1. Konsep Stres
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon
fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang berbeda-beda
tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan
tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham
realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau
tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan
paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk
menjelaskan kenapa jika fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak
pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya berarti akan
menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan. Pendekatan ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ).
Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan
dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya
stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi
prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor
yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal yang
sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak,
2007 ). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat
dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya
dan potensinya.
2.Pandangan stress
1.pandangan stress sebagai stimulus
Pandangan ini di dasari oleh hukum elastisitas hooke yang menjelaskan semakin berat
beban suatu logam,maka makin besar pula stress yang di alami,melalui pandangan ini maka di
analogikan pada manusia apabila semakin besar tekanan yang di alami,semakin besar pula stress
yang di alaminya.
4. sumber stressor
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat
diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi
stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu
ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian
terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini
dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap
teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands,
interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai
bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat
menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi
terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika
terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu
karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara
langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu
pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu
kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan
dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins,2001:563).
3.FaktorIndividu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi
pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang
baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat
terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan
bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan
harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah biasanya hanya
pada suatu alat tumbuh saja. Untuk klasifikasi, maka jenis gangguan dibagi menurut organ yang
paling terkena, sebagai berikut :
Kuli
Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Hal ini telah
lama diketahui. Beberapa penyeliodikan juga telah dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana
reaksi kulit terhadap kesukaran penyesuaian diri terhadap stress.
Otot dan tulang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang mengalami nyeri otot selain
disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan
psikologik maka tonus otot akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri
punggung. Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan
nyeri sendi.
Saluran pernapasan
Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma bronkiale dengan
bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan serangan asma.
Jantung dan pembuluh darah
Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya berdebat-debar .
Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meninggikan daya pompa
jantung dan tekanan darah. Gangguan yang mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit
kepala vaskuler dan migraine.
2. Adaptasi Model
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial baik dari
dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang
maka tingkat stress akan meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah
menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk
menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan, dan
persepsi keseluruhan trehadap stressor.
Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap
stressor.
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.?
B.Konsep adaptasi
1.penegrtian adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang
menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti
paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan.
Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
2. Dimensi Adaptasi
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji
adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
a. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat
diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada
semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk
beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor
yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian
tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset
telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa
lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan
antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan
metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
Ansietas
Depresi
Kepenatan
Peningkatan penggunaan bahan kimia
Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
Kelelahan mental
Perasaan tidak adekuat
Kehilangan harga diri
Peningkatan kepekaan
Kehilangan motivasi.
Ledakan emosional dan menangis.
Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
Mudah lupa dan pikiran buntu
Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
Letargi
Kehilangan minat
Rentan terhadap kecelakaan.
c. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan
yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada
akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari
bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai
tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara
teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan
perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat
menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi
remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang
dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor
mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil
dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan
pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan
terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan
terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
e. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress
dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami
gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
C. Homeostasis
1. Pengertian Homeostasis
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh,
dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan
relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan
internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara
kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan
ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan
memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekwensi
jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit,
sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan
adaptasi.
Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis respons-respons tersebut.
Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling mengisi : homestasis dan adaptasi.
Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk
menjaga komposisi internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan adaptasi lebih
menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga
menekankan bahwa ada batasan respon terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon
tersebut bisa berbeda pada setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat diperlukan
untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah.
2. Mekanisme Homeostasis
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi seperti makanan atau
kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut . Untuk
sebagian besar bagaimanapun juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara
otomatis untuk mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan –
mandiri, dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada individu yang
sakit atau mengalami cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau
menopang homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu duatu proses dimana
mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan
membuat suatu respon adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor dikomtrol oleh
medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar hipofisis.
Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan hidup. Fungsi ini
termasuk frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan. Impuls yang menjalar ke dan dari
medulla oblongata dapat meningkatkan atau menurunkan fungsi vital ini. Misalnya pengaturan
denyut jantung adalah sebagai hasil dari ilmpuls sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang
menjalar dari medulla oblongata ke jantung. Frekwensi jantung meningkat dalam berespon
terhadap denyut dari serabut saraf simpatis dan menurun akibat impuls dari serabut parasimpatis.
Formasi reticular
Formasi reticular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan medulla spinalis.
Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara kontinu memantau status fisiologis tubuh
melalui sambungan dengan traktus sensoris dan motoris. Misalnya , sel-sel tertentu dalam
formasi reticular dapat menyebabkan orang yang sedang tidur terbangun atau meningkatkan
tingkat kesadarannya ketika timbul kebutuhan.
Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada hypothalamus, menyuplai hormon
yang mengontrol fungsi vital tubuh. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon yang diperlukan
untuk beradaptasi terhadap stress. Selain itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-
hormon tiroid, gonad, dan paratiroid. Sekresi hormon, seperti mekanisme homeostasis lainnya,
normalnya diatur oleh mekanisme umpan balik yang secara kontinu memantau kadar hormon
dalam darah. Ketika kadar hormon menurun, kelenjar hipofisis menerima pesan untuk
meningkatkan sekresi hormon. Ketika kadar hormon meningkat, kelenjar hipofisis menurunkan
produksi hormon.