PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai
darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi
yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare, gejala disentri lainnya
meliputi kram perut, mual atau muntah, serta demam.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
C. Manfaat Praktikum
1. Manfaat praktis
Hasil praktikum survailans penyakit Disentri/diare berdarah ini
merupakan salah satu sumber informasi pelaksanaan survailans PKM
Perawatan Pelitakan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat dimasa yang akan datang.
2. Manfaat ilmiah
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi salah satu sumber bacaan
(pustaka) bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam
membahas pelaksanaan survailan epidemiologi penyakit Disentri/diare
berdarah
3. Manfaat institusi
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi masukan bagi FKM
UNASMAN khususnya dalam pelaksanaan praktikun survailans.
4. Manfaat induvidu
Meningkatkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap )
mahasiswa dalam pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit
Disentri/diare berdarah secara khusus (survailans epidemiologi penyakit
secara umum ) baik ditingkat masyarakat, Puskesmas, Rumah Sakit dan
Dinas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAJKA
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume
sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) dan nyeri saat
buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar
yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik
karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan
lingkungan.
C. Etiologi
E. Gejala Klinis
a) Gejala-gejala disentri antara lain :
o Buang air besar dengan tinja berdarah
o Diare encer dengan volume sedikit
o Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
o Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
b) Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
o Panas tinggi (39,50C 40,0C), appear toxic
o Muntah-muntah
o Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
o Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
o Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
o Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
o Sakit perut hebat (kolik)
F. Pencegahan penyakit Disentri/Diare Berdarah
1) Disentri amoeba
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit
yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista
akan binasa bila air dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali
adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier
dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang
berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin
khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan
yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
2) Disentri basiler
Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk
Shigella.Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan
kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan
dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban
yang bersih
program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling
yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan
mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan
diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang
paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum
makanan. Ini bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan
menjadi makanan yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan
jarang di dalam rumah atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau
binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus,
untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi
sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar
mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari
sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan
dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit
berbahaya yang dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit
disentri ini. Namun,dengan adanya kesadaran dari setiap individu,dan
menerapkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, edukasi,
pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat,niscaya
penyakit ini setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang
bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan memakan
makanan yang sehat dan teratur. Semua orang diharapkan dapat menjadi
role mode bagi orang-orang yang belum tahu. Semuanya harus dimulai dari
diri sendiri.
G. PENGOBATAN
1. Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang
berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan
sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika
frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat
badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan
melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika
penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari
5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah
terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2
hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5
hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol
dantetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya
resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi
kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan
dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan
trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari
selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan
disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan
dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide
azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim
400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara
berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang
multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
2. Disentri amuba
Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg
tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau
sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis
intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali
sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan
emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal,
menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10
hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500
mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10
hari.
H. Surveilans Epidemiologi
a. Pengertian survailans epidemiologi
Survailan epidemiologi adalah kegiatan yang dilakukan secara
rutin dan teratur serta berkesinambungan berupa pencatatan dan
pengamatan yang lengkap dan cermat mengenai distribusi, frekwensi dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab penyakit untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.
Secara garis besar survailan epidemiologi dapat dibagi menjadi :
Attack Rate (angka serangan ) dan case fatality rate (angka fatalitas
kasus ) sering digunakan menurut karakteristik epidemiologi ( umur,
jenis kelamin, tempat kerja dan sebagainya ). Rate sering digunakan untuk
mengetahui adanya kelompok-kelompok rentan terhadap serangan KLB
atau juga penyakit yang sering muncul.
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Praktikum
Metode praktikum dilakukan berdasarkan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif
B. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dalam bentuk tabel/grafik dan narasi dan
hasilnya dianalisas kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil
praktikum Survailan epidemiologi Disentri/Diare Berdarah ( terlampir )
Bila dilihat dari jumlah penderita dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2016 terjadi penurunan di tahun 2016 yaitu 47 penderita disentri yang
sebelumnya di tahun 2014 terdapat 34 penderita dan terjadi peningkatan di
tahun 2015 yaitu 53 penderita disentri.
6
5
4
3
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des
20
18
16
14
12
10
Jumlah Kasus
8
6
4
2
0
hr hr th th th th th th th th th +t
h
0-
7 28 <1 1-
4
5-
9 14 19 44 54 59 69 70
8- 1 0- 1 5- 2 0- 4 5- 5 5- 6 0-
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2012/29_Profil_Kes.Prov.SulawesiBarat_2012.pdf