Anda di halaman 1dari 41

DRAFT KE-4: 29/11/08

KATALOG INFORMASI PILIHAN


SARANA CUCI TANGAN TEPAT GUNA

UNTUK MENUNJANG PENINGKATAN


PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN
(CTPS)

DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN


DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
DEPARTEMEN KESEHATAN
TAHUN 2008
1. 1
Katalog Informasi Pilihan sarana CTPS ini merupakan dokumen ke tiga dari tiga
dokumen dalam seri Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS). Program CTPS merupakan salah satu pilar Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) dan ketiga dokumen ini merupakan lampiran dari
Keputusan Mentri Kesehatan tentang Strategi Nasional STBM. Ketiga dokumen
tersebut adalah:

1. Pedoman Umum Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai


Sabun (CTPS).

2. Petunjuk Tehnis Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai


Sabun

3. Katalog Informasi Pilihan Sarana Cuci Tangan Tepat Guna.


Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

KATA PENGANTAR

Catatan Poin-poin dalam Kata pengantar :

- Dalam rangka program nasional STBM

- Dokumen ini disusun sebagai penunjang dan pelengkap dokumen Pedoman Umum dan
Petunjuk Teknis Pengelolaan Kegiatan Peningkatan CTPS

- Disusun oleh P2&PL bersama mitra (PROMKES, WASPOLA, UNICEF, WSP, CWSH, Dinas
Pendidikan, USAID, PAMSIMAS, WSLIC-2, CARE, ISSDP)

Jakarta, , 2008

Direktorat Jenderal P2PL

i
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR SINGKATAN
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD Anggaran Pendapatan-Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan-Belanja Negara
AusAID Australian Government Overseas Aid Program
ATL/BTL Above the Line/ Below the Line
BAB Buang Air Besar
BALITA Anak di bawah usia lima tahun.
BBABS Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BHS-USAID Basic Human Services,
BPS Biro Pusat Statistik
CDC Center for Disease Control
CDD Programs Community-Driven Development Programs
CFR Case Fatality Rate
CLTS Community-Led Total Sanitation
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
CWSH Community Water Services and Health
Depkes Departemen Kesehatan.
Diagram 5F Diagram 5F ( Feces, Finger, Fluid, Flies and Food)
Ditjen PP-PL Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan
DPR/D Dewan Perwakilan Rakyat / Daerah.
ESP -USAID Environmental Services Program - United States Agency for International
Development
FKK-CTPS Forum Komunikasi Kemitraan untuk Cuci Tangan Pakai Sabun
FKKP-CTPS Forum Komunikasi Kemitraan Propinsi- CTPS
FKKW-CTPS Forum Komunikasi Kemitraan Wilayah- CTPS.
GHD Global Handwashing Day (October 15)
GHWI Global Handwashing Initiative
HCTPS Sedunia Hari Cuci Tangan Pakai Sabun – Sedunia
HSP – USAID Health Services Program, United States Agency for International Development
HWWS Handwashing with Soap
Iptek Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IEC Information, Communication and Education
ISSDP The Indonesia Sanitation Sector Development Program
JHU/CCP Johns Hopkins University/Center for Communication Program
KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KPS-CTPS Kemitraan Pemerintah –Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun
KLB Kejadian Luar Biasa
LSHTM London School of Hygiene and Tropical Medicine
LSM Lembaga Sosial Masyarakat
MDG Millennium Development Goals
MonEv Monitoring dan Evaluasi
MPA/PHAST Methodology for Partisipatory Assesment/ Partisipatory Hygiene and
Sanitation Transformation (Metode Pendekatan untuk Asesmen
Partisipatoris/Transformasi Higiene dan Sanitasi Partisipatoris)

ii
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR SINGKATAN
NGO/INGO Non-Government Organization/International Non-Government Organization
OBM Organisasi Berbasis Masyarakat
ODF Open Defecation-Free (Bebas dari buang air besar sembarangan)
PAM Perusahaan Air Minum
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
OSIS Organisasi Siswa Intra-Sekolah
PAMSIMAS Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PAM-RT Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
PBB Perserikatan Bangsa-bangsa
PKK Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PPP-HWWS Public-Private Partnership for Handwashing with Soap
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PHRI Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia
PLP Penyehatan Lingkungan Permukiman
PMD Pemberdayan Masyarakat Desa
Pokja Kelompok Kerja
POA Plan of Action
Puskesmas/Pustu Pusat Kesehatan Masyarakat/Puskesmas Pembantu
RPJMN Rencana Panjang jangka Menengah Nasional
RT Rukun Tetangga
RTL Rencana Tindal Lanjut
RW Rukun Warga
SARS Severe Acute Respiratory Syndrome
SDM Sumber Daya Manusia
SIK Sistem Informasi Kesehatan
SMART Indicators Simple, Measurable, Attributable, Reliable and Time-bound
SOP Standar Operasional Prosedur
SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
StoPS Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
Surkesnas Survei Kesehatan Nasional
SWS Safe Water System
TOGA Tokoh Agama
TOMA Tokoh Masyarakat
TOT Training of Trainers/Trainer of Trainers
TPM Tempat Pengolahan Makanan/Minuman
TSSM Total Sanitation and Sanitation Marketing
TTU Tempat Tempat Umum
TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi
UKS Usaha Kesehatan Sekolah
UNICEF United Nation International Children’s Funds
USAID United States Agency for International Development
UN United Nations
WASPOLA Water and Sanitation Policy and Action Planning Project
WB World Bank
WSP-EAP Water Sanitation Project for East Asia and the Pacific, World Bank
WSLIC-2 The Second Water and Sanitation for Low Income Community Project
WHO World Health Organization

iii
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


Above the Line/ “Above the Line”, dalam istilah periklanan artinya semua promosi melalui media cetak,
Below the Line radio dan televisi. Istilah komunikasi atau komunikasi “Below the Line” dalam periklanan
artinya adalah komunikasi non-media dan iklan non-media, misalnya spanduk dan
pajangan produk di toko atau formulir isian kompetisi atau undian.

Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi dan meyakinkan para pembuat kebijakan dan orang-
orang yang berwenang untuk merubah, mengukuhkan atau mengimplementasikan suatu
kebijakan. Untuk mendukung perubahan perilaku secara menyeluruh perlu dilakukan
advokasi kepada penentu kebijakan serta pihak – pihak lain yang berkepentingan guna a)
Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang
berwawasan kesehatan. B) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan. C) meningkatkan kemitraan secara
sinergis antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat
serta dunia usaha. D) meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada
khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

Air bersih Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kwalitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (atau
diolah dengan berbagai cara yang telah terbukti aman seperti kloloronisasi, filter seramik,
reverse osmosis,solar disinfection dlsb).
Air minum Air yang memenuhi syarat untuk diminum adalah air yang bebas pathogen (penyebab
penyakit, mempunyai rasa, bau, warna dan kekeruhan yang diingini; dan tidak
mengandung zat-zat kimiawi, radioaktifitas dan memenuhi syarat-syarat fisik.
Analisa Situasi sehubungan dengan cuci tangan pakai sabun adalah pengumpulan dan analisa semua
informasi/data yang berkaitan dengan 1) kebiasaan sanitasi dan hygiene masyarakat
setempat, termasuk perilaku cuci tangan pakai sabun, 2) sumber air, pra-sarana dan
sarana air dan sanitasi, dan sarana cuci tangan, 3) data kesehatan masyarakat setempat
dan 4) potensi penggalangan kerjasama berbasis masyarakat dengan instansi multi-
sektoral, termasuk swasta.

Bina suasana Dalam upaya perubahan perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan hal yang sangat
penting harus dilakukan adalah membina suasana yang kondusif atau membuat lingkungan
yang mendukung (enabling environment) bagi terciptanya perubahan perilaku masyarakat
kearah yang diharapkan dalam membantu mempercepat pembangunan kesehatan yaitu
perubahan perilaku masyarakat kearah hidup yang bersih dan sehat serta tidak lupa
menjaga lingkungan yang sehat.

Case Fertility Prosentasi (%) dari jumlah orang yang telah didiagnosa menderita penyakit tertentu yang
Rate meninggal akibat penyakit tersebut dalam kurun waktu tertentu. Istilah ini paling sering
digunakan pada kejadian luar biasa dari penyakit tertentu dimana semua pasien atau
penderita dimonitor untuk dapat mengaitkan apakah kematiannya disebabkan penyakit
tersebut. CFR berbeda dari Mortality Rate yang dinominatornya bukan 100.
Co-branding Co-branding atau Penyandingan Logo sehubungan dengan kegiatan peningkatan CTPS
adalah kesempatan yang diberikan kepada institusi, perusahaan, produk atau organisasi
untuk mensponsori kegiatan CTPS dengan imbalan pemasangan logo sponsor disanding
dengan logo CTPS dan Bakti Husada, dengan mengikuti peraturan-peraturan Co-branding
yang berlaku.
Cost Effective Cost effective adalah perbandingan investasi atau ongkos yang rendah dibandingkan
dengan hasil (effect) yang yang diinginkan atau diperoleh
Diare Adalah buang air besar lembek/cair dapat berupa air saja yang frekwensinya lebih dari
biasanya (3 atau lebih dalam 24 jam) dan berlangsung kurang dari 14 hari, yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja si penderita. Kondisi ini disebabkan oleh
iv
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefiensi, infeksi mikro-organisme termasuk bakteri,
virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Menurut Survei Kesehatan
Nasional (Surkesnas) 2001, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada BALITA dan
(5)
nomor 3 bagi bayi.
Enabling Lihat penjelasan “Bina suasana” dan “Modifikasi Lingkungan”
environment
Global Adalah kelompok kerjasama pada tingkat international yang mempunyai kepentingan
Handwashing bersama untuk mempromosikan peningkatan perilaku CTPS pada tingkat dunia. GHWI
Initiative terdiri dari Unicef, USAID, WSSCC, LSTM, Centers for Disease Control and Prevention,
JHU/CCP, Water and Sanitation Program (WSP), CARE, Unilever, Procter & Gamble.

Ergonomi/ Adalah ilmu terapan dalam desain peralatan dan sarana dengan memperhatikan factor
Ergonomics ukuran dan gerakan tubuh manusia untuk cara mengurangi keletihan dalam penggunaan
alat dan sarana sehingga memaksimalkan produktifitas kerja. Dalam hal CTPS, tinggi sarana
perlu disesuaikan dengan rata-rata tinggi pengguna sarana tersebut.
Indikator Indikator adalah variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu keadaan atau
status dan mungkin dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu.

Input-Output- Input atau masukan adalah segala sumber daya yang di salurkan kedalam suatu proyek
Outcome- atau kegiatan, misalnya staf, materi, uang, peralatan, gedung, event khusus dlsb.
Impact Outputs atau luaran adalah pelayanan atau fasilitas yang disediakan proyek, termasuk
kursus/pelatihan, sessi pembinaan dan publikasi (pedoman, panduan, petunjuk tehnis
untuk CTPS, tersedianya sarana cuci tangan lebih banyak).
Outcome adalah semua perubahan yang terjadi sebagai akibat atau hasil langsung dari
usaha (masukan) proyek dalam jangka waktu relative pendek, misalnya meningkatnya
kesadaran pentingya CTPS, meningkatnya akses terhadap sarana cuci tangan,
meningkatnya perilaku CTPS.
Impact atau dampak adalah perubahan yang lebih luas, yang berhubungan dengan tujuan
umum dan terjadi dalam jangka panjang sebagai akibat dari outcome, misalnya menurunya
insiden diare, menurunnya morbiditas dan kematian anak.

ISPA adalah penyakit infeksi bakteri atau virus yang akut yang menyerang salah satu bagian
atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seeprti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Bakteri penyebab ISPA adalah antara lain genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus,
Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebab ISPA adalah antara lain
(6)
golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. .

Jamban sehat Persyaratan minimal untuk memenuhi kriteria jamban sehat adalah fasilitas pembuangan
tinja yang:
1. menjaga tidak terjadi kontaminasi ke badan air
2. Menghindari terjadinya kontak antara tinja dan manusia
3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi lalat atau serangga dan vektor lainnya
termasuk binatang
4. Menjaga buangan jamban agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

Kecacingan adalah kondisi dimana seseorang terkena infestasi cacing dalam sistim pencernaannya
yang menghalangi penyerapan gizi bagi penderita. Infestasi cacing dapat terjadi dari tanah
yang mengandung telur cacing, masuk melalui kulit, tangan, makanan dan minuman ke
mulut. Ada 3 jenis cacing yang sering ditemui adalah Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides),
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) dan Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan

v
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


Necator Americanus). Dampak dari kecacingan adalah kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan
(5,13,16)
dan produktifitas penderitanya menurun.

Komunitas Yang dimaksud dengan komunitas adalah kelompok masyarakat yang berada dalam
lingkungan yang sama (geografis/wilayah administratif) dan berinteraksi secara sosial,
etnis-budaya atau berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk
mempertahankan kondisi atau mencapai tujuan yang sama. Komunitas dapat
dikelompokkan berdasarkan minat kelompok masyarakat atau berdasarkan wilayah
administrasi, yaitu:
a. Kelompok “minat” misalnya kelompok perempuan, kelompok petani, kelompok
pengajian, kelompok pemuda, organisasi Karang Taruna, Pendidikan Kesehatan
Keluarga (PKK), dsbnya.
b. Kelompok berdasarkan wilayah administratif, misalnya Dusun, RT, RW, Desa dan
Kelurahan.

Kontaminasi, Kontaminasi adalah terjadinya pencemaran, sengaja ataupun tidak sengaja, kedalam suatu
kontaminan organ/tubuh, bahan atau zat (air, udara atau benda padat). Kontaminan adalah segala
sesuatu yang mencemari bahan atau zat dan dapat berupa zat kimia, zat organis-biologis
(kuman, virus, jamur) hasil pembusukan amteri organis atau kimiawi, impuritas fisik (debu,
pasir, kotoran), racun, radio-aktifitas dan lain sebagainya. Segala macam kontaminan
merusak kualitas organ/tubuh atau zat yang terkontaminasi.
Langkah- Pada dasarnya air yang dipakai untuk membasahi tangan seharusnya air yang bersih dan
langkah CTPS mengalir. Langkah-langkah CTPS yang benar adalah: 1) buka aliran air, 2) basahi kedua
yang benar tangan secara menyeluruh dengan air mengalir, 3) aliran air ditutup, 4) tangan disabuni
dengan seksama sehingga kedua telapak tangan, kedua punggung tangan, jari-jemari serta
disela-sela semua ujung-ujung di bawah kuku terkena busa sabun secara merata, 5) buka
aliran air lagi, 6) kedua tangan dibasuh dengan air mengalir sampai sisa-sisa sabun habis, 7)
Aliran ditutup kembali dan 8) keringkan kedua tangan dengan cara diangin-anginkan
sampai kering atau dikeringkan pakai lap/kain/handuk bersih. Untuk mencuci tangan pakai
sabun secara benar memerlukan waktu minimal 20 detik.

Leading Sector atau Sektor Utama adalah departemen/instansi utama yang mempunyai TUPOKSI langsung
dengan issue/program atau kegiatan sehingga dan bertanggung-jawab untuk
mengkoordinir program dan kegiatan tersebut yang ruang-lingkup operasionalnya
memerlukan kerjasama lintas sektoral.

