Suatu negara bisa menjadi negara maju karena adanya prinsip yang
mampu menguasai teknologi tinggi, dimulai dengan etos kerja yang sangat kuat
untuk mencapai prestasi yang optimal. Begitu pula dengan sebuah perusahaan
atau institusi yang ingin maju harus mempunyai etos kerja yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan besar dan ternama telah membuktikan bahwa etos kerja
agresif menjadi salah satu alasan kesuksesan perusahaannya. Etos kerja
seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku dan karakternya. Salah
satu hal yang dapat membentuk kepribadian dan karakter seseorang adalah
ajaran agama. Ada ajaran dalam Islam seperti rahmatan lil'alamin yang dapat
membentuk kepribadian dengan etos kerja yang tinggi. Kewajiban mencari ilmu,
bekerja, memelihara dan mewariskan keimanan, tanggung jawab amal perbuatan
di hadapan Tuhan, dll merupakan sebagian kecil dari ajaran Islam yang
menjadikan umat Islam memiliki etos kerja yang tinggi.
Agama Islam adalah agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia baik kehidupan spiritual maupun kehidupan material
termasuk di dalamnya mengatur masalah Etos kerja. Secara implisit banyak ayat
al Qur’an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja keras, diantaranya dalam
Quran surat al Insirah: 7-8, yang artinya ”Apabila kamu telah selesai (dari satu
urusan), maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusa) yang lain”. Juga
dijelaskan dalam hadis Rosul yang artinya: ”Berusahalah untuk urusan duniamu
seolah-olah engkau akan hidup selamanya”. (Saifulloh, 2010)
1
Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam masih memiliki etos kerja
rendah. (Saifulloh, 2010)
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari
2
kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etika yang hampir mendekati pada pengertian
akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam
etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat untuk mengerjakan
sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas
kerja yang sesempurna mungkin. (Kirom, 2018)
Kerja sendiri dalam islam memiliki nilai yang sangat tinggi, dibeberapa
hadist nabi mengatakan sebaik-baiknya orang adalah yang makan hasil kerja
dengan tanganya sendiri, bahkan ada sebuah hadist qudsi yang menerangkan
bahwa ada dosa yang hanya bisa dihapus dengan cara mencarikan nafkah untuk
keluarga dan orang yang ditanggungnya. Tentu kerja yang dimaksud adalah kerja
yang maksimal dan memiliki etos kerja yang tinggi. Adapun indikasi-indikasi orang
atau sekelompok masyarakat yang beretos kerja tinggi, ada tiga belas sikap yang
menandai hal itu: 1. Efisien; 2. Rajin; 3. Teratur; 4. Disiplin atau tepat waktu; 5.
Hemat; 6. Jujur dan teliti; 7. Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan;
8. Bersedia menerima perubahan; 9. Gesitn dalam memanfaatkan kesempatan;
10. Energik; 11. Ketulusan dan percaya diri; 12. Mampu bekerja sama; dan, 13.
Mempunyai visi yang jauh ke depan. (Kirom, 2018)
3
tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan
sebagaimana diajarkan oleh agama Islam.
Banyak asumsi bahwa umat islam memiliki etos kerja yang buruk dan
menjadi umat yang terbelakang dalam kemiskian dan tertinggal. Negara-negara
yang mayoritas beragama islam menjadi negara yang tidak maju, tentu ini menarik
menjadi kajian, dalam makalah ini membahas bagaimana etos kerja yang ideal
menurut islam, faktor apa saja yang memicu etos kerja dan bagimana agar kualitas
kerja seseorang atau instansi lebih baik dan maju sebagaimana yang diharapkan
bersama. (Kirom, 2018)
Artinya :
dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiaptiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Kanal, n.d.-a)
4
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus,
dalam mengambil keputusanpun para pimpinan harus memegang amanah
terutama para hakim. hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagai
mana nabi daus ketika ia diminta untuk memustuskan perkara yang adil dan harus
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah)
diantara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjuklah (pimpinlah) kami kejalan yang lurus Al-Quran surah Ash Shad ayat 22
Artinya:
5
Menurut Fuad Abdul Mun’im Ahmad mengemukakan bahwa etos kerja islam
memiliki dua unsur, pertama, adalah Amanah. Manusia adalah khalifah di alam ini
yang mengemban misi di bumi ini. Faktor pertama ini yang selama ini banyak
dilalaikan orang, amanah merupakan hal yang berat bagi mausia, sekaligus
merupakan bentuk komitmen untuk mengerjakan dan mengerahkan segala usaha
untuk melakukan suatu pekerjaan. Amanah merupakan tanggung jawab yang
besar dalam segala aspek bagi seorang muslim, karena ketika amanah itu tiada
maka seseorang tidak ada rasa takut dan menjadikan ia semena-menadalam
melaksanakan suatu pekerjaan.Faktor kedua adalah kekuatan, yang dimaksud
adalah kemampuan dan keprofesionalan dalam suatu bidang untuk mengerjakan
suatu pekerjaan. Karena setiap pekerjaan membutuhkan skill yang profesional
agar apa yang dilakukan maksimal dan target yang diharapkan tercapai.
Sebagaimana pendapat ibnu Taimiyah kemampuan adalah apa yang menjadi
tanggungnya.
6
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja
sebagai berikut:
1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai
kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan.
Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen
dan udara tanpa biaya sepeser pun.
2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang
dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan
benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja
sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam
berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai
dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh
integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan,
kita bisa berucap pada diri sendiri, I'm doing my best!. Dengan begitu kita
tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk
mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja
keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter,
akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang
membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk
mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa ada.
Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk
termenung tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan
kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan
dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran
ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan
demi mencari uang atau jabatan semata.
6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan
perasaan senang seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan
Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku,
7
rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu
adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah
sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka
kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita. Sinamo
mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan
Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di
Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah
kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja
dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita,
pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai
sebagai pengabdian kepada sesama.
Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang antara
lain adalah:
8
kemarin, berarti selalu ada penambahan. Inilah sikapperubahan yang
diharapkan selalu terjadi pada setiap muslim, sehingga tidak akan
pernah tertinggal, dia selalu antisaifatif terhadap perubahan, dan selalu
siap menyikapi perubahan. (Kirom, 2018)
Masyarakat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-
tanda sebagai berikut:
Sedangkan, bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja
yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya yaitu :
9
1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.Dari berbagai aspek
yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki etos kerja tinggi Etos (etika) dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: Agama, Budaya, Sosial Politik, Kondisi lingkungan (geografis),
Pendidikan dan Motivasi intrinsik individu.
Seseorang yang memiliki etos kerja yang baik akan menunjukan watak dan
sikap serta memiliki keyakinan dalam suatu pekerjaan dengan bekerja dan
bertindak secara optimal . Konsep utama tentang etos kerja itu sendiri yang
mencakup idealisme yang mendasari, prinsipprinsip yang mengatur, nilai-nilai
yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang hendak
dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode
perilaku bagi para pemeluknya.
Langkah pertama untuk meningkatkan etos kerja adalah yakin akan pasar,
baik pasar kerja, pasar bisnis, atau pasar atlet profesional kompetitif yang memiliki
etos kerja yang kuat. Langkah selanjutnya adalah memutuskan sendiri bahwa
Anda ingin meningkatkan etos kerja. Pastikan Anda fokus pada peningkatan sifat-
sifat berikut; (Koto, n.d.)
Suka atau tidak suka, dunia yang kita tempati saat ini penuh dengan
persaingan. Jika Anda mencari lebih banyak kesuksesan di kantor, menerapkan
10
etos kerja untuk sukses akan membantu dalam mencapai kesuksesan tersebut.
Memiliki etos kerja yang kuat adalah softskill yang setiap orang harus miliki.
Semakin kuat etos kerja, semakin banyak keuntungan yang akan menghampiri.
Memang, etos kerja itu hal yang utama, karena itu merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan seberapa banyak kesuksesan yang dapat Anda capai.
Dengan memiliki etos kerja yang kuat, Anda akan mampu melakukan hal-hal
seperti di bawah ini:
Terdapat korelasi antara etos kerja dan kesuksesan. Setiap individu yang
mencapai prestasi tinggi pasti memiliki etos kerja yang kuat. Walaupun pada
awalnya tidak mempunyai etos kerja yang kuat, tetapi saat kesuksesan menjadi
obsesi, mereka akan mulai menggunakan etos kerja tersebut. Semakin kuat etos
kerja, semakin kuat pencapaian prestasi yang optimal, dan semakin cepat
kesuksesan datang. (Koto, n.d.)
Prestasi kerja adalah hasil kerja ditunjukan yang secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam mencapai tugasnya.
Sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Sastrohadiwiryo (2003:235) Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh
seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Prestasi pegawai (karyawan) perlu dievaluasi sebagai dasar
pengambilan keputusan mengenai banyak hal, seperti kenaikan gaji, penugasan
baru, promosi, keperluan training dan sebagainya.
Prestasi kerja berkenaan dengan apa yang dihasilkan oleh individu melalui
tingkah laku dalam pekerjaan. Ada kecenderungan tingkat prestasi kerjanya tinggi
disebut sebagai orang yang produktif. Namun sebaliknya yang tingkat prestasi
kerjanya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan dikatakan
sebagai orang yang tidak produktif atau berprestasi rendah. Prestasi kerja dapat
11
juga diartikan secara operasional sebagai usaha karyawan untuk mencapai tujuan
produktifitas kerja yang dinampakkan secara kuantitas maupun kualitas. Hal
tersebut dicapai dengan cara menjalankan atau menyempurnakan tugas secara
efesien dan efektif
Menurut Guion (1965) yang dikutip oleh Wijono (2007: 33) prestasi kerja
mempunyai dua hal yaitu:
Kuantitas, prestasi kerja mengacu pada jumlah produk, dari suatu kerja
yang dilakukan seperti jumlah pengeluaran barang oleh individu per jam
atau menghitung jumlah produktivitas karyawan.
Kualitas, prestasi kerja mengacu pada bagaimana sempurna seseorang
itu melakukan pekerjaanya.
Ada beberapa cara atau contoh etos kerja muslim dalam dalam mencapai
prestasi yang optimal, yaitu diantaranya;
12
7. Setiap mukmin harus rajin bekerja dan beramal untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Keduanya harus berjalan seimbang.
8. Melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat,
negara, dan agama-Nya serta tidak sekali pun berbuat sesuatu yang
merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
9. Sebaiknya seorang pengusaha membekali dirinya dengan bekal
keimanan dan ilmu syar’i, khususnya yang berkaitan dengan fikih
muamalah dan bisnis agar menjadi pengusaha yang baik dan benar.
10. Contoh etos kerja Islam bagi seorang pengusaha hendaknya memiliki
sifat jujur, pemurah, amanah, kasih sayang, dan akhlak Islami lainnya.
Menurut Moenir (2005:9) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan standar
prestasi kerja, yaitu:
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge + skill). Artinya, karyawan
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right
man on the right job).
2. Faktor Motivasi
13
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). (Humas, 2022)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi Menurut Byar dan Rue dalam
sutrisno (2011:151) mengatakan bahwa: Ada dua faktor yang mempengaruhi
prestasi, yaitu faktor individu dan lingkungan:
14
Kesimpulan
Etos kerja adalah ciri atau karakter semangat bekerja dari seseorang untuk
mengembangkan suatu organisasi. Bisa juga diartikan etos kerja adalah sesuatu
yang harus dimiliki setiap orang yang bukan hanya untuk mengembangkan
organisasi, melainkan untuk mengembangkan diri sendiri. Selain itu Etos Kerja
juga dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang diinginkan. Etos kerja ini
perlu dibahas, karena bagi umat Islam sangat diperlukan.
Ada beberapa cara atau contoh Etos Kerja muslim dalam dalam mencapai
prestasi yang optimal, yaitu diantaranya;
15
Setelah selesai melaksanakan ibadah salat, umat Islam hendaknya
kembali bekerja seperti sebelumnya tanpa mengurangi semangatnya
sedikit pun.
Setiap mukmin harus rajin bekerja dan beramal untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Keduanya
harus berjalan seimbang.
Melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, negara,
dan agama-Nya serta tidak sekali pun berbuat sesuatu yang merugikan diri
sendiri ataupun orang lain.
Sebaiknya seorang pengusaha membekali dirinya dengan bekal keimanan
dan ilmu syar’i, khususnya yang berkaitan dengan fikih muamalah dan
bisnis agar menjadi pengusaha yang baik dan benar.
Contoh etos kerja Islam bagi seorang pengusaha hendaknya memiliki sifat
jujur, pemurah, amanah, kasih sayang, dan akhlak Islami lainnya.
16
DAFTAR ISI
Kirom, C. (2018). Etos Kerja Dalam Islam. Jurnal of Sharia Economic Law, 1.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/tawazun/article/download/4697/303
5
Sari, I. P. (2009). Hubungan Antara Etos Kerja Dengan Prestasi Kerja Karyawan
Industri Batik Semarang. Skripsi. http://lib.unnes.ac.id/708/1/1053.pdf
17