Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

PSIKOSOSIAL

Disusun oleh :

Nama Fadilah Rizky Damayanti


NRP 0522040037
Kelas K322B
Tanggal 30 Mei 2023

Dosen pengampu :

1. Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T


2. Haidar Natsir Amrullah, S.ST., M.T.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang pekerja merupakan aset dari sebuah perusahaan. Perusahaan yang berkualitas
merupakan hasil dari performa pekerjanya yang baik dan mumpuni. Performa dari pekerja
sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor kenyamanan ketika melakukan pekerjaan. Apabila
lingkungan kerja merupakan tempat yang baik dan nyaman, pekerja pasti akan memberikan
performa terbaik dan kualitas kerja yang maksimal. Tekanan dalam dunia kerja dapat menjadi
salah satu faktor yang akan mengganggu sebuah pekerjaan.
Pada era berkembangnya dunia industri ini, pekerja cenderung memiliki beban kerja mental
yang besar dan berlebihan. Beban kerja yang berlebihan tersebut apabila tidak ditangani dengan
baik akan menjadikan stress kerja bagi pekerja yang bersangkutan. Stress kerja dapat
mengakibatkan kerugian serius bagi sebuah perusahaan apabila tidak ditangani dengan baik.
Stres kerja merupakan kesadaran khusus tentang perasaan disfungsi pribadi sebagai hasil dari
kondisi atau kejadian yang dirasakan dalam lingkungan kerja (Chen et al., 2015).
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan praktikum psikososial kerja dengan melakukan
pengumpulan data kuesioner yang isinya berkaitan dengan penilaian stres kerja pada
mahasiswa. Hal ini karena stress kerja tidak hanya dialami oleh pekerja saja, namun setiap
orang yang melakukan pekerjaan juga memiliki potensi untuk mengalami stress kerja.
Psikososial kerja sendiri merujuk pada aspek social dan psikologis yang dapat mempengaruhi
kinerja seseorang di tempat kerja. Praktikum ini dlakukan untuk memahami dampak social dan
psikologis di lngkungan kerja serta mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengukur faktor bahaya kerja psikososial?
2. Bagaimana cara menentukan derajat stress gangguan psikososial pada pekerja?
3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan sesuai dengan hierarki pengendalian
bahaya?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur faktor bahaya kerja psikososial
2. Mahasiswa mampu menentukan derajat stress gangguan psikososial pada pekerja
3. Mahasiswa mampu meberikan rekomendasi sesuai dengan hierarki pengendalian bahaya

1.4 Ruang Lingkup


Praktikum psikososial ini dilakukan pada pukul 12.20 WIB tanggal 30 Mei 2023.
Praktikum ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Sasaran dari
praktikum ini adalah mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, khususnya dari
kelompok kami adalah anggota kelompok 3 Hygiene Industri kelas K322C Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya. Tim pengukur pada praktikum ini berjumlah 7 orang dengan
keterangan sebagai berikut :
1. Fadilah Rizky Damayanti (0522040037)
2. Kirana Dayinta Santosa (0522040043)
3. Lidya Ayu Novita (0522040045)
4. Luthfiyah Nurul K. (0522040046)
5. M. Fikri Fakhruddin (0522040051)
6. Naufal Labiib Yuanar F. (0522040054)
7. Robitulhaq (0522040061)
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Psikososial
Psikososial merupakan istilah yang mengacu pada kesehatan mental, pikiran, dan juga
perilaku seseorang yang berkaitan dengan kebutuhan dan tuntutan seseorang. Menurut Yeni
(2011) psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi dengan orang
yang ada disekitarnya. Sedangkan menurut Chaplin (2011) psikososial adalah suatu kondisi
yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya.
Istilah psikososial sendiri dipopulerkan pada tahun 1950 oleh seorang psikolog bernama
Erik Erikson. Teori psikososial ini sendiri dikembangkan oleh Erik Erikson akibat pengaruh
dari teori psikoanalisis oleh Sigmund Freud. Dalam teori psikososial, Erik Erikson meyakini
bahwa kepribadian manusia dapat berkembang melalui serangkaian tahapan. Hal yang
membedakan teori Erik Erikson dengan teori milik Freud adalah Erikson lebih menjabarkan
mengenai dampak pengalaman sosial terhadap kehidupan seseorang di sepanjang hidupnya. Ia
membahas bagaimana interaksi sosial dan hubungan berperan dalam perkembangan dan
pertumbuhan manusia.

2.2 Stress
Dalam ilmu psikologi, stres adalah reaksi seseorang secara fisik maupun emosional apabila
ada perubahan dari lingkungan yang membuat seseorang harus menyesuaikan diri. Stres adalah
bagian alami dan penting dari kehidupan, namun apabila beban stres berat dan berlangsung
dalam waktu yang lama maka akan merusak kesehatan mental. Stres adalah perasaan tertekan
dan ketegangan mental seseorang. Stress merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh
yang dapat disebabkan oleh beberapa tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi
tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat) atau ketika
harus berusaha mengatasi harapan harapan yang tidak realistis dari lingkunganya (Nasir &
Muhith, 2011). Kondisi stress terjadi karena ketidak seimbangan antara tekanan yang dihadapi
individu dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu membutuhkan energy
yang cukup untuk menghadapi situasi stress agar tidak mengganggu kesejahteraan mereka
(Lazarus dan Folkman dalam Evanjeli, 2012).
a. Sumber Stress
Sumber stress menurut Alimul (2008) dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Sumber Stres di dalam Diri Sendiri
Sumber stress didalam diri sendiri umumnya dikarenkan konflik yang terjadi antara
keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang
terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat
menimbulkan suatu stress
2. Sumber Stres di dalam Keluarga
Sumber stress ini dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan
masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda antara keluarga.
Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stress.
3. Sumber Stres di dalam Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stress dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti
lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stress pekerja karena lingkungan
fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan
di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.
b. Gejala Stress
Dalam dunia kerja, seseorang akan mengalami gejala positif jika mendapatkan sebuah
penghargaan (reward), namun jika orang tersebut merasa terhambat oleh berbagai hal diluar
kontrolnya maka orang tersebut akan mengalami gejala stress negative. Gejala stress
banyak disebutkan oleh para ahli. Menurut Robbins dan Timothy (2016: 434), gejala stress
dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Gejala psikologis
Stres memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis seperti ketegangan,
kecemasan, sifat lekas marah, kebosanan, dan penundaan.
2. Gejala fisiologis
Stres dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme, meningkatkan fungsi
jantung dan tingkat pernapasan dan tekanan darah, membawa sakit kepala, serta
menimbulkan serangan jantung.
3. Gejala perilaku
Gejala stres yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan dalam produktivitas,
ketidakhadiran, dan tingakt perputaran karyawan, demikian pula dengan perubahan
dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, pidato yang
cepat dan gelisah, dan gangguan tidur.
c. Coping Stress
Coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang
berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang digunakan dalam menghadapi
stressful (Lazarus & Folkman dalam Smet, 1994: 143). Menurut Rasmun (2004:29) coping
adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull, coping
tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik
fisik maupun psikologis.
Coping pada dasarnya adalah salah satu jenis pemecahan masalah. Prosesnya melibatkan
pengelolaan situasi yang berlebihan, meningkatkan usaha untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan kehidupan, dan mencari cara untuk mengalahkan stress atau
menguranginya.
- Emotional Focused Coping
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003:566) emotion focused coping dapat dijelaskan
sebagai strategi penanganan stress dimana seseorang memberikan respon terhadap
situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Emotion focused coping mengacu pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai
reaksi emosional negatif terhadap stres. Contohnya dengan mengalihkan perhatian dari
masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain (Lazarus &
Folkman dalam Davison, dkk 2006 : 275). Coping yang berfokus pada emosi, orang
berusaha segera mengurangi dampak stressor atau menarik diri dari situasi. Coping
yang berfokus pada emosi tidak menghilangkan stressor ataupun membantu seseorang
dalam mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengatur stressor.
- Problem Focused Coping
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003:566) problem focused coping dapat dijelaskan
sebagai strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh
individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Problem
focused coping mencakup tindakan secara langsung untuk mengatasi masalah atau
mencari informasi yang relevan beserta solusinya.
d. Mekanisme Coping Stress
Menurut Stuart dan Sudden, (2007) mekanisme koping berdasarkan penggolongannya
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Mekanisme Coping Adaptif
Mekanisme coping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan, seperti mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicarapada
orang lain, melakukan aktivitas kontruktif, memiliki potensi yang luas, dapat menerima
dukungan dari orang lain, dapat memecahkan masalah secara efektif.
b. Mekanisme Coping Meladaptif
Mekanisme coping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan, seperti pelaku yang
cenderung merusak, melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan
alkohol, tidak mampu menarik diri, tidak mampu menyelesaikan masalah.
e. Dampak Stress
Menurut Smeltzer & Bare (2008), dampak stress dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Dampak positif
Dampak positif dari stress dapat berupa peningkatan kreativitas dari seseorang dan hal
tersebut akan memicu perkembangannya sehingga menjadikannya orang yang lebih
baik.
2. Dampak negatif
Stress dapat memicu seseorang untuk mengonsumsi atau melakukan hal-hal yang
berdampak buruk bagi dirinya dan orang lain, seperti mengonsumsi narkoba, merokok,
miras dan melakukan seks bebas serta tawuran.
f. Tingkatan Stress
Menurut Psychology Foundation Of Australia, 2010 tingkat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Stress Ringan
Stress ringan adalah stressor yang di hadapi secara teratur yang dapat berlangsung
beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen.
Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan
bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lelah,
berkeringat ketika temperature tidak panas dan setelah beraktivitas, takut tanpa alas an
yang jelas, menyadari walaupun tidak setealah melakukan aktivitas fisik, tremor pada
tangan, dan merasa sangat lega jika situasi berakhir.
2. Stress Sedang
Stress ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam atau beberapa hari. Misalnya masalah
perselisihan yang tidak di selesaikan dengan teman atau pacar. Stressor ini dapat
menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi, sulit untuk beristirahat, meresa lelah karena cemas, tidak sabar ketika
mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang di lakukan,
mudah tersinggung, gelisah,dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
ketika sedang mengerjakan suatu hal, tugas kuliah.
3. Stress Berat
Stress berat adalah situasi kronis yang bias terjadi selama beberapa tahun, seperti
perselisihan dengan dosen atau teman secara terus menerus, kesulitan finansial secara
berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi
stress, makin tinggi resiko stress yang di timbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan
gejala, antara lain tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan kegiatan, merasa tidak ada hal yang bias diharapkan di masa depan, sedih
dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga
sebagai seorang manusia, berfikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat
stress yang di alami seseorang secara bertahap maka akan menurunkan energy dan
respon adaptif.
g. Stress Mahasiswa
Stressor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari berbagai macam hal, yaitu dari faktor
internal dan eksternal.
1. Faktor internal, yaitu perubahan kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan makan, tanggung
jawab baru dan perubahan kebiasaan belajar.
2. Faktor eksternal, yaitu perubahan beban kuliah dan mendapatkan nilai lebih kecil dari
yang diharapkan (Bulo & Sanches, 2014).

2.3 Faktor Penyebab Stress


1. Penyebab stress umum
Faktor-faktor penyebab stres (stressor) secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor
internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya
kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang
misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya.
2. Penyebab stress mahasiswa
Penyebab stres pada mahasiswa tersebut berbeda antara satu individu dengan yang lain.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress dapat dibagi atas faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu mahasiswa sendiri misalnya
kondisi fisik, motivasi, dan tipe kepribadian dari mahasiswa itu sendiri. Faktor eksternal
biasanya berasal dari luar individu seperti keluarga, pekerjaan, fasilitas, lingkungan, dosen
dan lain-lain (Heiman dan Kariv, 2005).

2.4 Standar NAB


Pada survei diagnosis stress kerja responden diminta memilih seberapa sering kondisi
tersebut menimbulkan stress dengan arti setiap poin sebagai berikut:
1 = Bila kondisi yang diuraikan tidak pernah menimbulkan stress
2 = Bila kondisi yang diuraikan jarang sekali menimbulkan stress
3 = Bila kondisi yang diuraikan jarang menimbulkan stress
4 = Bila kondisi yang diuraikan kadang-kadang menimbulkan stress
5 = Bila kondisi yang diuraikan sering menimbulkan stress
6 = Bila kondisi yang diuraikan sering kali menimbulkan stress
7 = Bila kondisi yang diuraikan selalu menimbulkan stress
Tabel 2.1 Standar Faktor Psikologi Survey Diagnosis Stress Kerja
1. Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya tidak 1 2 3 4 5 6 7
jelas
2. Saya mengerjakan tugas-tugas atau proyek- 1 2 3 4 5 6 7
proyek yang tidak perlu
3. Saya harus membawa pulang pekerjaan ke 1 2 3 4 5 6 7
rumah setiap sore hari atau akhir pekan agar
dapat mengejar waktu
4. Tuntunan-tuntunan mengenai mutu 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan terhadap saya keterlaluan
5. Saya tidak mempunyai kesempatan yang 1 2 3 4 5 6 7
memadai untuk maju dalam organisasi ini
6. Saya bertanggung jawab untuk 1 2 3 4 5 6 7
pengembangan karyawan lain
Sumber: Permenaker No. 05 Tahun 2018
Tabel 2.1 Standar Faktor Psikologi Survey Diagnosis Stress Kerja
7. Saya tidak jelas kepada siapa harus melapor 1 2 3 4 5 6 7
dan atau siapa yang melapor kepada saya
8. Saya terjepit di tengah-tengah antara atasan 1 2 3 4 5 6 7
dan bawahan saya
9. Saya menghabiskan waktu terlalu banyak 1 2 3 4 5 6 7
untuk pertemuan-pertemuan yang tidak
penting yang menyita waktu saya
10. Tugas-tugas yang diberikan kepada saya 1 2 3 4 5 6 7
terlalu sulit dan atau terlalu kompleks
11. Kalau saya ingin naik pangkat saya harus 1 2 3 4 5 6 7
mencari pekerjaan pada satuan kerja lain
12. Saya bertanggung jawab untuk membimbing 1 2 3 4 5 6 7
dan/atau membantu bawahan saya
menyelesaikan problemnya
13. Saya tidak mempunyai wewenang untuk 1 2 3 4 5 6 7
melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
saya
14. Jalur perintah yang formal tidak dipatuhi 1 2 3 4 5 6 7
15. Saya bertanggung jawab atas semua proyek 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan dalam waktu bersamaan yang
hampir tidak dapat dikendalikan
16. Tugas-tugas tampaknya makin hari menjadi 1 2 3 4 5 6 7
makin kompleks
17. Saya merugikan kemajuan karir saya dengan 1 2 3 4 5 6 7
menetap pada organisasi ini
18. Saya bertindak atau membuat keputusan- 1 2 3 4 5 6 7
keputusan yang mempengaruhi keselamatan
dan kesejahteraan orang lain
19. Saya tidak mengerti sepenuhnya apa yang 1 2 3 4 5 6 7
diharapkan dari saya
Sumber: Permenaker No. 05 Tahun 2018
Tabel 2.1 Standar Faktor Psikologi Survey Diagnosis Stress Kerja
20. Saya melakukan pekerjaan yang diterima 1 2 3 4 5 6 7
oleh satu orang tapi tidak diterima oleh
orang lain
21. Saya benar-benar mempunyai pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7
yang lebih banyak daripada yang biasanya
dapat dikerjakan dalam sehari
22. Organisasi mengharapkan saya melebihi 1 2 3 4 5 6 7
keterampilan dan atau kemampuan yang
saya miliki
23. Saya hanya mempunyai sedikit kesempatan 1 2 3 4 5 6 7
untuk berkembang dan belajar pengetahuan
dan keterampilan baru dalam pekerjaan saya
24. Tanggung jawab saya dalam organisasi ini 1 2 3 4 5 6 7
lebih mengenai orang daripada barang
25. Saya tidak mengerti bagian yang diperankan 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan saya dalam memenuhi tujuan
organisasi keseluruhan
26. Saya menerima permintaan-permintaan yang 1 2 3 4 5 6 7
saling bertentangan dari satu orang atau lebih
27. Saya merasa bahwa saya betul-betul tidak 1 2 3 4 5 6 7
punya waktu untuk istirahat berkala
28. Saya kurang terlatih dan atau kurang 1 2 3 4 5 6 7
pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas
saya secara memadai
29. Saya merasa karir saya tidak berkembang 1 2 3 4 5 6 7
30. Saya bertanggung jawab atas hari depan 1 2 3 4 5 6 7
(karir) orang lain
Sumber : Permenaker No. 05 Tahun 2018
Tabel 2.2 Skor Diagnosis Stress Kerja
Skor TP Ketaksaan peran 1+7+13+19+25
Skor KP Konflik Peran 2+8+14+20+26
Skor BBKuan Beban Berlebih Kuantitatif 3+9+15+21+27
Skor BBKual Beban Berlebih kualitatif 4+10+16+22+28
Skor PK Pengembangan Karir 5+11+17+23+29
Skor TJO Tanggung Jawab terhadap Orang lain 6+12+18+24+30
Sumber : Permenaker No. 05 Tahun 2018

Dengan kesimpulan
Skor ≤ 9 : derajat stress RINGAN
Skor 10 – 24 : derajat stress SEDANG
Skor > 24 : derajat stress BERAT

2.5 Potensi Bahaya


Potensi bahaya faktor psikologi menurut Permenaker No 05 Tahun 2018 pada pasal 24
menyebutkan bahwa Potensi bahaya faktor psikologi pada tempat kerja, meliputi :
a. Ketidakjelasan atau ketaksaan peran
b. Konflik peran
c. Beban kerja berlebih secara kualitatif
d. Beban kerja berlebih secara kuantitatif
e. Pengembangan karir
f. Tanggung jawab terhadap orang lain
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan


1. Alat tulis
2. Gadget (laptop, ponsel)
3.2 Langkah Percobaan
1. Mengecek derajat stress pada Permenaker No. 05 Tahun 2018
2. Menentukan responden yang akan mengisi survey
3. Membedakan skor antara ketaksaan peran, konflik peran, beban berlebih kuantitatif, beban
berlebih kuanlitatif, pengembangan karir, tanggung jawab terhadap orang lain.
4. Membuat google formulir dengan pertanyaan yang telah ditentukan pada Permenaker No.
05 Tahun 2018
5. Menganalisa data responden, dengan cara menjumlah data sesuai dengan skor yang telah
ditentukan.
6. Melakukan Analisa AREP.
7. Membuat kesimpulan serta menyusun laporan resmi praktikum
3.3. Flowchart Praktikum

Mulai

Mengecek Survei pertanyaan pada


Pemen 05/2018

Menentukan responden yang akan


mengisi survey

Membedakan skor antara ketaksaan


peran, konflik peran, beban berlebih
kuantitatif, beban berlebih kuanlitatif,
pengembangan karir, tanggung jawab
terhadap orang lain.

A
A

Membuat google formulir dengan


pertanyaan yang telah ditentukan pada
PERMEN 5 tahun 2018

Menganalisa data responden, dengan


cara menjumlah data sesuai dengan skor
yang telah ditentukan.

Melakukan Analisa AREP.

Membuat kesimpulan serta menyusun


laporan resmi praktikum

selesai
BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Analisa Data


Masing masing mahasiswa mengisi kuesioner faktor psikologi terkait dengan aktifitas kuliah
daring (perwakilan kelas membuat google form untuk diisi)
Hasil pengisian kuesioner dievaluasi apakah termasuk derajat stress ringan, sedang atau berat
(per kelompok mengevaluasi kelompok yang sama dari kelas C, misal kelompok 3 kelas K32B,
mengevaluasi kelompok 3 kelas K32C)
Berikan reomendasi berdasarkan hasil evaluasi
Jawab =
Tabel hasil kuisioner :
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1PUMuxXmFuyzl30_LYJHO5g57W
GmSWYAVJEY99Dj61w/edit?resourcekey#gid=1280278895
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner :

Nama / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NRP
Griselda 4 4 7 5 3 1 1 4 4 5 5 2 4 5
Khalisah K./
0522040071
Maulana 4 4 5 3 1 1 1 1 3 3 1 3 2 2
Hanif A/
0522040079
Miftakhul 4 3 5 2 2 2 3 2 3 4 4 4 2 2
Jannah/
0522040082
Muhammad 4 4 4 5 3 4 5 2 4 5 4 2 4 5
Assegaf/
0522040085
Taffana Dea 2 2 2 3 5 4 2 1 3 4 3 3 2 2
R./
0522040092
Tabel 4.2 Hasil Kuisoner Lanjutan
Nama / 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NRP
Griselda 2 6 3 4 2 3 5 4 5 5 2 2 4 5 3 1
Khalisah
K./
0522040071
Maulana 2 4 1 2 4 3 2 3 3 4 2 2 4 3 4 3
Hanif A/
0522040079
Miftakhul 4 5 2 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 2 2
Jannah/
0522040082
Muhammad 4 6 2 4 4 6 6 6 3 4 2 2 5 4 3 4
Assegaf/
0522040085
Taffana Dea 2 4 2 2 1 2 3 2 1 4 2 4 4 2 2 2
R./
0522040092
Keterangan tabel :

Angka 1-30 pada kolom 1 : pertanyaan seperti pada PERMEN 05 Tahun 2018

1 : Bila kondisi yang diuraikan tidak pernah menimbulkan stress

2 : Bila kondisi yang diuraikan jarang sekali menimbulkan stress

3 : Bila kondisi yang diuraikan jarang menimbulkan stress

4 : Bila kondisi yang diuraikan kadang-kadang menimbulkan stress

5 : Bila kondisi yang diuraikan sering menimbulkan stress

6 : Bila kondisi yang diuraikan sering sekali menimbulkan stress

7 : Bila kondisi yang diuraikan selalu menimbulkan stress

4.2 Perhitungan Skor


Skor TP Ketaksaan peran 1+7+13+19+25
Skor KP Konflik Peran 2+8+14+20+26
Skor BBKuan Beban Berlebih Kuantitatif 3+9+15+21+27
Skor BBKual Beban Berlebih kualitatif 4+10+16+22+28
Skor PK Pengembangan Karir 5+11+17+23+29
Skor TJO Tanggung Jawab terhadap Orang lain 6+12+18+24+30

1. Griselda Khalisah K./ 0522040071


Skor TP : 13 (sedang)
Skor KP : 18 (sedang)
Skor BBKuan : 22 (sedang)
Skor BBKual :25 (berat)
Skor PK : 19 (sedang)
Skor TJO :13 (sedang)
2. Maulana Hanif A/0522040079
Skor TP : 11 (sedang)
Skor KP : 12 (sedang)
Skor BBKuan : 16 (sedang)
Skor BBKual : 16 (sedang)
Skor PK :10 (sedang)
Skor TJO : 13 (sedang)
3. Miftakhul Jannah/ 0522040082
Skor TP : 17 (sedang)
Skor KP : 15 (sedang)
Skor BBKuan : 20 (sedang)
Skor BBKual : 21 (sedang)
Skor PK : 13 (sedang)
Skor TJO : 14 (sedang)
4. Muhammad Assegaf/ 0522040085
Skor TP : 19 (sedang)
Skor KP : 19 (sedang)
Skor BBKuan : 13 (sedang)
Skor BBKual : 26 (berat)
Skor PK : 15 (sedang)
Skor TJO : 18 (sedang)
5. Taffana Dea R./ 0522040092
Skor TP : 9 (ringan)
Skor KP : 11 (sedang)
Skor BBKuan : 14 (sedang)
Skor BBKual : 15 (sedang)
Skor PK : 13 (sedang)
Skor TJO : 15 (sedang)

4.3. Analisa AREP


1. Antisipasi pada tahap ini potensi bahaya kemungkinan yang dapat diakibatkan oleh
faktor psikologi yang terjadi ketika melakukan kuliah daring di rumah sore-malam hari
ditambah dengan kuliah offline di kampus pada pagi-sore hari
2. Rekognisi pada tahap ini mengenali dan mengukur potensi bahaya psikologi yang terjadi.
Ketika kuliah daring memperhatikan posisi duduk, berapa lama duduk, jarak pandangan
mata terhadap laptop/handphone, posisi menulis dan letak peralatan tulis. Sedangkan
Ketika kuliah luring, memperhatikan aktivitas apa saja yang dilakukan, perjalanan
berangkkat dan pulang dari kampus,dll.
3. Evaluasi pada tahap ini, dari hasil perhitungan kuisioner yang sudah dibagikan. kategori
stress tergolong didominasi sedang, hanya ada satu tergolong berat dan juga hanya ada
satu yang tergolong ringan . Kuliah luring ditambah daring membuat mahasiswa ini
merasakan stress yang tergolong didominasi sedang. Aktivitas yang sudah dilakukan
ketika luring yang dilakukan pagi-sore hari kemudian perjalanan pulang. Setelah itu
mahasiswa ini melaksanakan kuliah daring sore-malam hari. Setelah banyak energi yang
terbuang Ketika melaksanakan kuliah daring, mahasiswa ini diharuskan menatap layar
laptop dan mengerjakan tugas yang diberikan untuk melaksanakan kuliah daring. Jika
terus menerus terjadi dan tugas daring yang diberikan terlalu banyak mahasiswa ini akan
mengalami stress.
Pengendalian :
 Eliminasi = -
 Substitusi = -
 Rekayasa Teknik = Penggunaan kursi yang nyaman, intensitas cahaya laptop yang
digunakan tidak terlalu terang/tidak terlalu redup, lebar meja dapat menampung
peralatan yang digunakan selama aktifitas perkuliahan, memilih posisi duduk dan
beraktivitas di kampus senyaman mungkin.
 Pengendalian administrasi = memberikan batasan waktu duduk agar tidak terlalu
lama, diberikan waktu sedikit sesering mungkin untuk berdiri, meregangkan tubuh,
dan mengistirahatkan mata. Memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin, mecari
hiburan agar tidak terlalu jenuh, seperti mendengarkan musik, menonton film,
liburan ketika hari libur, dll.
 APD = Ketika kuliah daring menggunakan kacamata radiasi, untuk melindungi
mata dari paparan sinar laptop
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Faktor bahaya psikososial dapat diukur menggunakan cara membuat kuesioner yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai jenis gangguan.
Pertanyaan tersebut terdiri dari 30 pertanyaan yang sesuai pada lampiran Permenaker No.
05 Tahun 2018 yang harus diserahkan kepada responden yang mana responden akan
mengisi skor antara 1-7.
2. Berdasarakan Permenaker No. 05 Tahun 2018 derajat stress dapat ditentukan dengan
mengakumulasikan skor dari pertanyaan tertentu sesuai faktor yang akan dicari, berikut
perinciannya :
• Ketaksaan Peran (TP) = 1+7+13+19+25
• Konflik Peran (KP) = 2+8+14+20+26
• Beban Berlebih Kuantitatif (BBKuan) = 3+9+15+21+27
• Beban Berlebih Kualitatif (BBKual) = 4+10+16+22+22
• Pengembangan Karir (PK) = 5+11+17+23+29
• Tanggungjawab terhadap orang lain (TJO) = 6+12+18+24+30
Setelah diakumulasikan akan didapat skor yang dapat dikategorikan yaitu
• Skor <9 : derajat stres RINGAN
• Skor 10-24 : derajat stres SEDANG
• Skor >24 : derajat stres BERAT
3. Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat dampak negatif dari faktor
psikososial, Penerapan pengendalian bahaya dalam hygiene industri berupa AREP. Pada
kasus ini pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah :
- Manajemen Administrasi
a) melakukan pemilihan, penempatan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja/ responden;
b) mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja seperti senam seminggu sekali;
c) mengadakan program konseling: mengadakan komunikasi orgarnisasional secara
memadai;
d) memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja/responden untuk memberikan masukan
dalam proses pengambilan keputusan;
e) mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan
yang ada;
f) menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
g) pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
5.2. Saran
Apabila memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan psikososial dengan menyebarkan
kuesioner secara langsung pada pekerja atau kepada mahasiswa dengan jumlah lebih banyak
sehingga tingkat stress pada suatu perusahaan atau kampus dapat terukur secara jelas
DAFTAR PUSTAKA

Asih, G. Y., dkk. 2018. Stress Kerja. Semarang: Universitas Semarang

Fahamsyah, D. (2017). Analisis Hubungan Kerja Mental dengan Stress Kerja. Jawa Timur:
Persatuan Alumni Kesehatan Masyarakat Indonesi

Mantiri, E. Z. R. A., dkk. 2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan Penerapan Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Manado: Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Sudja’i, dkk. (2021). Hubungan Modal Sosial, Modal Psikologi, Modal Diri Karyawan dan
Stress Kerja. Jurnal Baruna Horizon Vol. 4, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai