Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stres didefinisikan sebagai respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap
tuntutan, apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang dapat menimbulkan stres maka
terjadi respons, ada reaksi kimiawi dalam tubuh. Respon dibagi dalam tiga tahapan, yaitu
reaksi alarm, reaksi melawan, dan reaksi letih. Tahap pertama timbul adanya bahaya dan
persiapan untuk menghadapi stresor. Tahap kedua timbul perlawanan, tubuh
mengembangkan pertahanan terhadap stresor. Apabila stres berkepanjangan dan individu
gagal menghadapi ancaman, maka akan sampai tahap ketiga yaitu kelelahan, dan pada
tahap ini, segala kekuatan fisik dikuras dan akibatnya bisa menimbulkan rasa sakit (Ali
Maksum, 2008: 109).
Terdapat banyak pendapat terhadap hubungan antara olahraga dengan kepribadain
seorang atlet. Atlet dianggap sebagai individu yang kompetitif dan agresif sesuai dengan
hakikat olahraga itu sendiri, akan tetapi hal ini belum tentu sesuai dengan tingkah laku
atlet tersebut pada interaksinya sehari-hari. Berolahraga teratur dapat mengakibatkan
efek-efek psikologis tertentu seperti perasaan nyaman dan segar. Hal ini secara tidak
langsung tentu berpengaruh terhadap tingkah laku sehari-hari (Singgih Gunarsa, 2008:
35). Pentingnya untuk memperhatikan tingkat kecemasan bertanding atlet adalah karena
apabila atlet dihinggapi dengan kecemasan yang tinggi menyebabkan atlet kesulitan
dalam mengontrol gerakannya. Akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya
(performance). Tidak dapat lagi di salahkan bahwa situasi pertandingan merupakan
tekanan yang besar bagi atlet. Kecemasan sebagai suatu reaksi emosi terhadap suatu
kondisi yang dipersepsi mengancam. Ketegangan menggambarkan perasaan atlet bahwa
sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi, meliputi tampil buruk, lawannya yang
dipandang superior, akan mengalami kekalahan, dan akan dicemoohkan teman apabila
mengalami kekalahan. Kondisi ini akan menimbulkan ketegangan yang akan memberikan
dampak tidak menguntungkan pada atlet. Ketakutan yang tidak proporsional terhadap
satu situasi tertentu disebut state anxiety.

1
Terpakunya pembinaan olahraga pada aspek fisik menyebabkan aspek psikis
sering diabaikan, padahal aspek psikis sangat penting sekali untuk mencapai sebuah
prestasi yang tinggi. Tanpa mengurangi aspek fisik aspek psikis perlu di tingkatkan, hal
ini perlu di perhatikan oleh pelatih atau pembina. Dalam mempersiapkan atlet guna
mencapai prestasi puncak perlu diperhatikan kedua hal tersebut secara berimbang,
terprogram dan terarah karena aspek fisik dan aspek psikis saling terkait dan berjalan
bersama-sama dalam setiap pertandingan. Selain itu pelatih dan atlet harus mengerti hal-
hal yang bisa menjadi penyebab stres agar mereka bisa lebih rileks dan siap dalam
menghadapi pertandingan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut dengan stress dan coping stress ?
2. Apa yang menyebabkan sress pada atlet ?
3. Bagaimana pengaruh stress pada prestasi atlet ?
4. Bagaiamana cara mengatasai ( coping ) stress pada atlet ?
1.3 Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas pada
matakuliah Psikologi Olahraga. Selain itu tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui lebih baik apa itu stress dan coping stress.
2. Untuk mengetahui hal apa saja yang mempengaruhi tingkat stress pad atlet.
3. Mengetahui dampak dari stress yang dirasakan atlet.
4. Mempelajari cara dalam mengatasi stress pada atlet.
5. Mengidentifikasi kondisi psikologis atlet.

1.4 Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat lebih memahami
stress dan coping stress dalam bidang olahraga, serta dapat melatih diri dalam mencari
dan menyajikan informasi dengan cara yang baik dan benar. Selain itu ini juga dapat
memperluas wawasan mahasiswa dan meningkatkan ketertarikan terhadap pentingnya
psikologi dalam olahraga.

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Stress dan Coping Stress


1. Stress
Stress adalah bentuk ketegangan fisik, psikis, emosi dan mental. Yang dalam
bentuk respon dari dalam tubuh dapat sangat mengganggu aktifitas seseorang, yang pada
kadar jumlah ketegangan yang tinggi dapat mengakibatkan rasa sakit dan gangguan
mental.
Menurut para ahli, seperti Robbins (2001) menjelaskan bahwa strees dapat pula
diartikan sebagai sebuah kondisi yang menekan psikis seseorang dalam mecapai suatu
kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang. Dan apabila pengertian stress ini dikaitkan dengan system kognitif manusia
seperti penjelasan Woolfolk dan Richardsno (1979) mengartikan bahwa stress dapat
menyebabkan segala peristiwa yang terjadi sebagai interpretasi yang diberikan terhadap
peristiwa tersebut, layaknya sebuah ancaman suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan suatu bentuk perilaku.
Ahli lain (Atwater, 1993: 16) mendefinisikan stres adalah suatu tuntutan bagi
individu untuk menyesuaikan diri terhadap suatu hal, dapat berupa penyesuaian fisik
maupun psikologis. Untuk itu tercapai atau tidaknya suatu tuntutan dapat menimbulkan
stres, tergantung pada bagaimana individu mempersepsi tuntutan tersebut sebagai
ancaman atau sebaliknya. Dapat pula terjadi bahwa situasi atau yang di persepsi sebagai
ancaman yang bersifat nyata atau bersifat tidak nyata.
Dalam banyak literatur menyatakan bahwa definisi stress dapat diartikan sebagai
berikut :
Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (Lingkungan), situasi atau
kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan
terhadap seseorang.

3
Reaksi alami untuk menyesuaikan diri (adaptasi) dalam bentuk sebuah tanggapan
psikologis yang berupa suatu tindakan untuk menyampaikan reaksi atas tekanan pada
seseorang.

2. Jenis – Jenis Stress


Berikut ini merupakan jenis stress yang ditinjau dari penyebab terjadinya :
 Stres Fisik
Merupakan sebuah efek yang terjadi terhadap lingkungan diluar
kendali dan kehendak manusia, seperti : suhu yang terlalu tinggi atu
rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat dan
sebagainya.
 Stres Kimiawi
Merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh dari obat –
obatan maupun zat kimiawi yang terkandung dalam sebuah makanan, zat
ataupun bisa disebabkan faktor hormone.
 Stres Mikrobiologis
Merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh bakteri dan
parasite yang menjangkiti tubuh manusia, baik secara langsung di dalam
tubuh maupun dipermukaan kulit.
 Stres fisiologis,
Merupakan stress yang disebabkan oleh disfungsinya organ tubuh,
seperti keseleo/terkilir, terluka, hal – hal yang menyebabkan tubuh fisik
menjadi tidak dapat menerima sebuah keadaan yang terjadi.
 Stres proses tumbuh kembang
Yakni sebuah kejadian jenis stress yang paling banyak terjadi
ketika melalui sebuah proses fase baru dalam kehidupan yang berdampak
pada emosional psikologis manusia, hal ini dapat terjadi karena
ketidaksiapan dan kurangnya pengalaman akan sesuatu hal yang baru.

4
3. Coping Stress
Cara untum individu untuk mengatasi stress disebut dengan coping Stres. Coping
mengacu pada upaya kognitif dan behavioral untuk beradaptasi dengan berbagai
perubahan dalam situasi kehidupan, terutama yang bersifat menekan. Coping
biasanya dikaitkan dengan mekanisme pertahanan diri.
Coping digunakan untuk memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri. Coping
yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak
dapat dikuasainya (Lazarus dan Folkman, 1984).
Coping adalah proses dimana individu melakukan usaha untuk mengatur
(management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands)
dan kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres
(Sarafino, 2006).
Coping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang
untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi dalam kondisi yang
penuh stres (Yani, 1997).
Coping adalah semua bentuk perilaku dan pikiran (negatif atau positif) yang dapat
mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stres (Haber
dan Runyon (1984).

4. Bentuk – Bentuk Coping


Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) secara umum membedakan bentuk
dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:
 Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah
strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber
masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah,
mencari sumber masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress
dan berusaha menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang
atau hilang.
 Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah
strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap

5
situasi stress dengan cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku individu
bagaimana meniadakan fakta - fakta yang tidak menyenangkan. Bila
individu tidak mampu mengubah kondisi yang menekan individu akan
cenderung untuk mengatur emosinya dalam rangka penyesuaian diri
dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi
yang penuh tekanan.

2.2 Penyebab Stress pada Atlet


Menurut Mellaleu Dkk (2009) mengemukakan stress sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi emosi dan fisik atlet, baik yang berasal dari luar diri maupun yang
berasal dari dalam diri atlet itu sendiri. dan lebih lanjut stress merupakan bentuk respon
yang dirasakan oleh atlet karena di hadapkan dengan berbagai tantangan yang ada dalam
upaya meraih prestasi.
Stressor ( sumber stress) dalam olahraga juga bisa dikelompokkan ke dalam dua
hal:
a) Stressor kompetitif, yaitu penyebab stress yang berkaitan dengan
kompetisi/perlombaan yang dialami atlet; pada umumnya berhubungan
dengan penampilan, kemampuan, tafsiran (yang berlebihan) terhadap
kemampuan lawan atau kemampuan diri sendiri, ekspektasi yang
berlebihan, situasi pertandingan yang menimbulkan stress, dan
sebagainya.

b) Stressor organisasional atau stressor situasional: yaitu stressor yang


berkaitan dengan organisasi dimana atlet terlibat; antara lain: tekanan dari
lingkungan sosial atlet, semisal dari keluarga/orang tua, tim
pelatih/manajer/ofisial, pengurus atau organisasi olahraga, panitia
pertandingan, komponen pendukung pertandingan (contoh:
akomodasi/transportasi), sponsor, media, fans/supporter, dan sebagainya.

Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa stres dapat bersumber dari dalam
individu, maupun dari luar individu. Sumber stres dari dalam individu dapat berupa:

6
1) Atlet sangat mengandalkan kemampuan teknisnya, apabila atlet hanya
mengandalkan kemampuan teknisnya akan mengalami kesulitan sewaktu
menghadapi situasi perlombaan yang kurang menguntungkan,
2) Atlet merasa bermain baik sekali atau sebaliknya, apabila dalam diri atlet ada
perasaan seperti ini akan memberikan beban mental pada dirinya.
3) Adanya pikiran negatif karena dicemooh atau dimarahi, apabila ada perasaan
seperti ini akan ada perasaan yang menekan dan menimbulkan frustrasi yang
mengganggu penampilannya.
4) Adanya pikiran puas diri, apabila hal ini tertanam dalam diri atlet akan
menimbulkan benih-benih ketegangan dalam dirinya yang menyebabkan dirinya
dituntut untuk mewujudkan sesuatu yang mungkin berada diluar kemampuannya
sehingga secara tidak disadari akan menggagu penampilannya.

Sedangkan sumber ketegangan dari luar dapat berupa:

a) Rangsangan yang membingungkan, hal ini biasanya disebabkan oleh komentar


para officials yang merasa berkompeten, baik atas koreksi, strategi atau taktik
yang harus dilakukan maupun petunjuk yang lain kepada atlet.
b) Pengaruh massa atau penonton, hal ini dapat berpengaruh positif maupun
berpengaruh negatif, misalnya berupa cemoohan terhadap atlet atau suatu bentuk
motivasi yang dapat membangkitkan semangat atau rasa percaya diri. Petri (1980:
18) mengemukakan bahwa adanya penonton (audience) dapat berpengaruh positif
atau negatif. Apabila atlet yakin akan hasilnya, maka adanya penonton (audience)
akan berpengaruh positif, tetapi apabila atlet tidak yakin akan hasil yang akan di
capai maka akan berpengaruh negatif.
c) Saingan yang bukan tandingannya, apabila hal ini dialami atlet, maka dalam hati
kecilnya akan timbul pengakuan akan ketidakmampuannya untuk menang.
d) Kehadiran atau ketidakhadiran pelatih, hal ini dapat berpengaruh positif maupun
negatif. Apabila atlet mempunyai hubungan personal yang baik dengan pelatih
maka kehadiran pelatih akan berpengaruh positif, tetapi apabila atlet mempunyai
hubungan personal yang tidak baik dengan pelatihnya maka kehadiran pelatih
dapat berpengaruh negatif.

