Anda di halaman 1dari 17

Etos Kerja Muslim Untuk Mencapai Prestasi Yang Optimal

Suatu negara bisa menjadi negara maju karena adanya prinsip yang
mampu menguasai teknologi tinggi, dimulai dengan etos kerja yang sangat kuat
untuk mencapai prestasi yang optimal. Begitu pula dengan sebuah perusahaan
atau institusi yang ingin maju harus mempunyai etos kerja yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan besar dan ternama telah membuktikan bahwa etos kerja
agresif menjadi salah satu alasan kesuksesan perusahaannya. Etos kerja
seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku dan karakternya. Salah
satu hal yang dapat membentuk kepribadian dan karakter seseorang adalah
ajaran agama. Ada ajaran dalam Islam seperti rahmatan lil'alamin yang dapat
membentuk kepribadian dengan etos kerja yang tinggi. Kewajiban mencari ilmu,
bekerja, memelihara dan mewariskan keimanan, tanggung jawab amal perbuatan
di hadapan Tuhan, dll merupakan sebagian kecil dari ajaran Islam yang
menjadikan umat Islam memiliki etos kerja yang tinggi.

Agama Islam adalah agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia baik kehidupan spiritual maupun kehidupan material
termasuk di dalamnya mengatur masalah Etos kerja. Secara implisit banyak ayat
al Qur’an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja keras, diantaranya dalam
Quran surat al Insirah: 7-8, yang artinya ”Apabila kamu telah selesai (dari satu
urusan), maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusa) yang lain”. Juga
dijelaskan dalam hadis Rosul yang artinya: ”Berusahalah untuk urusan duniamu
seolah-olah engkau akan hidup selamanya”. (Saifulloh, 2010)

Al Qur’an dan Hadis tersebut menganjurkan kepada manusia, khususnya


umat Islam agar memacu diri untuk bekerja keras dan berusaha semaksimal
mungkin, dalam arti seorang muslim harus memiliki etos kerja tinggi sehingga
dapat meraih kesuksesan dan berhasil dalam menempuh kehidupan dunianya di
samping kehidupan akhiratnya. (Saifulloh, 2010)

Namun dalam realitas kehidupan, masih banyak bangsa Indonesia


khususnya umat Islam yang bersikap malas, tidak disiplin, tidak mau kerja keras,
dan bekerja seenaknya. Hal ini didukung kenyataan berupa kebiasaan yang
disebut dengan ”jam karet”,maksudnya kalau mengerjakan sesuatu sering tidak
tepat waktu atau sering terlambat dan sebagainya. Ini berarti bahwa bangsa

1
Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam masih memiliki etos kerja
rendah. (Saifulloh, 2010)

Etos kerja merupakan bagian penting dari keberhasilan manusia, baik


dalam komunitas kerja yang terbatas maupun dalam lingkungan sosial yang lebih
luas. Karyawan harus memiliki etos kerja terhadap pekerjaanya sehingga produk
yang dihasilkan mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik yang dapat dilihat
melalui prestasi kerja yaitu berupa hasil dan produktivitas. Hal utama yang dituntut
oleh perusahan dari karyawannya adalah prestasi kerja karyawan yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja karyawan
akan membawa dampak bagi karyawan bersangkutan maupun perusahaan
tempat bekerja.

Prestasi kerja menjadi faktor terpenting dalam mengukur tingkat


keefektifan pelaksanaan tugas pokok dan tanggung jawab pegawai pada suatu
organisasi pemerintahan. Pentingnya mengukur tingkat prestasi kerja pegawai
dikarenakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan organisasi, perbaikan
dalam evaluasi kerja, keputusan dalam penempatan, penyesuaian kompensasi,
kebutuhan pelatihan dan pengembangan, serta perencanaan dan pengembangan
karir

Prestasi yang tinggi akan meningkatkan produktifitas perusahaan


Peningkatan produktivitas pada tingkat perseorangan akan membawa kita pada
produktifitas di tingkatan perusahaan yang selanjutnya akan membawa kepada
peningkatan produktifitas di tingkat Industri dan akhirnya keseluruhan usaha ini
akan mengarahkan kita kepada pertumbuhan produktifitas di tingkat nasional.
Seorang karyawan harus memiliki sikap etos kerja yang tinggi terhadap
pekerjaanya, dengan demikian karyawan akan bekerja seoptimal mungkin untuk
memperoleh hasil atau produk yang berkualitas, sehingga prestasi kerja dapat
dicapai yang optimal, prestasi kerja dapat dilihat dari hasil kerja karyawan dan
produktivitas karyawan. (Sari, 2009)

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari

2
kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etika yang hampir mendekati pada pengertian
akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam
etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat untuk mengerjakan
sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas
kerja yang sesempurna mungkin. (Kirom, 2018)

Adapun definisi kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan


sebagai kegiatan melakukan sesuatu. kegiatan atau perbuatan manusia ada dua
jenis. Pertama, perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan mental, dan kedua
tindakan yang dilakukan dengan secara tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai
ciri kepentingan, yaitu untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu.
Sedangkan jenis kedua adalah gerakan random (random movement) seperti
terlihat pada gerakan bayi kecil yang tampak tidak beraturan, gerakan refleksi dan
gerakan-gerakan lain yang terjadi tanpa dorongan kehendak atau proses
pemikiran.

Kerja sendiri dalam islam memiliki nilai yang sangat tinggi, dibeberapa
hadist nabi mengatakan sebaik-baiknya orang adalah yang makan hasil kerja
dengan tanganya sendiri, bahkan ada sebuah hadist qudsi yang menerangkan
bahwa ada dosa yang hanya bisa dihapus dengan cara mencarikan nafkah untuk
keluarga dan orang yang ditanggungnya. Tentu kerja yang dimaksud adalah kerja
yang maksimal dan memiliki etos kerja yang tinggi. Adapun indikasi-indikasi orang
atau sekelompok masyarakat yang beretos kerja tinggi, ada tiga belas sikap yang
menandai hal itu: 1. Efisien; 2. Rajin; 3. Teratur; 4. Disiplin atau tepat waktu; 5.
Hemat; 6. Jujur dan teliti; 7. Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan;
8. Bersedia menerima perubahan; 9. Gesitn dalam memanfaatkan kesempatan;
10. Energik; 11. Ketulusan dan percaya diri; 12. Mampu bekerja sama; dan, 13.
Mempunyai visi yang jauh ke depan. (Kirom, 2018)

Etos Kerja dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan


kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang diinginkan.
Etos kerja ini perlu dibahas, karena bagi umat Islam sangat diperlukan. Tentu
pembahasan ini harus bagi seorang muslim karena akan menjadi peta dalam
kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat mereka menggapai
kehidupan surga yang merupakan impian setiap muslim. Kesuksesan di akhirat

3
tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan
sebagaimana diajarkan oleh agama Islam.

Banyak asumsi bahwa umat islam memiliki etos kerja yang buruk dan
menjadi umat yang terbelakang dalam kemiskian dan tertinggal. Negara-negara
yang mayoritas beragama islam menjadi negara yang tidak maju, tentu ini menarik
menjadi kajian, dalam makalah ini membahas bagaimana etos kerja yang ideal
menurut islam, faktor apa saja yang memicu etos kerja dan bagimana agar kualitas
kerja seseorang atau instansi lebih baik dan maju sebagaimana yang diharapkan
bersama. (Kirom, 2018)

Etos kerja muslim didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan


keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai
suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah
yang sangat luhur. Dengan demikian etos kerja islam dapat dirumuskan sebagai
aktivitas yang dilakukan seorang muslim dengan mengerahkan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba
Allah, yang melahirkan hasil pekerjaan yang terbaik dan bermanfaat tidak hanya
untuk dirinya tapi juga untuk orang lain.

Agama Islam berdasarkan al-Quran dan al-Hadist sebagai tuntunan dan


peganggan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam
segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntunan
dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Dalam al-quran dikenal kata itqon
(tekun rapid an teliti) yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat
dan sempurna dalam surah An Naml ayat 88.

‫۝‬٨٨ ‫ببْ َحج َ ل َا َبج َْ َىر ََتو‬


َ ‫َه َاجََ َِا َ رَهل‬ ْ ‫ذ َ هّٰ َل‬
َ ‫َ لع َن َ ب َهج ل‬
َ ‫َّ ََت ر َ َْ َت ىي‬ ‫ٍۗ له ليْ َّْْ ََرلقَتَ َ َي ل‬
َ ِ‫ٌَ َبي َلت ََعل‬ ‫َهْ لىتَ ر َ لف َب ََج‬

Artinya :

dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiaptiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Kanal, n.d.-a)

4
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus,
dalam mengambil keputusanpun para pimpinan harus memegang amanah
terutama para hakim. hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagai
mana nabi daus ketika ia diminta untuk memustuskan perkara yang adil dan harus
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah)
diantara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjuklah (pimpinlah) kami kejalan yang lurus Al-Quran surah Ash Shad ayat 22

‫ٰ َْ َِ ٌَهْ لىَ ََ لي‬ َ ‫ََ َا اَج ْ لىَ ََ لع ْح لن ََف ََز‬


َ ‫ف َِ َِى َِ و‬ ْ ‫ٰ َهب بَ ل‬
‫ضعَج بَ َغب ٌََلََ َت رٌَ َ ل‬ ‫ل بَ لي َععَج ََجهل َّْ لن َب ل ي‬
َ ‫ع‬ ‫ََ َ ب َىَ لي َِعَج ل َْ ل‬
َ ‫ْر ْ لٍۗ َى َا بَج ل َه ا‬
َََْ ‫ب َى‬
َ ََْ‫َ َت‬ ‫َ َا‬

Artinya:

Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan)


mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang
yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain;
maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu
menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Kanal, n.d.-
b)

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia selalu saja di dasari oleh


keyakinan yang dimilikinya, atau dengan kata lain apa yang diyakini sebagai
sebuah kebenaran oleh seseorang akan menjadi landasan dari perbuatannya.
Seorang muslimah, misalnya kenapa dia patuh mengenakan jilbab di kepalanya,
ini karena ada keyakinan dalam dirinya bahwa menutup aurat adalah kewajiban
yang datang dari Allah yang harus dijalankan. Tanpa ada keyakinan tersebut maka
menutup aurat (jilbab) tidak akan dilakukannya. Demikian juga tinggi atau
rendahnya etos kerja seorang muslim akan sangat tergantung kepada
keyakinannya (imannya) kepada Allah SWT. Semakin tinggi dan semakin
berkualitas keimanannya kepada Allah, maka akan melahirkan sebuah sikap yang
ingin berusaha untuk dapat memahami apa yang menjadi keinginan Allah yang
ditunjukan dalam al-Qur’an dan sunnah, untuk dijadikan pedoman dan tuntunan
hidupnya di dunia, yang ditampilkan dalam kehidupan kesehariannya. Keimanan
seorang muslim yang kokoh kepada Allah juga akan menjadikan al-Qur’an menjadi
satu satunya pedoman hidup baik dalam beraqidah, beribadah, bermuamalah
maupun berahlak dalam kehidupan bermasyarakat.

