pada hal-hal yang menyebabkan gangguan dalam keseimbangan diri
seseorang. Stres jenis eustres mampu meningkatkan antuisme, kreativitas,
motivasi, serta keaktifan seseorang. Singkatnya saat individu mengalami stres
jenis ini, individu tersebut akan memandang kejadian, stimulus, atau stresor
tersebut sebagai situasi yang menantang namun memiliki sisi menyenangkan
bagi dirinya.
b. Distres
Merupakan jenis stres yang bersifat merusak, tidak menguntungkan, serta
merupakan interpretasi negatif dari suatu peristiwa yang dialami. Intepretasi
tersebut berupa rasa ketakutan, rasa marah, atau bahkan keduanya (Seaward,
2012). Distres dipandang atau dirasa terlalu berat dan sulit untuk diatasi bagi
individu yang mengalaminya (Saparinah, 2010). Individu yang mengalami
distres merasa bingung bahkan tidak memilki keinginan atau harapan untuk
mengatasi stres atau masalah yang dimilikinya. Individu yang mengalami
distres menggangap dirinya sudah terperangkap didalam masalah tersebut
sehingga merasa sudah tidak dapat meninggalkan atau keluar situasi stres yang
dialami, bahkan merasa tidak berdaya dan frustrasi. Terdapat dua macam
distres yaitu:
1. Stres Kronis
Stres kronik merupakan stres yang stresornya tidak terlalu kuat akan tetapi
terjadi dalam waktu yang bertahan hingga berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan berbulan-bulan atau dapat dikatakan stres yang berlangsung lama.
Stres kronik inilah yang bersifat destruktif. (Sunaryo, 2004). Contoh:
Individu dengan tanggung jawab keluarga di rumah dan bekerja penuh
diluar rumah.
2. Stres Akut
Stres ini merupakan stres yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat
dengan tekanan yang kuat atau dapat digolongkan sebagai stres yang
sering muncul dan dapat hilang dengan cepat (Sunaryo, 2004). Contoh,
tekanan menghadapi ujian nasional, deadline pekerjaan, dll.
II. Proses Terjadinya Masalah

2.1 Faktor yang Memengaruhi Stres


Menurut Atkinson & Hilgard (1996), tingkat stres tergantung pada sejumlah
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Kemampuan menerka, kemampuan menerka timbulnya kejadian stres,
walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya akan
mengurangi kerasnya stres.
b. Kontrol atas jangka waktu, kemampuan seseorang mengendalikan jangka
waktu kejadian yang penuh stres akan mengurangi kerasnya stres.
c. Evaluasi kognitif, kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara
berbeda oleh dua individu yang berbeda, tergantung pada situasi apa yang
berarti pada seseorang.
d. Perasaan mampu, kepercayaan seseorang atas kemampuannya
menanggulangi stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya
stres.
e. Dukungan masyarakat, dukungan emosional dan adanya perhatian orang
lain dapat membuat seseorang sanggup bertahan dalam menghadapi stres.

Setiap individu juga akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini
bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kemampuan individu mempersepsikan stresor, jika stresor dipersepsikan


akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang
dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak
mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat
stres yang dirasakan akan lebih ringan.
b. Intensitas terhadap stimulus, jika intensitas serangan stres terhadap
individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu
tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya.
c. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama, jika pada
waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi,
stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang
berlebihan.
d. Lamanya pemaparan stresor, memanjangnya lama pemaparan stresor dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.
e. Pengalaman masa lalu, pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi
kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.
f. Tingkat perkembangan, pada tingkat perkembangan tertentu terdapat
jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres
pada tingkat perkembangan akan berbeda.

Penilaian individu terhadap sesuatu yang dianggap sebagai sumber stres


dipengaruhi oleh dua faktor (Seaward, 2014), yaitu:

a. Faktor individu, meliputi intelektual, motivasi dan karakter kepribadian.


b. Faktor situasi, meliputi besar kecilnya tuntutan keadaan yang dilihat
sebagai stres.
III. Rentang Respon

(Stuart & Laraia, 2005)


a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres
yang memengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik
yang biologis, psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini
akan memengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres
pengalaman stres yang dialaminya.
Adapun macam-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai berikut.

1. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan


biologis, kesehatan umum, dan terpapar racun.

2. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman


masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.

3. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial,


latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan
tingkatan sosial.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi
memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stres atau tekanan hidup.
Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Waktu merupakan dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu
berapa lama terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres. Adapun faktor
presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut.

1. Kejadian yang menekan (stressful)


Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan kehidupan, yaitu
aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial. Aktivitas sosial
meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan,
aspek legal, dan krisis komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang
dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah
seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah
keinginan secara umum seperti pernikahan.

2. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi ketegangan
keluarga yang terus-menerus, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian.
Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan yang
dihubungkan dengan hubungan perkawinan, perubahan orang tua yang
dihubungkan dengan remaja dan anak-anak, ketegangan yang
dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta overload yang dihubungkan
dengan peran.

c. Penilaian terhadap Stresor


Penilaian terhadap stresor meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap
pengaruh situasi yang penuh dengan stres bagi individu. Penilaian terhadap
stresor ini meliputi respons kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respons
sosial. Penilaian adalah dihubungkan dengan evaluasi terhadap pentingnya
sustu kejadian yang berhubungan dengan kondisi sehat.
1. Respons kognitif
Respons kognitif merupakan bagian kritis dari model ini. Faktor kognitif
memainkan peran sentral dalam adaptasi. Faktor kognitif mencatat
kejadian yang menekan, memilih pola koping yang digunakan, serta
emosional, fisiologis, perilaku, dan reaksi sosial seseorang. Penilaian
kognitif merupakan jembatan psikologis antara seseorang dengan
lingkungannya dalam menghadapi kerusakan dan potensial kerusakan.
Terdapat tiga tipe penilaian stresor primer dari stres yaitu kehilangan,
ancaman, dan tantangan.

2. Respons afektif
Respons afektif adalah membangun perasaan. Dalam penilaian terhadap
stresor respons afektif utama adalah reaksi tidak spesifik atau umumnya
merupakan reaksi kecemasan, yang hal ini diekpresikan dalam
bentuk emosi. Respons afektif meliputi sedih, takut, marah, menerima,
tidak percaya, antisipasi, atau kaget. Emosi juga menggambarkan tipe,
durasi, dan karakter yang berubah sebagai hasil dari suatu kejadian.

3. Respons fisiologis
Respons fisiologis merefleksikan interaksi beberapa neuroendokrin yang
meliputi hormon, prolaktin, hormon adrenokortikotropik (ACTH),
vasopresin, oksitosin, insulin, epineprin morepineprin, dan neurotransmiter
lain di otak. Respons fisiologis melawan atau menghindar (the fight-or-
fligh) menstimulasi divisi simpatik dari sistem saraf autonomi dan
meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal. Sebagai tambahan, stres dapat
memengaruhi sistem imun dan memengaruhi kemampuan seseorang untuk
melawan penyakit.

4. Respons perilaku
Respons perilaku hasil dari respons emosional dan fisiologis.

5. Respons sosial
Respons ini didasarkan pada tiga aktivitas, yaitu mencari arti, atribut
sosial, dan perbandingan sosial.
d. Sumber Koping
Sumber koping meliputi aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik
pertahanan, dukungan sosial, serta motivasi.

e. Mekanisme Koping
Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada
tiga tipe mekanisme koping, yaitu sebagai berikut.

1. Mekanisme koping problem focus


Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk mengatasi
ancaman diri. Contoh: negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.

2. Mekanisme koping cognitively focus


Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah dan
menetralisasinya. Contoh: perbandingan positif, selective ignorance,
substitution of reward, dan devaluation of desired objects.

3. Mekanisme koping emotion focus


Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara tidak
berlebihan. Contoh: menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti
denial, supresi, atau proyeksi.

Mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Mekanisme


konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakukan sebagai sinyal peringatan dan
individu menerima sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah. Mekanisme
koping destruktif menghindari kecemasan tanpa menyelasaikan konflik.

Selain dapat dikategorikan dalam tiga tipe di atas, mekanisme koping dapat
dikategorikan sebagai task oriented reaction dan ego oriented reaction. Task
oriented reaction adalah berpikir serta mencoba berhati-hati untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan konflik, dan memberikan kepuasan. Task oriented
reaction berorientasi dengan kesadaran secara langsung dan tindakan. Sementara,
ego ariented reaction sering digunakan untuk melindungi diri. Reaksi ini sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan. Setiap orang menggunakan mekanisme
pertahanan dan membantu seseorang mengatasi kecemasan dalam tingkat ringan
sampai dengan sedang. Ego oriented reaction dilakukan pada tingkat tidak sadar.

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Subjektif Objektif
Menyatakan perasaan tertekan Peningkatan marah
Memiliki riwayat penyakit mental Tampak tegang
Stressor Peningkatan ketidaksabaran
Sumber daya tidak cukup Peningkatan perilaku marah

Pohon Masalah

effect Stress berlebihan

core problem Stress

causa Mekanisme koping maladaptif

Stressor

V. Diagnosa Keperawatan
Stres Berlebihan
VI. Rencana Tindakan Keperawatan (Terlampir)
LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH PSIKOSOSIAL STRES BERLEBIHAN

OLEH :

Ni Made Rai Sita Yanti (1902621040)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

Anda mungkin juga menyukai