7
e) Kondisi keadaan lapangan tempat berlomba, cuaca saat berlomba yang belum
terbiasa dihadapi juga dapat berpengaruh negatif terhadap penampilan atlet.

2.3 Pengaruh Stress pada Prestasi Atlet


Stress merupakan salah satu topik yang sering menjadi kajian dalam psikologi
olahraga, terutama kaitannya dengan performa atlet dalam situasi kompetisi
(Lazarus,2000, Jarvis 2006, Bali 2015).
Stres sering disalahpahami sebagai sesuatu yang merugikan karena diidentikkan
dengan emosi-emosi negatif atlet sehingga mengganggu performanya. Namun, tidak
demikian adanya. Stres tidak selalu bersifat negatif dan merugikan (Gustafsson, 2007).
Sebaliknya, stres dapat bersifat positif dan menguntungkan karena mampu memfasilitasi
performa atlet dan membantunya beradaptasi dengan tantangan-tantangan yang ada
dalam kompetisi (Lazarus, 2000). Dari penjelasan ini, dapat diketahui bahwa ada dua tipe
stres. Pertama, stres positif yang menguntungkan. Sementara tipe kedua adalah stres yang
merugikan.
Seperti halnya definisi stres, istilah yang digunakan untuk merujuk kedua tipe
stres tersebut pun berbeda-beda. Selye (dalam Lazarus, 2000) menyebutnya eustress dan
distress. Sementara Lazarus dan Folkman (1984) menggunakan istilah treat dan challenge
untuk merujuk pada tipe yang sama. Lazarus (2000) menjelaskan bahwa pembagian tipe
stres menurut Selye didasarkan pada pengaruh stres terhadap kesehatan, kemampuan
adaptasi, dan well-being, sedangkan fokus Lazarus dan Folkman dalam menjelaskan stres
lebih spesifik pada pengaruh aspek psikologis tersebut terhadap performa atlet dalam
situasi tertentu, misalnya kompetisi. Meskipun memiliki perbedaan, sebetulnya ada
kesamaan pula antara tipe-tipe stres menurut Selye serta Lazarus dan Folkman.
Kesamaan ini membuat kedua pembagian tipe tersebut menjadi memiliki “hubungan”
pula, yakni penjelasan mengenai tipe stres yang menguntungkan dan merugikan atlet.
 Bentuk stres yang positif (baik disebut eustress maupun challenge)
menguntungkan bagi atlet karena membuat atlet mampu mempertahankan
motivasi dan daya juangnya untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang
menghadangnya dalam mencapai prestasi olahraga. Atlet memandang stresor
yang ada bukan sebagai sesuatu yang mengancam usahanya dalam meraih

8
prestasi, melainkan sebagai suatu hal yang menantang; yang jika dia mampu
taklukkan maka akan memfasilitasi kemajuan dalam kemampuan dan
performanya.

 Bentuk stres yang kedua, yang bersifat negatif (baik disebut distress maupun
threat) merugikan bagi atlet karena menyebabkan emosi negatif atlet meningkat
sementara emosi positifnya menurun. Kondisi ini menyebabkan performa atlet
menjadi terganggu dan atlet mengalami kesulitan dalam meraih prestasi.
Kebalikan dari bentuk stres yang pertama, pada bentuk stres ini, atlet memandang
stresor, misalnya situasi kompetisi, sebagai sesuatu yang mengancam dirinya dan
berpotensi membuat performanya tidak sebagus yang diharapkan. Oleh karena itu,
atlet mengalami peningkatan emosi negatif, seperti kecemasan, marah, dan agresi.