5
Menurut Fuad Abdul Mun’im Ahmad mengemukakan bahwa etos kerja islam
memiliki dua unsur, pertama, adalah Amanah. Manusia adalah khalifah di alam ini
yang mengemban misi di bumi ini. Faktor pertama ini yang selama ini banyak
dilalaikan orang, amanah merupakan hal yang berat bagi mausia, sekaligus
merupakan bentuk komitmen untuk mengerjakan dan mengerahkan segala usaha
untuk melakukan suatu pekerjaan. Amanah merupakan tanggung jawab yang
besar dalam segala aspek bagi seorang muslim, karena ketika amanah itu tiada
maka seseorang tidak ada rasa takut dan menjadikan ia semena-menadalam
melaksanakan suatu pekerjaan.Faktor kedua adalah kekuatan, yang dimaksud
adalah kemampuan dan keprofesionalan dalam suatu bidang untuk mengerjakan
suatu pekerjaan. Karena setiap pekerjaan membutuhkan skill yang profesional
agar apa yang dilakukan maksimal dan target yang diharapkan tercapai.
Sebagaimana pendapat ibnu Taimiyah kemampuan adalah apa yang menjadi
tanggungnya.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja. Menurut Sinamo


setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk
meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku
yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional,
bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi
kerja yang positif, kreatif dan produktif. Dari ratusan teori sukses yang beredar di
masyarakat sekarang ini ,Sinamo menyederhanakannya menjadi empat pilar teori
utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang
semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success
system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dikonstruksikan dalam
sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa
Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, (Jansen Sinarmo,
2005:99) yaitu:

1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.


2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

6
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja
sebagai berikut:

1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai
kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan.
Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen
dan udara tanpa biaya sepeser pun.
2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang
dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan
benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja
sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam
berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai
dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh
integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan,
kita bisa berucap pada diri sendiri, I'm doing my best!. Dengan begitu kita
tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk
mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja
keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter,
akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang
membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk
mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa ada.
Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk
termenung tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan
kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan
dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran
ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan
demi mencari uang atau jabatan semata.
6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan
perasaan senang seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan
Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku,

7
rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu
adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah
sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka
kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita. Sinamo
mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan
Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di
Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah
kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja
dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita,
pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai
sebagai pengabdian kepada sesama.

Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang antara
lain adalah:

1. Profesional, Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus


dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang
terbaik. Tentu saja untuk mencapai profesionalisme harus didukung
dengan sarana yang ilmiah, modern dan canggih.
2. Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga
menekankan agar bekerja dengan tekun dan baik yaitu dapat
menyelesaikannya dengan sempurna karena itu merupakan kewajiban
setiap muslim.
3. Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga
ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan
baik untuk dunia maupun akhirat.
4. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan
utama.Kreatif. Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap
merugi, karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan.
Terlebih lagi orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap orang
yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar.
Orang yang beruntung hanyalah orang yang hari ini lebih baik dari

8
kemarin, berarti selalu ada penambahan. Inilah sikapperubahan yang
diharapkan selalu terjadi pada setiap muslim, sehingga tidak akan
pernah tertinggal, dia selalu antisaifatif terhadap perubahan, dan selalu
siap menyikapi perubahan. (Kirom, 2018)

Adapun beberapa indikator-indikator etos kerja menurut Darodjat (2015) yaitu :

1. Kerja keras. Merupakan upaya dengan semangat yang berkobar serta


memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencapai target pribadi yang
dianggap sedikit melebihi batas kemampuan kita sendiri.
2. Jujur. Mengacu pada aspek karakter, moral dan berkonotasi atribut
positif dan berbudi luhur seperti integritas, kejujuran, dan
keterusterangan pada perilaku.
3. Tanggung jawab. Merupakan sikap atau perilaku untuk melakukan
sesuatu dengan sungguhsungguh dan siap menanggung segala risiko
dan perbuatan.
4. Rajin. Sifat manusia yang melakukan suatu hal dengan bersungguh-
sungguh untuk mencapai suatu tujuan.
5. Tekun. Tekun artinya bekerja atau berusaha dengan sungguh-sungguh
secara kontiniu, agar memperoleh apa yang di inginkan atau
dicitacitakan.

Masyarakat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-
tanda sebagai berikut:

1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia,


2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat
luhur bagi eksistensi manusia,
3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia,
4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
5. sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
6. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Sedangkan, bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja
yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya yaitu :

9
1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.Dari berbagai aspek
yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki etos kerja tinggi Etos (etika) dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: Agama, Budaya, Sosial Politik, Kondisi lingkungan (geografis),
Pendidikan dan Motivasi intrinsik individu.

Seseorang yang memiliki etos kerja yang baik akan menunjukan watak dan
sikap serta memiliki keyakinan dalam suatu pekerjaan dengan bekerja dan
bertindak secara optimal . Konsep utama tentang etos kerja itu sendiri yang
mencakup idealisme yang mendasari, prinsipprinsip yang mengatur, nilai-nilai
yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang hendak
dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode
perilaku bagi para pemeluknya.

Langkah pertama untuk meningkatkan etos kerja adalah yakin akan pasar,
baik pasar kerja, pasar bisnis, atau pasar atlet profesional kompetitif yang memiliki
etos kerja yang kuat. Langkah selanjutnya adalah memutuskan sendiri bahwa
Anda ingin meningkatkan etos kerja. Pastikan Anda fokus pada peningkatan sifat-
sifat berikut; (Koto, n.d.)

 Mengambil tanggung jawab


 Dapat diandalkan
 Memperlakukan semua orang dengan hormat
 Menjadi pribadi terbaik Anda
 Bersemangat untuk melakukan lebih banyak pekerjaan
 Jujur setiap saat
 Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau lebih awal dari jadwal
 Menyambut tantangan kerja keras

Suka atau tidak suka, dunia yang kita tempati saat ini penuh dengan
persaingan. Jika Anda mencari lebih banyak kesuksesan di kantor, menerapkan

10
etos kerja untuk sukses akan membantu dalam mencapai kesuksesan tersebut.
Memiliki etos kerja yang kuat adalah softskill yang setiap orang harus miliki.
Semakin kuat etos kerja, semakin banyak keuntungan yang akan menghampiri.
Memang, etos kerja itu hal yang utama, karena itu merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan seberapa banyak kesuksesan yang dapat Anda capai.
Dengan memiliki etos kerja yang kuat, Anda akan mampu melakukan hal-hal
seperti di bawah ini:

 Menghasilkan lebih dari yang lain


 Menjadi orang yang dapat diandalkan
 Menjadi lebih dihormati oleh rekan-rekan kerja
 Menjadi lebih dihargai oleh perusahaan
 Mendapatkan kesempatan kenaikan gaji dan tanggung jawab
 Menciptakan lebih banyak peluang untuk diri sendiri

Terdapat korelasi antara etos kerja dan kesuksesan. Setiap individu yang
mencapai prestasi tinggi pasti memiliki etos kerja yang kuat. Walaupun pada
awalnya tidak mempunyai etos kerja yang kuat, tetapi saat kesuksesan menjadi
obsesi, mereka akan mulai menggunakan etos kerja tersebut. Semakin kuat etos
kerja, semakin kuat pencapaian prestasi yang optimal, dan semakin cepat
kesuksesan datang. (Koto, n.d.)

Prestasi kerja adalah hasil kerja ditunjukan yang secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam mencapai tugasnya.
Sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Sastrohadiwiryo (2003:235) Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh
seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Prestasi pegawai (karyawan) perlu dievaluasi sebagai dasar
pengambilan keputusan mengenai banyak hal, seperti kenaikan gaji, penugasan
baru, promosi, keperluan training dan sebagainya.

Prestasi kerja berkenaan dengan apa yang dihasilkan oleh individu melalui
tingkah laku dalam pekerjaan. Ada kecenderungan tingkat prestasi kerjanya tinggi
disebut sebagai orang yang produktif. Namun sebaliknya yang tingkat prestasi
kerjanya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan dikatakan
sebagai orang yang tidak produktif atau berprestasi rendah. Prestasi kerja dapat

11
juga diartikan secara operasional sebagai usaha karyawan untuk mencapai tujuan
produktifitas kerja yang dinampakkan secara kuantitas maupun kualitas. Hal
tersebut dicapai dengan cara menjalankan atau menyempurnakan tugas secara
efesien dan efektif

Menurut Guion (1965) yang dikutip oleh Wijono (2007: 33) prestasi kerja
mempunyai dua hal yaitu:

 Kuantitas, prestasi kerja mengacu pada jumlah produk, dari suatu kerja
yang dilakukan seperti jumlah pengeluaran barang oleh individu per jam
atau menghitung jumlah produktivitas karyawan.
 Kualitas, prestasi kerja mengacu pada bagaimana sempurna seseorang
itu melakukan pekerjaanya.

Penilaian Prestasi adalah sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa


orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan untuk memastikan bahwa orang-
orang pada tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang diinginkan
oleh para majikan mereka.Prestasi kerja yang dimaksud ini adalah usaha
karyawan untuk mencapai tujuan melalui kuantitas yang ditunjukan melalui
produktifitas kerja dan kualitas kerja yang ditunjukan melalui hasil kerja
pembatikan.

Ada beberapa cara atau contoh etos kerja muslim dalam dalam mencapai
prestasi yang optimal, yaitu diantaranya;

1. Berusaha atau bekerja dengan didasarkan keikhlasan, nilai-nilai


akhlak mulia, dan peduli terhadap sesama.
2. Meyakini bahwa dengan kerja keras pasti akan mendapatkan sesuatu
yang diinginkan (man jadda wa jada – siapa yang giat, pasti dapat).
3. Melakukan sesuatu dengan prinsip “mulai dari diri sendiri, mulai dari
yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”
4. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
5. Seorang muslim bila bekerja harus bersungguh-sungguh sampai
merasa lelah dan tidak boleh berhenti sebelum lelah.
6. Setelah selesai melaksanakan ibadah salat, umat Islam hendaknya
kembali bekerja seperti sebelumnya tanpa mengurangi semangatnya
sedikit pun.

12
7. Setiap mukmin harus rajin bekerja dan beramal untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Keduanya harus berjalan seimbang.
8. Melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat,
negara, dan agama-Nya serta tidak sekali pun berbuat sesuatu yang
merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
9. Sebaiknya seorang pengusaha membekali dirinya dengan bekal
keimanan dan ilmu syar’i, khususnya yang berkaitan dengan fikih
muamalah dan bisnis agar menjadi pengusaha yang baik dan benar.
10. Contoh etos kerja Islam bagi seorang pengusaha hendaknya memiliki
sifat jujur, pemurah, amanah, kasih sayang, dan akhlak Islami lainnya.

Menurut Moenir (2005:9) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan standar
prestasi kerja, yaitu:

 Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta


kebersihan.
 Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin
(ekstra).
 Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya
mengikuti instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.
 Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain,
pekerjaan serta kerjasama. (Humas, 2022)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge + skill). Artinya, karyawan
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right
man on the right job).
2. Faktor Motivasi

13
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). (Humas, 2022)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi Menurut Byar dan Rue dalam
sutrisno (2011:151) mengatakan bahwa: Ada dua faktor yang mempengaruhi
prestasi, yaitu faktor individu dan lingkungan:

1. Faktor individu yang mempengaruhi prestasi adalah:


 Usaha (effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental
yang digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.
 Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu tugas.
 Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa
perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi adalah:
o Kondisi Fisik
o Peralatan
o Waktu
o Material
o Pendidikan
o Desain Organisasi
o Pelatihan
o Keberuntungan .(Muhammad Syahril, n.d.)

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2007:69), terdapat beberapa faktor yang


dapat dijadikan standar penilaian prestasi kerja, yaitu:

 Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta


kebersihan
 Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin
(ekstra).Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya
mengikuti instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.
 Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain, pekerjaan
serta kerjasama. (Humas, 2022)

14
Kesimpulan

Etos kerja adalah ciri atau karakter semangat bekerja dari seseorang untuk
mengembangkan suatu organisasi. Bisa juga diartikan etos kerja adalah sesuatu
yang harus dimiliki setiap orang yang bukan hanya untuk mengembangkan
organisasi, melainkan untuk mengembangkan diri sendiri. Selain itu Etos Kerja
juga dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang diinginkan. Etos kerja ini
perlu dibahas, karena bagi umat Islam sangat diperlukan.

Membahas etos kerja dalam Islam, berarti menggunakan dasar pemikiran


bahwa Islam, sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan
tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya Etos Kerja yang kuat
memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja
dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu
memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain,
seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika
pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan
hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.

Sedangkan Prestasi kerja adalah hasil kerja ditunjukan yang secara


kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam mencapai
tugasnya. Sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Ada beberapa cara atau contoh Etos Kerja muslim dalam dalam mencapai
prestasi yang optimal, yaitu diantaranya;

 Berusaha atau bekerja dengan didasarkan keikhlasan, nilai-nilai akhlak


mulia, dan peduli terhadap sesama.
 Meyakini bahwa dengan kerja keras pasti akan mendapatkan sesuatu yang
diinginkan (man jadda wa jada – siapa yang giat, pasti dapat).
 Melakukan sesuatu dengan prinsip “mulai dari diri sendiri, mulai dari yang
terkecil, dan mulai dari sekarang.”
 Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
 Seorang muslim bila bekerja harus bersungguh-sungguh sampai merasa
lelah dan tidak boleh berhenti sebelum lelah.

15
 Setelah selesai melaksanakan ibadah salat, umat Islam hendaknya
kembali bekerja seperti sebelumnya tanpa mengurangi semangatnya
sedikit pun.
 Setiap mukmin harus rajin bekerja dan beramal untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Keduanya
harus berjalan seimbang.
 Melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, negara,
dan agama-Nya serta tidak sekali pun berbuat sesuatu yang merugikan diri
sendiri ataupun orang lain.
 Sebaiknya seorang pengusaha membekali dirinya dengan bekal keimanan
dan ilmu syar’i, khususnya yang berkaitan dengan fikih muamalah dan
bisnis agar menjadi pengusaha yang baik dan benar.
 Contoh etos kerja Islam bagi seorang pengusaha hendaknya memiliki sifat
jujur, pemurah, amanah, kasih sayang, dan akhlak Islami lainnya.

16
DAFTAR ISI

Humas, T. (2022). Prestasi Kerja: Pengertian, Metode Penilaian, Standar, dan


Faktor yang Mempengaruhinya. Universitas Islam An Nur Lampung.
https://an-nur.ac.id/prestasi-kerja-pengertian-metode-penilaian-standar-dan-
faktor-yang-mempengaruhinya/

Kanal. (n.d.-a). Q.S An Naml Ayat 88. Liputan 6.


https://www.liputan6.com/quran/an-naml/88

Kanal. (n.d.-b). Qs. Ash Shad ayat 22. Liputan 6.


https://www.liputan6.com/quran/sad/22#:~:text=QS. Sad Ayat
22&text=(Kami) berdua sedang berselisih%2C,kami ke jalan yang lurus

Kirom, C. (2018). Etos Kerja Dalam Islam. Jurnal of Sharia Economic Law, 1.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/tawazun/article/download/4697/303
5

Koto, W. D. (n.d.). Etos Kerja Untuk Sukses. https://wempydyoctakoto.org/etos-


kerja-untuk-sukses/keuangan/

Muhammad Syahril, dan M. S. (n.d.). Pengaruh Penilaian Prestasi Dalam


Semangat Etos Kerja.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/mabis/article/download/5552/
2397

Saifulloh, M. (2010). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Sosial


Humaniora, 3.
https://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/654#:~:text=Secara implisit
banyak ayat al,(urusa) yang lain”

Sari, I. P. (2009). Hubungan Antara Etos Kerja Dengan Prestasi Kerja Karyawan
Industri Batik Semarang. Skripsi. http://lib.unnes.ac.id/708/1/1053.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai