Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali


menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang
lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan
amoeba (disentri amoeba).Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba
mencapai 1-5% sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari
500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan angka kejadian disentri amoeba
di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri
basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat
menderita disentri basiler.

Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai
darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi
yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare, gejala disentri lainnya
meliputi kram perut, mual atau muntah, serta demam.

Telah dilakukan praktikum Survailans Epidemilogi Penyakit


Disentri/Diare Berdarah di PKM Perawatan Pelitakan. Pada pengumpulan dan
pengolahan data awal, jumlah kasus Pneumonia tahun 2014,tahun 2015 dan
2016 di PKM Perawatan Pelitakan masing-masing sebanyak 34 penderita,53
penderita dan 47 penderita dengan angka kematian ( CFR = Case Fatality Rate
) sebesar 0 %.

Melihat kasus-kasus diatas sangat dibutuhkan peranan surveilans dalam


program pencegahan dan pemberantasan Disentri/diare berdarah. Surveilans
dapat menilai perkembangan penyakit, pencegahan dan pemberantasan
pneumonia serta dapat membantu menentukan strategi pencegahan dan
pemberantasannya, terutama untuk perencanaan, pengendalian dan evaluasi
program.
Untuk memahami pelaksanaan surveilans Disentri/diare berdarah ini,
dibutuhkan praktek pelaksanaan surveilans Disentri/diare berdarah agar setiap
mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat mempunyai kemampuan maksimal
untuk melaksanakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
penular secara umum dan penyakit pneumonia secara khusus.

B. Tujuan
Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran kejadian kasus


Disentri/diare berdarah di PKM Perawatan Pelitakan.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah kasus penyakit Disentri/diare berdarah di PKM


Perawatan Pelitakan pada tahun 2014, 2015 dan 2016.
2. Mengetahui distribusi kasus Disentri/diare berdarah perbulan di PKM
Perawatan Pelitakan pada tahun 2014, 2015 dan 2016.
3. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit Disentri/diare berdarah
menurut umur, jenis kelamin pada PKM Perawatn Pelitakan pada
tahun 2014, 2015, 2016

C. Manfaat Praktikum

1. Manfaat praktis
Hasil praktikum survailans penyakit Disentri/diare berdarah ini
merupakan salah satu sumber informasi pelaksanaan survailans PKM
Perawatan Pelitakan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat dimasa yang akan datang.

2. Manfaat ilmiah
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi salah satu sumber bacaan
(pustaka) bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam
membahas pelaksanaan survailan epidemiologi penyakit Disentri/diare
berdarah
3. Manfaat institusi
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi masukan bagi FKM
UNASMAN khususnya dalam pelaksanaan praktikun survailans.

4. Manfaat induvidu
Meningkatkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap )
mahasiswa dalam pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit
Disentri/diare berdarah secara khusus (survailans epidemiologi penyakit
secara umum ) baik ditingkat masyarakat, Puskesmas, Rumah Sakit dan
Dinas kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAJKA

A. Pengertian Disentri/Diare Berdarah

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume
sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) dan nyeri saat
buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar
yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang


menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang
disebut sebagai sindroma disentri, yakni :

1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,


2. Berak-berak, dan
3. Tinja mengandung darah dan lendir.

Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik
karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan
lingkungan.

B. Penyebab Disentri/Diare Berdarah

Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan


setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum
makan. Cukup simple memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik,
tapi itulah kenyataannya. Secara garis besar penyebab penyakit disentri
sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup
bersih.Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri
Shigella dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri
yang kurang umum dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan
Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh
parasit Entamoeba histolytica

Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun


parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita
menularkan anggota keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota
keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini
dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat minggu.

C. Etiologi

Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :

1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p.

Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili


enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri,
S.bondii dan S.sonnei.

Terdapat 43 serotipe O dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya


yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat
bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali
oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel
epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103
organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-
kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda
berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan
tenesmus.

2. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.

E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai


mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila
kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi.

Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang


dapat bergerak dan bentuk kista.

Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal


(berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm).
Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka
trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen
yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal)
maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala
disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat
sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya.
Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit
(haematophagous trophozoite).
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista
dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista
bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan
dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam
lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum.
Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar
menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.
D. Patogenesis dan Patofisiologi
1. Disentri
Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya
lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit
polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik
bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam
lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang
tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus,
kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella
namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat
biasanya di daerahsigmoid.
2. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa
usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan
perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik
faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba,
maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat
memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi
di lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung).