Selain dibagi menjadi dua tipe berdasarkan dampaknya; apakah menguntungkan


atau merugikan, stres juga dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan durasi kondisi itu
dialami oleh atlet (Payne & Hahn, 2010; Bali, 2015). Ketiga tipe tersebut adalah stres
akut, stres episodik, dan stres kronis. Stres akut adalah stres yang terjadi dalam durasi
yang singkat dan biasanya terjadi beberapa saat setelah atlet terpapar suatu stresor.
Meskipun begitu, stres akut dapat berubah menjadi stres episodik atau stres kronis dan
mengganggu performa atlet, terutama ketika atlet berulang kali terpapar stresor yang
sama secara rutin dalam waktu yang lama sehingga dia sering mengalami stres akut. Stres
episodik adalah stres yang berlangsung lebih lama daripada stres akut, yakni sebelum
hingga sesudah suatu kejadian atau peristiwa terjadi, seperti pertandingan atau kompetisi
tertentu. Stres kronis adalah stres dengan durasi paling lama dibandingkan dua tipe stres
lainnya dan tentu saja memiliki dampak merusak dan mengganggu lebih besar terhadap
atlet.

2.4 Cara Mengatasi ( Coping ) Stress pada Atlet


Seperti yang sudah tertera diatas Lazarus dan Folkman membagi penyelesaian
masalah menjadi dua yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping
(dalam Intani dan Surjaningrum, 2010):

9
 Problem Focused Coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat
pada masalah. Individu akan mengatasi masalah dengan aktivitas penyelesaian
langsung mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru. Lazarus
menunjukkan indicator yang ada adalah sebagai berikut (Aldwin dan Revenson
dalam Prayascitta, 2010):
o Distancing, ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui: Yaitu
usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan
pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu
masalah .
o Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu
strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan
melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
o Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari
permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang
melibatkan hal-hal religi.
o Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari
masalah, dan beralih pada hal-hal lain.
 Emotional Focused Coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat
pada emosi digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress tanpa
mengatasi sumber masalah. Lazarus menunjukkan indicator yang ada adalah
sebagai berikut (Aldwin dan Revenson dalam Prayascitta, 2010)

o Self Control,merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan


cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya
selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
o Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang
dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari
dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa
simpati dan perhatian.

10
o Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah
dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil
pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah).
o Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya
atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa
dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
o Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha
menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada
pada dirinya
 Menurut Wade dan Travis (2007) ada beberapa cara untuk mengatasi stress yaitu
dengan cara mendinginkan kepala, memecahkan masalah, memikirkan kembali
masalah, mendapatkan dukungan sosial, dan sembuh dengan membatu orang lain.
Wade dan Travis (2007) mengemukakan ada beberapa strategi untuk menurunkan
tingkat stress: Strategi Fisik, Strategi yang Berorientasi Terhadap Masalah.

Terdapat beberapa teknik latihan mental yang dapat digunakan untuk


memanajemen stres yang dirasakan oleh atlet. (Rumbold, Fletcher, Daniels, 2012;
Jarvis, 2006). Di antaranya sebagai berikut:

 Relaksasi, Latihan relaksasi memiliki manfaat untuk mengurangi ketegangan


fisiologis dan fisik atlet yang pada akhirnya turut meminimalkan ketegangan
mental yang atlet rasakan. Pada dasarnya, sebelum memulai melakukan jenis-
jenis latihan mental lainnya, atlet terlebih dahulu harus melakukan relaksasi agar
tubuh dan pikirannya dapat tenang dan fokus untuk menjalankan prosedur latihan
mental tersebut dengan baik. Setidaknya terdapat dua jenis teknik latihan relaksasi
yang sering digunakan dalam latihan mental, khususnya untuk manajemen stres.
Pertama adalah progressive muscle relaxation, sedangkan yang kedua adalah
autogenic training (Jannah, 2016).
 Hipnosis, Pada dasarnya, hipnosis merupakan teknik latihan mental yang dalam
prosedurnya terdapat pemberian sugesti saat atlet berada dalam kondisi alfa. Sama
seperti hipnosis pada umumnya, self-hypnosis juga menekankan pemberian
sugesti dan pencapaian kondisi alfa dalam tiap prosedurnya. Self-hypnosis

11
merupakan tindakan melakukan prosedur hipnosis tanpa melibatkan orang lain
sebagai hypnotist (Stevenson, 2009; Jannah, 2016). Jadi diri sendirilah yang
memberikan sugesti-sugesti tersebut.
 Imagery Training, Imagery adalah keterampilan memvisualisasikan suatu
pengalaman di dalam pikiran (Setyawati, 2014; Komarudin, 2013). Dalam
konteks olahraga, biasanya pengalaman-pengalaman yang divisualisasikan adalah
yang berhubungan dengan performa atlet di lapangan, baik saat latihan maupun
pertandingan.
 Self-Talk, Self-talk adalah verbalisasi atau dialog internal yang dilakukan dan
ditujukan kepada diri sendiri (Smith & Kays, 2010; Hardy & Hall, 2006). Dialog
internal tersebut dapat berupa pernyataan atau kalimat yang positif ataupun
negatif; masing-masing disebut dengan positive self-talk dan negative self-talk
(Jannah, 2016; Komarudin, 2013).
 Meditasi, Meditasi merupakan teknik latihan yang digunakan untuk meregulasi
emosi dan fokus (Gunaratana, 2002). Meskipun meditasi sering dikaitkan dengan
praktik keagamaan tertentu, namun dalam konteks psikologis, meditasi telah
digunakan sebagai teknik latihan mental, terutama karena manfaatnya dalam
menenangkan, serta membuat individu mendapatkan insight mengenai
kehidupannya sehingga dapat mencapai kondisi well-being.
 Goal setting, Goal setting adalah suatu keterampilan merumuskan tujuan- tujuan
yang ingin dicapai dalam periode waktu tertentu (Weinberg, 2004; Komarudin,
2013). Adanya batas waktu dalam perumusan tujuan tersebut membuat atlet lebih
terpacu untuk mencapainya dengan tetap konsisten menjaga komitmennya dalam
berlatih dan berusaha (Bell & Pou, 2009; Fannin, 2005).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Artinya stres
dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau
status sosial ekonomi. Stress dapat berpengaruh positif maupun negative, stress
berpengaruh positif dapat mendorong orang untuk membangkitkan kesadaran dan
menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, menimbulkan perasaan-
perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan, marah, depresi, dan memicu sakit
kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darahtinggi atau stroke.
Cara untum individu untuk mengatasi stress disebut dengan coping Stres. Coping
mengacu pada upaya kognitif dan behavioral untuk beradaptasi dengan berbagai
perubahan dalam situasi kehidupan, terutama yang bersifat menekan. Coping biasanya
dikaitkan dengan mekanisme pertahanan diri.
Stress yang dialami atlet dapat mempengaruhi prestasi atlet maka dari itu penting
untuk mengetahui hal – hal mengenai coping stress yang dapat membantu mengurangi
rasa stress pada atlet.

3.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah agar lebih banyak lagi yang sumber –
sumber pembelajaran seputar psikologi dalam olahraga karena pada kenyataannya ini
sangat mempengaruhi prestasi atlet. Selain itu agar setiap individu yang bergerak di
dalam berbagai bidang olahraga lebih tertarik untuk mempelajari dan memahami penting
nya psikologi dan cara – cara mengatasi permasalahan psikologi yang di alami atlet.

13
DAFTAR PUSTAKA
 http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/197204031999031-
KOMARUDIN/MATAKULIAH_PSIKOLOGI_PEL/STRATEGI_COPING_DALAM_OLAHRAGA.pdf
 http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/MTV/article/view/2445/2425
 http://wawanfik.staff.unja.ac.id/2017/10/03/stres-pada-atlet/
 https://www.academia.edu/10824528/STRESS_DALAM_OLAHRAGA?auto=download
 https://jagad.id/pengertian-stress-jenis-faktor-penyebab-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
 https://kursniper.wordpress.com/2018/12/30/mengenali-stress-dalam-olahraga/
 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300163/penelitian/stres+dan+pengaruhnya+dalam+re
nang.pdf
 https://psikodemia.com/coping-stres-pengertian-dan-jenisnya/

14

Anda mungkin juga menyukai