TINJAUAN PUSTAKA
Stress merupakan istilah yang berasal dari dari bahasa latin “Stingereh” yang berarti
“keras”. Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaan yang
berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, strest, stresce, dan stress. Abad ke 17 istilah
stress di artikan sebagai kesukaran, kesusuhan, kesulitan atau penderitaan. Pada abad ke
18 istilah ini di gunakan dengan lebih menunjukan kekuatan, tekanan, ketegangan atau
usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia terutama kekuatan mental manusia.
Stres merupakan pengalaman subyektif yang didasarkan pada persepsi seseorang terhadap
situasuasi yang dihadapinya. Stres berkaitan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan
Menurut Hardjana (1994) yang dikutip oleh wijayaningsih (2014) menyebutkan stres
sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang mengalami stress dan
hal yang dianggap mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidak sepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis,
Stres atau stressor sering disebabkan oleh faktor-faktor dalam kehidupan manusia
yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stres dapat berasal dari berbagai sumber,
baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun social dan juga muncul pada situasi kerja
dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Dari segi penyebab, stres
1. Stresor Fisik
Stres yang dsebabkan oleh keadaan fisik seperti temperature atau suhu yang sangat
tinggi atau rendah, kebisingan, sinar matahari atau karena tegangan listrik.
2. Stresor Sosial
Stres yang disebabkan oleh kondisi ekonomi, politik, keluarga, jabatan dan hubungan
interpersonal misalnya tingkat inflansi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang
tinggi, peran seks, iri, cemburu, kematian anggota keluarga, hubungan yang kurang
baik dengan atasan, atau sejawat, atau hubungan social yang buruk.
3. Stresor Kimiawi
Stres yang disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam
basa atau gas dan pada prinsipnya Karena pengaruh senyawa kimiawi
4. Stresor Mikrobiologi
5. Stresor Fisiologi
Karena gangguan fungsi organ tubuh seperti stroke, fungsi jaringan dan kecacatan
menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, social budaya dan faktor agama.
Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari dua gejala yakni :
1. Gejala Fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah nyeri dada,
diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, suka tidur, dan
lain-lain.
2. Gejala Psikis
Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan
berlebihan terhadap hal sepele, daya kemempuan berkurang, tidak mampu santai pada
saat yang tepet, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak
terkendali
Menurut Potter dan Perry (1989) dalam Rasmun, (2004) telah membagi hubungan
1. Stres Ringan
Biasanya tidak merusak aspek fisiologis. Stres ringan umunya dirasakan oleh setiap
orang misalnya, lupa ketiduran, kemacetan, da dikritik. Situasi seperti ini biasanya
berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan tidak akan menimbulkan
2. Stres Sedang
Terjadi lebih lama, beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang
belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, anggota
keluarga pergi dalam waktu yang lama, kondisi seperti ini dapat terjadi pada individu
3. Stres Berat
Adalah stres kronik yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya
hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial, dan penyakit fisik yang
lama. Makin sering dan makin lama situasi stress, makin tinggi resiko kesehatan yang
1. Stres Akut
Stress ini di kenal juga dengan Fight or fight response. Stres akut adalah respon tubuh
anda terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respon stres akut yang
segera dan intesif dibeberapa keadaan dan menimbulkan gemetaran atau tremor.
2. Stres Kronis
Stres akut kecil dapat memberikan keuntungan dimana dapat membantu anda untuk
melakukan sesuatu, memotivasi atau memberi semangat. Namun masalah terjadi jika
ketika stres akut meningkat, hal ini akan mendorong terjadinya masalah kesehatan
seperti sakit kepala, dan imsonia. Stres kronis kronis lebih sulit diatasi daripada stres
Sumber stres pada diri sendiri pada umumnya dipengaruhi oleh konflik yang terjadi
antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan
yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi yang dapat
menimbulkan stres. Pada stres ini masih dibagi lagi menjadi tiga yaitu stres rohani
Stres ini bersumber dari masalah keluarga yang terjadi karena adanya perselisihan,
Stres ini pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan yang biasa disebut sebagai stres
1. Dampak Fisiologik
Secara umum seseorang yang mengalami stres akan mengalami sejumblah gangguan
fisik seperti : sering masuk angina, mudah pusing, kejang otot (kram), mengalami
kegemukan, atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga dapat menderita
penyakit yang lebih serius seperti cardiovascular, hipertensi, kolesterol, maag, dan
sebagainya.
2. Dampak Psikologis
a. Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya
b. Kewalahan atau keletihan emosi, kita dapat melihat adanya kecendrungan yang
bersangkutan.
3. Dampak Perilaku
a. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah
b. Level stres yang cukup tinggi berdapak negative pada kemampuan mengingat
c. Stres yang berat sekali banyak membuat tidak ingin bekerja dan idak aktif
Stres merupakan masalah yang umum terjadi di kehidupan moderen, termasuk stres
yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 2016). Stres kerja adalah respon fisik dan
emosional yang berbahaya dan dapat terjadi ketika tuntutan pekerjaan yang ada melebihi
kemampuan atau control kerja yang dimiliki oleh pekerja. Stres kerja menjadi hal yang
beresiko bagi kesehatan dan keselamatan pekerja ketika pekerjaan yang dilakukan
melebihi kapasitas, sumber daya, dan kemampuan pekerja dilakukan secara berkanjangan.
Stres kerja menjadi perhatian penting salah satunya pada pekerja sector pelayanan
Menurut Dwiyanti (2001) yang dikutip dalam Rivai (2012) stres kerja merupakan
perasaan yang tertekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaan yang
disebabkan oleh beberapa faktor yakni tidak adanya hubungan social, kondisi lingkungan
kerja, manajemen yang tidak sehat (gaya kepemimpinan) tipe kepribadian, pengalaman
pribadi, beban kerja, peran individu, dalam organisasi, hubungan dalam pekerjaan (relasi
beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugasa yang
dibebankan itu, maka tubuh akan merespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut,
sehinggah orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang
dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh
Sesuai dengan pendapat Cooper yang dikutip oleh Zulfan Saam dan Sri wahyuni
(2014), sumber stres kerja adalah kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan
1. Lingkungan Kerja
Kondisi kerja yang buruk seperti ruangan kerja yang sempit, tidak nyaman, panas,
gelap, kotor, pengap, berisik, dan padat berpotensi, menyebabkan pegawai mudah
terserang penyakit, mudah mengalami stres, dan dapat menyebabkan produktifitas
Kelebihan kerja dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Kelebihan beban
kerja kuantitatif adalah beban atau volume pekerjaan melebihi kemampuan karyawan,
sehinggah karyawan tersebut mudah lelah dan tegang. Kelebihan beban kerja kualitatif
adalah bila pekerja tersebut tidak sesuai dengan kemampuan karyawa sehinggah ia
3. Deprivational stress
Pekerjaan yang tidak lagi menantang atau menarik bagi pekerja sehinggah timbul
Menurut zulfan saam 2014, gejala dari stress kerja di kelompokan menjadi kategori
yakni :
1. Gejala Psikologis
Seperti bingung, cemas, tegang, sensitive, mudah marah, bosan, tidak puas, tertekan,
2. Gejala Fisik
Seperti meningkatnay detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya ekskresi
3. Gejala Perilaku
Prestasi dan produktifitas kerja menurun menghindari pekerjaan, bolos kerja, agresif,
Menurut Margiati (1999) yang dikutip dalam Rivai (2012), pengaruh stres kerja ada
yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Pada tahap tertentu mengacu
terjadi pada seseorang yang mengalami stres akan menunjukan perubahan perilaku pada
dirinya. Perubahan perilaku dapat terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres.
Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stress (fight) atau berdiam diri
(freze). Dalam kehidupan sehari-hari kedua reaksi ini biasanya dilakukan secara
bergantian tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini ditempat kerja
3. Ketidakhadiran pekerja.
10. Menunjukan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut
pandang agronomi setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap
tuntutan fisik maupun fiiologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat
berupa beban kerja fisik dan beban kerja fisiologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya
pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja fisiologis dapat
berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu lainnya (Manuaba,
2010).
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
1. Faktor Eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :
a. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat
dan sarana kerja, kondisi kerja, sifat kerja, dan tugas yang bersifat psikologis,
b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat , shift kerja,
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor stomatis (jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik fisik
maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan
mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang
kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan
(manuaba, 2009).
Beban kerja mempengaruhi stres kerja. Beban kerja yang diberikan kepada perawat
harus disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki. Jika jumlah beban kerja yang diberikan
melampaui kapasitas perawat, tentu saja hal itu akan mengurangi produktivitas kerja
perawat, karena dalam melaksanakan tugasnya, perawat akan merasa kelelahan. Jika
jumlah beban kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang. Pada pekerjaan sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan akan timbul rasa
bosan dan monoton. Beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas - tugas yang harus
dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2007) menunjukkan bahwa kondisi
kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian
tipe kepribadian dan beban kerja. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa beban kerja
Menurut Bohle dan Tilley yang dikutip Juliyati (2014), kerja dengan sistem shift
kerja memberikan dampak terhadap karyawan yang dapat mempengaruhi: kualitas hidup,
kinerja, dan kelelahan. Shift kerja memiliki dampak terhadap kualitas kehidupan dari
individu atau karyawan yang bekerja dengan sistem shift. Hal ini berkaitan dengan
masalah kesehatan, kebiasaan makan, kebiasaan tidur (circardian rhytms), stres, dan juga
hubungan interpersonal dalam kehidupan sosial individu. Dampak shift kerja pada
Hasil penelitian oleh Shaulim dalam jurnal Revalicha tahun 2013 menunjukan
sebanyak 60% dari perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bengkayang
mengalami stres kerja berat dengan kesimpulan yakni pada shift pagi terdapat 6 perawat
(18,75%) yang mengalami stres ringan dan pada shift malam terdapat 4 perawat (12,5%)
mempunyai dua macam bentuk, yaitu shift berputar (rotation) dan shift (permanent).
Dalam merancang perputaran shift ada dua macam yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kekurangan istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat
meminimumkan kelelahan.
2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan kontak sosial.
Ada 5 faktor utama yang harus diperhatikan dalam shift kerja (Nurmianto, 2004
Berkaitan dengan rancangan shift kerja ada lima kriteria yang Dijadikan dasar
1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan.
2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturutturut (seharusnya 5
menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24
jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal
dengan regu kerja terus menerus (4X8), dan diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut
(tiga) shift. Pembagian setiap shift adalah maksimum 8 jam per-hari, termasuk istirahat
antar jam kerja. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh
lebih dari 40 jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003). Setiap pekerja yang
bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari per-shift atau melebihi jumlah jam
kerja akumulatif 40 jam per minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah
(tertulis) dari pimpinan (management) rumah sakit yang diperhitungkan sebagai waktu
Menurut Fish yang dikutip oleh Firdaus (2005) mengemukakan bahwa dampak
1. Dampak Fisiologis
a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam.
b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan
lelah.
2. Dapak Psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya
3. Dampak Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan
dan pemantauan.
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir
rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja.
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
pekerjaan yang tinggi dan stress akan kehidupan. Shift dan kerja malam merupakan
sumber potensial dari stres. Hal ini dikarenakan kerja shift menantang sistem sirkadian
manusia dan konflik ini menciptakan beberapa masalah fisiologis, psikologis, dan
psikososial untuk pekerja shift. Hal ini jelas membuktikan bahwa sistem shift kerja