Anda di halaman 1dari 11

GUGUS KENDALI MUTU

OLEH
NAMA:NIRMAWATI
KELAS:2A
NIM:13 13 031
NO URUT: 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas segala nikmat dan anugerah

yang dilimpahkan, sehinngga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan

sesuai dengan jadwal. Selawat dan salam tidak lupa kami curahkan kepada nabi besar

Muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga yang penuh dengan

ilmu pengetahuan seperti sekarang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena kemampuan

ilmu serta pengalaman menulis yang dimiliki masih rendah,oleh karena itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak

terutama kepada pembimbing atau pembina,dan pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini,semoga apa yang telah diberikan mempunyai arti tersendiri bagi

penulis dan bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
a. Latar belakang .........................................................................................................................1
b. Rumusan masalah ...................................................................................................................2
c. Tujuan penulisan.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................3
a. Pengertian GKM .......................................................................................................................3
b. Tujuan kegiatan GKM ..............................................................................................................3
c. Ide dasar perlunya GKM ...........................................................................................................4
d. Hubungan GKM ........................................................................................................................5
e. Budaya kinerja kerja di jepang..................................................................................................6
f. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit ...................................................................................8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................10
a. Kesimpulan .............................................................................................................................10
b. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gugus Kendali Mutu (GKM) ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli
pengendalian mutu (kualitas) yaitu Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1962 bersama dengan
Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE). Perusahaan pertama yang menjalankan
konsep Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah Nippon Wireless and Telegraph Company pada
tahun 1962.
Anggota GKM (Gugus Kendali Mutu) pada umumnya adalah karyawan yang bekerja
pada unit yang sama dengan Jumlah anggota GKM yang ideal sekitar 7 sampai 8 orang yang
masing-masing terdiri dari Fasilitator, Pemimpin Tim (Team Leader) dan anggota.
Pembentukan GKM ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen dan
melaporkan tujuan GKM serta rencana tindakan pemecahan masalah yang akan diterapkan
kepada Manajemen perusahaan. Keputusan dan penerapan rencana tindakan pemecahan
masalah tersebut harus mendapatkan persetujuan dan dukungan penuh dari Pihak
Manajemen.
Tugas Fasilitator GKM diantaranya adalah memberikan pelatihan kepada pimpinan
tim (Team Leader) dan juga anggota Tim serta mengkordinasi jalannya kegiatan GKM
(Gugus Kendali Mutu) ini. Fasilitator juga berfungsi sebagai mediator antara GKM (Gugus
Kendali Mutu) dengan pimpinan Perusahaan (Manajemen). Sedangkan tugas Pimpinan Tim
(Team Leader) adalah memimpin GKM secara aktif, bertanggung jawab penuh terhadap
kegiatan GKM, Mendorong anggota untuk berperan aktif, menjadwalkan dan mengelola
jalannya pertemuan serta bersama dengan Fasilitator memberikan pelatihan kepada anggota
GKM.
Tujuan utama dari Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu ini adalah untuk
membahas permasalahan yang terjadi di perusahaan dan memberikan rekomendasi solusi-
solusi terhadap pemecahan masalah tersebut kepada pihak Manajemen. Masalah-masalah
yang dibahas adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan seperti Produk,
Biaya, Waktu, Persediaan, Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan kerja.
Melalui Kegitan GKM (Gugus Kendali Mutu), perusahaan juga dapat memotivasi
karyawan, meningkatkan kemampuan karyawan dalam pemecahan masalah, meningkatkan
keterlibatan karyawan serta menanamkan kesadaran karyawan tentang pentingnya
pencegahan masalah.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian GKM?
2. Apa tujuan kegiatan gugus kendali mutu?
3. Apa ide dasar perlunya gugus kendali mutu?
4. Bagaimana hubungan gugus kendali mutu dari berbagai kinerja?
5. Bagaimana kinerja kerja di budaya jepang?
6. Bagaimana upaya peningkatan mutu di rumah sakit?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian GKM
2. Untuk mengetahui tujuan gugus kendali mutu
3. Untuk mengetahui ide dasar perlunya GKM
4. Untuk mengetahui hubungan GKM
5. Untuk mengetahui kinerja kerja di jepang
6. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu di rumah sakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian GKM( Gugus Kendali Mutu)
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk
meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-
saing produk yang dihasilkan.
Menurut Musri (2001), Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah sekelompok pekerja keci
daripada wilayah kerjanya yang secara sukarela dan berkala mengadakan kegiatan
pengendalian mutu dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan mencari pemecahan
masalah. Karena GKM berkembang di Jepang, maka beberapa pengamat (Broeckner & Hess;
Van Wassenhove; Defrank, Matteson, Schweiger, Ivanchevich, dalam Ariyoto, 1989)
menganggap bahwa GKM menyandang sesuatu yang bersifat budaya, sehingga sulit
dikembangkan di negara dengan budaya lain.
B. Tujuan Kegiatan Gugus Kendali Mutu
Adanya gugus kendali mutu disuatu organisasi kesehatan, terutama rumah sakit,
Puskesmas atau perusahaan kesehatan, akan banyak membantu direktur atau pimpinan
puncak dalam mengendalikan mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan, terutama
ditempat kerja pelayanan medis bersama metode-metode kendali control yang lain. Hal
tersebut diketahui dari maksud dan tujuan gugus kendali mutu, yaitu :
a. Memyumbangkan perbaikan mutu, efisiensi, efektifitas, produktifitas organisasi dan
penghematan pembiayaan serta pencagahan pemborosan.
b. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen para manajer dan pengawas (
supervisor ) dan mendorong perbaikan terus menerus dengan cara pengembangan diri.
c. Menciptakan suatu lingkungan kerja yang lebih sadar mutu, memberikan kepuasan kerja,
paham tentang persoalan-persoalan kerja yang terjadi dan berupaya memperbaikinya
sekaligus meningkatkan mutu produk dan pelayanan
d. Berfungsi sebagai kekuatan inti pengendalian mutu di organisasi. Karena apabila seluruh
petugas pada lapis ini bekerja secara efektif dan bermutu akan meningkatkan penampilan
kerja organisasi secara keseluruhan.
C. Ide Dasar Perlunya Gugus Kendali Mutu

1. Gugus kendali mutu menyumbang terhadap perbaikan dan pengembangan organisas


pelayanan kesehata Gugus kendali mutu sebagai salah satu unsure dalam upaya perbaikan
mutu paripurna pelayanan kesehatan menjadi kekuatan inti kendali mutu yang penting,
bersama upaya-upaya kendali mutu yang lain. Beberapa fungsi yang harus bersama-sama
dilaksanakan pada tingkat pelaksana pelayanan atau tempat kerja sesuai standar dan prosedur,
pelatihan dan bimbingan untuk menjamin pelaksanaan sesuai standar dan prosedur,
pemecahan masalah, pengendalian yang mantap, perbaikan pada tempat kerja yang
diperlukan dan bantuan timbale balik para supervisor.
2. Menghormati petugas kesehatan sebagai manusia seutuhnya dan menciptakan
Suasana lingkungan kerja yang nyaman dan membahagiakan Menghormati petugas kesehatan
sebagai manusia seutuhnya dalam tingkat gugus kendali mutu mempunyai
Cirri-ciri sebagai berikut:
a. Petugas kesehatan tidak diperlakukan sebagai mesin pelayan kesehatan, tetapi orang
yang sedang melakukan pekerjaan yang sangat berarti, dimana mereka mengerjakannya
dengan seluruh potensinya, kemampuan profesionalnya dengan
Penuh kebahagiaan
b. Petugas kesehatan dibolehkan membuat kebijaksanaan operasional dan mengeluarkan
kreatifitasnya dikala sedang melaksanakan tugasnya, secara bertanggung jawab
c. Petugas kesehatan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan serta
Diberi peluang memanfaatkan kepandaiannya
d. Petugas kesehatan bekerja sebagai tim kerja yang kompak dan harmonis dilandasi
kebersamaan dan persaudaraan dalam tempat kerjanya.
e. Masing-masing petugas kesehatan saling mendidik dan melatih untuk meningkatkan mutu
masing-masing dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ditempat kerja mereka.
f. Adanya peluang pengakuan yang pantas bagi masing-masing petugas kesehatan, atasan,
teman sejawat, bawahan ditempat kerja atau diluarnya
3. Membangkitkan dan menumbuhkan kemampuan petugas
Rangkaian kegiatan-kegiatan Gugus kendali mutu memperlihatkan potensi pengetahuan dan
keterampilan teknis professional mereka yang sebelumnya tak terlihat, didukung oleh piranti-
piranti statistic ilmiah, para supervisor atau fasilitator mengeluarkan kemampuan mereka
untuk membimbing, meningkatkan semangat dan mendorong kemauan teman sejawatnya,
mengkoordinasikan dan menyelesaikan persoalan bersama. Disini diperlukan praktek-praktek
kepemimpinan yang baik, saling belajar dan mengajar serta menhargai pendapat orang lain.
 Tahapan Pemecahan Masalah dalam Gugus Kendali Mutu (GKM)
Tahapan-tahapan proses pemecahan masalah dalam Gugus Kendali Mutu (GKM) diantaranya
adalah :