E. Gejala Klinis
a) Gejala-gejala disentri antara lain :
o Buang air besar dengan tinja berdarah
o Diare encer dengan volume sedikit
o Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
o Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
b) Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
o Panas tinggi (39,50C 40,0C), appear toxic
o Muntah-muntah
o Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
o Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
o Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
o Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
o Sakit perut hebat (kolik)
F. Pencegahan penyakit Disentri/Diare Berdarah
1) Disentri amoeba
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit
yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista
akan binasa bila air dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali
adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier
dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang
berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin
khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan
yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
2) Disentri basiler
Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk
Shigella.Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan
kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan
dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban
yang bersih

Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-

cara untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan

program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling

penting,yaitu mencuci tangan. Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal

biasa di masyarakat. Ada yang tidak mencuci tangan sebelum makan,ada

yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan

merupakan pencegahan terjadinya penyakit yang paling penting. Cara

mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan

sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk membersihkan

kuman atau bakteri yang ada di tangan.

Mencuci tangan hingga steril menggunakan sembilan langkah yang

diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang
paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum

memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.

Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan

makanan. Ini bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan

menjadi makanan yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan

sehari-hari,ada masyarakat yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga tidak

jarang di dalam rumah atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau

binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus,

nyamuk, dan lainnya. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan

untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi

sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar

mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari

yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab.

Tinja dibuang secara saniter dan teratur. Dalam menjalankan langkah-

langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat saling bergotong-royong,

sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan

tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan

pola hidup sehat teratur.

Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-

program untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-

informasi terkini terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan

kesehatan. Banyak juga klinik-klinik atau rumah sakit meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan yang professional dengan memperbanyak program

sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di banjar,dan

dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit
berbahaya yang dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit
disentri ini. Namun,dengan adanya kesadaran dari setiap individu,dan
menerapkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, edukasi,
pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat,niscaya
penyakit ini setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang
bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan memakan
makanan yang sehat dan teratur. Semua orang diharapkan dapat menjadi
role mode bagi orang-orang yang belum tahu. Semuanya harus dimulai dari
diri sendiri.

Secara khusus sebagai berikut :

o Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk


meminimalkan risiko terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan
hidup bersih dan sehat.
o Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum
dan sesudah makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain/anak.
o Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah
direbus selama paling sedikit 10 menit. Atau gunakan air kemasan
atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam
kondisi bersegel.
o Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi
dengan air keran
o Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas
sebelum makan.
o Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang
mungkin belum dipasteurisasi.
o Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali
minuman dari kaleng benar disegel atau botol).

G. PENGOBATAN
1. Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang
berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan
sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika
frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat
badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan
melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika
penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari
5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah
terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2
hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5
hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol
dantetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya
resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi
kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan
dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan
trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari
selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan
disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan
dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide
azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim
400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara
berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang
multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
2. Disentri amuba
Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg
tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau
sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis
intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali
sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan
emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal,
menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10
hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500
mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10
hari.

H. Surveilans Epidemiologi
a. Pengertian survailans epidemiologi
Survailan epidemiologi adalah kegiatan yang dilakukan secara
rutin dan teratur serta berkesinambungan berupa pencatatan dan
pengamatan yang lengkap dan cermat mengenai distribusi, frekwensi dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab penyakit untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.
Secara garis besar survailan epidemiologi dapat dibagi menjadi :

1. Survailans aktif (atau biasa juga disebut surveilans rutin ), yaitu


pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan
dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau
2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru
penyekit tertentu
2. Survailans Pasif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
laporan bulanan sarana pelayanan kesehatan, dari data yang
diperoleh dapat diketahui distribusi geografis tentang penyakit,
perubahan-perubahan yang terjadi dan kebutuhan tentang penelitian
sebagai tindak lanjut.
Langkah-langkah dalam melakukan surveilans epidemiologi dimulai dari

1. Pengumpulan / pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya


dengan sumber:
a. Pencatatan kematian
b. Laporan penyakit dan wabah
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Penyelidikan peristiwa penyakit dan
wabah serta distribusi vektor dan reservoir penyakit
e. Survai
f. Penggunaan obat-obatan, serum dan
vaksin
g. Keterangan penduduk dan
lingkungan ( data statistik )

2. Pengolahan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti


3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
4. Penyerbarluasan data/keterangan termasuk umpan balik
5. perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya
6. Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan

b. Analisis Epidemiologi Deskriptif


Gambaran survailans epidemiologi deskriptif dapat ditampilkan
menurut karakteristik waktu, tempat dan orang. Karakteristik waktu
dapat disajikan dalam bentuk kurva epidemi, dan karakteristik tempat
dan orang dapat disajikan/ditampilkan dengan menggunakan tabel dan
peta.

1. Attack Rate (AR) dan Case Fatality Rate (CFR)


Attack Rate adalah sama dengan Incidance Rate (IR). Attack Rate
digunakan pada masa periode KLB sementara Incidance Rate
digunakan pada periode non KLB rumusnya adalah sebagai berikut :

Jumlah kasus KLB selama periode KLB


Attack Rate = Jumlah populasi rentan KLB X K
Jumlah kasus baru selama periode tertentu
IR = Jumlah populasi rentan periode tertentu X K

Case Fatality rate mempunyai rumus sebagai berikut :

Jumlah kasus KLB yg meninggal selama periode KLB


CFR = Jumlah kasus selama periode KLB X K

Attack Rate (angka serangan ) dan case fatality rate (angka fatalitas
kasus ) sering digunakan menurut karakteristik epidemiologi ( umur,
jenis kelamin, tempat kerja dan sebagainya ). Rate sering digunakan untuk
mengetahui adanya kelompok-kelompok rentan terhadap serangan KLB
atau juga penyakit yang sering muncul.
BAB III

METODOLOGI

A. Metode Praktikum
Metode praktikum dilakukan berdasarkan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif

1. Pendekatan kuantitatif berupa pengamatan survailans


epidemiologi deskriptif dengan menggunakan data sekunder
laporan Surveilan rutin, W1 dan W2
2. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan Rapid Assesment
Prosedure (RAP), yaitu dengan mengumpulkan data primer
melalui :

a. wawancara dengan penderita dan keluarganya, dengan


menggunakan kuessioner KLB Disentri/Diarae Berdarah
b. Wawancara dengan petugas kesehatan, baik yang
menangani penderita secara langsung maupun yang
berkaitan dengan variabel yang dicurigai.

B. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dalam bentuk tabel/grafik dan narasi dan
hasilnya dianalisas kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil
praktikum Survailan epidemiologi Disentri/Diare Berdarah ( terlampir )

C. Lokasi dan Waktu Praktek


Praktikum survailan dilakukan di PKM Perawatan Pelitakan dan Waktu
praktek direncanakan selama 12 hari
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktukum Survailans Epidemilogi Penyakit


Disentri/Diarae Berdarah di PKM Perawatan Pelitakan. Pada pengumpulan
dan pengolahan data awal, jumlah kasus Pneumonia tahun 2014,2015 dan
2016 di PKM Perawatan Pelitakan masing-masing sebanyak 34 penderita,53
penderita dan 47 penderita dengan angka kematian ( CFR = Case Fatality
Rate ) sebesar 0 %.

Gambar 4. 1 Disentri/Diare Berdarah di PKM Perawatan Pelitakan

pada tahun 2014-2016

No Tahun Jumlah Jumlah CFR


Penderita Kematian (0/0)
1 2014 34 0 0
2 2015 53 0 0
3 2016 47 0 0
Sumber data: Data Primer

Bila dilihat dari jumlah penderita dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2016 terjadi penurunan di tahun 2016 yaitu 47 penderita disentri yang
sebelumnya di tahun 2014 terdapat 34 penderita dan terjadi peningkatan di
tahun 2015 yaitu 53 penderita disentri.

Untuk memperoleh gambaran penderita Disentri/Diare Berdarah di


PKM Perawatan Pelitakan berikut akan dijelaskan gambaran deskriptif
menurut waktu, orang penyakit Disentri/Diare Berdarah dibawah ini.
A. Distribusi Kasus Disentri/Diare Berdarah menurut
waktu
Penyajian distribusi kasus Disentri/Diare Berdarah menurut waktu
perbulan dimaksudkan untuk mengetahui frekwensi kasus yang di
hubungkan dengan factor waktu dan masa tunas penyakit Disentri/Diare
Berdarah, apakah terjadi penurunan, tetap atau terjadi peningkatan pada
bulan-bulan berikutnya dalam tahun yang bersangkutan atau adanya
perbedaan pada bulan-bulan, satu atau dua tahun sebelumnya.
Penyajian distribusi kasus Disentri/Diare Berdarah perbulannya juga
dapat memberikan gambaran upaya pencegahan dan penanggulangan
termasuk penanganan penyakit Disentri/Diare Berdarah di masyarakat
yang disebabkan oleh bakteri shigella dan infeksi amoeba..Semakin tinggi
jumlah kasus penyakit di PKM Perawatan Pelitakan menunjukkan tidak
maksimalnya upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan di
masyarakat ataupun di Puskesmas demikian sebailiknya.

B. Distribusi Kasus Disentri/Diare Berdarahperbulan di


PKM Perawatan Pelitakan

Pada laporan bulanan survailans penderita/kasus Disentri/Diare


Berdarah yang dilakukan oleh PKM Perawatan Pelitakan, selama 3 tahun
berturut-turut seperti terlihat pada tabel 1, terlihat terjadi peningkatan
kasus Disentri/Diare Berdarah di tahun 2015 dibanding tahun 2014 dan
2016. Disamping itu selama 3 tahun tersebut terlihat pola distribusi
penyakit Disentri/Diare Berdarah cenderung naik ( kasus tertinggi ) pada
mulai bulan Februari sampai dengan April dan mulai menurun sampai kasus
terendah pada bulan Juni.
Gambar 4. 2 Grafik Distribusi Kasus Disentri/Diare Berdarah per Bulan di
PKM Perawatan Pelitakan tahun 2014, 2015 dan 2016
10
9
8
7
Jumlah Kasus

6
5
4
3
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des

Sumber data: Data primer PKM Perawatan Pelitakan

Dari gambaran kasus Disentri/Diare Berdarah perbulannya ini, dapat


dijelaskan bahwa telah dilakukan upaya-upaya pencegahan, penanggulangan
dan penanganan kasus Disentri/Diare Berdarah oleh masyarakat dan
pemerintah setempat dimana PKM Perawatan Pelitakan sebagai tempat
penanganan/rujukan penderita. Upaya-upaya pencegahan, penanggulangan dan
penanganan kasus Disentri/Diare Berdarah tersebut diantaranya
Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit, Melaporkan kasus penyakit
menular, Menyembuhkan penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber
infeksi, Pemberian imunisasi dan Pemberantasan vektor oleh puskesmas dan
masyarakat cenderung telah dilakukan.

Dari gambaran distribusi kasus perbulannya di PKM Perawatan


Pelitakan dapat diambil beberapa praduga untuk ditelaah lebih lanjut
diantaranya :

1. Adanya pola distribusi penyakit Pneumonia yaitu adanya


kecenderungan peningkatan kasus pada bulan-bulan dan penurunan
kasus pada bulan-bulan November dan Desember selama 2 tahunn
berturut-turut yaitu pada tahun 2014 dan 2016
2. Semakin tinggi kasus penyakit Disentri/Diare Berdarah di PKM
Perawatan Pelitakan menunjukkan rendahnya upaya-upaya
pencegahan, penanggulangan dan penanganan kasus penyakit
Disentri/Diare Berdarah di tingkat masyarakat. Demikin sebaliknya
semakin rendahnya kasus penyakit Pneumonia di PKM Perawatan
Pelitakan menunjukkan upaya-upaya pencegahan, penanggulangan dan
penanganan kasus ditingkat masyarakat semakin baik.

C. Gambaran epidemiologi penyakit Disentri/Diare Berdarah menurut


umur, jenis kelamin,

Penyakit Disentri/Diare Berdarah dapat menyerang semua orang yaitu


anak-anak, orang dewasa maupun orang tua baik jenis kelamin laki maupun
perempuan yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan
penyakit.

Gambaran epidemiologi penyakit Disentri/Diare Berdarah dapat


ditunjukkan menurut umur dan jenis kelamin dengan maksud untuk
mengetahui pada golongan umur berapa dan jenis kelamin apa, penyakit
Pneumonia terdapat banyak kasus, disamping juga untuk mengetahui jenis
upaya penanganan apa yang akan dilakukan terhadap penderita.

Berikut adalah table distribusi penyakit Disentri/Diare Berdarah di


PKM Perawatan Pelitakan pada tahun 2014-2016 menurut umur dan jenis
kelamin.

1. Gambaran epidemiologi penyakit Disentri/Diare


Berdarah menurut umur pada PKM Perawatan Pelitakan
Jumlah penyakit Disentri/Diare Berdarah di PKM Perawatan Pelitakan
pada tahun 2014 banyak terdapat pada golongan umur 20-44 tahun yaitu
sebanyak 17 kasus dari 47 kasus yang dilayani, dengan jumlah kematian
sebanyak 0 orang (CFR 0 %) pada golongan umur tersebut. Pada tahun
2015 jumlah kasus terbanyak pada golongan umur 20-44 tahun yaitu
sebanyak 11 kasus dari 34 kasus yang dilayani, demikian pula pada
tahun 2016 jumlah kasus terbanyak berkisar pada golongan umur 20-44
tahun yaitu sebanyak 18 kasus dari 53 kasus yang dilayani.
Gambar 4. 3 Jumlah penderita dan CFR Disentri/Diare Berdarah di PKM
Perawatan Pelitakan menurut umur tahun 2014. 2015 dan 2016

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016


Gol.UMUR Kasu
Kasus Mati CFR Kasus Mati CFR Mati CFR
s
0-7 hr 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0
8-28 hr 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0
<1 th 0 0.0 0.0 1 0.0 0.0 4 0.0 0.0
1-4 th 12 0.0 0.0 8 0.0 0.0 9 0.0 0.0
5-9 th 1 0.0 0.0 3 0.0 0.0 7 0.0 0.0
10-14 th 3 0.0 0.0 1 0.0 0.0 1 0.0 0.0
15-19 th 0 0.0 0.0 3 0.0 0.0 2 0.0 0.0
20-44 th 17 0.0 0.0 11 0.0 0.0 18 0.0 0.0
45-54 th 9 0.0 0.0 3 0.0 0.0 5 0.0 0.0
55-59 th 1 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0
60-69 th 3 0.0 0.0 0 0.0 0.0 4 0.0 0.0
70+ th 1 0.0 0.0 4 0.0 0.0 3 0.0 0.0
Jumlah 47 0.0 0.0 34 0.0 0.0 53 0.0 0.0
Sumber data : data Primer PKM Perawatan Pelitakan

Dari gambaran distribusi penyakit Disentri/Diare Berdarah menurut umur


pada PKM Perawatan Pelitakan ini, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jumlah kasus terbanyak pada golongan umur 20-44 tahun


ditahun 2014,2015 dan 2016 selama tiga tahun berturut-turut
terjadi peningkatan .Peningkatan ini disebabkan kurangnya
perhatian penanggulangan kasus penyakit Disentri pada usia
dewasa
2. Angka kematian penderita Disentri/Diare Berdarah selama tiga
tahun berturut dari tahun 2014 sampai dengan 2016 tidak terdapat
kematian pada golongan umur
Gambar 4. 4 Grafik Distribusi Kasus Disentri/Diare Berdarah Menurut
Umur di PKM Perawatan Pelitakan tahun 2014, 2015 dan 2016

20
18
16
14
12
10
Jumlah Kasus

8
6
4
2
0
hr hr th th th th th th th th th +t
h
0-
7 28 <1 1-
4
5-
9 14 19 44 54 59 69 70
8- 1 0- 1 5- 2 0- 4 5- 5 5- 6 0-

Sumber Data : Data Primer PKM Perawatan Pelitakan

2. Gambaran epidemiologi penyakit Disentri/Diare Berdarah menurut


Jenis Kelamin pada PKM Perawatan Pelitakan
Jumlah penyakit Disentri/Diare Berdarah di PKM Perawatan Pelitakan
pada tahun 2014 banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 9 kasus dari 11 kasus yang dilayani, dengan jumlah kematian
sebanyak 0 orang (CFR 0 %) pada jenis kelamin tersebut. Pada tahun 2015
jumlah kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12
kasus dari 16 kasus yang dilayani, demikian pula pada tahun 2016
jumlah kasus terbanyak berkisar pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 33 kasus dari 53 kasus yang dilayani.
https://www.google.co.id/search?
q=disentri+adalah&oq=d&aqs=chrome.2.69i59l3j69i61j69i60l2.3278j0j7&source
id=chrome&ie=UTF-8

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2012/29_Profil_Kes.Prov.SulawesiBarat_2012.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba. Syaroni A. Hoesadha Y. 2006.

Shigellosis. D i a k s e s d a r i http://www.emedicine.com/ med/topic2112


.htm.

Anda mungkin juga menyukai