Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PUSAT PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA PUSAT KESEHATAN


MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING

Dwi Hendriani M. Kes

DISUSUN OLEH

Kelompok 1
Fitri Erni Kusuma (P07224320083)
Iin Dea Lestari (P07224320085)
Listianah (P07224320088)
Nadya wulandari ( P07224320091)
Nur Fitriyani ( P07224320096 )
Syifa Alya Khansa (P07224320106)
Tsyakina Breliana Vaqih (P07224320108)

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat . Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Hendriani, SKM., S.Tr.Keb.,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 02 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................3

Bab II Pembahasan ........................................................................................................4

Bab III Penutup...............................................................................................................18

Daftar Pustaka.................................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) maupun
angka kematian bayi (AKB) yang ada di Indonesia. Ibu dan anak merupakan kelompok
yang rentan, hal ini terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
(Kemenkes RI, 2017).
Percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat
dilakukan melalui penerapan program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yaitu program pencegahan dini komplikasi kesehatan ibu dan bayi,
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu suatu program di bidang kesehatan yang
melayani kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan menyusui, bayi, balita dan
anak prasekolah (KEMENKES RI, 2021).
Pelayanan publik/public service merupakan hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan oleh pemerintah karena berhubungan dalam memenuhi kebutuhan banyak
orang (Prakoso, 2017). Pemerintah telah mengatur tentang penyelenggaran pelayanan
publik dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang pelayanan Publik yang
dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengatasi pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan berbagai pelayanan publik
yang ada, pelayanan kesehatan ialah salah satu pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah.
Pelayanan kesehatan mesti direncanakan secara matang oleh pemerintah karena
hendak berhubungan langsung dengan kesejahteraan masyarakatnya. Kesehatan
merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu,
pemerintah mesti memberikan sarana yang mencukupi dalam upaya memelihara
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang baik ialah salah satu kebutuhan
masyarakat. Ada pula tujuan dilaksanakannya pelayanan kesehatan yaitu untuk
tercapainya derajat kesehatan bagi masyarakat yang memuaskan harapan. Adapun

1
pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah salah satunya ialah Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas dapat menjadi suatu sarana dalam meningkatkan kesehatan yang ada
di masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Peraturan Mentri Kesehatan 43 Tahun
2019 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan
Kesehatan(Fakes). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitas yang dilakukan pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, berikut  ini
rumusan masalah makalah adalah :
1. Apakah yang dimaksud pusat pelayanan Ibu dan Anak ?
2. Apa saja pelayanan pada pusat pelayanan ibu dan anak ?
3. Apakah pengertian dari Pusat Kesehatan Masyarakat ?
4. Apa fungsi dari Pusat Kesehatan Masyarakat ?
5. Bagaimana sejarah perkembangan Pusat Kesehatan Masyarakat ?
6. Bagaimana kondisi wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat ?
7. Bagaimana struktur organisasi di Pusat Kesehatan Masyarakat ?
8. Bagaimana sistem rujukan Pusat Kesehatan Masyarakat ?
9. Apa yang dimaksud strafikasi Puskesmas ?
10. Apa yang dimaksud perencaan mikro di Puskesmas ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, berikut ini tujuan penulisan
makalah.
1. Untuk mengetahui pengertian dari pusat pelayanan Ibu dan Anak
2. Untuk mengetahui apa saja layanan yang terdapat pada pusat pelayanan ibu dan anak
3. Untuk mengetahui pengertian dari Pusat Kesehatan Masyarakat

2
4. Untuk mengetahui fungsi dari Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Untuk mengetahui kondisi wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
7. untuk memahami struktur organisasi di Pusat Kesehatan Masyarakat
8. untuk memahami sistem rujukan Pusat Kesehatan Masyarakat
9. Untuk mengetahui pengertian dari strafikasi Puskesmas
10. Untuk mengetahui maksud dari perencaan mikro di Puskesmas

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan kebidanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak

Implementasi Program KIA dilaksanakan dalam tujuh layanan yakni layanan


anc, persalinan oleh nakes, nifas, neonatal, neonatal komplikasi, layanan bayi dan balita.
Dalam melihat implementasi Program KIA di Puskesmas beberapa wilayah di
indonesia, kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor isi kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Dimana faktor-faktor tersebut tidak seluruhnya mempengaruhi setiap layanan
yang ada.

2.1.a Pelayanan ANC (Ante Natal Care)


Dalam memberikan layanan Antenatal Care terdapat petunjuk pelaksanaannya yakni
dengan menggunakan layanan 10T. Namun, yang terjadi di beberapa puskesmas ada
dua layanan yang belum dilaksanakan yakni layanan suntik TT dan tes Laboratotium.
Dua layanan ini dilakukan hanya saat dibutuhkan saja, bila dirasa si ibu memiliki
kelainan pada masa kehamilannya. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi:
a) Kepentingan Kelompok Sasaran yang termuat secara sosial, penyuluhan dan
kelas bumil yang ada belum tersampaikan secara luas kepada masyarakat,
sehingga banyak ibu hamil tidak mengetahui tentang adanya layanan tersebut.
Secara ekonomi, layanan yang diberikan telah sesuai kebutuhan masyarakat.
b) Perubahan Yang Ingin Dicapai belum sepenuhnya perubahan Pada Puskesmas
dapat tercapai, yakni angka kematian yang mengalami peningkatan jumlah pada
beberapa puskesmas. Kemudahan akses layanan yang belum terpenuhi, yakni
sulitnya transportasi umum menjangkau lokasi Puskesmas.
c) Dukungan Sikap Pelaksana Sikap yang kurang mendukung dari petugas dalam
memberikan layanan, petugas terkesan judes dan kurang informative. Kurang
mampu menciptakan suasana komunikasi dua arah, serta kurangnya konseling
d) Sumberdaya Keterbatasan petugas yang ada mempengaruhi pelayanan yang
diberikan oleh puskesmas. Bidan yang jumlahnya terkadang kurang untuk

4
beberapa puskesmas di wilyah terpencil mengakibatkan layanan kurang
maksimal.
e) Kekuasaan dan kepentingan Kekuasaan kurang dimanfaatkan oleh bidan guna
menggerakan dan menyampaikan informasi melalui perwakilan masyarakat
yang ada.
f) Kepatuhan Petugas Kepatuhan petugas dirasa cukup baik, pemantauan
kepatuhan terus dilakukan melalui daftar tilik, self assessment 3 bulan sekali,
laporan kinerja tahunan.

2.1.b Layanan Persalinan


Pelayanan persalinan dilakukan dengan sistem layaknya rawat inap dan dengan
pelayanan 24 jam. Namun masih banyak warga yang kurang berminat karena faktor
sarpras yang tidak memadai dan ketersediaan bidan yang sangat terbatas. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi:
a) Sumberdaya Ketersediaan petugas yang tidak sesuai, membuat layanan bersalin
24 jam tidak terdukung. Ketersediaan alat yang sebagian besar tak terawat dan
ruangan bersalin yang kurang bersih dan higienis sehingga masyarakat enggan
memanfaatkan layanan tersebut.
b) Penentuan Keputusan Ibu Kemampuan si ibu dalam mengambil keputusan juga
turut mempengaruhi capaian persalinan di Puskesmas. Ibu yang akan bersalin
berhak menentukan keputusannya memilih tempat bersalin yang layak dan
nyaman. Minimnya tenaga, sarana serta tempat bersalin dipuskesmas
mempengaruhi keputusan ibu untuk memilih tempat bersalin.

2.1.c Layanan Nifas


Layanan nifas (KF 1) ini bergabung dengan layanan bersalin, namun nifas pada
kunjungan 2 dan 3 dapat dilayani melalui poli KIA. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi:
a) Kepentingan Kelompok sasaran yang termuat Rendahnya layanan nifas
dipengaruhi dua hal yakni kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan masa
nifas, dan telah meningkatnya kebutuhan ibu akan layanan kesehatan nifas yang
lebih memadai.

5
b) dukungan sikap pelaksana Sikap petugas yang kurang informatif dalam
memberikan pengetahuan masa nifas, membuat ibu kurang memahami
bagaimana perawatan kesehatan masa nifas. Kurangnya ketersediaan petugas
(bidan) serta sarana prasarana membuat masyarakat yang sudah sadar akan
kebutuhan layanan kesehatan prima enggan memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas.
c) kekuasaan dan kepentingan yang terlihat Bidan dan Kepala Puskesmas
terkadang kurang memaksimalkan kekuasaan yang dimiliki guna menggerakan
masyarakat untuk menyebar luaskan informasi mengenai kesehatan masa nifas.
d) Kepatuhan Petugas Petugas merupakan pelaksana dibawah naungan
pemerintah , sehingga mau tidak mau petugas dituntut untuk patuh.

2.1.d Layanan Neonatal


Layanan neonatal dapat dinilai dari capaian KN. Capaian KN tahun 2019
sebesar 40% dari target 90%. Minimnya capaian merupakan imbas dari minimnya
sarana prasarana dan kompetensi petugas. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
a) Kepentingan kelompok sasaran yang termuat Kepentingan dari segi sosial
adalah belum tersebar luasnya informasi mengenai kelas bumil dimasyarakat.
Dimana kelas bumil memberikan informasi dari kehamilan hingga perawatan
bayi. Segi Budaya, menjadi kendala berikutnya terkait budaya bayi yang belum
selapan belum boleh keluar.
b) Perubahan yang ingin dicapai Perubahan yang ingin dicapai puskesmas akan
penurunan angka kematian bayi.
c) Dukungan sikap pelaksana Bidan cenderung cuek dan kurang menciptakan
suasana komunikasi yang baik yakni dengan konseling yang mendasarkan pada
tanya, puji, nasihat, dan cek pemahaman. Bidan hanya bersikap ramah dengan
faktor “kenal dekat”.
d) Sumberdaya Kelengkapan alat kesehatan yang tersedia di Puskesmas tidak serta
merta merubah minat masyarakat untuk memanfaatkan layanan neonates di
puskesmas.

6
2.1.e Layanan Neonatal Komplikasi
Pelayanan neonatal pada merujuk seluruh kasus BBLR di tahun 2018 dan 2019
ke layanan kesehatan yang tingkatnya lebih tinggi. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
a) Kepentingan kelompok sasaran yang termuat Dari segi kepentingan sosial,
Puskesmas telah mewujudkan kebutuhan masyarakat dengan memberikan
layanan kunjungan kerumah penduduk.
b) Sumberdaya Seluruh kasus yang statusnya dirujuk disebabkan oleh kurang
lengkapnya alat tindakan bagi neonatal komplikasi dan kompetensi petugas yang
hanya sebatas bidan.

2.1.f Layanan Neonatal


Layanan bayi yang ada di Puskesmas dapat dikatakan sudah baik, yakni dengan
adanya layanan imunisasi dasar lengkap, klinik laktasi, dan penanganan bayi sakit
seperti bayi risti. Layanan yang bebas biaya juga menjadi satu alasan ibu memilih
layanan imunisasi di Puskesmas. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
a) Dukungan sikap pelaksana Sikap yang petugas yang diberikan menjadi salah
satu penghambat pemberian layanan yang prima. Kecekatan petugas yang
kurang membuat layanan yang diberikan menjadi lama, ditambah dengan antrian
loket yang sistem pemanggilannya tidak sesuai dengan urutan membuat
masyarakat sedikit geram saat mengantri.
b) Sumberdaya Keterbatasan bidan dan tenaga administrasi menghambat
pemberian layanan yang maksimal kepada bayi. Fasilitas pendukung yang
kurang memadai juga mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Seperti kursi tunggu yang kurang nyaman, kamar mandi yang kotor,
loket antrian yang sempit dan panas serta pembuangan sampah yang sangat
kotor. Mesin antrian yang tidak berfungsi membuat sistem antrian yang ada
kurang efektif seperti pemanggilan pasien secara acak.
c) kekuasaan dan kepentingan yang terlihat Kekuasaan bidan yang terlihat dengan
menggerakan kader posyandu guna memberikan informasi secara luas kepada
masyarakat tentang kesehatan bayi.

7
2.1.g Layanan Balita
Layanan kesehatan balita di Puskesmas diimplementasikan dengan layanan
balita sehat dan balita sakit. Dengan pelayanan didalam gedung dan diluar gedung
dengan bentuk posyandu. Layanan didalam gedung dengan layanan penimbangan dan
pemberian vitamin serta konseling melalui klinik MTBS Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
a) Kepentingan kelompok sasaran yang termuat Layanan kesehatan balita telah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yakni dengan adanya layanan posyandu
yang lebih dekat dengan masyarakat. Sehingga mempengaruhi capaian dan
derajat kesehatan balita yang mencapai 100%.
b) Perubahan yang ingin dicapai Perubahan yang telah tercapai dengan adanya
layanan kesehatan balita adalah angka gizi kurang dapat ditekan. Hal ini telah
tercapai dibuktikan dengan jumlah balita gizi kurang tertangani pada beberapa
kasus.
c) Sumberdaya Pelaksanaan layanan kesehatan bayi didukung dengan posyandu
memiliki kader-kader yang telah terlatih oleh Puskesmas. Dengan ketersediaan
kader-kader yang telah sesuai dengan jumlah Ibu dan Anak membantu
pemberian layanan yang maksimal baik dalam penyampaian informasi maupun
konseling bagi ibu dan anak.

8
2.2  Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
2.1.a Definisi PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.

2.2.b Fungsi PUSKESMAS


a) melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
e) masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
f) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
g) melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
h) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
i) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan; danmemberikan rekomendasi terkait masalah
kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini
dan respon penanggulangan penyakit.

2.2.c Sejarah Perkembangan


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat diIndonesia pada waktu
itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu.Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937

9
terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui Singapura dan ternyata efek yang ditimbulkan penyakit tersebut
sangat mengkhawatirkan. Berawal dari wabah kolera tersebut,pemerintah Belanda pada
waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.Kemudian pada September
1959, wabah malaria masuk ke Malang. Dengan tekad yang kuat, malaria ditargetkan
terberantas pada tahun 1970.Puskesmas telah menjadi tonggak periode perjalanan
sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten di Indonesia. Konsep Puskesmas sendiri diterapkan
di Indonesia pada tahun 1969. Perihal diterapkannya konsep Puskesmas ini, pada awal
berdirinya, sedikit sekali perhatian yang dicurahkan Pemerintah di Kabupaten pada
pembangunan di bidang Kesehatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan, dalam
rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat maka dibangunlah Balai
Pengobatan (BP),
Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), yang tersebar di kecamatan
kecamatan. Unit tersebut berdiri sendiri-sendiri tidak saling berhubungan dan langsung
melaporkan kegiatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan, umumnya unit tersebut
dipimpin oleh seorang Mantri (perawat) senior yang pendidikannya bisa Pembantu
Perawat atau Perawat.Sejalan dengan diterapkannya konsep Puskesmas di Indonesia
tahun 1969, maka mulailah dibangun Puskesmas di beberapa wilayah yang dipimpin
oleh seorang Dokter Wilayah (Dokwil) yang membawahi beberapa Kecamatan, sedang
di tingkat kabupaten ada Dokter Kabupaten (Dukabu) yang membawahi Dokwil.
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan
menyeluruh (komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya
pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).

2.2.d Wilayah Kerja

Menurut permenkes nomor 75 tahun 2014, persyaratan Puskesmas meliputi:

1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.


2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
3. (satu) Puskesmas.

10
4. Pertimbangan pendirian puskesmas meliputi pertimbangan akan kebutuhan
5. pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
6. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
7. prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

- Kategori Puskesmas :

Puskesmas dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan


kemampuan penyelenggaran. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja, Puskesmas
dibedakan menjadi Puskesmas kawasan perkotaan, Puskesmas kawasan pedesaan,
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.

2.2.e Struktur Organisasi dan Tata Kerja


Pola struktur organisasi Puskesmas pada dasarnya sudah diatur dalam peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 tahun 2014 dan No.43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
struktur organisasi Puskesmas dibagi menjadi 3 macam berdasarkan
kategorinya. Meskipun secara sepintas memiliki kesamaan, akan tetapi terdapat
perbedaan dari masing-masing kategori Puskesmas yang ada.
1. Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan
Adapun struktur organisasi Puskesmas perkotaan seperti dibawah ini :
a. Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas segala
bentuk palayanan yang dilakukan di puskesmas tersebut. Seorang yang berhak menjabat
sebagai kepala puskesmas harus memiliki kriteria khusus yaitu seorang ahli di bidang
kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah sarjana, serta harus mempunyai
kompetensi manajemen kesehatan masyarakat.
b. Kasubag Tata Usaha
Bagian ini membawahi beberapa kegiatan diantaranya seperti :
Sistem Informasi Puskesmas, Kepegawaian, Rumah Tangga dan Keuangan

11
c. Penanggung jawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat
Bagian ini membawahi pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS, pelayanan
gizi yang bersifat UKM, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, pelayanan pencegahan dan
pengendalianpenyakit.
d. Penanggung Jawab UKM Pengembangan
Bagian ini membawahi segala bentuk upaya pengembangan Puskesmas, seperti
pelayanan kesehatan gigi masyarakat, pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan
tradisional komplementer, pelayanan kesehatan lansia, pelayanan kesehatan indera,
pelayanan kesehatan kerja, pelayanan kesehatan olahraga, dan pelayanan kesehatan
lainnya
e. Penanggung Jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium
Bagian ini membawahi beberapa kegiatan seperti pelayanan pemeriksaan umum,
pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP, pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, pelayanan persalinan, pelayanan gawat darurat, pelayanan
laboratorium, pelayanan kefarmasian, dan pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang
menyediakan pelayanan rawat inap
f. Penanggung Jawab jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaraign Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Bagian ini membawahi beberapa fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Keliling,
Puskesmas Pembantu, Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan, dan Bidan Desa.

2. Struktur Organisasi Puskesmas Perdesaan


Untuk struktur organisasi Puskesmas pedesaan mempunyai pola yang sama
dengan Puskesmas perkotaan. Jadi apabila ingin melihat contoh struktur organisasi
sama sekali tidak ada perbedaan dan bisa menjadikan struktur organisasi perkotaan
sebagai acuan.
3. Struktur Organisasi Puskesmas Terpencil
Adapun struktur organisasi puskesmas terpencil tidak sekompleks seperti di perkotaan
karena harus disesuaikan dengan sumber daya manusia yang ada di kawasan terpencil
tersebut. Contoh struktur puskesmas :

12
13
2.2.f Sistem Rujukan
Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal, Upaya kesehatan diselenggarakan secara terpadu,
berkesinambungan, dan paripurna melalui sistem rujukan.
Rujukan di bidang upaya kesehatan perorangan dalam bentuk pengiriman pasien,
spesimen, dan pengetahuan tentang penyakit dengan memperhatikan kendali mutu dan
kendali biaya, serta rujukan di bidang upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan secara
bertanggung jawab oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
a.Sistem Rujukan Kesehatan Perorangan
(Pasal 3)
(1)   Sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan
secara berjenjang berdasarkan kompetensi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, yang melibatkan semua fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan
masyarakat/swasta.
(2)   Khusus untuk sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan bagi ibu
hamil dan bersalin diselenggarakan berjenjang dari FKTP ke Puskemas PONED 24
Jam, lalu ke RS PONEK 24 Jam baik milik pemerintah maupun masyarakat/swasta.
(3)   RS Swasta melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan dapat
pula menjadi rujukan bagi pelayanan kesehatan lainnya.
(4)   Semua fasilitas kesehatan rujukan harus terakreditasi sesuai dengan
kelasnya.
(5)  RS Pemerintah dan Swasta wajib menerima pasien rujukan dan /atau
kasus gawat darurat tanpa melihat status dan latar belakang termasuk status
keikutsertaan dalam jaminan kesehatan, serta menanganinya sesuai dengan
prosedur dan standar pelayanan yang berlaku.
(6)   RS Pemerintah dan Swasta wajib menyediakan tempat tidur Kelas 3
dalam jumlah yang memadai.
(7)  Pembiayaan untuk kasus rujukan bagi peserta BPJS dibebankan kepada
BPJS; bagi pasien yang tidak tercakup dalam skema jaminan kesehatan dibebankan

14
kepada yang bersangkutan, dan bagi masyarakat miskin yang tidak termasuk dalam
PBI dibebankan kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
(8) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menyediakan Rumah Tunggu
atau Rumah Singgah di Kota Pekanbaru bagi ibu hamil dengan risiko tinggi yang
harus ditangani di RS Rujukan Provinsi, dan bagi pasien PTM yang membutuhkan
pengobatan rutin di RS Rujukan Provinsi; serta bagi pasien yang menunggu jadwal
operasi.
(9) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaua
memfasilitasi tersedianya pelayanan transportasi rujukan medis dari puskesmas.
(10)  Dinas berwenang untuk menata, mengarahkan, dan mengawasi sistem
rujukan kesehatan perorangan.

b. Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat


(Pasal 41)
(1)   Sistem rujukan pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan
secara berjenjang dari desa/kelurahan, puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Provinsi.
(2)   Dinas dalam penerimaan rujukan pemeriksaan sampel makanan
minuman dan lingkungan yaitu tanah, air, udara, dan spesimen lainnya, secara
teknis dilaksanakan oleh UPT Laboratorium Kesehatan.
(3)   Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta berkewajiban melaksanakan
Upaya Kesehatan Masyarakat dan berkordinasi dengan Dinas.

c. Sistem Rujukan untuk Kepentingan Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan


(Pasal 25)
(1)   Sistem rujukan untuk kepentingan pendidikan kedokteran dan
kesehatan diselenggarakan secara khusus yaitu dari semua fasilitas kesehatan
langsung ke rumah sakit pendidikan.
(2)   Rumah sakit pendidikan dapat menerima pasien yang menjadi
kewenangan FKTP untuk kepentingan pendidikan kedokteran dan kesehatan.

15
(3)   Penyelenggaraan sistem rujukan untuk kepentingan pendidikan dan
kesehatan dapat dibiayai oleh BPJS.

2.2.g Stratifikasi PUSKESMAS


Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi
sehingga pembinaan dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas dapat dilaksanakan
lebih terarah. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan gairah kerja,rasa tanggung jawab
dan kreatifitas kerja yang dinamis.
Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokkan dalam 4 aspek meliputi
1. Hasil Kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan
2. Hasil dan cara pelaksanan manajemen puskesmas Sumber daya yang tersedia
dipuskesmas keadaan lingkungan yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan
puskesmas
3. Pelaksanaan Stratifikasi
4. Pelaksanaan stratifikasi puskesmas mencakup seluruh aspek puskesmas
termaksud puskesmas pembantu,puskesmas keliling dan hasil pembinaan peran
serta masyarakat antara lain dalam bentuk posyandu kegiatan Mencakup :
 Pengumpulan data
 Pengobatan data
 Analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan
Stratifikasi puskesmas dilaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di
semua puskesmas dan bertahap sesuai dengan bagian administrasi sampai kepusat

2.2.h Perencanaan Mikro


Mikro Planning adalah perencanaan tingkat dasar, perencanaan itu dilakukan
dengan mengidentifikasi aspek dasar atau kecil dan lebih terinci, mikro planning polio
di puskesmas dimaksudkan untuk memperoleh penyusunan rencana pelaksanaan polio
tingkat puskesmas dengan melihat berbagai aspek penting dalam pelaksanaannya.
Tujuannya adalah:
1. Menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam rencana
tahunan;

16
2. Menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efisien dan efektif;
3. Mengelola sumber daya secara efisien dan efektif;
4. Menyusun perencanaan dan penganggaran sesuai alur manajemen puskesmas
dalam mengatasi permasalahan di kampung dengan memastikan semua anggota
masyarakat dapat terlayani secara rutin
5. Terbentuknya semangat dan komitmen untuk bekerja secara tim, tidak
terkotakkotak, sehingga pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat
dilaksanakan dengan lebih efektif untuk mencapai cakupan dan kualitas
pelayanan yang setinggitingginya.
Manfaat dari Perencanaan Mikro Puskesmas adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan
b) Secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c) Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
d) Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang
ada.
Perencanaan di sini berarti kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas.
Pelaksanaanpengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengorganisasian,
penyelenggaraan, pemantauan (termasuk pemantauan wilayah setempat (PWS) dengan
data dari SP2TP dalam forum Lokakarya Mini Puskesmas). Sedangkan pengawasan
pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal dan eksternal serta
akuntabilitas petugas. Penyusunan rencana kegiatan berupa Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) merupakan perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang (H+1).
Dalam PTP Terpadu rencana ini diwujudkan dalam perencanaan kebutuhan kegiatan
Puskesmas (H+1) sesuai dengan kategori permasalahan lokal pada tingkat
desa/kampung (BABA, BABU, BUBA, BUBU) dalam satu tahun. Sementara Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) diwujudkan dalam perencanaan kegiatan sesuai dengan
skala prioritas berdasarkan alokasi dana yang tersedia dalam tahun berjalan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pekerjaan kesehatan ibu dan anak adalah pekerjaan bidang kesehatan yang
meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
prasekolah. Pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak
masyarakat untuk mengelola kedaruratan non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem siaga adalah sistem bantuan komunitas-demi-komunitas melalui transportasi atau
komunikasi (ponsel, telepon rumah), pendanaan, donor darah, pemantauan kecacatan,
dan informasi keluarga berencana. Dalam hal ini juga mencakup pendidikan kesehatan
bagi masyarakat setempat, tokoh masyarakat, serta peningkatan keterampilan bidan
tradisional dan pengembangan pembibitan yang sehat. Tujuan dari program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) adalah kemampuan untuk hidup sehat dengan meningkatkan
kesehatan yang optimal, membekali ibu dan keluarganya dengan Norma Keluarga Kecil
(KKB) yang bahagia dan sejahtera, dan meningkatkan kesehatan anak untuk kesehatan
yang optimal. proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal merupakan dasar
bagi peningkatan kualitas manusia secara umum.
 3.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah diharapkan agar pemerintah
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat agar tercapai derajat ksehatan
masyarakat setinggi-tingginya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Al Hikami, M. U. A., Marianah, M., & Haksama, S. (2022). Analisis Penerapan Manajemen
di Puskesmas Pacet Berdasarkan PMK No. 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 10(1), 7-19.
https://doi.org/10.14710/jmki.10.1.2022.7-19
Jispar, E. (2020). Implementasi peraturan menteri desa pembangunan daerah tertinggal dan
transmigrasi nomor 8 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan menteri desa
pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi. Journal Ilmu Sosial, Politik Dan
Pemerintahan, 6(2). https://doi.org/10.37304/jispar.v6i2.1038
Organization, W. H. (2015). Framework for a Public Health Emergency Operations Centre.
Razy, F. (2021). Analisis yuridis pelayanan kesehatan tradisional dalam perspektif undang-
undang republik indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Badamai Law
Journal, 6(1), 53. https://doi.org/10.32801/damai.v6i1.9931
Soeprijanto, R. A. (2018). PELAKSANAAN PELAYANAN OLEH TENAGA
KEFARMASIAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS (Studi di Puskesmas Kabupaten
Purbalingga). Jurnal Idea Hukum, 4(2). https://doi.org/10.20884/1.jih.2018.4.2.115
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2011). Public Health Nursing Community/Public Health
Nursing Online Access Code. Mosby Incorporated.

19

Anda mungkin juga menyukai