Logo dan stiker Logo dan stiker ini dengan slogan “Biasa Bersih, Hidup Jadi Sehat”
CTPS dan tag-line “Ayo, Biasakan Cuci Tangan Pakai Sabun!” adalah logo
kampanye nasional promosi peningkatan perilaku CTPS yang dapat
senantiasa dipakai untuk promosi CTPS dan dapat dipasang di
tempat-tempat umum dan sarana CTPS. Logo dan sticker dapat
diperoleh dari KPS-CTPS (Kemitraan Pemerintah–Swasta untuk Cuci
Tangan Pakai Sabun).

vi
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


MPA- PHAST adalah The Methodology for Partisipatory Assessment- Partisipatory Hygiene and
Sanitation Transformation, yaitu suatu methodologi partisipatoris yang melibatkan
masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama dan menjadikan mereka sebagai
perencana dan pengelola program/kegiatan setempat, dan agensi proyek luar menjadi
fasilitator. Dalam pendekatan ini masyarakat tidak diberlakukan hanya sebagai “penerima
bantuan Pemerintah” atau beneficiaries, melainkan mereka sendiri melakukan
asesmen/meninjau atau menilai situasi dan masalah setempat , membuat perencaan
dalam pemecahan masalah dan kemudian melakukan asesmen pencapaian perubahan
signifikan atau transformasi dalam bidang perbaikan sanitasi dan higiene di komunitas
(8)(29)
setempat.
PHAST adalah suatu Toolkit atau sekumpulan instrumen/pendekatan yang khusus
dirancang untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring oleh masyarakat atas
perubahan status higiene dan sanitasi. (WHO 1998)

Millennium atau Tujuan Pembangunan Milenium adalah 8 tujuan pembangunan secara global yang
Development telah disepakati oleh 189 negara-negara anggota PBB untuk dicapai pada tahun 2015.
Goals Ketujuh TPM tersebut adalah: 1) Menanggulangi Kemiskinan dan kelaparan, 2) Pendidikan
Dasar untuk semua, 3)Kesetaraan Gender dan pemberdayaan Perempuan, 4)Menurunkan
angka kematian anak balita, 5) Meningkatkan kesehatan ibu, 6) Memerangi HIV/AIDS,
Malaria dan Penyakit Menular lainnya, 7) Kelestarian Lingkungan Hidup dan 8)
mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Modifikasi adalah usaha mengubah iklim mikro (suasana/situasi local) dengan tujuan untuk
lingkungan mengoptimalkan lingkungan iklim atau suasana/situasi untuk dapat mendukung
tumbuhnya suatu usaha atau aktifitas.
Pemangku atau Stakeholders adalah individu atau sekelompok individu, masyarakat, institusi,
Kepentingan organisasi dan/atau perusahaan yang mempunyai kepentingan/minat/andil atau
issu/masalah tertentu yang sama dan mereka ini dapat mempengaruhi perkembangan,
perubahan, kebijakan issu/masalah dan/atau mereka dapat terkena dampak dari akibat
issu/masalah tersebut.

Pemasaran Pemasaran Sosial adalah penerapan prinsip-prinsip pemasaran produk atau layanan
Sosial komersiil pada pemasaran atau promosi untuk merubah atau mempengaruhi perilaku
orang/masayarakat untuk meningkatkan kesehatan atau yang dampaknya adalah untuk
kebaikan umum.
Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat adalah segala program dan kegiatan yang dirancang dan
Masyarakat dilakukan dengan tujuan membuat masyarakat lebih mampu mengelola dan memperbaiki
situasi dan kondisi masyarakat sendiri.
Penyuluhan Adalah pendekatan penyuluhan yang mengakui para peserta penyuluhan sebagai nara
Partisipatif sumber sehubungan topik penyuluhuan dimana para peserta diakui sebagai orang-orang
yang lebih tahu tentang pengalaman dan situasi lingkungannya. Penyuluh dan peserta
berkomuniskasi secara interaktif dan partisipatif dalam membahas topic tertentu sehingga
penyuluh mengerti informasi apa yang sudah diketahui dan informasi apa yang masih
diperlukan, sehingga demikian penyuluh mendapatkan masukan dan peserta
mendapatkan informasi yang tepat.
Potable water Adalah air yang pantas untuk diminum. Lihat keterangan”Air minum”.
Promosi adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
Kesehatan melindungi kesehatannya sendiri melalui peningkatan kesadaran (awareness), peningkatan
pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude), mendorong kemauan (motivation),
peningkatan kemampuan (capacity building) untuk dapat menerapkan perilaku hidup
(4)
sehat sehingga menjadi kebiasaan. .

Sarana Cuci adalah sarana dimana seseorang dapat mencuci tangannya. Kriteria sarana cuci tangan
Tangan yang memenuhi syarat kesehatan adalah 1) adanya air bersih yang dapat dialirkan, 2)
vii
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


adanya sabun dan 3) adanya penamoungan atau saluran pembuangan air limbah yang
aman (SPAL). Sarana cuci-tangan yang sederhana dan tepat guna (memakai bahan/material
yang dapat diperoleh dengan mudah) dapat dibuat dari ruas bambu, tempat-tempat bekas
seperti botol plastik besar, jerigen, gentong, kaleng besar dan lain sebagainya, yang
dibolongi sehingga air dapat mengalir dan ditutup kembali, dan ditempatkan dekat sumber
air.

SARKES Sarana Kesehatan yang termasuk dalam ruang lingkup prioritas penerapan adalah Rumah
Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin.

SMART Simple, Measurable, Attributable, Reliable dan Timely. Indikator-indikator yang SMART
Indicators adalah yang sederhana, dapat diukur, dapat diatribusikan (dapat dilihat kaitan sebab-
akibat), dapat diandalkan dan tepat waktu pengukurannya.

SMART Simple, Measurable, Achievable, Realistic dan Timely. Tujuan-tujuan atau objektif yang
Objectives SMART adalah yang sederhana, dapat diukur, dapat dicapai, realsistik dan ada batasan
kurun waktu tertentu.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Special Events adalah acara-acara khusus yang diadakan untuk menarik perhatian umum pada isu
tertentu dengan memmanfaatkan hari-hari khusus yang berkaitan dengan isu tertentu,
dalam hal iniisu CTPS.
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah strategi program national penyediaan air dan
sanitasi yang berbasis masyarakat dimana masyarakat sendiri yang menentukan
(9)
kebutuhan dan keinginannya sehubungan dengan air dan sanitasi. .Strategi STBM
mengakui adanya 5 pilar yang perlu digarap sejalan. Lihat penjelasan “5 Pilar STBM.”

Tag Line adalah kata-kata seruan atau ajakan sebagi penutup iklan atau pesan. Tag-line tidak sama
dengan slogan. Slogan adalah semboyan yang merefleksikan misi atau tujuan utama.
Untuk Kampanye CTPS tag-linenya adalah “Ayo, Biasakan Cuci Tangan Pakai Sabun”
sedangkan Slogan CTPS adalah “Biasa Bersih, Hidup Jadi Sehat”
(14)
Tim Pelaksana Tim Pelaksana UKS adalah organisasi di setiap sekolah yang melaksanakan tiga program
UKS pokok UKS, yaitu 1) pendidikan kesehatan,2) pelayanan kesehatan dan 3) pembinaan
lingkungan sehat. Tim ini berperan menjalin kerjasama dengan orang tua murid, instansi
lain dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan UKS. Disamping itu Tim UKS berperan
untuk menyusun program, melaksanakan penilaian/evaluasi dan menyampaikan laporan
kepada Tim Pembina UKS Kecamatan. Keanggotaan Tim UKS terdiri dari unsur
pemerintah Desa/ kelurahan, Kepala sekolah, Guru, Pamong Belajar, Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), Puskesmas, Orang Tua Murid, serta unsur lain yang relevan.

Tippy-Taps Terjemahan nama ini adalah “kran miring” atau sarana cuci tangan sederhana (tehnologi
rendah) yang terbuat dari materi yang dapat ditemui secara lokal seperti botol plastik
bekas, kaleng bekas, jerigen bekas yang dilobangi, diisi air lalu digantung secara miring
sehingga air dapat mengalir sedikit demi sedikit untuk dipakai cuci tangan.

TTU Tempat-tempat Umum adalah tempat yang terbuka dan dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat untuk bertemu dan merupakan bagian dari aktifitasnya sehari-hari. Salah satu
dampak dari penggunaan TTU ialah adanya risiko penularan penyakit langsung dari
sesorang ke orang lain atau melalui fasilitas sarana yang dipakai bersama di tempat itu.
Contoh TTU antara lain adalah WC/MCK umum, pasar, pusat belanja (shopping
center/mall), supermarket, bioskop, ruangan pertemuan, stasiun bis dan kereta api, dll.

TPM Tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman adalah tempat usaha penyediaan makanan
viii
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI


dan minuman (jasaboga), dan dimana orang dapat memesan dan mengkonsumsi makanan
dan minuman tersebut. Termasuk dalam kategori TPM antara lain: restoran, kiosk makan,
warung, kafetaria/kantin, sarana makan gabungan di pusat belanja (Food Court).

Waktu-waktu Lima waktu paling penting untuk cuci tangan pakai sabun :
penting untuk 1. Sebelum makan
CTPS 2. Sebelum menghidangkan makanan
3. Sebelum memberi makan bayi/Balita
4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil.
5. Sesudah memegang hewan.

Waktu-waktu penting lainnya adalah: sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki


bayi/Balita, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.
Wastafel dari bahasa Belanda yang artinya meja untuk mencuci tangan, pakaian atau perangkat
dapur.

ix
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008
DAFTAR ISI (BARU)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR SINGKATAN ii

DAFTAR PENGERTIAN DAN DEFINISI iv

DAFTAR FOTO DAN SKETSA X


1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penyediaan Katalog Informasi Pilihan CTPS 3

1.3. Prinsip-prinsip CTPS 3

2. LANGKAH-LANGKAH CTPS 5

2.1. Cara-cara CTPS yangtidak benar 5

2.2. Langkah-langkah CTPS yang benar/efektif 6

3. PERSYARATAN SARANA CTPS 10

3.1. Persyaratan minimum sarana CTPS 10

3.2. Persyaratan tambahan sarana CTPS

3.3. Sarana CTPS yang tidak memenuhi persyaratan minimum 13

3.4. Cairan “Hand Sanitizer” sebagai pengganti CTPS 15

3.5. Jumlah sarana CTPS yang dibutuhkan 16

4. KATALOG OPSI SARANA CTPS 16

4.1. Kebijakan Pembiayaan Sarana dan Program CTPS 16

4.2. Definisi sarana CTPS non-perpipaan dan sarana CTPS perpipaan 17

4.3. Contoh-contoh sarana CTPS dengan suplai air non-perpipaan 18

4.4. Contoh-contoh sarana CTPS dengan suplai air perpipaan atau


bak penampungan suplai air dengan pipa saluran air 19

4.5 Sketsa desain berbagai sarana CTPS 20

5. LAMPIRAN
Persyaratan Wastafel 28

1
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

1. PENDAHULUAN

Buku Katalog Informasi Pilihan Sarana Cuci Tangan Tepat Guna ini disusun dan
dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Ditjen PP-PL) Depkes, untuk digunakan oleh lintas sektor Pemerintah, Pemerintah Propinsi
dan Pemerintah Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya yang mempunyai minat
atau tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan perilaku cuci tangan pakai sabun (perilaku
CTPS) pada waktu-waktu yang penting. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemangku
kepentingan adalah termasuk penentu kebijakan (legislator, pembuat peraturan), pelaksana
program/kegiatan CTPS di Tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, baik sektor
pemerintah maupun swasta, LSM sedangkan sebagai pemangku kepentingan utama adalah
anggota masyarakat yang bersangkutan.

Buku ini dimaksud untuk digunakan sebagai pelengkap bagi dokumen Pedoman Umum
Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan pakai Sabun dan Petunjuk Teknis
Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan sehubungan dengan upaya
percepatan peningkatan perilaku cuci tangan pakai sabun. Ketiga dokumen tersebut ini
dirancang untuk dipakai sebagai satu rangkaian yang saling mendukung dan dilengkapi
daftar singkatan dan daftar pengertian sehingga masing-masing dapat berdiri sendiri.
Dokumen ini berisikan informasi yang diperlukan untuk dapat menyediakan sarana CTPS
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat.

1.1. Latar Belakang

WHO (2001), memperkirakan lebih dari sepertiga kematian anak secara global adalah
karena diare (35%) dan sepertiga kematian anak adalah karena infeksi pernapasan
(32%), sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang (18,20).. UNICEF (2001)
memperkirakan bahwa secara global diare menyebabkan kematian satu anak setiap
30 detik (19,21)

Menurut WHO (2007) intervensi lingkungan melalui modifikasi lingkungan dapat


menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut
termasuk di dalamnya penyediaan air bersih menghasilkan penurunan sebesar 25%,
pemanfaatan jamban menurunkan risiko sebesar 32%, pengolahan air minum tingkat
rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan perilaku cuci tangan pakai sabun
menurunkan risiko paling besar yaitu sebesar 45% (Fewtrell l, Kaufmann RB, et al.,
2005) (20). Dari data tersebut terlihat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun adalah
intervensi kesehatan yang paling murah dibanding hasil atau cost-efffective dalam
mengurangi penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, ISPA, Hepatitis A dan
E, SARS, kecacingan dan infeksi yang menyebabkan diare terutama pada dibawah usia
lima tahun (Balita)

2
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang biasa
dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Data dari survei Baseline yang
dilakukan oleh Basic Human Services (BHS - USAID) (18.) di 6 propinsi di Indonesia,
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada
waktu-waktu kritis adalah sangat rendah yaitu:

(%)
• sebelum makan 14,3
• sesudah buang air besar 11,7
• setelah menceboki bayi 8,9
• sebelum menyuapi anak 7,4
• sebelum menyiapkan makanan 6

Sehubungan dengan pencegahan diare pada bayi dan anak-anak Balita kelima waktu-
waktu tersebut diatas adalah dianggap paling penting untuk ibu atau pengasuh anak
Balita untuk melakukan CTPS karena jalur utama penularan berbagai penyakit adalah
melalui tangan yang terkontaminasi bakteri, virus atau telur cacing yang menyebabkan
diare dan berbagai penyakit ataupun kecacingan. Seperti di jabarkan sebelumnya,
perilaku CTPS ternyata mempunyai efektifitas tinggi dibanding ongkos (cost-effective)
dalam mencegah penularan penyakit (dari tangan ke mulut), maka penting sekali
untuk melakukan upaya peningkatan cuci tangan pakai sabun di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut diatas, maka Pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk akselerasi pencapaian akses
masyarakat terhadap sanitasi dan peningkatan perilaku higiene. Strategi ini terdiri dari
5 (lima) pilar perilaku higienis yang saling melengkapi dimana pilar kedua adalah
perilaku CTPS. Kelima pilar STBM adalah sbb:

1) Bebas dari perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS),


2) Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun,
3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT),
4) Pengelolaan Limbah Runah Tangga, dan
5) Pengelolaan Sampah yang Aman

Sejalan dengan strategi STBM tersebut, maka dirancang satu kampanye nasional CTPS
untuk meningkatkan praktik cuci tangan pakai sabun deangn cara yang benar, pada
lima waktu-waktu kritis, di tingkat masyarakat. Kelima waktu paling penting untuk cuci
tangan pakai sabun yang telah diidentifikasikn aleh Departemen Kesehatan adalah:

1. Sebelum makan
2. Sebelum menghidangkan makanan
3. Sebelum memberi makan bayi/Balita
4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil.
5. Sesudah memegang hewan.

3
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Waktu-waktu penting lainnya adalah: sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki


bayi/Balita, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.

Kampanye promosi perilaku CTPS ini menerapkan prinsip-prinsip pemasaran sosial


yaitu dengan memasarkan isu kerugian kesehatan yang dapat dicegah dengan perilaku
CTPS sebagaimana pemasaran produk-produk komersial, dan memposisikan
masyarakat sebagai focus perubahan perilaku. Kampanye tersebut disusun dan
dikembangkan oleh Departemen Kesehatan bersama para mitra dari Kemitraan
Pemerintah-Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (KPS-CTPS). Dalam
pelaksanaannya, kampanye CTPS tidak menganjurkan untuk memilih merek sabun
tertentu atau penggunaan sarana CTPS dari bahan bermerek tertentu, melainkan
menganjurkan untuk mamakai sabun merek apa saja dan dalam bentuk apa saja
(sabun padat/batangan, sabun colek/krem atau sabun cair) dan sarana apa saja yang
memenuhi persyaratan minimum kesehatan sehingga dapat melakukan praktik CTPS
pada waktu-waktu kritis yang dianjurkan.

Sehubungan dengan upaya peningkatan perilaku CTPS, juga dianggap perlu untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat menciptakan lingkungan yang mendukung (enablling
environment) misalnya menyediakan sarana cuci tangan sederhana dan menyediakan
sabun, agar anggota keluarga dan anggota masyarakat dapat dengan mudah
melakukan cuci tangan pakai sabun.

1.2. Tujuan Penyediaan Katalog Informasi Pilihan CTPS

Hingga saat ini kampanye nasional CTPS belum dilengkapi dengan dokumen yang
dapat memberikan wawasan mengenai serangkaian pilihan sarana CTPS yang
mendukung kampanye nasional CTPS. Untuk itu dokumen ini dikembangkan untuk
dapat memenuhi harapan dan kebutuhan para pelaksana program maupun
masyarakat untuk promosi perilaku sehat, khususnya untuk peningkatan perilaku
CTPS.

Katalog ini disusun dengan tujuan:

• Memberikan informasi pilihan sarana CTPS yang memenuhi persyaratan


kesehatan

• Memberikan informasi teknologi pembuatan sarana CTPS tepat-guna

• Membantu mengenali sarana CTPS yang sesuai dengan kebutuhan dan


kemampuan masyarakat

• Sebagai alat bantu komunikasi dalam memilih teknologi sarana CTPS yang tepat

• Menunjang kegiatan peningkatan perilaku CTPS pada tingkat keluarga, institusi


sekolah dan di kalangan masyarakat pda umumnya.
4
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

1.3. Prinsip-prinsip CTPS

Dalam upaya meningkatkan perilaku CTPS perlu dimengerti adanya 5 (Lima) Prinsip
Dasar CTPS yaitu, bahwa:

1) Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

2) Mencuci tangan pakai sabun bisa mencegah penyakit yang menyebabkan


kematian ratusan ribu anak-anak di Indonesia setiap tahunnya.

3) Waktu-waktu penting CTPS adalah setelah ke WC dan sebelum menyentuh


makanan (mempersiapan, memasak, menyajikan, menyuapi makanan dan
makan);

4) CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective”;


dan

5) Untuk meningkatkan perilaku CTPS memerlukan pendekatan pemasaran


sosial yang berfokus pada si pencuci tangan dan motivasi yang
mendorongnya.

Sampai saat ini masih ada anggapan di masyarakat bahwa cuci tangan itu cukup pakai air
saja, padahal air saja tidak mampu menghilangkan kuman, kotoran dan berbagai zat
kontaminan. Mengacu pada prinsip pertama dan kedua diatas, yang telah di buktikan
dengan berbagai penelitian, maka makin jelas pentingnya upaya menerapan praktik cuci
tangan pakai sabun. Untuk dapat melakukan CTPS diperlukan sarana yang memadai dan
memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat membersihkan tangan dari segala patogen
(penyebab penyakit) dan bahan kontaminan (misalnya bahan kimia) yang berbahaya
bagi kesehatan. Selain itu sarana dibutuhkan untuk memudahkan masyarakat atau anak
didik untuk mau melakukan praktik tersebut. Adanya sarana yang memadai dan mudah
dijangkau dapat meningkatkan praktik CTPS ini di kalangan masyarakat.

2. LANGKAH-LANGKAH CTPS

2.1. Cara-cara CTPS yang tidak benar.

Pada umumnya orang-orang mencuci tangan dengan cara yang tidak benar atau
tidak efektif untuk menghilangkan kuman dan kotoran sehingga tidak memenuhi
persyaratan kesehatan. Cara cuci tangan yang salah dan penjelasan mengapa tidak
benar adalah antara lain:

- Mencuci tangan hanya pakai air saja – karena air saja tidak mampu
menghilangkan semua kotoran dan kuman dari tangan.

5
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

- Mencuci tangan dengan air yang kotor/terkontaminasi atau tercemar –


karena air kotor yang terkontaminasi akan semakin mengotori tangan.

- Mencuci tangan dengan air bersih yang tidak mengalir misalnya


menggunakan kobokan, baskom atau ember – karena air dalam wadah bekas
cuci tangan menjadi semakin kotor dan mengandung kuman yang mudah
dipindahkan dari tangan ke-tangan.

- Mencuci tangan pakai sabun tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah


CTPS yang benar – bila kedua tangan tidak disabuni dengan seksama maka
kemungkinan besar masih tersisa kotoran adna kuman pada tangan.

- Setelah mencuci tangan, mengeringkan tangan dengan kain/lap yang kotor –


bila lap, kain atau handuk yang dipakai untuk mengeringkan adalah kotor,
tercemar atau terkontaminasi, maka ada kemungkinan besar tangan akan
kemabli tercemar kotoran atau kuman.

2.2. Langkah-langkah CTPS yang benar/efektif

Tata cara CTPS yang benar adalah yang mampu atau efektif membersihkan tangan
dari kotoran dan kuman. Sebagian penelitian menyebutkan bahwa cuci tangan
pakai air bersih dan pakai sabun dengan waktu minimal 20 detik dapat
menghasilkan tangan yang benar-benar bersih dari kotoran dan kuman, sepanjang
dilakukan dengan langkah-langkah yang benar. Secara ringkas langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah minimum CTPS yang benar:

1. Basahi kedua tangan dengan sedikit air bersih yang mengalir,


2. Gosokan sabun pada kedua telapak tangan lalu gosok kedua
punggung tangan, jari-jemari, kedua jempol, sampai semua
permukaan kena busa sabun.

3. Dengan mengunakan kuku, bersihkan ujung-ujung jari dan sela-


sela dibawah kuku

4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan


sampai sisa-sisa sabun hilang.
5. Keringkan kedua tangan dengan mengibas-ibaskan kedua tangan
di udara sampai kering atau keringkan pakai kain, handuk bersih,
atau kertas tisu.
Ke-lima langkah-langkah ini memerlukan waktu minimum 20 detik
untuk melakukannya dengan benar.

6
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sampai sekarang ini terdapat berbagai program promosi peningkatan perilaku CTPS
di lapangan yang telah memperkenalkan berbagai versi langkah-langkah CTPS serta
waktu yang dianjurkan yang juga berbeda. Ada yang menjelaskannya denganp tiga
langkah, ada yang 7 langkah dan ada yang 11 langkah dengan anjuaran waktu
pelaksanaan yang berbeda-beda juga. Semua versi pesan tersebut disampaikan
kepada masyarakat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memudahkan
pelaksanaan serta mementingkan teknik pencucian yang tepat, namun belum ada
standardisasi jumlah langkah-langkah.

Departemen Kesehatan telah merangkum masukan tersebut sehingga dalam


berbagai kesemptan sosialisasi CTPS telah diperkenalkan langkah-langkah CTPS yang
paling tepat dan efektif dengan perkiraan waktu paling lama selama 60 detik (1
menit).
Pada halaman-halaman berikut ini adalah ilustrasi ke lima langkah-langkah CTPS
tersebut diatas dan poster langkah-langkah CTPS yang benar yang menunjukan 11
(sebelas) langkah yang telah distandardisasikan oleh WHO (Organisasi Kesehatan
Dunia).
Langkah-langkah ini dapat diperkenalkan pada masyarakat pada tingkat tertentu
dimana penjabaran rinci tata cara pencucian dapat diterima, misalnya pada
sosialisasi petugas, maupun pada lingkungan sekolah.

7
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

5 Langkah-langkah Minimum Cuci Tangan Pakai Sabun yang Benar

1. 2 3 4 5
Basahi kedua Gosokan sabun pada Dengan Bilas dengan air Keringkan kedua tangan dengan
tangan dengan kedua telapak tangan mengunakan kuku, bersih sambil mengibas-ibaskan kedua tangan di udara
sedikit air bersih lalu gosok kedua bersihkan ujung- menggosok-gosok sampai kering atau keringkan pakai kain,
yang mengalir. punggung tangan, ujung jari dan kedua tangan handuk bersih, atau kertas tisu.
jari-jemari, kedua sela-sela dibawah sampai sisa-sisa
jempol, sampai kuku. sabun hilang.
semua permukaan
tangan terkena busa
sabun.

9
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Pada Poster WHO: Sebagai catatan tambahan, pada langkah 1 (Tuangkan sabun), disini
sabun yang diilustrasikan adalah sabun cair, namun sebenarnya macam sabun yang bisa
dipakai dapat berupa sabun batangan, cair, krem atau colek.

10
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Khusus bagi petugas kesehatan, 5 (lima) saat-saat penting bagi petugas kesehatan
untuk mencuci tangan pakai sabun sewaktu memeriksa dan/atau merawat pasien
di rumah pasien ataupun disarana kesehatan (Posyandu, Pustu, Puskesmas,
Polindes, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit):

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Sebelum tindakan asepsi
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

11
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

3. Persyaratan Sarana CTPS

3.1 Persyaratan Miminum Sarana CTPS

Untuk dapat menunjang langkah-langkah CTPS yang benar sehingga efektif untuk
menghilangkan kotoran dan kuman, maka persyaratan utama atau persyaratan minimum
sarana CTPS yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah tersedianya:

1) air bersih yang dapat dialirkan,


2) sabun,
3) penampungan atau saluran air limbah yang aman.

3.2 Persyaratan Tambahan Sarana CTPS

Setelah persyaratan minimum terpenuhi, sarana CTPS dapat ditingkatkan menjadi lebih
baik sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan materi, dengan persyaratan tambahan
sebagai berikut:

- penempatan yang tepat: bila suplai air bukan dari sistim perpipaan, sarana
CTPS sebaiknya ditempatkan tidak jauh dari sarana air bersih (sumur, bak
penyimpanan air, kran air/sarana air bersih).

- ditempatkan di dekat aktifitas yang mempunyai risiko penularan


penyakit, yaitu dekat dengan kakus, kamar mandi, dapur, tempat
makan, aktifitas belajar, aktifitas pemotongan hewan dan unggas.
- penyediaan tempat sabun yang menjamin kebersihan sabun (tempat sabun
batangan harus ada lobang-lobang untuk drainage air)

- penyediaan kain bersih, handuk bersih atau tisu.

- penyediaan tempat sampah untuk tisu bekas.

- dibuat dengan memperhatikan ergonomi tubuh manusia (untuk anak-anak


sekolah berbeda dimensinya dengan untuk orang dewasa)

Sarana cuci-tangan tidak perlu terdiri dari kran dan wastafel yang mewah atau mahal.
Sarana CTPS yang sederhana dan yang tepat guna yaitu dibuat dari bahan/material yang
dapat diperoleh dengan mudah. Sarana CTPS tepat duna antara lain dapat dibuat dari ruas
bambu, tempat-tempat bekas seperti botol plastik besar (lihat Tippy Tap), jerigen, gentong,
ember, kaleng besar dan lain sebagainya, yang dibolongi sehingga air dapat mengalir dan
dilengkapi penyumbat sehungga aliran air dapat ditutup kembali.

12
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Contoh-contoh sarana CTPS yang memenuhi persyaratan minimum adalah antara lain:

Kiri dan bawah: penyimpanan


air menggunakan potongan
paralon sisa dilengkapi dengan
penutup dibagian bawah.
Paralon dilubangi dan
dilengkapi penutup lubang.

Sarana CTPS ini


digantung dekat
sarana air bersih dan
Sarana CTPS sederhana dari ruas
dilengkapi dengan
bambu yang dilubangi dan dilengkapi
penampung limbah
penyumbat dan ember. Sabun dapat
air. Sabun dimasukkan ke dalam jala plastik dan
dimasukan jala plastik dan digantung.
digantung. Foto: WSP
Foto WSP.

Sarana CTPS ini ditemukan di restaurant


di Yogyakarta, dibuat dari tempat air
tradisionil dari keramik .
Sarana CTPS di sekolah.
Sumber foto ESP- USAID Sumber foto: ESP- USAID

13
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sarana
Sarana CTPS CTPS
dibuat untuk (CARE)
acara dibuat
gerakan dari
CTPS jerigen
serempak dileng-
pada hari- kapi
hari stand
perayaan dan
khusus. penamp
Suplai air ungan
adalah air
melalui selang yang disambung ke truk air. limbah untuk acara gerakan CTPS
Sumber: Hari CTPS Sedunia 15 Oktober 2008/ serempak pada hari-hari perayaan khusus.
Unilever Sumber: PP&PL,
Departemen Kesehatan

Sarana CTPS
yang dibuat
khusus dengan
ukuran tinggi
untuk anak-
anak sekolah.
Sumber foto:
WSLIC-2

Sarana CTPS dari gentong plastic


ditemukan di Posyandu Subang Cijambe.
Foto: ESP-USAID

Tippy-tap – Sarana CTPS


contoh dari disekolah di
Kenya. Sambak,
Magelang
Tippy-tap atau dibuat dari
“keran miring” bambu, diisi
dikembang-kan ulang dengan
di tempat- air bersih
tempat yang pakai ember.
sulit air seperti
Amerika Selatan Sumber:
dan Afrika ESP- USAID
dengan
menggunaan bahan bekas (botol atau jerigen
platik). Lihat sketsa Tippy-tap untuk rincian
cara membuatnya.
Sumber: www.kwaho.org/t-tipitap.html

14
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sarana CTPS Sarana CTPS


sederhana menggunaka
menggunakan n bak sampah
botol “gallon” platik
dan ember dilengkapi
yang keran dan
dilubangi stand
untuk kerangka besi
mengalirkan ditemukan di
air, dilengkapi sekolah di
sumbat dan Jawa
ember Panggung
penampunga Rejo.
n air limbah. Sumber: Muhammdiyah, Jakarta.

3.3 Sarana cuci tangan yang tidak memenuhi persyaratan minimum

Ada beberapa sarana CTPS yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, antara lain:

- tidak ada air bersih


- air yang dipakai bukan air mengalir (kobokan, baskom, ember tanpa cidukan
atau gayung)
- tidak ada sabun, dan
- tidak ada penampungan air limbah yang memadai
- tidak ergonomis (tidak sesuai dengan ukuran tubuh sehingga posisi tubuh
membuat pegal)

Semua yang dijelaskan di atas adalah cara-cara CTPS yang salah karena cara-cara tersebut
tidak akan efektif untuk menghilangkan kotoran dan kuman dari tangan secara tuntas.
Contoh-contoh sarana cuci tangan yang tidak memenuhi persyaratan minimum antara
lain:

- baskom
- mangkok kecil
- sarana Wudhu
- kendi yang biasanya dipakai untuk menyimpan air minum tidak disarankan
untuk dipakai sebagai tempat menyimpan air untuk cuci tangan karena bila
juga dipakai untuk menyimpan air untuk mencuci tangan sedangkan airnya
sebenarnya tidak layak untuk diminum dan mungkin aka nada yang minum air
tersebut.

Berikut adalah beberapa ilustrasi sarana cuci tangan yang tidak memenuhi syarat.

15
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

X X
(SALAH) (SALAH)

Mangkok kecil (kobokan) berisikan air dan sepotong jeruk nipis yang biasa disediakan di rumah-
makan untuk cuci tangan sebelum makan dan seringkali dipakai untuk mencuci tangan hanya
sesudah makan. Cara cuci-tangan ini tidak efektif menghilangkan kotoran dan kuman dengan
tuntas karena kotoran dan kuman akan menumpuk di dalam mangkok. (Sumber: WSP)

X X
(SALAH)
(SALAH)

Baskom berisikan air dan sepotong air


jeruk yang dipakai berulang kali oleh Sarana untuk mengambil air Wudhu sebenarnya
beberapa orang sehingga air semakin dapat dipakai untuk mencuci tangan tetapi secara
kotor (terkontaminasi) dan bertambah ergonomis kurang memadai untuk cuci tangan
kuman dari bekas banyak banyak tangan karena ketika mencuci tangan harus membungkuk
orang. Foto: WSP sehingga membuat pegal.

3.4 Hand Sanitizer sebagai pengganti CTPS

Hand Sanitizer adalah cairan berbasis alkohol yang fungsinya adalah untuk
menghilangkan kotoran dan kuman dari tangan. Cara kerjanya: cairan diteteskan ke
telapak tangan secukupnya (beberapa tetes), kedua telapak tangan digosok-gosok
sehingga cairan habis menguap. Cairan Hand Sanitizer mampu menghilangkan kotoran
dan kuman namun bila pemakaiannya tidak sesuai petunjuk kemungkinan besar kotoran
dan kuman masih tersisa. Pemakaian Hand Sanitizer tidak dianjurkan untuk pengganti
mencuci tangan pakai air dan sabun sehari-hari dan hanya dianjurkan untuk keadaan
darurat dimana tidak tersedia air dan sabun.

16
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

3.5 Jumlah sarana CTPS yang dibutuhkan

Jumlah sarana CTPS yang diperlukan tergantung dari lokasi dan seringnya penggunaan atau
kebutuhan. Misalnya jumlah yang diperlukan di rumah tangga berbeda dengan di tempat-
tempat umum seperti tempat pengelolaan makanan, rumah-makan, sekolah, perkantoran,
terminal bis, stasiun kereta-api dll.

Untuk rumah tangga minimum satu sarana CTPS yang mudah dijangkau oleh semua anggota
keluarga (ruang makan dan dapur) dan yang mudah dijangkau dari kakus. Sebaiknya di dalam
ruang kakus atau dekat kakus disediakan sarana CTPS khusus.

Untuk tempat-tempat umum: untuk memudahkan untuk dijangkaui pengguna, sarana CTPS
diletakkan dekat dengan kakus dan dekat dengan tempat makan.

Untuk sekolah:
Jumlah sarana CTPS (titik keran) untuk sekolah sudah distandadisasikan sebagai berikut:

- rasio sarana CTPS : jumlah ruangan = 1 : 1


- ditempatkan di dalam atau luar tiap ruangan (ruangan kelas, ruangan guru, ruang
perpustakaan dan lain sebagainya.) Kalau diletakkan di luar ruangan, sebaiknya
diletakkan tidak jauh dari ruang masing-masing.

4. KATALOG OPSI SARANA CTPS

4.1 Kebijakan Pembiayaan Sarana dan Program CTPS

Sesuai dengan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyakarat (STBM)


melalui pemberdayaan masyarakat untuk dapat bertanggung-jawab atas
kebutuhan hygiene dan sanitasi maka ditegaskan bahwa penyediaan sarana
CTPS di rumah tangga merupakan tanggung jawab masing-masing keluarga.
Promosi perilaku CTPS didukung dengan pemberdayaan masyarakat untuk
menyediakan sarana CTPS pada tingkat rumah tangga, sekolah dan di tempat-
tempat umum dengan kampanye komukasi penyadaran bahwa setiap keluarga
akan mendapatkan manfaat dengan perilaku CTPS yang dilakukan semua
anggota keluarga dan masyarakat setampat karena CTPS efektif mencegah
penularan penyakit dan keluarga tetap sehat.

Perubahan perilaku CTPS memerlukan waktu, membutuhkan media promosi,


advokasi, sosialisasi dan pemasaran sosial, sehingga dibutuhkan dana,
metodologi dan teknologi. Untuk itu diperlukan kerjasama kemitraan antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, LSM, para donatur. (Lihat
Petunjuk Teknis, Bagian Kemitraan).

17
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Untuk acara-acara khusus dalam usaha promosi perilaku CTPS, termasuk


aktifitas-aktifitas untuk demonstrasi CTPS yang benar di TPM, TTU,
Sekolah, dan lain-lain pandanaannya dapat di upayakan dari berbagai
sumber pemerintah, swasta dan donatur (Lihat Petunjuk Teknis, bagian
Kemitraan).
4.2 Definisi Sarana CTPS dengan suplai air bersih non-perpipaan dan suplai air bersih
perpipaan.

Sarana CTPS non-perpipaan: Sarana CTPS yang suplai airnya tidak dari sistim perpipaan
(PAM, PDAM, pompa air listrik dengan tenki penampungan air) melainkan dengan
menggunakan wadah penampungan air sementara, yang setelah dipakai untuk cuci
tangan beberapa kali memerlukan pengisian ulang secara manual dikatagorikan sebagai
sarana CTPS non-perpipaan. Berikut ini dua contoh.

Sarana CTPS di sekolah dengan suplai


air bersih non-perpipaan. Foto: ESP - Sarana CTPS dari ruas bambu dengan suplai
USAID air bersih non-perpipaan, terdapat di sekolah
di Magelang. Foto: ESP - USAID

Suplai air bersih untuk sarana CTPS non-perpipaan bisa dari berbagai sumber, antara lain
sumur, sarana air bersih, bak penampungan air umum atau air dari kran.

18
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sarana CTPS perpipaan: Sarana CTPS yang suplai airnya disalurkan melalui sistim
perpipaan langsung sampai kepada titik keran dikatagorikan sebagai sarana CTPS
perpipaan. Air perpipaan bisa berupa sistim perpipaan PAM, PDAM, sistim air
perpipaan desa, pompa air listrik dengan tenki penampungan air. Berikut ini dua
contoh sarana CTPS perpipaan.

Sarana CTPS di komunitas sub-urban di Java


Sarana CTPS di sekolah di Medan dengan suplai air sistim perpipaan.
dengan suplai air sistim perpipaan. Foto: ESP - USAID
Foto: ESP - USAID

4.3 Contoh-contoh Sarana CTPS dengan sarana/suplai air bersih non-perpipaan

Dilokasi-lokasi dimana tidak terdapat sarana air bersih yang disalurkan melalui
perpipaan, maka sarana CTPS dapat di rekayasa dengan menggunakan berbagai wadah
untuk penampungan air bersih sementara yang cukup untuk dipakai beberapa kali cuci
tangan. Lihat contoh-contoh di bagian 4.2 dan gambar-gambar berikut.

Sarana CTPS dibuat dari ruas bambu dilengkapi tempat sabun, gantungan
handuk dan stand. Foto: WSP
19
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sarana CTPS dari


gentong
dilengkapi keran
untuk
penggunaan di
rumah tangga.

Sarana CTPS dihalaman sekolah dari


ember dilengkapi keran dan ember
Sarana CTPS dari gentong seramik di atas
untuk menampung limbah air.
dudukan dari batu-batuan yang tingginya
disesuaikan untuk memudahkan mencuci
tanpa. Foto : WSLIC-2

4.4 Contoh-contoh Sarana CTPS dengan suplai air dari sistim perpipaan atau bak penampungan
suplai air dengan pipa penyalur.

Dilokasi-lokasi dimana terdapat sarana air bersih yang disalurkan melalui pipa, maka sarana
CTPS dapat dibuat dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan “Wastafel” pada
lampiran atau dibuat sarana CTPS sederhana dengan memperhatikan ukuran tinggi kran,
ukuran bak tampiasan air dan pembuangan limbah yang memadai.

20
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sarana air bersih yang bisa dipakai untuk


mencuci tangan yang dilengkapi dengan
Bak air dilengkapi gayung untuk menguyur sabun, handuk, ember penampung
kakus yang sekaligus berfungsi sebagai limbah air dan bangku kecil untuk
sarana cuci tangan dilengkapi sabun. Foto: kenyamanan mencuci tangan. Foto: WSP
WSLIC-2

Wastafel dobel di dapur untuk cuci tangan dan cuci


perabotan masak dan perlengkapan makan-minum.
Foto: WSP

Sarana CTPS berupa wastafel


modern yang sederhana
ditemukan di MCK umum di
Tangerang. Foto: WSP

21
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Wastafel modern

Sarana Cuci Pakai Sabun Tipe Wastafel.


Sumber: Effects of Washing Hands With Soap
on Diarrhea Risk in The Community:A Systematic Sarana CTPS menggunakan kombinasi
Review. bahan tradisionil dan modern dengan
sambungan pipa air dan dilengkapi kran
yang ditutupi bamboo. Sumber foto:
ESP – USAID

Sarana CTPS di ruang kakus perempuan


disekolah: Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun di
sekolah dengan penampungan air limbah Sarana CTPS bersama untuk acara
gabungan. demonstrasi CTPS. Sarana CTPS
Foto: Koleksi Supervisi Direktorat PP & LP. rancangan UNICEF.
Foto: WSP – World Water Day 2008 .

22
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

4.5 Sketsa desain berbagai sarana CTPS

Sketsa 1. Sarana CTPS sederhana dengan saluran dan keran dari bambu.

Disainer: Lavina Taurina

Sketsa 2 dan foto 5: Tippy-tap dari Kenya.


SARANA CUCI TANGAN DARI
BOTOL PLASTIK BEKAS
(“Tippy-Tap”) DI HALAMAN
SEKOLAH DI KENYA

Karena kurangnya akses air


terutama disekolah, maka di
beberapa Negara
berkembang telah
dikembangkan disain yang
inovatif yang tidak harus
tergantung kepada
perpipaan, atara lain yang
dikenal dengan nama yaitu
“Tippy Taps” atau “kran
miring” (Sarana CTPS dari
botol/ jerigen plastik bekas).

Cara pembuatan Tippy-Tap dijelaskan dengan rinci pada halaman berikut ini.

23
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Prosedur pembuatanya sangat sederhan adalah sebagai berikut:

1. 2. 3. 4.
Pilih jerigen botol plastik Panasi bagian bawah Apabila plastik pada Panasi paku, buat lubang
ukuran 5 liter yang gagang jerigen gagang sudah lembek, selebar 2 mili-meter
mempunyai gagang yang dengan lilin yang yang
jepit pakai tang/ catut dan dibagian atas gagang yang
mempunyai hidup sampai plastic
ruang kosong menjadi lembek biarkan sampai dingin. dijepit
berhubungan langsung Pastikan bahwa tidak ada air
dengan bahagian dapat mengalir sepanjang
lainnya. dasar gagang yang dijepit.

5.
Gantung jerigen dengan jaring platik. Beri 6.
pemberat sepotong metal. Biarkan metal Lubangi sabun dan gantung dengan plastik pada jarring atau pada
tergantung pada jaring. Apabila tidak ada kawat. Sabun tempelkan di bagian atas dengan metal, sehingga
jaring, buat dua lubang buatan di belakang terlindung dari matahari dan hujan.
botol. Jerigen dapat gantung dengan
Sekarang siap dipakai untuk mencuci tangan.
menggunakan suatu dawai yang
ditempatkan di 2 lubang buatan.

Gantungkan jerigen plastic pencuci tangan


dekat dari jamban, dapur atau tempat yang
mudah untuk mencuci tangan bagi murid
dan guru di sekolah.

24
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

7. Pengisian air pada jerigen dapat 8. Pemeliharaan: Bersihkan bagian luar jerigen
dihubungkan dengan saluran air/pipa dengan menggosok dengan sabun setiap hari
suplai air. dan bagian dalam dibersihkan setiap minggu
dengan air yang bersih dengan campuran
disinfektan (pembunuh kuman).

25
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sketsa 3. Ukuran sarana CTPS dengan saluran air perpipaan.

26
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sketsa 4a. GAMBAR DISAIN TEKNIS WASTAFEL

Sketsa 4b. Gambar Disain


wastafel tampak samping.

27
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sketsa 5: Disain Wastafel untuk penyandang cacat

28
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Sketsa 6. Sarana CTPS untuk Umum.

29
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Lampiran Persyaratan WASTAFEL

( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. No 30/PRT/M/2006, tentang Pedoman Teknis Fasilitas


dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.)

1. Persyaratan
a. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar
depannya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut
dan kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin diperhitungkan terhadap pengguna kursi roda.
e. Menggunakan keran dengan sistem pengungkit.
Menurut Goldsmith (1984):

1). .Lebar wastafel (dari depan ke belakang) minimal 50 cm atau lebih,


sedangkan panjangnya (dari sisi ke sisi) tidak begitu dipentingkan. Data
lapangan menunjukkan bahwa lebar wastafel 44 cm dan panjangnya 43 cm.
2). Keran air sebaiknya dipasang pada jarak tidak kurang dari 10 cm ke arah
depan dan melampaui garis bibir belakang, serta kurang lebih 10 cm di atas
bibir wastafel untuk menyediakan ruang untuk cuci tangan pakai sabun
(CTPS).
3). Keran model pengungkit lebih dianjurkan untuk memudahkan orang yang
hanya dapat menggunakan satu tangan. Data lapangan menunjukkan jarak
keran 13 cm ke depan dan 12,5 di atas bibir wastafel serta menggunakan
model bukaan pengungkit.
4). Untuk orang yang duduk di kursi roda ketinggian yang sesuai untuk bibir
wastafel berkisar antara 67 cm – 82 cm. Sementara untuk orang yang dapat
berdiri bibir wastafel dapat dipasang hingga ketinggian 90 cm. Data lapangan
menunjukkan bahwa tinggi bibir wastafel adalah 92 cm dari lantai.

2. Penempatan Wastafel.

a. Penempatan Wastafel di Kamar Mandi tidak perlu harus terjangkau langsung oleh
orang yang sedang duduk di WC.
b. Wastafel sebaiknya ditempatkan di pojok yang bukan merupakan jalan tempat
orang keluar-masuk WC/ kakus.

30
Katalog Informasi Pilihan Sarana CTPS 29-11-2008

Daftar Kepustakaan .

1. Adi Santosa. Studi Antropometri Pada Ruang Rawat Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti
Rapih, Yogyakarta. Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain; Universitas Kristen Petra
2. Beth Scott, Val Curtis, Tamer Rabie. 2004. Evaluation of Scrup and Rubs for Hand Hygiene 1, Vol 17,
2004.
3 . Centers For Disease Control And Prevention. 2005. H a n d W a s h i n g G u i d e F o r H e a l t h
Worker. Edition 4, September2005,
4. Curtis Val And Sandy Cairncross.2003. ;Effect Of Washing Hands With Soap On Diarrhea Risk In
The Community: A Systematic Review. The lancet, Infectious Diseases, Vol 3.May 2003.
5. Depkes. Keoutusan Menkes RI, No 715/ Menkes/V/2003, tentang Persysaratan Jasaboga.
6. Kepmenkes. No 1405/ Menkes?SK/X/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri; butir X: ayat 2.
7. Keputusan Mentri Kesehatan. N0 1204/ Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit: B Keputusan Mentri Kesehatan utir C. Pasal. 5. b. 3).
8. Keputusan Mentri Kesehatan No 1429/ Menkes /SK/XII/2006, tantang Pedoman Pennyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah: Butir II. Ayat 4, 5.b.; 6
9. Keputusan Mentri Kesehatan No 1428/ Menkes/SK/XII/2006, tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas; Butir VI. Pasal 2c, dan 5.
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989, Tentang : Persyaratan Kesehatan
Rumah Makan dan Restoran.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. No 30/PRT/M/2006, tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
12. Goldsmith. S.. 1984. Disaining for The Disabled, London: Riba Publication Limited.
13. Sloan. Optima System, Hand Washing Sink, type 1000, 1170
14. Snyder, Peter O. Jr. 1999. A "Safe Hands" Hand Wash Program for Retail Food Operations: A
Technical Review; Hospitality Institute Of Technology And Management; For: Florida Environmental
Health Association, Inc., May 27, 1999.
15. http://www.tweedehands.net/pics/00/00/49/84/63/1c.jpg
16. http://www.sloanvalve.com

17. www.kwaho.org/t-tipitap.html - Tippy Tap

18. Uso y Calidad de l'Agua en la Escuela, September 1995,Centro de Investigación, Desarrollo,


Evaluación y Promoción de Technología Apropiada (CIDEPTA) Pan American Health Organization
(PAHO). How to Make a Tippy Tap for Hand Washing?
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

20. Keputusan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang


Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

31

Anda mungkin juga menyukai