Anda di halaman 1dari 43

LEARNING TASK

ASKEP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

OSTEOARTRITIS

OLEH:
SGD 2
1. Dewa Ayu Diah Budi Utami (1402105033)
2. Luh Putu Saskarawati (1502105001)
3. I Gusti Ngurah Bagus Yogi Saputra (1502105003)
4. Putu Saras Widar Yuliantari (1502105007)
5. Kadek Sinta (1502105013)
6. Ni Nengah Teni Lastari (1502105014)
7. Elizabeth Marques Leite (1502105030)
8. Ni Wayan Kuslinda Sari (1502105048)
9. Ni Kadek Devi Budi Cahyani (1502105049)
10. Putu Gede Indrayasa (1502105063)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
LEARNING TASK

ASKEP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

OSTEOARTRITIS

1. Buatlah konsep dasar penyakit, meliputi; definisi, epidemiologi, etiologi,


tanda dan gejala/manifestasi klinis, klasifikasi, patofisiologi (pathway),
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/diagnostik, penatalaksanaan
dan pengobatan, komplikasi dan pencegahan komplikasi)!
1.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Dalam
Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara sederhana
didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena
proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi
tersebut (Hamijoyo, 2007). Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA
sebagai kelainan sendi kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan
sintesis dan degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta
tulang subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat dkk, 2011).
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai
adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang
baru pada permukaan persendian. (Michael A.Carter, 2005). Osteoartritis
yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (Suzanne
C. Smeltzer, 2001).
1.2 Epidiomologi
Osteoartritis merupakan penyebab ketidakmampuan pada orang Amerika
dewasa. Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari
pada prevalensi di negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup
(NADW) memperkirakan 9 penderita osteoartritis di Amerika pada tahun
2005 sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Data tahun
2007 hingga 2009 prevalensi naik sekitar 1 dari 5 atau 50 juta jiwa yang
didiagnosis dokter menderita osteoartritis (Murphy dan Helmick, 2012).
Estimasi insiden osteoartritis di Australia lebih besar pada wanita
dibandingkan pada laki-laki dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap
1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi (Woolf dan Pfleger,
2003). Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2 teratas sebagai
negara dengan epidemiologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut
5.650 dan 8.145 jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al,
2011). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari
wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit
sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu sekitar 33,1%
dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9%
sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar
27% (Riskesdas, 2013). Sekitar 32,99% lansia di Indonesia mengeluhkan
penyakit degeneratif seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi,
darah rendah, dan diabetes (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2013). 56, 7% pasien di poliklinik rheumatologi RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita osteoartritis
(Soenarto, 2010). Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada wanita
dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-laki.
Murphy, et.al mengestimasikan risiko perkembangan OA lutut sekitar 40%
pada laki-laki dan 47% pada wanita. Oliveria melaporkan rata-rata insiden
OA panggul, lutut dan tangan sekitar 88, 240, 100/100.000 disetiap
tahunnya. Insiden tersebut akan meningkat pada usia 50 tahun keatas dan
menurun pada usia 70 tahun (Zhang dan Jordan, 2010). Studi kohort di
Framingham, 6,8% orang berusia 26 tahun ke atas memiliki gejala 10
osteoartritis pada tangan dengan rata-rata laki-laki 3,8% dan wanita 9,2%.
NADW memperkirakan 13 juta populasi di Amerika yang berusia 26 tahun
keatas memiliki gejala OA pada tangan, OA pada lutut diperkirakan
sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA pada panggul sebanyak 6,7%. Johnston
Country Osteoarthritis (JoCo OA) Project, sebuah studi tentang OA pada
lutut dan panggul 43,3% pasien mengeluhkan rasa nyeri dan kekakuan
pada sendi. Hal ini disebabkan penebalan pada kapsul sendi dan perubahan
bentuk pada osteofit (Murphy dan Helmick, 2012).
1.3 Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang
yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus
tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan
ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang
menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan
akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana
penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit
sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada sendi, sedangkan OA
sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat,
adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih
banyak ditemukan daripada OA sekunder (Davey, 2006).
a. Osteoartritis Primer (Idiopatik)
- Penuaan/umur
Proses penuaan ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam
fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan
sendi yang mengarah pada perkembangan OA.
- Faktor metabolik/faktor endokrin
Misalnya pada klien dengan gangguan endokrin seperti
hiperparatiroid. Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang
dan prevalensi OA pada wanita menunjukkan bahwa hormon punya
peranan penting dalam progesivitas OA.
- Genetik/keturunan
Terjadi karena penurunan sintesi kolagen. Bisa juga karena adanya
kelainan genetik dan perkembangan seperti dysplasia epifisial,
dysplasia acetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi
panggul bawaan dan slipped epiphysis. Wanita pasca menopause
dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe OA pada tangan
yang ditandai dengan rimbulnya nodus pada sendi interfalang distal
dan sendi interfalang proksimal tangan (Nodus Herbeden).
- Faktor mekanis
Terjadi karena penekanan yang berulang pada sendi. faktor ini
menyebabkan erosi kartilago sendi sehingga tulang yang ada
dibawahnya tidak terlindungi.
- Faktor kimiawi
Terjadi karena stimulasi obat-obatan yang mengstimulasi enzim
yang mencerna kolagen dalam membran sinovial seperti preparat
steroid. (Welsh&mayer, 2012)
b. Osteoartritis Sekunder
- Trauma (penyebab paling sering)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut, terutama terjadi akibat fraktur, post
menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang,
hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar dan serasinya
permukaan sendi.
- Deformitas kongenital
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka
rawan sendi akan menyebabkan sendi menjadi tidak
stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi
- Obesitas/kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan
dapat menambah kegemukan.
(Price&Wilson, 2013)
Penyebab Lain
- Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan
sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
- Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan
sendi.
1.4 Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis osteoartritis yang primer adalah rasa nyeri, kaku, dan
gangguan fungsional. Gambaran klinis osteoarthritis umumnya berupa
nyeri sendi, terutama apabila sendi digerakkan atau menanggung beban.
Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat dan bertambah bila
sendi digerakkan atau bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi
kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama,
tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.
Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak
dapat berekstensi penuh), nyeri tekan lokal, pembesaran tulang disekitar
sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi. Perubahan yang khas terjadi pada
tangan. Nodus Heberden atau pembesaran tulang sendi interfalang distal
sering dijumpai. Nodus Bauchard lebih jarang ditemukan, yaitu
pembesaran tulang sendi interfalang proksimal. Perubahan yang khas juga
terlihat pada tulang belakang yang menjadi nyeri, kaku, dan mengalami
keterbatasan dalam gerak(ROM). Pertumbuhan tulang yang berlebihan
atau spur mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan neuromuscular, seperti nyeri,
kekakuan dan keterbatasan gerak. Ada beberapa orang yang mengeluh
sakit kepala sebagai akibat langsung dari osteoarthritis pada tulang
belakang bagian leher. (Michael A.Carter, 2005)
Keluhan osteoartritis yang paling sering dirasakan yaitu nyeri sendi,
terutama saat sendi bergerak atau menanggung beban, dan akan berkurang
saat istirahat. Seringkali penderita merasakan nyeri pada sendi asimetris
yang meningkat secara bertahap selama beberapa tahun. Nyeri pada
pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi, periostitis dan spasme
otot periartikular. Pada tahap awal, nyeri hanya terlokalisasi pada bagian
tertentu, tetapi bila berlanjut, nyeri akan dirasakan pada seluruh sendi yang
terkena OA. Nyeri ini seringkali disertai bengkak, penurunan ruang gerak
sendi, dan abnormalitas mekanis. Keterbatasan gerak biasanya
berhubungan dengan pembentukan osteofit, permukaan sendi yang tidak
rata akibat kehilangan rawan sendi yang berat atau spasme dan kontraktur
otot periartikular. Kekakuan sendi juga dapat ditemukan pada penderita
OA setelah sendi tidak digerakkan beberapa lama (gel phenomenon),
tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi digerakkan. Kekakuan yang
terjadi pada pagi hari biasanya berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Selain itu, juga didapatkan 16 pembesaran tulang di sekitar sendi, efusi
sendi, dan krepitasi. Pada OA lutut, gejala spesifik yang dapat timbul
adalah keluhan instabilitas pada waktu naik turun tangga.
1.5 Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam pemeriksaan
radiologis diklasifikasikan sebagai berikut:
- Grade 0
Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada radiologis.
- Grade 1
Ragu-ragu, tanpa osteofit.
- Grade 2
Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi.
- Grade 3
Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.
- Grade 4
Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar
dengan sklerosis pada tulang subkondral.
Osteoartritis(OA) dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA
Primer dan OA sekunder. OA primer (idiopatik), disebabkan karena
adanya faktor genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga
mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari tanpa
kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
denganosteoartritis oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma,
kegemukan, dan inflamasi. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
1.6 Patofisiologi (Pathway)
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks
tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan
baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan
kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi
3 fase, yaitu sebagai berikut :
1) Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim
seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks
kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang
mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada
penipisan kartilago.
2) Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam
cairan sinovia.
3) Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons
inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1
(IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase
menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada
kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi
pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric
oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi
perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi
dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular
menjadi kondisi gangguan yang progresif (Helmi, 2012).
1.7 Pemeriksaan Fisik
Pada penderita osteoarthritis, pemeriksaan fisik biasanya dilakukan dengan
memeriksa kemampuan berjalan. Dengan cara shrug sign
atau sakit lutut yang dihasilkan dengan menekan di atas lutut sedangkan
muskulus kuadrasep dilakukan dengan cara pasien dikontraksikan supaya
tulang rawan yang patologi tampak di bagian patello femoral lutut.
Disamping itu pemeriksaan fisik juga dapaat dilakukan dengan Inspeksi
dan Palpasi.
- Inspeksi
Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan,
dilihat ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus
Herbeden
- Palpasi
Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas. Ditemukan juga adanya
krepitasi, dimana terdengar suara gemeretak “kretek-kretek” seperti
suara krupuk yang diremukkan.
1.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik juga
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan
laboratorium. Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis OA walaupun sensivitasnya rendah terutama pada OA tahap
awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis OA karena
selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar-X, CT-scan
atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).
- Pemeriksaan Radiologi
Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
 Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
 Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
 Sklerosis rongga subkondrium
 Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
 Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
 Fusi atau penyatuan sendi
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Artroskopi memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga sendi
- Pemeriksaan Laboratorium
 Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada
peradangan
 Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang
luas
(Paramitha, 2011)
1.9 Penatalaksanaan dan Pengobatan
Meskipun tidak ada terapi yang dapat menghentikan proses degeneratif,
tindakan preventif tertentu dapat dilakukan untuk memperlambat proses
tersebut bilamana diupayakan secara cukup dini. Tindakan ini mencakup
penurunan berat badan, pencegahan cidera, pemeriksaan skrining perinatal
untuk mendeteksi kelainan kelainan bawaan sendi paha, dan pendekatan
ergonomic untuk memodifikasi stress akibat pekerjaan. Penatalaksanaan
terapeutik terdiri atas farmakoterapi, tindakan suportif, dan intervensi
bedah kalau rasa nyerinya membandel dan fungsi sendi sudah menghilang.
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit
(Ismayadi, 2004).
1.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam
komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan.
Terdapat komplikasi lainnya seperti asam urat dan kondrokalsinosis
a. Asam urat
Asam urat atau Gout adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi
pada persendian. Penyakit ini dapat menyebabkan timbulnnya
peradangan sendi karena tingginya tingkat asam urat yang
menyebabkan kristal natrium urat membentuk di dalam dan sekitar
sendi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan akibat
penyakit osteoartritis dapat mendorong pemembentukan kristal dalam
sendi. Jika Anda memiliki osteoarthritis yang disertai penyakit asam
urat, maka tingkat penyakit sendi anda akan terus meningkat dan
bahkan dpat menyebabkan kelumpuhan.
b. Kondrokalsinosis
Osteoarthritis juga dapat mendorong kristal kalsium pirofosfat
terbentuk di tulang rawan Anda. Ini disebut kalsifikasi atau
kondrokalsinosis. Hal ini dapat terjadi di setiap sendi, dengan atau
tanpa osteoarthritis, tapi itu kemungkinan besar terjadi di lutut sudah
terkena osteoartritis, terutama pada orang tua. Kristal akan muncul di
sinar-x dan sampel cairan yang diambil dari sendi Anda.
Osteoarthritis cenderung menjadi lebih parah lebih cepat ketika
kristal kalsium yang hadir. Kadang-kadang kristal dapat
mengguncang lepas dari tulang rawan, menyebabkan serangan tiba-
tiba bengkak sangat menyakitkan disebut arthritis kalsium pirofosfat
kristal akut (akut CPP kristal arthritis), sejenis penyakit kalsium
kristal .
1.11 Pencegahan komplikasi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari
komplikasi osteoarthritis:
a. Menghindari olahraga yang berat dan dapat menyebabkan sendi
terluka
b. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi
ringan
c. Minum obat untuk mencegah komplikasi osteoarthritis
d. Mengangkat barang yang berat dengan posisi yang benar.

2. Buatlah konsep asuhan keperawatan, meliputi: pengkajian, diagnosa,


perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan dengan
menggunakan NANDA, NOC, dan NIC!

A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
 Nama : Ny. A
 Umur : 65 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pendidikan :-
 Pekerjaan : Pegawai swasta
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar
 Tanggal masuk : 5 September 2017
 Tanggal pengkajian : 5 September 2017
 Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
 Diagnosa masuk : Osteoatritis
 Penanggung
 Nama : Tn. A
 Hubungan dengan pasien : Suami
2. Riwayat keluarga
 Genogram (kalau perlu) :-
 Keterangan genogram :-
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): pasien mengeluh nyeri
pada sendi, kekakuan dan keterbatasan dalam bergerak
 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini: saat
masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri pada sendi. Saat ini
pasien masih merasakan nyeri, kekakuan dan keterbatasan gerak
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Apakah sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat anti nyeri?
b. Status Kesehatan Masa Lalu
 Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke pelayanan kesehatan
karena penyakit yang sama?
 Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami trauma pada
sendinya?
4. Riwayaan Penyakit Keluarga :
 Apakah ada keluarga pasien ada yang mengalami osteoatritis?
5. Diagnosa Medis dan therapy: Osteoatritis
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
- Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugas
kesehatan terdekat?
- Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?
b. Nutrisi/ metabolic:
- Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu
makan sebelum dan setelah sakit?
- Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah
sakit?
c. Pola eliminasi
- Apakah ada perubahan pola BAB sebelum dan sesudah pasien
sakit?
- Apakah ada perubahan pola BAK sebelum dan sesudah pasien
sakit?
d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
- Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan
seperti perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi, dan berpindah secara mandiri atau dibantu
- Biasanya pasien dengan osteoatritis pola aktivitas dan latihannya
dibantu
e. Pola tidur dan istirahat
- Apakah terjadi perubahab frekuensi dan durasi periode istirahat
dan tidur pasien sebelum dan setelah sakit?
- Apakah pola tidur pasien terganggu setelah sakit?
f. Pola kognitif-perseptual
Pada kasus osteoatritis pasien mengalami nyeri pada sendinya
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Selama sakit apakah ada perubahan peran, harga diri, gambaran diri,
ideal diri dan identitas diri pada pasien?
h. Pola seksual dan reproduksi
- Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seksual?
- Pasien sudah mengalami menopause
i. Pola peran-hubungan
Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran
sosial selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik
pada petugas kesehatan maupun keluarga?
k. Pola keyakinan-nilai
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama
sakit atau hanya berdoa di tempat tidur?
7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :  Baik  Sedang  Lemah Kesadaran:
Composmentis (E4V5M6)
TTV TD: >120/80 mmHg Nadi : >100x/menit Suhu: - RR:
>20x/menit
A. Kulit :
- Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema
dan lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya
nyeri tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau
dingin
B. Kepala:
- Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat
ada tidaknya lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema
C. Mata
- Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak,
menilai warna konjuctiva dan sklera
- Palpasi :-
D. Telinga
- Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada
tidaknya lesi
- Palpasi :-
E. Hidung
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat
sekret, saat anak bernafas terdapat cuping hidung
- Palpasi :-
F. Mulut
- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah
mukosa mulut lembab atau kering
- Palpasi :-
G. Leher
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid
pada leher
- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid
atau kelenjar limfe
H. Dada
Payudara
- Inspeksi :
Areola : Menilai warna areola
Puting : Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak
- Palpasi :-
Paru-paru
- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri
simetris
- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
- Auskultasi : Menilai suara nafas klien
Jantung
- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak
- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada
suara tambahan
I. Abdomen
- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak
- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus
J. Sistem gastrointestinal
Mulut:
- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan mulut Mukosa

- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah


mukosa mulut lembab atau kering
Hepar
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran hepar
- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran hepar
K. Sistem muskuloskeletal
Pada penyakit osteoatritis, biasanya pasien merasaka nyeri pada
sendinya
L. Genetalia
- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia
M. Anus dan rektum
- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rektum
N. Muskuloskeletal
- Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela
O. Neurologi
- Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik juga
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan
laboratorium. Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis OA walaupun sensivitasnya rendah terutama pada OA tahap
awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis OA karena
selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar-X, CT-scan
atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).
- Pemeriksaan Radiologi
Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
 Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
 Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
 Sklerosis rongga subkondrium
 Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
 Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
 Fusi atau penyatuan sendi
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Artroskopi memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga sendi
- Pemeriksaan Laboratorium
 Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada
peradangan
 Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang
luas
9. Analisis Data
No Tgl Data Etiologi Masalah
1. 5 September DS : - Osteoatritis Nyeri Kronis
2017 DO : Ekspresi wajah
inflamasi sendi
pasien meringis,
tampak bengkak pelepasan mediator sendi
hampir di seluruh
Menyentuh ujung saraf
prsendian
nyeri
RR = 20x/menit
N= >100x/menit Nyeri
TD = >120/80mmHg
Nyeri Kronis

2. 5 September DS : - Osteoatritis Gangguan


2017 DO : Pasien terliat Mobilitas Fisik
Stress biomekanik
sulit untuk berpindah
tempat Pemecahan kondrosit

Pengeluaran enzim lisosom


Kerusakan matrik kartilago

Penebalan tulang sendi

Penyempitan rongga sendi

Penurunan kekuatan
aktivitas

Gangguan mobilitas fisik

3. 5 September DS : - Osteoatritis Risiko Cedera


2017 DO : Tampak
Proses degeneratif panjang
bengkak hampir di
seluruh persendian, Penurunan hormon
lemah otot sendi paratiroid

Penurunan absorbsi kalsium

Penurunan cairan sinovial

Kekakuan sendi

Kelemahan otot sendi

Risiko cedera

4. 5 September DS : - Kerusakan tulang rawan Gangguan Citra


2017 DO : Pasien Tubuh
Penipisan kartilago hialin
mengalami deformitas
Permukaan sendi aus

Pengapuran

Tumbuhnya tulang baru


Perbaikan yang tidak
memadai

Timbulnya benjolan pada


pinggiran sendi (osteofit)

Deformitas sendi

Gangguan citra tubuh

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi kronis muskuloskeletal ditandai
dengan perubahan pada pola tidur dan ekspresi muka terhadap nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan pada integritas
struktur tulang ditandai dengan penurunan rentang gerak dan
memperlambat gerakan
3. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan pada fungsi psikomotor
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada fungsi tubuh
ditandai dengan perubahan pada struktur tubuh
B. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri kronis Setelah diberikan NIC LABEL NIC Label :
berhubungan tindakan keperawatan Pain Management
Pain Management
dengan kondisi selama ...x24 jam di
1. Mengetahui
kronis harapkan nyeri pada 1. Lakukan pengkajian
penyebab, kualitas,
muskuloskeletal pasien dapat nyeri dengan teknik
lokasi, skala, waktu ,
ditandai dengan berkurang komunikasi
dan faktor pencetus
perubahan pada Dengan kriteria hasil : terapeutik saat
nyeri.
pola tidur dan NOC: mengkaji penyebab,
2. Mengetahui respon
ekspresi muka Pain Level : kualitas, lokasi,
non verbal pasien
terhadap nyeri 1. Pasien melaporkan skala, waktu , dan
yang
rasa nyeri faktor pencetus
berkurang nyeri. mengindikasikan
2. Tidak terjadi 2. Pantau respon non nyeri.
pemanjangan verbal pasien 3. Untuk mengurangi
episode nyeri terhadap rasa nyeri rasa nyeri pasien
3. Pasien tidak dan rasa tidak karena teknik
merintih akibat nyaman. relaksasi napas
nyeri 3. Ajarkan pasien dalam menciptakan
4. Tidak tampak lesu teknik relaksasi ketenangan dan
5. Kecepatan napas napas dalam untuk pasien merasa lebih
pada rentang mengurangi rasa nyaman.
normal 12-20 nyeri Analgesic
x/menit Administration
Analgesic
6. Tekanan darah 1. Mengetahui tanda-
Administration
normal 120/80 tanda vital pasien
1. Periksa tanda-tanda
mmHg terkait penyakit dan
vital pasien dan
7. Denyut jantung rasa nyeri yang
tentukan lokasi,
pada rentang dialami pasien
karakteristik,
normal 60-100 2. Untuk mencegah
kualitas dan
x/menit terjadi kesalahan
keparahan nyeri
Pain Control pemberian obat.
sebelum mengobati
1. Pasien dapat 3. Untuk mencegah
pasien
melaporkan reaksi alergi obat
2. Kolaborasi dengan
perubahan rasa yang dapat
dokter terkait
nyeri yang dialami memperburuk
pemberian terapi
2. Pasien dapat kondisi pasien .
farmakologi untuk
melaporkan faktor-
pasien osteoartritis
faktor yang dapat
3. Periksa riwayat
mengurangi rasa
alergi obat pada
nyeri
pasien

1.
2. Gangguan Setelah diberikan NIC: Body Mechanic
mobilitas fisik tindakan keperawatan Body Mechanics Promotion
berhubungan selama ...x24 jam di Promotion 1. Komitmen yang
dengan harapkan terjadi 1. Kaji/tentukan ditunjukkan oleh
perubahan pada peningkatan pada komitmen pasien pasien akan
integritas mobilitas fisik pasien untuk belajar dan membantu dalam
struktur tulang Dengan kriteria hasil : menggunakan posisi memperlancar
ditandai dengan NOC: postur yang benar latihan
penurunan Ambulation (tegak) 2. Dengan
rentang gerak 1. Dapat berjalan 2. Kolaborasi dengan berkolaborasi
dan dengan gaya terapis dalam dengan terapis akan
memperlambat berjalan efektif mengembangkan memudahkan dalam
gerakan (melibatkan semua rencana promosi memberikan
otot tungkai) mekanik pasien intervensi kepada
2. Pasien mampu 3. Instrusikan kepada pasien dan latihan
berjalan dengan pasien bahwa posisi yang diberikan
gerakan lambat yang benar sangat kepada pasien dapat
3. Pasien mampu diperlukan untuk lebih intens
berjalan pendek (< mencegah terjadinya 3. Pengetahuan yang
1 blok) cedera saat latihan benar mengenai
Mobility 4. Demonstrasikan posisi yang tepat
1. Pasien mampu kepada pasien saat latihan akan
menjaga bagaimana cara mengurangi
kesimbangannya untuk memindahkan terjadinya risiko
saat berdiri berat badan dari satu cedera yang dapat
2. Adanya koordinasi kaki ke kaki lainnya dialami pasien saat
gerakan yang baik saat berdiri. latihan
(tangan kanan, 5. Instrusikan kepada 4. Dengan
tangan kiri, kaki pasien untuk mendomonstrasikan
kanan, kaki kiri) menggerakkan kaki gerakan yang tepat
3. Pasien mampu pertama dan akan memudahkan
meningkatkan kemudian tubuh saat pasien untuk
pergerakan otot berbalik untuk mengikuti gerakan
dan sendi tubuh. berjalan dari posisi tersebut
4. Pasien mampu berdiri 5. Dengan
melakukan 6. Instruksikan pasien menggunakan
perpindahan mengenai frekuensi gerakan tersebut
tempat. dan jumlah akan memudahkan
Body Mechanics pengulangan untuk pasien dalam
Performances setiap latihan berjalan
1. Pasien mampu (dilakukan minimal 6. Pengetahuan
berdiri dengan selama 5 menit dan mengenai frekuensi
posisi yang benar dilakukan minimal 2 dan jumlah
(berdiri tegak) kali sehari) pengulangan yang
2. Pasien mampu Exercise Therapy: dapat dilakukan
melakukan latihan Joint Mobility pasien akan
sesuai kemampuan 1. Kaji keterbatasan memudahkan
untuk mencegah gerak sendi pada pasien untuk
injury (berdiri dan pasien melakukan latihan
berjalan) 2. Jelaskan kepada secara optimal
pasien dan keluarga Exercise Therapy:
tujuan dan rasional Joint Mobility
pemberian latihan 1. Menentukkan batas
kepada pasien gerakan yang dapat
3. Monitor lokasi dilakukan oleh
ketidaknyamanan pasien
atau nyeri yang 2. Memberikan
dirasakan pasien informasi kepada
selama latihan pasien mengenai
4. Lindungi/jaga tujuan dan rasional
pasien dari trauma pemberian latihan
selama latihan agar pasien dan
dilakukan keluarga dapat
5. Bantu pasien untuk memahami alasan
posisi yang optimal diberikannya
untuk gerakan aktif latihan tersebut
maupun pasif 3. Agar dapat
6. Anjurkan klien diberikannya
untuk melakukan intervensi yang
latihan range of tepat
motion secara aktif 4. Untuk menghindari
(dilakukan oleh trauma yang
pasien sendiri mungkin terjadi
dengan energi saat pasien
sendiri) jika melakukan latihan
memungkinkan yang akan
7. Anjurkan untuk memperburuk
melakukan range of kondisi pasien
motion pasif 5. Mengoptimalkan
(gerakan dibantu latihan yang
dengan orang lain) dilakukan
jika diindikasikan 6. ROM dapat
8. Beri reinforcement mempertahankan
positif setiap pergerakan sendi
kemajuan klien 7. Membantu pasien
jika tidak dapat
melakukan ROM
secara mandiri
8. Meningkatkan
kepercayaan dan
harga diri pasien
3. Risiko cedera Setelah diberikan NIC Label : NIC Label
berhubungan tindakan keperawatan Environmental
Environmental
dengan selama ...x24 jam di management
management
perubahan pada harapkan resiko
1. Untuk
fungsi cedera ppasien dapat - Sediakan lingkungan
psikomotor berkurang atau diatasi yang aman bagi meminimalkan
Dengan kriteria hasil : pasien dan dekatkan risiko cidera pasien
NOC : alat-alat atau 2. Untuk mencegah
Risk control kebutuhan yang jatuhnya pasien dari
1. Pasien terbebas sering digunakan tempat tidur yang
dari cidera pasien akan menyebabkan
2. Pasien mengetahui - Pasang side rail di cidera
cara mencegah tempat tidur pasien 3. Agar keluarga dapat
cidera - Anjurkan keluarga menghindarkan
3. Pasien dapat menemani pasien pasien dari faktor
menggunakan - Jelaskan kepada risiko cidera
fasilitas kesehatan pasien dan keluarga 4. Menambah
yang diperlukan tentang adanya pengetahuan dan
Knowledge : Fall perubahan status agar pasien dan
Prevention kesehatan dan keluarga
1. Pasien dapat penyebab penyakit mengetahui kondisi
menggunakan Fall Prevention pasien saat ini
peralatan yang - Identifikasi terkait osteoarthritis.
benar kebiasaan dan faktor Fall Prevention
2. Pasien dapat yang dapat 1. Untuk
menggunakan alas mempengaruhi meminimalkan
kaki yang tepat resiko jatuh risiko jatuh pasien
3. Pasien dapat - Sarankan alas kaki 2. Untuk melatih
berlatih untuk yang aman pergerakan sendi
mengurangi resiko - Mulai program
jatuh latihan fisik rutin
yang meliputi
berjalan
4. Gangguan citra Setelah diberikan NIC: Body Image
tubuh tindakan keperawatan Body Image Enhancement
berhubungan selama ...x24 jam di Enhancement 1. Meningkatkan
dengan harapkan pasien 1. Menentukkan motivasi pasien
perubahan pada menerima keadaan harapan pasien terhadap citra
fungsi tubuh tubuhnya terhadap citra tubuhnya
ditandai dengan Dengan kriteria hasil : tubuhnya sesuai 2. Pernyataan
perubahan pada Body Image tahap mengenai persepsi
struktur tubuh 1. Gambaran diri perkembangan. citra tubuhnya
pasien meningkat 2. Identifikasi menyatakan
2. Seimbang/kongrue pernyataan pasien perasaan yang
n antara bentuk mengenai persepsi sedang dialami
tubuh, harapan dan citra tubuhnya pasien
penampilan 3. Bantu pasien untuk 3. Untuk
3. Pasien merasa puas mengenali tindakan memudahkan
dengan penampilan yang dapat pasien dalam
tubuhnya meningkatkan meningkatkan
4. Pasien dapat penampilannya penampilannya
menyesuaikan diri 4. Monitor seberapa 4. Untuk mengetahui
terhadap sering pasien seberapa besar
perubahan mengeluh akan kepercayaan diri
penampilan keadaan tubuhnya pasien terhadap
fisiknya. 5. Identifikasi sistem keadaanya
Self-Esteem pendukung untuk 5. Sistem pendukung
1. Pasien dapat pasien dapat berperan
menerima 6. Berikan informasi dalam
keterbatasan kepada pasien atau meningkatkan harga
dirinya keluarga mengenai diri pasien
2. Pasien dapat perubahan yang 6. Memberikan
merasa bahwa disebabkan oleh informasi mengenai
dirinya berharga penyakit yang perubahan yang
dialami disebabkan oleh
penyakit yang
dialami diharapkan
pasien dapat lebih
menerima
keadaanya yang
sekarang

C. Implementasi

No Pukul
Hari/ tgl Tindakan Keperawatan Respon Paraf
Dx (WITA)

Selasa/5 1 - Melakukan pengkajian nyeri S : -


September dengan teknik komunikasi
O : Pasien terlihat mau
2017 terapeutik saat mengkaji
mendengarkan penjelasan
penyebab, kualitas, lokasi,
dan mempraktekkan teknik
skala, waktu , dan faktor
relaksasi napas
pencetus nyeri.
- Memantau respon non verbal
pasien terhadap rasa nyeri
dan rasa tidak nyaman.
- Mengajarkan pasien teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri

- Memeriksa tanda-tanda vital


S:-
pasien dan tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan O : Pasien menyebutkan
keparahan nyeri sebelum lokasi nyeri dan alergi obat
mengobati pasien yang dimiliki
- Berkolaborasi dengan dokter
terkait pemberian terapi
farmakologi untuk pasien
osteoartritis
- Memeriksa riwayat alergi
obat pada pasien

Selasa/5 2 10.00 - Mengkaji komitmen pasien S : -


September untuk belajar dan O : Pasien terlihat
2017 menggunakan posisi postur mendengarkan instruksi dan
yang benar penjelasan yang diberikan
- Mengkaji keterbatasan gerak
pasien
- Menjelaskan kepada pasien
tujuan dilakukannya latihan
- Memonitor lokasi
10.30 ketidaknyamanan yang
dirasakan pasien

S:-
- Berkolaborasi dengan O : Pasien mengikuti
terapis dalam instruksi yang telah diberikan
mengembangkan rencana dan kooperatif mengikuti
promosi mekanik pasien instruksi yang diberikan
- Menginstruksikan kepada
pasien untuk melakukan
posisi yang benar dalam
latihan untuk mencegah
cedera
- Mendemonstrasikan cara
memindahkan berat badan
dari satu kaki ke kaki
lainnya saat berdiri
- Menginstrusikan kepada
11.30 pasien untuk menggerakkan
kaki pertama dan kemudian
tubuh saat berbalik untuk
berjalan dari posisi berdiri
- Melindungi pasien dari
trauma selama latihan
- Membantu pasien untuk
posisi yang optimal untuk
gerakan aktif maupun pasif
- Memberikan reinforcement
positif setiap kemajuan klien
S:-
- Menginstrusikan pasien O : Pasien terlihat
untuk melakukan latihan mendengarkan penjelasan
minimal selama 5 menit dan dengan baik
dilakukan minimal 2 kali
sehari
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan ROM aktif
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan ROM pasif jika
tidak dapat dilakukan secara
mandiri
3 - Menyediakan lingkungan S : -
yang aman bagi pasien dan O : pasien dan keluarga
dekatkan alat-alat atau mengikuti saran yang
kebutuhan yang sering diberikan
digunakan pasien
- Memasang side rail di tempat
tidur pasien
- Menganjurkan keluarga
menemani pasien
- Menjelaskan kepada pasien
dan keluarga tentang adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit
- Mengidentifikasi kebiasaan S : -
dan faktor yang dapat O : Pasien mau mengikuti
mempengaruhi resiko jatuh saran dan program latihan
- Menyarankan alas kaki yang fisik rutin yang diberikan
aman
- Memulai program latihan
fisik rutin yang meliputi
berjalan
Selasa/5 4 15.00 - Menentukkan harapan pasien S : -
September terhadap citra tubuhnya O : Pasien terlihat sedih saat
2017 - Mengidentifikasi pernyataan mengatakan harapan dan
pasien mengenai persepsi persepsi mengenai citra
citra tubuhnya tubuhnya
- Memonitor seberapa sering
15.30 pasien mengeluh akan
keadaan tubuhnya
S:-
- Membantu pasien untuk O : Pasien terlihat
mengenali tindakan yang mendengarkan dan antusias
dapat meningkatkan dalam menyimak informasi
penampilannya
- Mengidentifikasi sistem
pendukung untuk pasien
- Berikan informasi kepada
pasien atau keluarga
mengenai perubahan yang
disebabkan oleh penyakit
yang dialami

D. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi (SOAP)

1. Nyeri kronis berhubungan dengan S : -


kondisi kronis muskuloskeletal O : Ada penurunan rasa nyeri padapasien
ditandai dengan perubahan pada pola walaupun sedikit setelah mempraktekkan teknik
tidur dan ekspresi muka terhadap relaksasi napas
nyeri A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi

2. Gangguan mobilitas fisik S:-


berhubungan dengan perubahan pada O : Pasian terlihat mampu untuk melakukan
integritas struktur tulang ditandai perpindahan
dengan penurunan rentang gerak dan A : Masalah teratasi sebagian, tujuan belum
memperlambat gerakan tercapai
P: Lanjutkan intervensi

3. Risiko cedera berhubungan dengan S : -


perubahan pada fungsi psikomotor O : Pasien terlihat mau mengikuti saran yang di
berikan (program latihan fisik rutin)
A : masalah teratasi sebagian, tujuan belum
tercapai
P : Lanjutkan intervensi

4. Gangguan citra tubuh berhubungan S : -


dengan perubahan pada fungsi tubuh O : Pasien jarang terlihat mengeluh mengenai citra
ditandai dengan perubahan pada dirinya dan pasien terlihat lebih percaya diri
struktur tubuh A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi, lanjutkan perawatan
3. Sebutkan Health Education (pendidikan kesehatan) yang bisa diberikan
pada pasien dengan penyakit tersebut!
Health Education yang dapat diberikan pada pasien Osteoartritis antara lain:
1. Menyarankan pasien untuk menghindari gerakan yang bisa mencetus nyeri
pada sendi lutut.
2. Menjaga nutrisi agar tetep seimbang agar nyeri dapat berkurang.
3. Menjaga berat badan yang seimbang dapat membantu pasien pengidap
osteoartritis untuk mengurangi pergesekan pada sendi.
4. Dianjurkan latiahan fisik yang rutin. Jenis latihan fisik yaitu:
a. Terapi manual
Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapi
dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan
sendi. Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secarapasif, melatih
jaringan-jaringan sekitar sendi secarapasif, meregangkan otot atau
mobilisasi jaringan lunak dan massage.\
b. Latihan fleksibelitas (ROM)
Latihan fleksibilitas yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama,
dapat meningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar
sendi. Untuk pasien Osteoartritis (OA), latihan fleksibilitas ditujukan
untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan
mencegah kontraktur jaringan lunak.Teknik peregangan dilakukan
untuk memperbaiki ruang gerak sendi.Latihan peregangan ini dilakukan
dengan menggerakan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi.
c. Latihan kekuatan
Latihan kekuatan otot dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta
memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoartritis. Latihan ini
dianjurkan untuk latiahan kekuatan awal pada pasien osteoartritis
dengan nyeri lutut saat latihan.
d. Latihan aerobic
Latihan aerobic bisa berupa berjakan, bersepeda, berenang, senam
aerobic, dan latihan aerobic dikolam renang dapat meningkatkan
kapasitas aerobic, memperkuat otot, meningkatkan ketahanan,
mengurangi berat badan. Pemilihan aktivitas aerobik tergantung pada
beberapa faktor, yaitu status penyakit, stabilitas sendi, sumber daya dan
minat pasien.

4. Carilah dan analisis sebuah jurnal yang berkaitan dengan kasus!


Temukan juga implikasi keperawatanya!
a. Resume Jurnal
Judul Jurnal: “Efektivitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut Di Yogyakarta”. Tujuan yang
terdapat dalam jurnal adalah untuk mengetahui efektivitas latihan lutut
terhadap penurunan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut. Metode
yang digunakan oleh jurnal adalah penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperimen dengan randomised pretest-postest control design.
Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Instrumen
yang digunakan adalah kuisioner, lembar observasi dan catatan harian.
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rawat Jalan Orthopaedi Rumah Sakit
di Yogyakarta. Inform consent dilakukan sebelum intervensi dilakukan.
Intervensi dilakukan selama 4 minggu. Pada kelompok control, setelah 4
minggu (penelitian selesai) dilakukan latihan lutut sehingga semua pasien
mendapat perlakuan yang sama. Uji etik oleh komite etik sudah
dilakukan. dengan jumlah responden 80 pasien (kelompok intervensi 60
dan kelompok kontrol 20), menggunakan uji statistik regresi ordinal.
Kriteria inklusi usia diatas 40 tahun, diagnosa OA grade 1-2, bersedia
menjadi responden, tidak memiliki penyakit yang semakin parah dengan
melakukan latihan.
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif sendi akibat
pemecahan biokimia artikular (hialine) tulang rawan di sendi sinovial
lutut sehingga kartilago sendi rusak. Gangguan ini berkembang secara
lambat, tidak simetris dan noninflamasi, ditandai dengan adanya
degenerasi kartilago sendi dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada
bagian pinggir sendi. Menurut data yang terdapat dalam jurnal yaitu
penelitian tentang prevalensi OA lutut dan panggul dan ketepatan
penggantian sendi terhadap 7.577 responden di Amerika, dikatakan
bahwa prevalensi OA panggul 7.4%, kejadiannya pada wanita (8%) lebih
tinggi dibanding laki-laki (6.7%)1. Sedangkan prevalensi osteoarthritis
lutut 12.2%, perempuan (14.9%) lebih tinggi dari pada laki-laki (8.7%)
diikuti peningkatan usia. Jadi dapat disimpulkan bahwa prevalensi OA
lutut lebih tinggi bila dibandingkan dengan OA panggul. Adapun
prevalensi OA di Indonesia, mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun.
Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain
exercise/latihan lutut. Jenis exercise lain yang dapat dilakukan adalah
home exercise, Range of Motion (ROM), strengthening exercise /latihan
penguatan meliputi quadriceps and hamstring exercise serta aerobik
seperti berjalan, bersepeda, berenang. Tujuan exercise ini antara lain
memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan kekuatan sendi, proteksi sendi
dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi, mencegah kecacatan
dan meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan ini tentunya disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan pasien. Studi literature terhadap 7 artikel
sistematika review dan 2 meta-analisis tentang efektivitas strengthening
exercise dan aerobik pada OA lutut di Tokyo, dikatakan bahwa latihan
peregangan otot dan latihan aerobik efektif menurunkan nyeri dan
meningkatkan fungsi fisik pada pasien OA lutut derajat ringan sampai
sedang. Jadi dapat dikatakan bahwa nyeri pada pasien OA lutut derajat I
dan II dapat dikurangi dengan melakukan exercise seperti ROM (fleksi
extensi lutut), strengthening exercise dan aerobik.
Hasil penelitian berdasarkan jurnal. Latihan lutut secara statistik
efektif menurunkan intensitas nyeri (p=0,004), faktor berat badan efektif
menurunkan intensitas nyeri (p=0,013). sedangkan variabel lain yaitu
usia, jenis kelamin, kecemasan dan aktivitas fisik lain tidak efektif
menurunkan intesitas nyeri. Simpulan dari jurnal diatas, latihan lutut
efektif menurunkan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut p = 0.004.
Implikasi keperawatan dengan melakukan latihan lutut secara teratur,
maka akan mengurangi morbiditas akibat nyeri osteoarthritis lutut dan
dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
b. Analisis Jurnal
Analisis jurnal yang digunakan adalah metode SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, and Threat), dengan mencari kemungkinan
“Efektivitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien
Osteoarthritis Lutut dengan hasil sebagai berikut:
Strength (Kekuatan)
No Unsur Kekuatan Bobot Skor Total
1 Intervensi memiliki manfaat 4 0,5 2,0
memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan
kekuatan sendi, proteksi sendi dari
kerusakan dengan mengurangi stres pada
sendi, mencegah kecacatan dan
meningkatkan kebugaran jasmani.
2 Latihan ini tentunya dapat disesuaikan 4 0,3 1,2
dengan kondisi dan kemampuan pasien
sehingga tidak akan menimbulkan efek
samping bagi pasien.
3 Intervensi jurnal yaitu latihan lutut efektif 3 0,2 0,6
menurunkan intensitas nyeri pasien OA,
implikasi keperawatan dengan
melakukan latihan lutut secara teratur,
maka akan mengurangi morbiditas akibat
nyeri OA lutut dan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya
TOTAL 1,0 3,8

Weakness (Kelemahan)
No Unsur Kelemahan Bobot Skor Total
1 Hanya dapat mengurangi nyeri pada 3 1,0 3,0
pasien OA lutut derajat I dan II dengan
melakukan exercise seperti ROM (fleksi
extensi lutut), strengthening exercise dan
aerobik.
TOTAL 1,0 3,0

Opportunities (Peluang)
No Unsur Peluang Bobot Skor Total
1 Menurut data yang terdapat dalam jurnal 4 0,5 2,0
yaitu penelitian tentang prevalensi OA
lutut dan panggul dan ketepatan
penggantian sendi terhadap 7.577
responden di Amerika, dikatakan bahwa
prevalensi OA panggul 7.4%, kejadiannya
pada wanita (8%) lebih tinggi dibanding
laki-laki (6.7%)1.
2 prevalensi OA di Indonesia, mencapai 5% 3 0,3 0,9
pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun.
3 Jenis exercise lain yang dapat dilakukan 2 0,2 0,4
adalah home exercise, Range of Motion
(ROM), strengthening exercise /latihan
penguatan meliputi quadriceps and
hamstring exercise serta aerobik seperti
berjalan, bersepeda, berenang.
TOTAL 1,0 3,3

Threath (Ancaman)
No Unsur Ancaman Bobot Skor Total
1 Ketidaksediaan pasien untuk 2 1,0 2,0
menjalankan intervensi secara teratur
sehingga hasil yang didapatkan tidak
optimal.
TOTAL 1,0 2,0
Analisis SWOT:

K.3 (strategi WO atau K.1 (strategi SO atau


ubah strategi) progresif)
(-,+) (+,+)

K.4 (strategi WT atau K.2 (strategi ST atau


bertahan) diversifikasi)
(+,+)
(-,-) (+,-)

 Selisih total kekuatan - total kelemahan = S – W = X (3,8 – 3,3 = 0,5)


 Selisih total peluang - total ancaman = O – T = Y (3,0 – 2,0 = 1,0)

Jadi berdasarkan analisis SWOT, hasil analisis berada di kuadran 1,


sehingga bussines plan dapat direalisasikan .

c. Implikasi Keperawatan
1) Sebagai Pendidik
Peran perawat sebagai pendidik yaitu untuk memberikan informasi
berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan dasar.
Implikasi dari jurnal perawat mengajarkan teknik exercise lain yang
dapat dilakukan adalah home exercise, Range of Motion (ROM),
strengthening exercise /latihan penguatan meliputi quadriceps and
hamstring exercise serta aerobik seperti berjalan, bersepeda, berenang
kepada pasien.
2) Sebagai Advokat
Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam
mencapai suatu untuk kepentingan masyarakat atau bertindak untuk
mencegah kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang
menjalankan pengobatan. Peran perawat advokat ini dapat kita
temukan saat pasien bingung dan berusaha memutuskan tindakan
yang terbaik bagi kesehatannya, untuk itu perawat dibutuhkan
memberikan informasi lengkap bagi pasien dan berusaha menolak
bila tindakan itu membahayakan kondisi pasien dan melanggar hak-
hak pasien. Dalam jurnal ini, perawat bertugas untuk selalu
mendampingi pasien apabila pasien mengalami kesulitan dan
membutuhkan bantuan.
3) Sebagai Peneliti
Perawat sebagai peneliti yaitu peran perawat yang
menerjemahkan temuan riset, bertanggung jawab untuk melakukan
penelitian, mengidentifikasi, menganalisis data, memecahkan
masalah klinis dengan menerapkan prinsip dan metode
penelitian. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
ilmu/pendidikan dan praktik keperawatan dan meningkatkan mutu
asuhan atau pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah
kesehatan yang ada di daerah tersebut. Pada jurnal ini
perawat dapat membandingkan negara lainnya yang mempunyai
fasilitas lengkap dan banyak yang dikunjungi oleh negara lain untuk
pengobatan, serta meneliti kembali apabila ada intervensi yang perlu
diganti, ditambah ataupun dihilangkan.
4) Sebagai Konsultan
Perawat sebagai konsultan yaitu peran perawat yang bertugas sebagai
tempat konsultasi pasien dalam pemberian informasi, dukungan
atau memberi ajaran tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan. Dalam mengambil keputusan mengenai
pengobatan yang akan dipilih dan dijalani, klien memerlukan
informasi dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Dalam jurnal
perawat memberikan konsultasi mengenai keluhan yang dirasakan
oleh pasien dan bersama – sama mencari jalan keluarnya.
5) Sebagai Pemberi Perawatan
Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada individu, keluarga dan kelompok dengan
menggunakan energi dan waktu seminimal mungkin. Perawat
ini langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien, merencanakan,
mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
6) Sebagai Pemasaran Kesehatan
Perawat sebagai pemasaran kesehatan pada masyarakat atau social
marketer yaitu peran perawat dalam mempromosikan kesehatan atau
gaya hidup sehat. Kegiatan promosi ini bersifat sosial dan dibuat
berdasarkan kesukarelaan. Peran ini dapat kita lihat ketika perawat
secara langsung memberikan informasi mengenai fasilitas yang
tersedia seperti intervensi dalam jurnal untuk pasien OA maka
perawat mensosialisasikan intervensi ini bukan hanya kepada
penderita tapi juga kepada masyarakat umum. (Djuhaeni,2009)
Daftar Pustaka

Center for Disease Control and Prevention (CDC) : Osteoarthritis.


http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritiss.html. (Diakses pada
10 September 2017)
Davey, P. (2006). At a Glace Medicine. Alih bahasa oleh, Rahmalia A, Novianti
C. Jakarta: Erlangga.374-5

Djuhaeni, Henni. (2009). http://pustaka.unpad.ac.id/wp-


content/uploads/2009/09/peran_perawat_dalam_pembinaan.pdf
Hamijoyo, L. (2007). Pengapuran sendi atau osteoarthritis. Perhimpunan
Reumatologi Indonesia. http://reumatologi.or.id/reuarttail?id=23
(Diakses pada 10 September 2017)
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Program Studi Ilmu Keperawatan.
Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Marlina, Theresia Titin. (2015). "Efektivitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut di Yogyakarta." Jurnal
Keperawatan Sriwijaya 2.1 (2015): 44-56.
Murphy L., Helmick C., G. (2012). The Impact of Osteoarthritis in the United
States: A Population-Health Perspective. American Journal of Nursing.
Vol. 112:3
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535.
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT.
Indeks

Price & Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Ed.
6. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses
Penyakit. Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran
Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia
Rachmah, L. (2013). Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu
Osteoatritis.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256204/penelitian/Lati
han+Fisik-Manajemen+Osteoartritis.pdf (Diaksespada 6 September
2017)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penyakit Tidak Menular:
Sendi/Rematik/Encok.94-9
Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyono T. O. H., Rudiman R. (2011).
Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat de jong. Ed. 3. Jakarta, EGC,
1006-8
Soenarto. (2010). Reumatik pada Usia Lanjut. Buku Ajar Boehi-Darmojo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
433-7
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC
Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Woolf A. D., Plefger B. (2003). Burden of major musculoskletal conditions.
Buletin of the World Organization. 81 (9)
Zhang Y., Jordan J. M. 2010. Epidemiology of Osteoarthritis. Clin Geriatr Med.
26(3): 355-369

Anda mungkin juga menyukai