Anda di halaman 1dari 40

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN

STUNTING DI KAB. KEBUMEN


1 .Dasar Hukum

• RPJPN 2005–2025 (Pemerintah melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal


Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia
dapat menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat
Indonesia)

• RPJM 2015-2019 (target penurunan prevalensi stunting pada 2019 adalah menjadi 28% pada 2019)

• Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011

• Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan

• Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif

• Perpres No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

• Kepmenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara
Eksklusif Pada Bayi di Indonesia
• Permenkes No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan/atau
Memerah Air Susu Ibu

• Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


(STBM)

• Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi

• Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam


Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013

• Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan


Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000
HPK), 2013
Definisi Stunting (WHO)
 Gangguan pertumbuhan yang
menggambarkan tidak tercapainya
potensi pertumbuhan sebagai akibat
status kesehatan dan/ atau nutrisi yang
tidak optimal
2
Mengapa Masalah Stunting Sangat Penting
Untuk Ditangani
4 dari 10 anak balita di
Indonesia Pendek

2 dari 10 anak di Thailand


1 dari 10 anak di Singapore
Riskesdas, 2013
PREVALENS BALITA PENDEK DI BEBERAPA NEGARA

TimorLeste (2009) 58
Myamnar (2009) 39
Indonesia (2013) 36
Malaysia (2006) 17
Thailand (2012) 16
Siangapore (2000) 4
0 20 40 60 80
Prevalensi Stunting di Indonesia
2007, 2010, 2013
Prevalensi Stunting 2007-2013 stagnan
10

TINGGI BADAN MENURUT UMUR


Anak Perempuan usia 0-5 TAHUN

Pendek
11

BAGAIMANA CARA MENGETAHUINYA?


TINGGI BADAN MENURUT UMUR
Anak Laki-Laki usia 0-5 TAHUN

Pendek

ANUNG untuk POPM Ditjen P2P


Percepatan Penanganan Stunting
2018 2019 2020 2021

Memaksimalkan Memperluas Memperluas Memperluas


pelaksanaan program dan program dan program dan
program terkait kegiatan nasional kegiatan nasional kegiatan nasional
stunting yang ada yang ada yang ada
di 100 Kab/Kota ke 160 Kab/Kota ke 390 Kab/Kota ke 514 Kab/Kota
untuk untuk koordinasi untuk koordinasi untuk
koordinasi dan dan pelaksanaan dan pelaksanaan koordinasi dan
pelaksanaan dari pilar dari pilar pelaksanaan dari
dari pilar penanganan penanganan pilar penanganan
penanganan stunting stunting stunting
Stunting
5
Penajaman Sasaran Wilayah Penanganan Stunting

• Pemilihan 10 Desa Prioritas di 100 Kabupaten/Kota


Prioritas Penanganan Kemiskinan dan Stunting
Mengapa Menentukan Wilayah Prioritas

Prioritas kepada wilayah terpilih didasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1 Tingginya Angka Prevalensi Stunting di Indonesia

2 Perlunya Efisiensi Sumber daya

Lebih fokus dalam Implementasi dan Efektifitas Percepatan


3 Penanggulangan Stunting

4 Pengukuran Target Pencapaian yang lebih terkendali

5 Dapat dijadikan dasar perluasan (Scaling-Up Prototype)


LOKUS PUSKESMAS INTERVENSI STUNTING 80
PROV JAWA TENGAH Pusk
110
1.BUMIAYU 1.BANYUMUDAL 1.KARANGRAY
2.KALIWADA 2.KEBANDARAN 1.KEMANGKON 1.KARANGAW
UNG I
desa
S 2.KALIGONDA EN 1
3.BANTARBOLA 2.TOROH I
3.JATIBARAN
NG 2.GUNTUR 1
NG 3.KALIKAJAR 1.WADALINTA 3.GEYER I
G 3.DEMPET
4.KEBONDALEM 4.KUTASARI NG 1 4.GEYER II
4.JAGALEMP 4.GAJAH 1
5.PETARUKAN 5.MREBET 2.KEPIL 2 5.PULOKULON I
ENI 5.DEMAK 3
6.LOSARI 6.SERAYU 3.SELOMERTO 6.PULOKULON II
5.SIDAMULY 6.BONANG 1
7.PURWOHARJO LARANGAN 1 7.GROBOGAN
A 7.REMBANG 7.BONANG 2
4.KALIKAJAR 2
6.JATIROKEH 8.PADAMARA
5.KERTEK 2
7.KLUWUT 6.KEJAJAR 1
8.CIKAKAK

1.KAPUAN
2.NGROTO
3.JIKEN
1.PRAMBANA 4.MEDANG
1.JATILAWA N 5.TUNJUNG
NG 2.JOGONALA AN
1.CILACAP 2.PURWOJATI NI 6.KUNDURA
SELATAN I 3.KALIBAGO 1.BUAYAN 3.JOGONALA N
2.BINANGUN R 2.BULUSPESANTREN 1 ANUNG untuk
N II RAKERKESDA JATENG 2018
3.KROYA I 4.PATIKRAJA 3.AMBAL 1
4.PEDAN
5.GUMELAR 4.MIRIT
4.KAWUNGANT 5.PEJAGOAN 5.DELANGGU
EN 6.PEKUNCEN 6.POLANHARJ
7. 6.ADIMULYO
5.SAMPANG O
JUMLAH BALITA STUNTING (DI 10 DESA LOKUS STUNTING )
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2018
JUMLAH BALITA STUNTING
NO. DESA
(ANAK)
1. Rangkah 10
2. Indrosari 14
3. PlempukanKembaran 3
4. Kebagoran 11
5. KaibonPetungkuran 7
6. Tlogopragoto 22
7. Temanggal 7
8. Semali 6
9. Pagebangan 8
10. Patukrejo 36
JUMLAH 124
JUMLAH BAYI LAHIR BERESIKO STUNTING
DI KABUPATEN KEBUMEN s/d JUNI 2018
NO PUSKES L P L +P
1 Ayah I 16 6 22
2 Ayah II 10 5 15
3 Buayan 21 8 29
4 Puring 11 0 11
5 Petanahan 15 15 30
6 Klirong I 8 4 12
7 Klirong II 11 1 12
8 Bulus P I 22 7 29
9 Bulus P II 24 7 31
10 Ambal I 13 4 17
11 Ambal II 10 2 12
12 Mirit 26 4 30
13 Bonorowo 16 4 20
14 Prembun 19 11 30
15 Padureso 6 0 6
16 Kutowinangun 12 5 17
17 Alian 29 10 39
18 Poncowarno 7 1 8
19 Kebumen I 21 3 24
20 Kebumen II 23 2 25
21 Kebumen III 10 1 11 Keterangan :
22 Pejagoan 17 5 22
23 Sruweng 36 6 42 Bayi lahir beresiko setunting :
24 Adimulyo 10 5 15 * Laki-laki lahir kurang dari 48 cm
25 Kuwarasan 23 9 32
26 Rowokele 9 5 14 * Perempuan lahir kurang dari 46 cm
27 Sempor I 10 5 15
28 Sempor II 23 4 27
29 Gombong I 7 3 10
30 Gombong II 8 2 10
31 Karanganyar 12 12 24
32 Karanggayam I 22 6 28
33 Karanggayam II 8 3 11
34 Karangsambung 10 2 12
35 Sadang 17 5 22
Prevalensi Stunting Kab. Kebumen (PSG 2016 dan 2017)

Persentase

30 28.5
25
20 18.1
15
10
5
0
2016 2017
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 6-24 bulan tidak menerima MP-ASI yang tepat (sesuai kebutuhan)
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan begizi**
• 1 dari 3 ibu hamil anemia
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini • Makanan bergizi mahal dan Kurangnya pengetahuan dan penyiapan
**Komoditas makanan di Jakarta 94% 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
lebih mahal dibanding dengan di New
Delhi, India. Buah dan sayuran di • 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
Indonesia lebih mahal dari di Singapura.
• 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012, ke air minum bersih
SUSENAS berbagai tahun
Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)
3
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING
Pencegahan/ Intervensi Stunting

Tidak langsung/ Intervensi Gizi


Langsung/ Intervensi Gizi Spesifik Sensitif

Ibu Hamil: perbaikan gizi, periksa Penanggulangan kemiskinan


hamil, tablet tambah darah Ketahanan pangan dan gizi
Bayi Baru Lahir: persalinan oleh Penyediaan lapangan kerja
Nakes, ibu dapat vit A, ASI Pendidikan anak usia dini (PAUD)
Eksklusif, kePosyandu
Program keluarga Berencana (KB)
Jaminan Kesehatan Nasional
Bayi 6 -24 bulan: diberi MP ASI, (JKN)
ASI sampai 2 tahun, Imunisasi Penyediaan air bersih
lengkap, ke Posyandu, PHBS Perilaku higienis dan saniter
KERANGKA KONSEP PENURUNAN
22 STUNTING
Intermediate
Program Intervensi Efektif Outcome
1. Pemberian Tablet Tambah Konsumsi
• Perbaikan Darah (remaja putri, catin, Gizi yang Remaja Putri
Gizi bumil) Adekuat Bumil & Busui:
Masyarakat 2. Promosi ASI Eksklusif
3. Promosi Makanan • Anemia
• PKGBM • BBLR
Pendamping-ASI
• GSC • ASI Eksklusif
4. Suplemen gizi mikro Pola
• PKH Asuh • Kecacingan
(Taburia)
• PAUD-GCD yang Stunting
5. Suplemen gizi makro (PMT)
• PAMSIMAS 6. Tata Laksana Gizi tepat
• SANIMAS Kurang/Buruk
• STBM 7. Suplementasi vit.A
• BKB 8. Promosi garam iodium
• KRPL 9. Air bersih, sanitasi, dan Akses ke Baduta:
pelayanan
• Kegiatan cuci tangan pakai sabun •Diare
kesehatan,
Lain 10. Pemberian obat cacing dan •Gizi buruk
11. Bantuan Pangan Non- kesehatan
Tunai lingkungan

Enabling Factor ANUNG untuk POPM Ditjen P2P


Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana Insentif Daerah, Keamanan dan
Ketahanan Pangan 22
STRATEGI YANG TELAH DILAKSANAKAN
DEMAND(MENCIPTAKAN ENABLING (MEMBENTUK DUKUNGAN) SUPPLY (PENYEDIAAN SARANA)
KEBUTUHAN)
Komitmen Pemda  Regulasi percepatan ODF: Wirausaha sanitasi ( +/- 1000 Or)
Pelatihan Pemicuan, Monitoring, STBM 1. Perbup STBM
2. RAD Stop BABS

UPAYA TEKHNIS PROV JATENG


3. Surat Edaran Pelaksanaan STBM Kredit sanitasi
Pemicuan perubahan perilaku 4. Intruksi Bupati Percepatan ODF
5. Perbup anggaran untuk support tim STBM
6. Surat Gubernur Jateng 31 Oktober 2016 Kredit tanpa agunan dari lembaga
Promosi/Kampanye Stop BABS – BCC
STBM mikrofinance, Bank contoh BKK/BPR,
BMT , Bina artha, Komida

Lomba Desa ODF/desa STBM

Dibentuk Tim Koordinasi STBM dan Tim Pelaku, Arisan jamban/jamban bergulir melalui
Pemanfaatan Peta Sosial, stiker kategori Monitoring kab, kecamatan, desa dana desa
akses untuk monitoring berkelanjutan

Asosiasi Wirausaha sanitasi contoh


Optimalisasi alokasi Dana APBD, APBDes untuk ASSAMI - Pemalang, PAPSIGRO -
Bekerjasama dengan Tokoh
STBM, dana BOK (DAK Non Fisik) Grobogan, PAPSIR-Rembang
Agama/ulama un tuk memicu perubahan V
perilaku dengan khotbah, pengajian,
nasehat pernikahan dengan tema Reward dan apresiasi bagi desa,kecamatan,
jamban sehat, hadist-hadist yang kabupaten berprestasi dalam pelaksanaan STBM
berhubungan dengan kebersihan
lingkungan

Membudayakan Share Learning STBM tingkat Provinsi, Kabupaten,


Kecamatan, desa dengan Workshop STBM/Mini lokakarya percepatan ODF

STBM masuk dalam kurikulum muatan


lokal sekolah
Membangun Mekanisme Monitoring berkelanjutan – Tim Monitoring,
pemanfaatan STBM Smart, web STBM
Verifikasi ODF

Kerjasama Lintas sektor, Lintas program, Sektor swasta, Perguruan tinggi,


Deklarasi ODF untuk memicu wilayah
CSR, masyarakat
lain untuk ODF

Pemanfaatan Media untuk Advokasi STBM dan memicu stakeholder untuk


STBM smart publik memicu semua berkomitmen mendukung percepatan ODF
orang saling memantau
PENCEGAHAN STUNTING 24
PEMBERDAYAAN ORANG TERDEKAT (SUAMI,
ORANG TUA, GURU, REMAJA PUTRA)
INTERVENSI SOSIAL :

Program 1000 HPK 1. Penggerakan Toma (Tokoh Masyarakat)

HOLISTIK LINTAS
untuk mensosialisasikan Keluarga
INTERVENSI SENSITIF :
KUALITAS REMAJA PUTRI Berencana

GENERASI
2. Penyediaan Bantuan Sosial dari Pemda
1. Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih INTERVENSI PENDIDIKAN : untuk Keluarga Tidak Mampu (Keluarga
serta sarana sanitasi (jamban sehat) di Miskin)
1. Pendidikan Kespro di Sekolah
keluarga
2. Pemberian edukasi gizi remaja
2. Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan
3. Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat
3. Pembentukan konselor sebaya untuk
TERSIER

INTEGRASI
KEGIATAN
membahas seputar perkembangan
4. Pemberian Pendidikan dan Pola Asuh dalam remaja PEMBERDAYAAN ORANG
Keluarga
TERDEKAT (SUAMI, ORANG
5. Pemantapan Akses dan Layanan KB
SEKUNDER TUA, GURU, REMAJA PUTRA)
6. Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Jaminan Persalinan INTERVENSI KESEHATAN :
PRIMER
7. Pemberian Edukasi Kespro KUALITAS REMAJA PUTRI 1. Konsultasi perencanaan
PROGRAM 1000 HPK INTERVENSI KESEHATAN : kehamilan dengan melibatkan
suami dan keluarga (orang tua)
INTERVENSI SPESIFIK : 1. Suplementasi Tablet Tambah
2. Pelayanan kontrasepsi bagi Suami
Darah pada Remaja Putri untuk penundaan kehamilan
1. Suplementasi Tablet Besi Folat pada Bumil
2. Pemberian obat cacing pada
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bumil KEK 3. Bimbingan konseling ke Bidan
Remaja Putri bersama dengan suami untuk
3. Promosi dan Konseling IMD dan ASI Eksklusif
4. Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) 3. Promosi Gizi Seimbang penentuan tempat dan penolong
persalinan
5. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu 4. Pemberian Suplementasi Zink
6. Pemberian Imunisasi 4. Pendidikan Kespro bagi Remaja
5. Penyediaan akses PKPR Putra
7. Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang
(Pelayanan Kesehatan Peduli
8. Pemberian Vitamin A 5. Mempersiapkan konseling Calon
Remaja) di Puskesmas
9. Pemberian Taburia pada Baduta Pengantin
10. Pemberian Obat Cacing pada Bumil
ANTISIPASI PADA ANAK-ANAK
25

SUDAH STUNTING PENYIAPAN SDM


JANGKA PANJANG

INVESTASI GIZI LINTAS GENERASI


1. Mengupayakan perbaikan SDM
yang telah stunting sejak dini
dengan pengasuhan yang baik
2. Persiapan “mencetak” generasi
anak berprestasi pada usia
sekolah dengan
pengembangan UKS
INTERVENSI KEMENTERIAN
26
KESEHATAN
DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI
Intervensi Gizi Spesifik
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon
pengantin, ibu hamil (suplementasi besi folat) Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:
2. Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah 1. Pemantauan pertumbuhan dan
3. Kelas Ibu Hamil perkembangan
4. Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi 2. Penyediaan air bersih dan sanitasi
ibu hamil yang positif malaria 3. Pendidikan gizi masyarakat
4. Imunisasi
5. Suplementasi vitamin A
5. Pengendalian penyakit Malaria
6. Promosi ASI Eksklusif 6. Pengendalian penyakit TB
7. Promosi Makanan Pendamping-ASI 7. Pengendalian penyakit HIV/AIDS
8. Suplemen gizi mikro (Taburia) 8. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan
9. Suplemen gizi makro (PMT) Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Jaminan Kesehatan Nasional
10. Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium
10. Jaminan Persalinan (Jampersal)
dan besi 11. Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
11. Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan Keluarga (PIS PK)
perilaku 12. Nusantara Sehat (Tenaga Ahli Gizi dan Tenaga
12. Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk Promosi Kesehatan, Tenaga Kesling)
13. Akreditasi Puskesmas dan RS
13. Pemberian obat cacing
14. Zinc untuk manajemen diare
ALUR HUBUNGAN
HIGIENE SANITASI DENGAN GIZI
Apa STBM itu?

• Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


• Pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan

PEMICUAN
Kegiatan seseorang/sekelompok orang (dengan sadar), baik berupa
ucapan, tindakan atau perbuatan dengan tujuan untuk menggugah/
membangkitkan/memunculkan bahkan mendorong niat/kemauan
seseorang/sekelompok orang untuk berbuat sesuatu dengan
kemauannya sendiri/kelompok tanpa paksaan dari luar
diri/kelompoknya
Kerangka Pikir STBM
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
berkaitan dengan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi melalui peningkatan demand & supply

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 4: Pilar 5:


Pilar 3:
Stop Buang Cuci Pengelolaa Pengelolaan
Pengelolaan
Air Besar Tangan n Sampah Limbah Cair
Air Minum &
Sembaranga Pakai Rt dengan Rt dengan
Makanan Rt
n Sabun aman. aman.

Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
4
Aksi Bersama dan Terobosan
Untuk Menangani Stunting
Pilar Penanganan Stunting
1 | Komitmen dan visi pimpinan tertinggi negara.
2 | Kampanye Nasional berfokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas
3| Konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi
Program Nasional, daerah, dan masyarakat.
4| Mendorong kebijakan “Nutritional Food Security”.
5| Pemantauan dan evaluasi.
Pilar Penanganan Stunting
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Kampanye Nasional
Komitmen dan Berfokus pada Konvergensi,
Visi Pimpinan pemahaman, Koordinasi, dan Mendorong
Tertinggi Negara perubahan perilaku, Konsolidasi Program Kebijakan Pemantauan dan
komitmen politik dan Nasional, Daerah, dan “Nutritional Evaluasi
akuntabilitas Masyarakat Food Security”

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF

TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL


(dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk belajar, berinovasi dan berkompetisi)

MENINGKATKAN DAYA SAING MENGURANGI KESENJANGAN/INEQUALITY


1
Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara
1| Komitmen Presiden/Wakil Presiden untuk mengarahkan K/L terkait
penanganan stunting di pusat dan daerah.
2| Menetapkan strategi dan kebijakan, serta target nasional maupun
daerah (baik provinsi maupun kab/kota).
3| Memanfaatkan Sekretariat SDGs dan Sekretariat TNP2K untuk
koordinasi dan pengendalian program penanganan stunting.
Pilar 2: Kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas
1|
KOMUNIKASI ADVOKASI
KOMUNIKASI KEPADA
MEDIA MASSA KELUARGA

Penjangkuan yang sistematis


Melalui pendidikan,
untuk pengambilan keputusan
konseling, kunjungan
TV, radio, media sosial, kegiatan (Pemerintah, DPR/D, LSM.
ke rumah, dll.
masyarakat, dll. Akademisi, dll).

Sumber: diolah dari laporan Bank Dunia Tackling Indonesia’s Malnutrition Crisis
3
Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi
Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat

1| Memperkuat konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi, serta memperluas cakupan


program.
2| Memperbaiki kualitas dari layanan program yang ada (Puskesmas, Posyandu, PAUD,
BPSPAM, PKH dll) terutama dalam memberikan dukungan kepada ibu hamil, ibu
menyusui dan balita pada 1.000 HPK.
3| Memberikan insentif dari kinerja program penanganan stunting di wilayah sasaran yang
berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya.
4| Memaksimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus dan Dana Desa untuk
mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke intervensi prioritas penanganan stunting.
4
Pilar 4: Mendorong Kebijakan
“Nutritional Food Security”

1| Mendorong kebijakan yang memastikan akses pangan bergizi, khususnya di


daerah dengan kasus stunting tinggi.
2| Melaksanakan rencana fortifikasi bio-energi, makanan dan
pupuk yang komprehensif.
3| Pengurangan kontaminasi pangan.
4|
Melaksanakan program pemberian makanan tambahan.
5|
Mengupayakan Investasi melalui Kemitraan dengan dunia usaha, Dana
Desa, dan lain-lain dalam infrastruktur pasar pangan baik ditingkat urban
maupun rural.
4

Pilar 4: Pemantauan dan Evaluasi


1| Memantau eksposur terhadap kampanye nasional, pemahaman serta
perubahan perilaku sebagai hasil kampanye nasional stunting.
2| Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan
pemberian dan kualitas dari layanan program penanganan stunting.
Mengukur dan mempublikasikan secara berkala hasil penanganan stunting
3| dan perkembangan anak setiap tahun untuk akuntabilitas.
Result-based planning and budgeting program pusat dan daerah.
4|
Pengendalian program-program penanganan stunting.
5|
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai