Anda di halaman 1dari 20

Stress, Adaptasi dan Homeostatis

1. Konsep Stres
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon
fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang berbeda-beda
tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan
tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham
realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau
tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan
paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk
menjelaskan kenapa jika fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak
pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya berarti akan
menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan. Pendekatan ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ).
Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan
dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya
stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi
prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor
yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal yang
sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak,
2007 ). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat
dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya
dan potensinya.

2.Pandangan stress
1.pandangan stress sebagai stimulus
Pandangan ini di dasari oleh hukum elastisitas hooke yang menjelaskan semakin berat
beban suatu logam,maka makin besar pula stress yang di alami,melalui pandangan ini maka di
analogikan pada manusia apabila semakin besar tekanan yang di alami,semakin besar pula stress
yang di alaminya.

2.pandangan stress sebagai respon


 Mengidentifikasikan stress sebagai respon individu terhadap stressor yang di terima
 Sebagai akibat respon fisiologis dan emosional atau juga sebagai respon yang
nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
3.pandangan stress sebagai transaksional
Merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari
kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan terbentuknya koping.
3.Macam-macam stres, antara lain:
1. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang
sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, faktor
hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya gangguan dari struktur
tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan sperti pada pubertas,
perkawinan dan proses lanjut usia.

6. Stres psikis atau emosional


Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi
psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor
keagamaan.

4. sumber stressor
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat
diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi
stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu
ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian
terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini
dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap
teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands,
interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai
bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat
menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi
terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika
terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu
karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara
langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu
pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu
kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan
dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins,2001:563).
3.FaktorIndividu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi
pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang
baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat
terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan
bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan
harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

5.Model - Model Stress kesehatan


1. Psikosomatik Stress
Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada fungsi badaniah. Gejala-
gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang berlebihan sebagai akibat dari
manifestasi, gangguan jika ini dinamakan gangguan psikosomatik. Psikosomatik umumnya dapat
membantu banyak dalam usaha mengerti hubungan antara kepribadian seseorang dengan
penyakit atau gangguannya.
Suatu konflik menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak terselesaikan dan
disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan
tersebut mengganggu fungsi susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan
psikosomatik.
Adapun sebab-sebab timbulnya psikomotorik :

1. Penyakit organic yang pernah diderita dapat menimbulkan? predisposisi untuk


tuimbulnya gangguan psikomotorik pada bagian tubuh yang pernah sakit.
2. Merasakan penyakit orang lain yang secara tidak sadar? diidentifikasikan .
3. Tradisi dan adapt istiadat dalam keluarga atau? lingkungan dapat mengarahkan
emosi kepada fungsi tertentu.
4. Suatu emosi yang? menjelma menjadi suatu gangguan badaniah tertentu.

Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah biasanya hanya
pada suatu alat tumbuh saja. Untuk klasifikasi, maka jenis gangguan dibagi menurut organ yang
paling terkena, sebagai berikut :
Kuli
Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Hal ini telah
lama diketahui. Beberapa penyeliodikan juga telah dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana
reaksi kulit terhadap kesukaran penyesuaian diri terhadap stress.
Otot dan tulang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang mengalami nyeri otot selain
disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan
psikologik maka tonus otot akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri
punggung. Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan
nyeri sendi.
Saluran pernapasan
Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma bronkiale dengan
bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan serangan asma.
Jantung dan pembuluh darah
Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya berdebat-debar .
Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meninggikan daya pompa
jantung dan tekanan darah. Gangguan yang mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit
kepala vaskuler dan migraine.

2. Adaptasi Model
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial baik dari
dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang
maka tingkat stress akan meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah
menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk
menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan, dan
persepsi keseluruhan trehadap stressor.
Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap
stressor.
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.?

a. Adaptasi Fisiologis/ Biologi


Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan yang bersifat alami
dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya
dan akan berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang
tidak normal.
b. Adaptasi Psikologis
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan
secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu
berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut
diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang
tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
c. Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara
lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang
akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.
d. Adaptasi Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh
penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia
ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam
perilaku manusia.
3. Lingkungan Sosial Model
Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat mempengaruhi seseorang dalam beradaptasi.
Keadaan lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan seseorang dalam beradaptasi.
Sedangkan keadaan masyarakat dengan hubungan sosial yang baik juga akan memudahkan
individu dalam melakukan adaptasi agar terhindar dari stress.
4. Proses Model
Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya kejadian dan masalah yang terjadi pada
seseorang sehingga mempengaruhi orang tersebut yang pada akhirnya mengalami stress dan
proses menghadapi stress itu sendiri.

6.Faktor yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stressor


1. Intensitas
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia
mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam. Tingkat kekuatan ini dinilai
sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang
untuk menjadikan stressor sebagai suatu yang positif sehinggan memberikanm respon yang
positif pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang bersifat negatif dan menjadikan stress
bagi seseorang dapat merupakan sumber kekuatan bagi orang lain.
Selain itu stressor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan seseorang agar
dapat menmgumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawean stress itu
sendiri. Tak selamanya stress merupakan hal yang negatif. Pada tingkatan tertentu stress dapat
menjadi motivator bagi seseorang. Hal ini berhubungan dengan keinginan untuk mencap[ai suatu
tujuan dan stress disini berguna untuk mencegah timbulnya rasa bosan.
Stress juga berguna pada keadaan yang penting dimana seseorang memerlukan kekuatan
emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan pertahanan individu.
2. Sifat
Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor yang bersifat positif dan
yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang bersifat positif akan menimbulkan respon yang
positif, sedangkan stressor yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula
baik secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat menghasilkan perubahan yang pada
akhirnya akan menimbulkan kesakitan.
3. Durasi
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau kejasian dari stressor
sampai menjadikan seseorang mengalami stress. Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu
kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.
4. Jumlah
Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu. Banyaknya perubahan-
perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam suatu periode waktu tertentu lebih sering
menyebabkan perkembangannya stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
5. Pengalaman
Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi oleh pengalaman.
Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan akan memberikan
pelajaran dan kekuatan untuk menghadapi stressor dan menghadapi stress.
6. Tingkat Perkembangan
Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada setiap individu. Tingkat
perkembangan ini juga berpengaruh terhadap bagaimana seseorang maupun stressor. Karena
perkembangan cukup menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.

7.Tahapan stress ada 6 yaitu:


1.tahap pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stress yang ditandai dengan adanya semangat kerja
besar,penglihatan tajam seperti pada umumnya,merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang
tidak seperti biasanya,kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang di
milikinya semakin berkurang.
2.tahap kedua
Memiliki cirri sebagai berikut: adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang
semestinya segar,terasa lelah sesudah makan siang,cepat lelah menjelang sore,sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman,denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya,otot-otot
punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
3.tahap ketiga
Apabila seorang mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti ada keluhan
gastritis,buang air besar tidak teratur,ketegangan otot semakin terasa,perasaaan tidak
tenang,gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur,terbangun tengah malam dan sukar
untuk kembali tidur,lemah,terasa seperti tidak memiliki tenaga.
4.tahap keempat
Seorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa
membosankan,semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon
adekuat,tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari,adanya gangguan pola tidur,sering
menolak ajakan karna tidak bergairah,kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karna
adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak di ketahui penyebabnya.
5.tahap kelima
Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam,tidak mampu
menegerjakan pekerjaan yang ringan dan sederhana,gangguan pada sistem penecernaan semakin
berat dan perasaaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
6.tahap keenam
Tahap ini adalah tahap puncak dan seseorang mengalamai panic dan perasaan takut mati
dan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras,susah bernafas ,terasa gemetar seluruh
tubuh dan berkringat,kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
8. Respons tubuh Terhadap Stress
Karakteristik Respons stress dapat meliputi :
§  Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif.
§  Respons normal terhadap stresor. Stresor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
meningkatkan ekskresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung
dan tekanan darah.
§  Stresor fisik dan emosional mencetuskan respons serupa (spesifisitas versus non- spesifitas)
§  Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengompensasi. .
§  Besar dan durasi stres mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme homeostasis untuk
penyesuaian gagal, yang menyebabkan kematian.
§  Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan adaptif yaitu kadar enzim tirosin hidrolase
jaringan meningkat, menyebabkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk menghasilkan
nonephineprin dan ephneprin.
§  Terdapat perbedaan individual dalam berespons terhadap stresor yang sama.
Respons patofisiologis terhadap stress dapat dibedakan menjadi (2) yaitu :
           (1) Komponen Fisiologis
Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi dua respons
fisiologis terhadap stres :
a)  Sindrom Adaptasi Lokal (LAS)
Stres sifatnya universiality (umum) dimana semua orang dapat merasakan stress yang sama,
tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan LAS adalah respons
dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit/perubahan
fisiologis lainnya. Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dan respons terhadap tekanan.
LAS mempunyai karakteristik yaitu :
v  Respons yang terjadi adalah setempat. Respons ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh. Dua
respons setempat yaitu respons refleks nyeri dan respons inflamasi.
-        Respons refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri. Respons
ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjutan.
-        Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini memusatkan inflamasi,
sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan.
v  Respons adalah adaptif, berarti bahwa stresor diperlukan untuk menstimulasinya.
v  Respons adalah berjangka pendekdan tidak dapat terus menerus.
v  Respons adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region
atau bagian tubuh.
b)  Sindrom Adaptasi Umum (GAS)
GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini melibatkan
beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku
menyebutkan GAS sebagai respons neuro-endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap
resisten dan tahap kehabisan tenaga. GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut :
v  Alarm Reaction (AR)
Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau tidak sadar dipicu
untuk bertindak. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras, tahap ini dapat mengakibatkan
kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon
meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi
mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.
v  State of Resistance (SR)
Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh melawan reaksi
cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang terus menerus dapat bertahan. Tingkat
perlawanan tubuh naik di atas normal untuk melawan penyebab ketegangan dengan harapan
adanya penyesuaian. Disamping itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan selanjutnya
meningkat. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
Namun, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit
yang melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan dalam
beradaptasi, maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan tenaga.
v  State of Exhausthing (SE)
     Kalau tubuh terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu waktu akan
mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksi cemas ini timbul kembali, tetapi kalau penyebab
ketegangan tidak disingkirkan, tanda-tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul,
kecuali tubuh memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri atau menemukan jalan baru untuk
menguasai situasi yang penuh ketegangan.
            (2) Komponen Psikologi
Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respons adaptasi psikologis dan fisiologis. Perilaku
adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu
menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Sedangkan perilaku destruktif mempengaruhi
orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, keperibadian, dan situasi yang sangat berat,
kemampuan untuk berfungsi. Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme
koping yang dibagi menjadi (2) yaitu :

a.Taks Oriented Behavior


Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress,
memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen,
1991). Perilaku berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi
tuntutan stressor. 
b. Ego Dependen Mekanisme
Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh Sigmund Freud adalah perilaku
tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan.
Mekanisme ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak
berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi
mampu untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor.
.
9.cara penilaian stress
Penilaian terhadap stressor :
merupakan reaksi individu terhadap stressor presipitasi yang dihadapinya. Reaksi ini bisa
berupa reaksi kognitif (contoh : berpikir ingin bunuh diri, berkurangnya motivasi, konsentrasi
atau tingkat kesadaran dll), afektif (contoh : merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya dll),
fisiologis (contoh : perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis lainnya), perilaku
(contoh : menolak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berbicara sendiri, sering komat-kamit
dll), dan sosial (contoh : mengamuk, memukul orang lain, menarik diri dari pergaulan dll).
Penilaian terhadap stressor ini merupakan data fokus yang bisa digunakan oleh perawat untuk
menegakan diagnosa keperawatan.
10.Proses Keperawatan Stress Managemen Stress Untuk Perawat
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan
dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada
implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres
melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan
secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan
kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan
tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan
kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi
minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat
setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus
kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

B.Konsep adaptasi
1.penegrtian adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang
menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti
paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan.
Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

2. Dimensi Adaptasi
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji
adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

a. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat
diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada
semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk
beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor
yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian
tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset
telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa
lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan
antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan
metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress

 Kenaikan tekanan? darah


 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.?
 Peningkatan? denyut nadi dan frekwensi pernapasan
 Telapak tangan berkeringat?
 Tangan? dan kaki dingin
 Postur tubuh yang tidak tegap?
 Keletihan?
 Sakit? kepala
 Gangguan lambung?
 Suara yang bernada tinggi?
 Mual,muntah dan? diare.
 Perubahan nafsu makan?
 Perubahan berat badan?
 Perubahan? frekwensi berkemih
 Dilatasi pupil?
 Gelisah, kesulitan untuk tidur atau? sering terbangun saat tidur
 Temuan hasil laboratorium abnormal :? Peningkatan kadar hormon
adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien.
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian
individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap
stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang
terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu,
fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik
kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi
dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

 Ansietas
 Depresi
 Kepenatan
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental
 Perasaan tidak adekuat
 Kehilangan harga diri
 Peningkatan kepekaan
 Kehilangan motivasi.
 Ledakan emosional dan menangis.
 Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
 Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
 Mudah lupa dan pikiran buntu
 Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
 Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
 Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
 Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
 Letargi
 Kehilangan minat
 Rentan terhadap kecelakaan.

c. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan
yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada
akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari
bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai
tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara
teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan
perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat
menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi
remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang
dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor
mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil
dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan
pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan
terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan
terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.

d. Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien
tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis &
Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau mekanisme
koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan
dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).

e. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress
dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami
gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

C. Homeostasis
1. Pengertian Homeostasis
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh,
dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan
relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan
internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara
kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan
ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan
memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekwensi
jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit,
sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan
adaptasi.
Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis respons-respons tersebut.
Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling mengisi : homestasis dan adaptasi.
Homeostasis menekankan pada perlunya penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk
menjaga komposisi internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan adaptasi lebih
menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai berjalannya waktu. Dubos juga
menekankan bahwa ada batasan respon terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon
tersebut bisa berbeda pada setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat diperlukan
untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah.

2. Mekanisme Homeostasis
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi seperti makanan atau
kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut . Untuk
sebagian besar bagaimanapun juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara
otomatis untuk mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah pengaturan –
mandiri, dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada individu yang
sakit atau mengalami cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau
menopang homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu duatu proses dimana
mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan
membuat suatu respon adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor dikomtrol oleh
medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar hipofisis.
Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan hidup. Fungsi ini
termasuk frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan. Impuls yang menjalar ke dan dari
medulla oblongata dapat meningkatkan atau menurunkan fungsi vital ini. Misalnya pengaturan
denyut jantung adalah sebagai hasil dari ilmpuls sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang
menjalar dari medulla oblongata ke jantung. Frekwensi jantung meningkat dalam berespon
terhadap denyut dari serabut saraf simpatis dan menurun akibat impuls dari serabut parasimpatis.

Formasi reticular
Formasi reticular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan medulla spinalis.
Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara kontinu memantau status fisiologis tubuh
melalui sambungan dengan traktus sensoris dan motoris. Misalnya , sel-sel tertentu dalam
formasi reticular dapat menyebabkan orang yang sedang tidur terbangun atau meningkatkan
tingkat kesadarannya ketika timbul kebutuhan.
Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada hypothalamus, menyuplai hormon
yang mengontrol fungsi vital tubuh. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon yang diperlukan
untuk beradaptasi terhadap stress. Selain itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-
hormon tiroid, gonad, dan paratiroid. Sekresi hormon, seperti mekanisme homeostasis lainnya,
normalnya diatur oleh mekanisme umpan balik yang secara kontinu memantau kadar hormon
dalam darah. Ketika kadar hormon menurun, kelenjar hipofisis menerima pesan untuk
meningkatkan sekresi hormon. Ketika kadar hormon meningkat, kelenjar hipofisis menurunkan
produksi hormon.

Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2016/06/konsep-dasar-stress-dan-


adaptasi.html#ixzz4RUlOr1Vn
www.e-jurnal.com/2013/10/faktor-faktor-penyebab-stres.html
https://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai