Anda di halaman 1dari 32

PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH APLIKASI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP


MASYARAKAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu: Agus Miraj Darajat.,S.Pd.,S.Kep.,Ners .,M.Kes

KELOMPOK 4
Disususn Oleh:
Arumbi (191FK01015)
Kamilatun Jannah (191FK01064)
Meyra Mutiara (191FK01073)
Padilla Mutiara N (191FK01086)
Rosi Kurniasih (191FK01103)
Sapreni Agustina (191FK01110)
Siti Nuraeni (191FK01124)
Sela Sulistiawati (191FK01112)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS D-III KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas khadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Promosi Keperawatan Tentang Aplikasi
promosi kesehatan terhadap masyrakat dengan maksud untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

Bandung, 25 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Masyarakat.........................3
2.2 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Keluarga.............................9
2.3 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Sekolah...............................12
2.4 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Kerja...................................15
2.5 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Fasilitas layanan kesehatan.19
2.6 Penerapan Promosi Kesehatan Di Dalam Fasilitas umum....................23
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................28
3.2 Saran.......................................................................................................28
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual,
dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun
berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih
mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Menurut Charter, promosi kesehatan adalah suatu proses yang
memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk
didalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau
masyarakat dapat merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhan-
kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi lingkungannya. Kesehatan
adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup. Kesehatan
adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari sosial dan
kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab
pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat.
(Keleher,et.al, 2007).
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi
inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang
berkembang dan berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu
dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa
level pengertian, sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya
yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan,
pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan
merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status
kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).

4
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan
kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan).
Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan
kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan
perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta
peningkatan pelayanan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam masyarakat?


2. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam keluarga?
3. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam sekolah?
4. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di tempat kerja?
5. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam fasilitas layanan
kesehatan?
6. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam fasilitas umum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan promosi kesehatan di dalam lingkungan


masyarakat
2. Untuk mengetahui penerapan promosi kesehatan di dalam lingkungan
keluarga
3. Untuk mengetahui penerapan promosi kesehatan di dalam lingkungan
sekolah
4. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam tempat kerja
5. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam fasilitas layanan
kesehatan
6. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam fasilitas umum

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Promosi Kesehatan dalam Masyarakat


Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari oleh untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan
bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku.
Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat
sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak
hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan
non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
1. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Pola Perilaku
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar
merubah perilakunya, yaitu :
a) Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih
yang lebih dekat;
b) Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal,
c) Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh
agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan
dan

6
d) Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya
kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun
tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Pendekatan Program Promosi menekankan aspek “bersama masyarakat” dalam
artian :
a) Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting
dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan,
perlukan dan inginkan.
b) Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang
menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga
buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
c) Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi
kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus,
berkesinambungan.
2. Strategi Promosi Kesehatan
Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan
dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
a) Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas
identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat,
dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
b) Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim
teknis pada tingkat Kecamatan.
c) Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim
lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan
dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a) Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek
PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis
Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten,
adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis

7
operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk
melakukan tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas
program atau LSM mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk
Program- Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang
dimaksud bisa berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan
kemitraan;
 Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi
kesehatan; serta
 Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.
b) Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif
menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
 mendukung program kesehatan.
 melakukan pembinaan teknis.
 mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain
yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program
usaha kesehatan sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.
c) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program
promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan,
monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat,
dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan
keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk
lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas
sector terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat
bingung masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau
tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko

8
diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di
sekolah dan di masyarakat :
 Pembuangan tinja yang aman.
 Cuci tangan pakai sabun
 Pengamanan air minum dan makanan.
 Pengelolaan sampah
 Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah
perilaku buang kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran
di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat mulaimembangun sarana
sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing
anggotarumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus
menentukan kapan dapat mencapai agarsemua rumah tangga mempunyai
jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan dan
sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber
dana lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasipilihan agar
masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan
dan kondisilingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).
d) Peran Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan
Strategi promosi kesehatan secara global yang digunakan oleh lembaga
kesehatan seperti rumah sakit terdiri dari tiga hal yaitu advokasi, bina suasana
dan pemberdayaan masyarakat.
a) Advokasi
Advokasi menurut Depkes RI (2008) adalah upaya atau proses yang
strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari
pihak-pihak terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan untuk menghasilkan
dukungan yang merupakan kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan
perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Stakeholders
yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana
pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti

9
tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) di bidangnya.
b) Bina suasana
Bina suasana menurut Kemenkes RI (2008) adalah upaya untuk
menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu atau
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial dimanapun dia berada (keluarga, dirumah, orang-orang
yang menjadi panutan / idolanya, majelis agama dan lain-lain bahkan
masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Bina suasana mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau,
perlu dilakukan. Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam bina
suasana, yaitu
1) Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat.
Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini
yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga
diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut. Lebih lanjut bahkan dapat
diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif
bagi perubahan perilaku individu.
2) Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), kelompok keagamaan, perkumpulan seni, organisasi
profesi, organisasi wanita, organisasi siswa / mahasiswa, organisasi
pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama-sama dengan pemuka / tokoh masyarakat yang telah peduli.
Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap
perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut

10
lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,
mengadvokasi pihakpihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol
sosial terhadap individu-individu anggotanya.
3) Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lainlain,
sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini
diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan
mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau
pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung
atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota
masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku
yang sedang diperkenalkan.
c) Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat menurut Notoatmodjo (2009) adalah strategi
promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung
dengan tujuan utama yang ingin dicapai adalah agar terwujudnya
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Bentuk dari pemberdayaan masyarakat antara lain :
pelayanan kesehatan gratis, pemberian obat gratis, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi dan pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga.
Menurut Kemenkes RI (2008), pemberdayaan masyarakat adalah proses
pemberian informasi secara terusmenerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Tujuan pemberdayaan masyarakat tersebut adalah menumbuhkan potensi
masyarakat yang artinya segala potensi masyarakat perlu di optimalkan
untuk mendukung program kesehatan (Kemenkes RI, 2000). Keluaran atau

11
hasil yang diharapkan dalam pemberdayaan adalah (Kemenkes RI, 2000) ;
Tumbuh kembangnya berbagai upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat serta meningkatnya kemampuan dan kemandirian masyarakat
di bidang kesehatan, Adanya upaya kesehatan yang bersumber dari
masyarakat seperti Posyandu, dan lain-lain., dan masyarakat menjadi
peserta dana sehat.

2.2 Penerapan Promosi Kesehatan dalam Keluarga


1. Pengertian Rumah Tangga
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab
itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-
masing keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam
promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu,
merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-
anak mereka. Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku
manusia.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan, bahwa kata tangga dalam
rumahtangga berarti susunan atau tingkat, mungkin semacam hirarki, baik
hirarki tanggungjawab, hirarki wewenang, hirarki kepatuhan, dan sebagainya.
Jadi, dengan menganggap bahwa tangga adalah susunan, maka para pemikir
menjelaskan bahwa dalam rumah tangga harus ada susunan dan tingkatan
wewenang dan tanggungjawab yang diatur dan dikelola dengan baik sehingga
tercipta harmoni yang apik.
2. Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan
Fungsi keluarga yang penting dalam kesehatan adalah fungsi perawatan
kesehatan. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.
3. Penerapan Promosi Kesehatan di Rumah Tangga
a) Pengertian PHBS di Rumah Tangga 

12
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya unutk memperdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.
b) Landasan Hukum Pembinaan PHBS di Rumah Tangga
Pembinaan PHBS di Rumah Tangga telah menjadi bagian dari Kesatuan
Gerak PKK-KB-Kesehatan sejak tahun 2005. Landasan hukum
pembinaan PHBS:
 Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
 Undang-undang No. 23 Tahun 199 tentang Kesehatan.
 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
 Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum
Pengaturan Mengenai Desa dan Kelurahan.
 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib
Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan.
 Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 53 tahun
2000 tentang Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.
 Keputusan menteri Kesehatan RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 114/Menkes/SK/VIII/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS Rumah Tangga adalah
 Predisposing, adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadi perilaku seseorang, antara lain pengetahuan,
sikap keyakinan, kepercayaan nilai-nilai, tradisi, disebut.
 Enabling, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitas perilaku atau tindakan yang dimaksud dengan faktor

13
pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan.
 Reinforcing, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
d) Sasaran PHBS Utama di Rumah Tangga
 Sasaran PHBS utama dirumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
diantaranya :
- Pasangan usia subur
- Ibu hamil dan menyusui
- Anak dan remaja
- Usia lanjut
- Pengasuh anak

14
e) Manfaat PHBS di Rumah Tangga
 Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
 Anak tumbuh sehat dan cerdas
 Produktivitas anggota keluarga meningkat
 Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi
keluarga, pendidikan & modal usaha untuk peningkatan pendapatan
 Mampu mengupayakan lingkungan sehat
 Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan
 Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
 Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
seperti Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok
pemakai air, ambulan desa

2.3 Penerapan promosi kesehatan dalam lingkungan kerja


1. Definisi Tempat Kerja
Tempat Kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 ialah tiap
ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap
dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang
bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya.
2. Definisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Promosi kesehatan kerja didefinisikan sebagai proses yang
memungkinkan pekerja untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatannya.
Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, promosi kesehatan di tempat kerja
adalah rangkaian kesatuan kegiatan yang mencakup manajemen dan
pencegahan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan serta peningkatan kesehatan pekerja secara
optimal. Promosi kesehatan kerja adalah upaya memberdayakan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta
lingkungannya. Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek

15
bukan obyek, sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif
menunggu.
3. Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
 Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
 Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
 Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
 Membantu tumbuhnya kebiasaan kerja dan gaya hidup yang sehat.
 Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kondusif, dan aman.
 Memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat
4. Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja
 Primer : Karyawan di tempat kerja.
 Sekunder : Keluarga pekerja dan masyarakat sekitar pabrik
 Tersier : Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, dan Perusahaan-
perusahaan Asuransi Kesehatan
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :
1) Tidak merokok di tempat kerja.
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3) Melakukan olahraga secara teratur atau aktifitas fisik.
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.
5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6) Menggunakan air bersih.
7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8) Membuang sampah pada tempatnya.
9) Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
6. Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
1) Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti merokok,
Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress dll).
2) Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.

16
3) Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan
khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.
4) Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat,
responsif terhadap kebutuhan karyawan.
5) Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok dan
minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
6) Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan
pertemuan secara reguler.
7) Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program
promosi kesehatan.
8) Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan
menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan
ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.
7. Kunci Efektivitas Program Kesehatan Di Tempat Kerja
 Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program
kesehatan.
 Melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.
 Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi
karyawan
 Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan karyawan.
 Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam pencapaian tujuan
program.
 Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat
penting
 Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan
karyawan
 Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya hidup
 Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.

17
2.4 Penerapan promosi kesehatan dalam lingkungan sekolah
1. Arti penting Promosi Kesehatan Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan
sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah
yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,dan (c) upaya pendidikan
yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS
UKS. Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan
kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan
dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12
berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam
proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan
sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber:
Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat
menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat
umum/keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan pada usia sampai dengan
12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan mampu
menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir 100 juta populasi
masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan.
Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak,
sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk
kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan
siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar
mengajar berlangsung lebih produktif. Dalam promosi kesehatan sekolah,
keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu :
a) Sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di sekolah
(support side)
b) Sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi
kesehatan di sekolah itu sendiri (impact side)

18
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah
seringkali akan lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari
keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan
keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga
lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran
orang tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan
lebih menjamin keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh
bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka
perilaku anak akan lebih lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua
ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan
tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah.
2. Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah
 Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan  sekolah
untuk ber-PHBS
 Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman
 Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
 Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan
di sekolah
 Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan
sekolah
 Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk
mempromosikan kesehatan.
3. Strategi Promosi Kesehatan
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a) Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat
ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan
kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat
sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak

19
terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk
menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi
lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk
kegiatan.
b) Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat
bermanfaat bagi jalannya program promosi kesehatan sekolah. Dalam
kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi
pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang
cara menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta
memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan
promosi kesehatan.
c) Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah
harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor
terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat
program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini
dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan sekolah.
d) Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM
maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program
promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e) Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan
penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian
merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi
kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping
untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

20
4. Komponen Promosi Kesehatan Di Sekolah
Komponen-komponen kesehatan menurut WHO dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Penerapan Kebijakan Kesehatan
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh Pimpinan Sekolah dimaksudkan
untuk menanamkan kebiasan atau perilaku sehat bagi para murid.
 Kebiasaan yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan perorangan
(personal hygiene) seperti : keharusan memakai alas kaki, keharusan
memotong dan membersihkan kuku, kebersihan rambut, kulit, dsb.
Untuk mananamkan kedisiplinan ini, setiap Senin dilakukan
pemeriksaan oleh guru misalnya.
 Larangan jajan di sembarang tempat. Dengan adanya kantin sekolah
akan memudahkan guru dan petugas sekolah untuk melakukan
pengawasan.
 Larangan merokok di lingkungan sekolah
 Larangan membawa barang-barang terlarang dan melanggar norma-
norma social.
b) Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
 Tersedianya tempat cuci tangan
 Tersedianya klinik atau sekuarang-kurangnya ruang dan peralatan P3K
 Adanya tenaga terlatih untuk P3K dsb
 Tersedianya alat-alat medis sederhana misalnya, thermometer, tensi
darah, dan timbangan berat badan.
c) Tersedianya lingkungan yang sehat
 Semua ruangan sekolah (kelas) harus cukup ventilasi dan pencahayaan
 Tersedianya air bersih
 Tersedianya tempat pembuangan air kecil/besar yang memadai
 Tersedianya tempat sampah baik di setiap ruang kelas maupun di teras.
 Tersedianya keset
 Tersedianya lapangan sekolah atau halaman sekolah

21
 Tersedianya taman sekolah
c) Adanya program penyuluhan kesehataN
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan di sekolah penting dilakukan
terutam yang menyangkut :
 Pentingnya kebersihan perorangan
 Pemilihan makanan yang bergizi
 Pentingnya olahraga atau aktivitas fisik
 Bahaya merokok dan narkoba bagi kesehatan
 Kesehatan reproduksi
 Cara-cara pencegahan penyakit
e) Partisipasi orangtua murid dan masyarakat
Pengembangan kesehatan di sekolah merupakan bagian daripada
pengembangan kesehatan masyarakat yang berarti memerlukan partisipasi
dari masyarakat terutama orangtua murid.

2.5 Penerapan promosi kesehatan dalam fasilitas layanan kesehatan


A. Rumah Sakit
1. Prinsip Dasar
Perbedaan promosi kesehatan di rumah sakit dengan yang lainnya
hanya terletak pada sasarannya saja. Sasaran promosi kesehatan pada
pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok orang sehat, sedangkan
sasaran promosi kesehatan di rumah sakit utamanya adalah orang yang
sakit (pasien) dan juga orang yang sehat atau keluarga pasien.
Ditinjau dari tempat pelaksanaan (setting), rumah sakit termasuk
tatanan institusi pelayanan kesehatan. Dari segi psikososial orang yang
sedang sakit atau keluarga orang yang sakit dalam kondisi ketidakenakan :
rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu mereka memerluka bantuan bukan saja pengobatan, tetapi juga
bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk – petunjuk dari

22
petugas rumah sakit berkaitan dengan masalah atau penyakit yang mereka
alami.
Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
 Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu – individu
yang sedang memerlukan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
 Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan
pengertian atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah
kesehatan atau penyakit yang didideritanya.
 Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan
pasien dan keluarganya dalam kesehatan.
 Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan
“proses belajar” kesehatan di rumah sakit.
2. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah sakit
Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit bukan hanya orang sakit atau
pasien dan keluarga pasien saja, tetapi juga rumah sakit. Oleh sebab itu,
promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai bermacam-macam tujuan
sesuai dengan sasaran yaitu tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan
bagi rumah sakit.
a) Bagi Pasien
 Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior)
Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang
kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah atau penyakit yang
diderita oleh pasien yang bersangkutan. Apabila pengetahuan, sikap dan
perilaku ini dipunyai oleh pasien maka pengaruhnya antara lain :
 Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien
 Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah
kekambuhan penyakit.
 Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain,
terutama keluarganya

23
 Menyebarluaskan pengalaman tentang proses penyenbuhan kepada
orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
 Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (health
seeking behavior)
Promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan pengetahuan
yang benar tentang penyakit, terutama cara penyembuhan maka pasien
akan mencari penyembuhan dengan tepat.
b) Bagi Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien.
Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata
– mata karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab
itu, promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat :
 Membantu mempercepat proses penyembuhan
 Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
 Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain
c) Bagi Rumah Sakit
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa
promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai keuntungan bagi rumah
sakit itu sendiri , antara lain :
 Meningkatkan mutu pelayanan
 Meningkatkan citra rumah sakit
 Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)
5. Sasaran Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit.
Secara rinci sasaran promosi kesehatan di rumah sakit diuraikan sebagai
berikut :
a) Penderita (pasien) pada berbagai tingkat penyakit
Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari segi
latar belakang sosial ekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan
penyakit dan jenis pelayanan perawatan yang diperlukan. Promosi

24
kesehatan dengan berbagai jenis sasaran pasien dijadikan dasar untuk
menentukan metode dan strategi promosi atau penyuluhan.
b) Kelompok atau individu yang sehat
Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang
mengantarkan atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun
rawat inap serta tamu rumah sakit. Kelompok sasaran orang sehat penting
untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat
menunjang proses penyembuhan pasien baik waktu masih dalam
perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.
c) Petugas rumah sakit
Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi petugas
medis, para medis dan non-medis. Sedangkan secara structural dapat
dibedakan menjadi pimpinan, tenaga administrasi, dan tenaga teknisi. Oleh
sebab itu sebelum mereka melakukan promosi kepada para pasien atau
keluarga pasien, mereka harus dibekali kemampuan promosi atau
penyuluhan kesehatan .
6. Bentuk Metode Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Promosi rumah sakit seyogianya menciptakan kesan rumah sakit menjadi
tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya.
Untuk mengubah kesan tersebut seyogianya bentuk atau pola promosi
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Pemberian contoh
Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang
menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan
fasilitas rumah sakit
b) Penggunaan media
Media informasi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat
bantu dalam memyampaikan pesan – pesan kesehtan kepada para pasien
dan pengunjung rumah sakit lainnya. Media informasi yang layak
digunakan di rumah sakit dia antaranya dalam bentuk cetakan : leaflet,

25
flayer atau selebaran, poster dan spanduk, serta dalam bentuk media
elektronik, yakni radio kaset dan video kaset.
c) Promosi atau penyuluhan langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram,
tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau tidak terprogram.
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat
dilaksanakan secara :
 Individual
 Kelompok
 Massa
Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan – tatanan lainnya, pada
umumnya promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung
dan tidak langsung.
 Secara Langsung
Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan
langsung, yakni apabila sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap
muka dengan petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan. Oleh
sebab itu, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok,
simulasi dan permain peran.
 Secara Tidak langsung
Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan
media dan antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka
dengan pasien atau keluarga pasien sebagai client. Oleh sebab itu, maka
metode promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media
atau alat bantu pendidikan atau promosi, misalnya : leaflet, booklet,
selebaran, poster, radio kaset, video kaset dan sebagainya (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010)

2.6 Penerepan konsep promosi kesehatan di dalam fasilitas umum

26
Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena
kurangtersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah
dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalt dan nyamuk, kurangnya ventilasi
dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang tidak
sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Penyakit yang banyak terjadi di tempat-tempat umum antara lain:


diare, demam berdarah, keputihan, infeksi saluran pernafasan akut serta
penyakit-penyakit lain akibat terpapar asap rokok, seperti: penyakit paru-paru,
jantung dan kanker.

Terjadinya penyakit-penyakit tersebut disebabkan lingkungan yang


buruk dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti tidak menggunakan air
bersih, membuang sampah sembarangan, membiarkan air tergenang, dan
kebiasaan merokok di tempat umum. Untuk mencegah resiko terjadinya
berbagai penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit setiap individu,
kelompok, dan masyarakat tempat-tempat umum diharapkan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Penerapan PHBS di tempat-tempat umum dapat diwujudkan melalui


tersedianya sumber air bersih, jamban, tempat pembuangan sampah, adanya
larangan untuk tidak merokok, serta anjuran untuk menutup makanan dan
minuman yang terhidang (untuk penjaga makanan).

Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana


yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan
untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana
ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.

1. Sasaran PHBS di tempat-tempat umum


a) Masyarakat pengunjung/pembeli
b) Pedagang
c) Petugas kebersihan, keamanan pasar

27
d) Konsumen
e) Pengelola (pramusaji)
f) Jamaah
g) Pemelihara/pengelola tempat ibadah
h) Remaja tempat ibadah
i) Penumpang
j) Awak angkutan umum
k) Pengelola angkutan umum
2. Manfaat PHBS di tempat-tempat umum
a) Bagi masyarakat :
 Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit
 Masyarkat mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta mampu
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
b) Bagi tempat umum :
 Lingkungan disekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah
dan sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum.
 Meningkatkan pendapatan di tempat-tempat umum sebagai akibat dari
meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.
c) Bagi pemerintah kabupaten/kota :
 Peningkatan persentase tempat umum menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah/kota yang baik.
 Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.
3. Langkah-langkah pembinaan PHBS di tempat-tempat umum
a) Analisis sistem
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan
pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di
tempat-tempat umum serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak
sasaran (pengelola, karyawan, dan pengunjung) terhadap kebijakan
PHBS di tempat-tempat umum. Kajian ini untuk memperoleh data
sebagai dasar membuat kebijakan.

28
1. Pembentukan kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di tempat-
tempat umum.
 Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-
tempat umum
 Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum,
antisipasi kendala dan sekaligus alternative solusi.
 Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan
mekanisme pengawasannya.
 Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan dan
pengunjung.
 Pimpinan atau penanggung jawab di tempat-tempat umum membentuk
kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.
2. Pembuatan kebijakan PHBS di tempat-tempat umum
Kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara
melaksanakannya.
3. Penyiapan infrastruktur
 Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas
PHBS di tempat-tempat umum.
 Instrumen pengawasan.
 Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum.
 Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat
umum yang strategis.
 Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum.
 Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.
4. Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum
 Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan
internal.
 Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat
umum.
5. Penerapan PHBS di tempat-tempat umum

29
 Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada
pengunjung seperti melalui penyuluhan, menyebarluaskan informasi
melalui media poster, stiker, papan pengumuman, billboard, spanduk,
dsb.
 Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum
seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan,
dsb.
 Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum.
6. Pengawasan dan penerapan sanksi
Pengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum
mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan
daerah setempat seperti merokok di tempat-tempat umum, membuang
sampah sembarangan.
7. Pemantauan dan evaluasi
 Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan
yang telah dilaksanakan.
 Minta pendapat pokja PHBS di tempat-tempat umum dan lakukan
kajian terhadap masalah yang ditemukan.
 Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain
untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah
dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan
tempat kerja yang sehat. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan
kegiatan dari, oleh dan untuk pekerja dalam menanamkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi
Kesehatan di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang
sehat yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Menerapkan promosi kesehatan di dalam linkungan masyarakat dan
kelompok adalah salah satu upaya perbaikan suatu kemajuan di bidang
kesehatan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa dapat
menerapkan promosi kesehatan dilingkungan masyarakat maupun kelompok.

31
DAFTAR PUSTAKA

Deru R Indika SE., MBA., A. M. A. (2017). PENERAPAN PROMOSI


KESEHATAN UNTUK MENGUBAH PERILAKU KESEHATAN
MASYARAKAT (Studi Kasus: Rumah Sakit Cicendo). Jurnal Log(1), 3–11.

Fath. 08 Juni 2017. Penerapan promkes dalam masyarakat dan kelompok.


Website : https://www.scribd.com/document/350734474/Penerapan-Promkes-
Dalam-Masyarakat-Dan-Kelompok. Diakses tanggal 25 Mei 2021.

https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/5510844f813311aa39bc6594/pr
omosi-kesehatan-dan-peran-kesehatan-masyarakat Diakses oleh Rabiatul
Adawiah pada 7 Januari 2016

32

Anda mungkin juga menyukai