1. Mengumpulkan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

2. Memilih dan menetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan

3. Menetapkan Target untuk Masalah yang akan diselesaikan

4. Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah

5. Merekomendasikan Solusi atau Rencana Pemecahan masalah kepada Manajemen Perusahaan

6. Melaksanakan dan menerapkan Tindakan Pemecahan masalah yang telah disetujui oleh
Manajemen Perusahaan

7. Monitoring and Evaluasi hasil Pelaksanaan

8. Melakukan Standarisasi

D. HUBUNGAN GUGUS KENDALI MUTU


a. Hubungan Gugus Kendali Mutu dan kinerja
GKM merupakan proses perbaikan kinerja staf secara terus menerus, melalui suatu
wadah yang melibatkan staf pada tingkat pelaksana dalam kelompok kecil (3-8 orang) dan
berada dalam 134 INASEA, Vol. 13 No.2, Oktober 2012: 132-140 satu lingkup kerja yang
sama. Penerapan GKM telah menciptakan kedekatan antara karyawan yang satu dengan yang
lain sehingga karyawan dapat bekerja lebih baik
dan hal ini berdampak pada peningkatan kualitas kerja karyawan serta menumbuhkan
komitmen karyawan untuk selalu memperbaiki kualitas (Semuel, 2003: 83)

Hipotesis 1: Gugus Kendali Mutu berpengaruh terhadap kinerja.


b. Hubungan Gugus Kendali Mutu terhadap Kepuasan Kerja karyawan
Terdapat sejumlah tujuan dalam program GKM, salah satunya adalah GKM
membantu
mempromosikan lebih banyak kepuasan kerja, karena anggotanya sadar bahwa ide mereka
akan dipertimbangkan. Hal ini membantu memuaskan kebutuhan prestasi mereka (Tunggal,
1993: 189).
Hipotesis 2: Gugus Kendali Mutu berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
c. Hubungan Kepuasan Karyawan dengan Kinerja
Peran karyawan saat ini sangat besar dalam menentukan kinerja sebuah perusahaan.
Oleh
karena itu, perusahaan seharusnya memperhatikan kepuasan pekerja dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan. Kepuasan pekerja tidak hanya terkait dengan persoalan
imbalan atau upah, tetapi lebih dari itu, terpenuhinya kebutuhan psikologis dari pekerja itu.
Gaji yang besar tidak menjamin seorang pekerja bisa betah, tetapi lingkungan yang baik dan
pekerjaan sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya akan menjadi pertimbangan positif bagi
pekerja (Celluci & De Vries,2001; Swastoko, 2004). Menurut Koesmono (2005: 170), pada
dasarnya makin positif sikap kerja makin besar pula kepuasan kerja, untuk itu berbagai
indikator dari kepuasan kerja perlu memperoleh perhatian khusus agar pekerja dapat
meningkatkan kinerjanya.
Hipotesis 3: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
E. Budaya Kerja Di Jepang
Umat manusia sejak dulu sudah mengenal Budaya Kerja, namun belum disadari
bahwa suatu keberhasilan kerja barakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang
menjadi kebiasaannya. Nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah
yang menjadi keyakinannya. nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan
Budaya, mengingat hal itu dikaitkan dengan mutu/ kreativitas kerja, maka dinamakan Budaya
Kerja. Jadi Budaya Kerja merupakan falsafah yang mendasari kerja untuk mencapai suatu
keberhasilan. Suatu semangat yang tidak terlihat yang mengikat semua individu di dalam
organisasi untuk selalu bergerak dan bekerja menuju hari esok yang lebih baik. Semangat
kerja inilah yang mampu menjadikan suatu organisasi tampak berbeda dengan organisasi lain
walaupun di dalam bidang tugas yang sama. Sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan
pengamatan inderawi, tetapi keberadaannya sangat dirasakan.
Budaya Kerja menjadi terkenal setelah Jepang mencapai tingkat kemajuan yang luar
biasa setelah melakukan Manajemen Mutu Terpadu yang berakar dan bersumber dari budaya
Jepang dikombinasikan dengan teknik-Teknik Manajemen Modern pada tahun 1970.
Pada saat perang dunia ke dua, Jepang mengalamai kekalahan telak, 2 kota besar,
Nagasaki dan Hiroshima dihancur leburkan oleh sekutu. Dampaknya perekonomian Jepang
luluh lantak, penghasil barang-barang berkualitas rendah, dengan harga murah.
Perekonomian boleh terpuruk, namun “Semangat Untuk Bangun Kembali”, yang melekat
pada budaya Samurai telah merasuk di setiap sanubari orang Jepang, terbukti pada tahun
1950 mengundang Prof. DR. Edward Deming, seorang ahli Statistik dan tahun 1954,
DM.Juram, seorang ahli Quality Control untuk memberikan pelatihan di Jepang. Bertahun-
tahun/ berpuluh tahun metode dari Amerika ini dipadukan dengan budaya Jepang yang
diramu oleh Kouro Ishikawa, barulah pada tahun 1970an lahirlah Manajemen Mutu Terpadu
(MMT), yang dalam waktu singkat mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi yang
memukau dunia.
Keberhasilan Jepang membangun perekonomiannya mendorong bangsa lain meniru
dengan mengembangkan sendiri sesuai budaya yang mereka miliki dengan nama yang
beraneka ragam seperti: TQC, TQM, Work Improvement, Budaya kerja, dll. Di Indonesia
sendiri diawali oleh perusahaan/ swasta pada tahun 1985 dengan menerapkan Program
Pengendalian Mutu yang dikenal engan konsep Gugus Kendali Mutu. Berdasarkan hal
tersebut diatas, pada bulan Februari 1991, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
mencanangkan Program Budaya Kerja Aparatur melalui Keputusan Menteri Nomor 04/1991.
Pada dasarnya GKM merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui
penumbuhan partisipasi pegawai/ karyawan. Secara definitif diartikan “sekelompok kecil
pegawai beranggotakan 3 – 20 orang dari satu Unit Kerja yang sama, secara sukarela untuk
melakukan pertemuan secara berkala dan berkesinambungan untuk membahas masalah/
persoalan yang terjadi dengan menggunakan alat Kendali Mutu agar pelanggan/ masyarakat
yang dilayani puas”. Kelompok ini kemudian menyampaikan alternatif solusi kepada
Pimpinan sebagai bahan pertimbangan bagi Pengambilan Keputusan yang akan diterapkan
lebih lanjut.
Anggapan bahwa GKM hanya cocok diterapkan di perusahaan swasta tidak
sepenuhnya benar. Di bidang pendidikan pun GKM bisa diterapkan, paling tidak di
Politeknik Negeri Semarang, bahkan di fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung sejak
tahun 2006 telah menerapkan GKM dengan diterbitkannya SK Dekan F.MIPA No.
349/sk/k01.7/05/2006; tertanggal 1 Maret.
Gugus Kendali Mutu memang terbukti sempat berjaya mendukung keberhasilan jepang
menguasai pasar dunia. Walaupun tidak menjanjikan hasil positif dalam jangka pendek,
namun keberhasilannya banyak ditiru negara-negara Asia, termasuk indonesia. Menurut ahli
mutu, Kenichi Uhmae, GKM ibarat bibit tanaman yang harus seksama dan tekun disemai,
dirawat, ditumbuh-kembangkan sebelum buahnya dapat dipanen. Perlu perbaikan
berkesinambungan, terus menerus tiada henti, yang dikenal dengan budaya Kaizen(di negara
Jepang).
Oleh sebab itu agar GKM bisa diterapkan oleh Instansi Pemerintah sehingga menjadi
Budaya Kerja Aparatur, pelaksanaannya tidak bisa instan. Perlu beberapa pra kondisi yang
mendukung yaitu: Komitmen Top Manajemen, Involvement, dan Leadership. Dengan
demikian diharapkan tujuan GKM jangka pendek, menanamkan rasa kebersamaan dalam
kelompok, dan tujuan jangka panjang, meningkatkan kualitas kerja, akan mampu menjawab
tantangan masa depan.

F. Strategi Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Sebagai Berikut :


a. Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan
rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah upaya peningkatanmutu masing
masing rumah sakit.

b. Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit termasuk


kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang layak, programkeselamatan dan
kesehatan kerja, program pendidikan dan pelatihan , dll.

c. Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya menyusun program mutu
rumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai sebagai pedoman, memilih pendekatan yang
akan dipakai dalam penggunaan standar prosedur serta menetapkan mekanisme monitoring
dan evaluasi.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibeberapa rumah sakit, menunjukkan bahwa
sebagian besar Rumah Sakit terutama yang berada diluar pulau Jawa belum atau sedikit
sekali tersentuh oleh pelatihan yang berwawasan mutu. Walaupun sebagian rumah sakit
sudah tersentuh, tetapi hanya dalam penyebarluasan informasi tentang mutu saja, belum
sampai pada tingkat konsepataupun aplikasinya.

 Pelatihanpeningkatan mutu yang sekarang ini dilakukan di rumah sakit diantaranya :


1. PelatihanTotal Quality Manajemen.

2. Pelatihan Fasilitator Gugus Kendali Mutu.

3. Pelatihan Manajemen Strateji RS

4. Pelatihan Teknik Dokumentasi Standar Pelayanan Mutu RS

5. Pelatihan Standar Asuhan Keperawatan.

6. Pelatihan Akreditasi Rumah Sakit.

7. Pelatihan Sumber Daya Manusia.

8. Pelatihan Manajemen Pimpinan RSUD

9. Dll

Untuk memperoleh keseragaman dalam penyelenggaran pendidikan dan pelatihan mutu


tersebut di atas, maka perlu disusun suatu pedoman yang merupakan petunjuk umumdalam
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan mutu tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Musri (2001), Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah sekelompok pekerja keci
daripada wilayah kerjanya yang secara sukarela dan berkala mengadakan kegiatan
pengendalian mutu dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan mencari pemecahan
masalah. Karena GKM berkembang di Jepang, maka beberapa pengamat (Broeckner & Hess;
Van Wassenhove; Defrank, Matteson, Schweiger, Ivanchevich, dalam Ariyoto, 1989)
menganggap bahwa GKM menyandang sesuatu yang bersifat budaya, sehingga sulit
dikembangkan di negara dengan budaya lain.
B. Saran
Dalam mempelajari makalah ini kita sebagai mahasiswa dalam meningkatkan mutu dalam
bekerja
DAFTAR PUSTAKA

Ariyoto, K. (1989). Gugus kendali mutu, ogenkidesuka Manajemen Usaha Indonesia 18


Musri, A. (2001). Peranan Gugus Kendali Mutu Guna Peningkatan Produktivitas Kerja pada
Era Globalisasi. Majalah Ilmiah Widya XVIII (189).
Paramita, B. (1989). Hubungan Teknologi dan Kebudayaan Jepang. Manajemen Usaha
Indonesia,18(10)
Supriyadi, Triguno. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah. 2006. Jakarta.
Suardi. Sistem Manajemen Mutu ISO. 2004. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai