• RPJM 2015-2019 (target penurunan prevalensi stunting pada 2019 adalah menjadi 28% pada 2019)
• Kepmenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara
Eksklusif Pada Bayi di Indonesia
• Permenkes No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan/atau
Memerah Air Susu Ibu
TimorLeste (2009) 58
Myamnar (2009) 39
Indonesia (2013) 36
Malaysia (2006) 17
Thailand (2012) 16
Siangapore (2000) 4
0 20 40 60 80
Prevalensi Stunting di Indonesia
2007, 2010, 2013
Prevalensi Stunting 2007-2013 stagnan
10
Pendek
11
Pendek
1.KAPUAN
2.NGROTO
3.JIKEN
1.PRAMBANA 4.MEDANG
1.JATILAWA N 5.TUNJUNG
NG 2.JOGONALA AN
1.CILACAP 2.PURWOJATI NI 6.KUNDURA
SELATAN I 3.KALIBAGO 1.BUAYAN 3.JOGONALA N
2.BINANGUN R 2.BULUSPESANTREN 1 ANUNG untuk
N II RAKERKESDA JATENG 2018
3.KROYA I 4.PATIKRAJA 3.AMBAL 1
4.PEDAN
5.GUMELAR 4.MIRIT
4.KAWUNGANT 5.PEJAGOAN 5.DELANGGU
EN 6.PEKUNCEN 6.POLANHARJ
7. 6.ADIMULYO
5.SAMPANG O
JUMLAH BALITA STUNTING (DI 10 DESA LOKUS STUNTING )
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2018
JUMLAH BALITA STUNTING
NO. DESA
(ANAK)
1. Rangkah 10
2. Indrosari 14
3. PlempukanKembaran 3
4. Kebagoran 11
5. KaibonPetungkuran 7
6. Tlogopragoto 22
7. Temanggal 7
8. Semali 6
9. Pagebangan 8
10. Patukrejo 36
JUMLAH 124
JUMLAH BAYI LAHIR BERESIKO STUNTING
DI KABUPATEN KEBUMEN s/d JUNI 2018
NO PUSKES L P L +P
1 Ayah I 16 6 22
2 Ayah II 10 5 15
3 Buayan 21 8 29
4 Puring 11 0 11
5 Petanahan 15 15 30
6 Klirong I 8 4 12
7 Klirong II 11 1 12
8 Bulus P I 22 7 29
9 Bulus P II 24 7 31
10 Ambal I 13 4 17
11 Ambal II 10 2 12
12 Mirit 26 4 30
13 Bonorowo 16 4 20
14 Prembun 19 11 30
15 Padureso 6 0 6
16 Kutowinangun 12 5 17
17 Alian 29 10 39
18 Poncowarno 7 1 8
19 Kebumen I 21 3 24
20 Kebumen II 23 2 25
21 Kebumen III 10 1 11 Keterangan :
22 Pejagoan 17 5 22
23 Sruweng 36 6 42 Bayi lahir beresiko setunting :
24 Adimulyo 10 5 15 * Laki-laki lahir kurang dari 48 cm
25 Kuwarasan 23 9 32
26 Rowokele 9 5 14 * Perempuan lahir kurang dari 46 cm
27 Sempor I 10 5 15
28 Sempor II 23 4 27
29 Gombong I 7 3 10
30 Gombong II 8 2 10
31 Karanganyar 12 12 24
32 Karanggayam I 22 6 28
33 Karanggayam II 8 3 11
34 Karangsambung 10 2 12
35 Sadang 17 5 22
Prevalensi Stunting Kab. Kebumen (PSG 2016 dan 2017)
Persentase
30 28.5
25
20 18.1
15
10
5
0
2016 2017
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 6-24 bulan tidak menerima MP-ASI yang tepat (sesuai kebutuhan)
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan begizi**
• 1 dari 3 ibu hamil anemia
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini • Makanan bergizi mahal dan Kurangnya pengetahuan dan penyiapan
**Komoditas makanan di Jakarta 94% 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
lebih mahal dibanding dengan di New
Delhi, India. Buah dan sayuran di • 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
Indonesia lebih mahal dari di Singapura.
• 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012, ke air minum bersih
SUSENAS berbagai tahun
Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)
3
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING
Pencegahan/ Intervensi Stunting
Dibentuk Tim Koordinasi STBM dan Tim Pelaku, Arisan jamban/jamban bergulir melalui
Pemanfaatan Peta Sosial, stiker kategori Monitoring kab, kecamatan, desa dana desa
akses untuk monitoring berkelanjutan
HOLISTIK LINTAS
untuk mensosialisasikan Keluarga
INTERVENSI SENSITIF :
KUALITAS REMAJA PUTRI Berencana
GENERASI
2. Penyediaan Bantuan Sosial dari Pemda
1. Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih INTERVENSI PENDIDIKAN : untuk Keluarga Tidak Mampu (Keluarga
serta sarana sanitasi (jamban sehat) di Miskin)
1. Pendidikan Kespro di Sekolah
keluarga
2. Pemberian edukasi gizi remaja
2. Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan
3. Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat
3. Pembentukan konselor sebaya untuk
TERSIER
INTEGRASI
KEGIATAN
membahas seputar perkembangan
4. Pemberian Pendidikan dan Pola Asuh dalam remaja PEMBERDAYAAN ORANG
Keluarga
TERDEKAT (SUAMI, ORANG
5. Pemantapan Akses dan Layanan KB
SEKUNDER TUA, GURU, REMAJA PUTRA)
6. Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Jaminan Persalinan INTERVENSI KESEHATAN :
PRIMER
7. Pemberian Edukasi Kespro KUALITAS REMAJA PUTRI 1. Konsultasi perencanaan
PROGRAM 1000 HPK INTERVENSI KESEHATAN : kehamilan dengan melibatkan
suami dan keluarga (orang tua)
INTERVENSI SPESIFIK : 1. Suplementasi Tablet Tambah
2. Pelayanan kontrasepsi bagi Suami
Darah pada Remaja Putri untuk penundaan kehamilan
1. Suplementasi Tablet Besi Folat pada Bumil
2. Pemberian obat cacing pada
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bumil KEK 3. Bimbingan konseling ke Bidan
Remaja Putri bersama dengan suami untuk
3. Promosi dan Konseling IMD dan ASI Eksklusif
4. Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) 3. Promosi Gizi Seimbang penentuan tempat dan penolong
persalinan
5. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu 4. Pemberian Suplementasi Zink
6. Pemberian Imunisasi 4. Pendidikan Kespro bagi Remaja
5. Penyediaan akses PKPR Putra
7. Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang
(Pelayanan Kesehatan Peduli
8. Pemberian Vitamin A 5. Mempersiapkan konseling Calon
Remaja) di Puskesmas
9. Pemberian Taburia pada Baduta Pengantin
10. Pemberian Obat Cacing pada Bumil
ANTISIPASI PADA ANAK-ANAK
25
PEMICUAN
Kegiatan seseorang/sekelompok orang (dengan sadar), baik berupa
ucapan, tindakan atau perbuatan dengan tujuan untuk menggugah/
membangkitkan/memunculkan bahkan mendorong niat/kemauan
seseorang/sekelompok orang untuk berbuat sesuatu dengan
kemauannya sendiri/kelompok tanpa paksaan dari luar
diri/kelompoknya
Kerangka Pikir STBM
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
berkaitan dengan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total
Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
4
Aksi Bersama dan Terobosan
Untuk Menangani Stunting
Pilar Penanganan Stunting
1 | Komitmen dan visi pimpinan tertinggi negara.
2 | Kampanye Nasional berfokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas
3| Konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi
Program Nasional, daerah, dan masyarakat.
4| Mendorong kebijakan “Nutritional Food Security”.
5| Pemantauan dan evaluasi.
Pilar Penanganan Stunting
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Kampanye Nasional
Komitmen dan Berfokus pada Konvergensi,
Visi Pimpinan pemahaman, Koordinasi, dan Mendorong
Tertinggi Negara perubahan perilaku, Konsolidasi Program Kebijakan Pemantauan dan
komitmen politik dan Nasional, Daerah, dan “Nutritional Evaluasi
akuntabilitas Masyarakat Food Security”
Sumber: diolah dari laporan Bank Dunia Tackling Indonesia’s Malnutrition Crisis
3
Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi
Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat