Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia, kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering ditemukan pada
wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita kurang subur. Mioma uteri diperkirakan
antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun.
Dari data RSUD Abdul Wahab Sjahranie , kasus mioma uteri di ruang mawaer pada tanggal 1 Juli 2023 - 11
Oktober 2023 sebanyak 51 pasien (Rekam Medis RSUD AWS Samarinda, 2023).
Mahasiswa mampu mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan Myoma Uteri
dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
mendokumentasikasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
• Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada klien dengan Mioma Uteri menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
• Melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada klien dengan Myoma Uteri dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif.
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial.
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera.
5) Mengembangkan rencana atau intervensi asuhan secara menyeluruh.
6) Melakukan implementasi sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun.
7) Melakukan evaluasi tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan, dengan mengkaji ulang pengetahuan klien
setelah dilakukan intervensi dan implementasi.
• Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada klien dengan Mioma Uteri dengan menggunakan catatan SOAP.
• Melakukan pembahasan kesenjangan antara teori dengan praktik.
S.
1. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. N
Umur : 50 tahun
Suku : Kutai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : ART
5. Riwayat Menstruasi
Ibu mengalami menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, dengan siklus 28 hari. Lama haid 2-3 hari
Biasa nya ibu mengganti pembalut 7x sehari setiap BAK.
6. Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan tidak pernah hamil.
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu tidak pernah menggunakan kontrasepsi Eliminasi Ibu BAK 5-7 kali perhari dan Urine +/- 600 cc dan belum ada BAB
jenis apapun BAB seminggu 2 kali
Aktivitas Ibu sehari hari bekerja Selama di rumah sakit ibu hanya
sebagai ART beraktivitas dari bed
Antropometri
Tinggi badan : 150 Cm
Berat badan : 45 Kg
GDS 98 70-200
HIV NR NR
HbsAg NR NR
S.
Ibu merasa lemas pasca operasi
O.
1. Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Sedang
• Kesadaran : Samnolen
• TTV : TD : 144 / 93 mmHg RR : 20x/I
N : 73 x/I T : 36,7 ºC
• Skala Nyeri
Skala Nyeri Wong Baker Scale 5, dengan kualitas keram, pola menetap, dilakukan metode
penghilang dengan teknik relaksasi
Memberikan KIE untuk menganjurkan ibu makan sampai dengan flatus, namun bisa
17. 35 Bidan
minum 4-5 sendok secara bertahap sampai dengan flatus
; Pasien memahami penjelasan dan akan melakukan sesuai anjuran
Memberikan KIE mobilisasi bertahap mulai dari miring kanan kiri dan dilanjutkan
17.40 Bidan
pada esok hari untuk duduk lalu berjalan secara bertahap.
; pasien sudah mulai mobilisasi miring kiri dan kanan
S.
ibu merasakan nyeri perut bawah, badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang.
O.
1. Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Sedang
• Kesadaran : Composmentis
• TTV : TD : 150 / 90 mmHg RR : 18x/I
N : 90 x/I T : 36,7 ºC
• Skala Nyeri
Skala nyeri Wong Baker 3: dengan kualitas keram, pola intermiten dan dilakukan metode
penghilang dengan menggunakan teknik relaksasi.
Memberikan KIE mengenai nutrisi pasca operasi, yaitu makan makanan yang mengandung
09.15 karbohidrat, protein, lemak, vitamin, zat besi dan lainnya
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
Berkolaborasi
1 dengan dokter untuk melanjutkan terapi sesuai advive :
- Ceftriaxone
2 1 gr, iv
- Ranitidine
. 1 ampl, iv
- 0Metoclopramide 1 gr, iv
- pct
0 1 gr, iv
- cefadroxil 2 x 500 gr, oral
- paracetamol 3 x 50 gr, oral
- tramadol 3 x 1 gr, oral
Melakukan
1 pelepasan kateter dan memberikan KIE mobilisasi untuk duduk lalu berjalan Bidan
secara
8 bertahap
; kateter
. telah dilepas dan pasien sudah mulai mobilisasi duduk
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam bab ini membahas tentang antara kasus 1. Pengkajian
dengan teori, harapannya dapat diperoleh gambaran secara
Cara pengumpulan data subyektif yang dilakukan pada kasus Ny. N
nyata dan sejauh mana asuhan kebidanan gangguan sistem adalah dengan teknik wawancara.
reproduksi dengan mioma uteri dan hipertensi. Selain itu juga
Menurut Notoatmodjo (2010), wawancara adalah suatu metode
untuk mengetahui adanya kesamaan dan kesenjangan selama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
memberikan asuhan kebidanan dengan teori yang ada. mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
Dalam pelaksanaan studi kasus ini menganggap (responden), atau bercakap- cakap berhadapan muka dengan orang
konsep dasar asuhan kebidanan yang diharapkan sesuai dengan tersebut. Semua data yang dibutuhkan untuk membantu diagnosa
teori yang ada. Menurut Hallen Varney, alur fikir bidan dalam didapatkan melalui keterangan- keterangan dan tanya jawab antara
menghadapi klien meliputi 7 langkah varney yaitu klien, keluarga dengan petugas medis. Pengkajian yang didapat
meliputi biodata, alasan datang, keluhan utama, riwayat obstetric,
mengumpulkan data, interpretasi data, diagnosa potensial,
riwayat ginekologi, riwayat kesehatan, kebiasaan, kebutuhan sehari-
antisipasi penanganan segera, perencanaan tindakan, hari, dan psikologi, data sosial ekonomi, data perkawinan, data
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. spiritual, data sosial budaya, dan data pengetahuan.
2. Interpretasi Data
Pada kasus Ny. N pasien dengan Mioma Uteri diperoleh diagnosa 3. Diagnosa potensial
nomenklatur, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan yaitu : Berdasarkan diagnosa nomenklatur dan diagnosa masalah yang ada
1. Diagnosa Nomenklatur ditemukan diagnosa potensial dari masalah tersebut. Pada kasus Ny. N
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data, maka di diperoleh diagnosa potensial berupa degenerasi ganas.
dapatkan nomenklatur yaitu Ny. N umur 50 tahun P0000 dengan Mioma
uteri dan Hipertensi. Menurut Wiknjosastro (2010), mioma uteri berpotensi untuk terjadi
2. Masalah Degenerasi ganas dan putaran tungkai, dan menimbulkan gejala dan tanda
Berdasarkan anamnesa dari Ny. N maka didapatkan masalah berupa infertilitas.
Rasa cemas dengan penyakitnya dan takut akan dioperasi serta Menurut teori Manuaba (2010), terjadi perdarahan, disebabkan karena
Hipertensi yang dialami pada Ny. N. penekanan Rahim yang membesar karena pembesaran mioma uteri, serta
Dalam teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan ada meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi, gangguan
kesamaan antara teori dan praktek. kontraksi otot Rahim dan perdarahan yang berkepanjangan. Akibat
3. Kebutuhan perdarahan penderita dapat mengeluh anemis.
Dari masalah yang di derita pasien, maka bidan memberikan
Dalam hal ini penulis menegakan diagnosa potensial sesuai dengan teori
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan pasien , yaitu berupa tindakan
yang ada pada kasus Ny. N diagnosa potensial tidak muncul.
kolaborasi dengan dokter SpOg untuk rencana tindak lanjut.
Dalam teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan ada
kesamaan antara teori dan praktek.
5. Intervensi
4. Antisipasi/Tindakan segera Pada kasus Ny. N dengan mioma uteri, rencana tindakan yang telah
disusun oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan interpretas data
Pada kasus Ny. N dengan mioma uteri, dilakukan tindakan antisipasi
yang diperoleh yaitu :
dengan melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.
a. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
Menurut sulistyowati (2010), pada langkah ini terkadang bidan
dilakukan.
dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera
b. Berikan support mental.
(emergensi) dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi yang c. Lakukan observasi KU dan TTV.
memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau d. Lakukan kolaborasi dengan dr.SpOG untuk penangan
bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi sebelum operasi
dengan tim kesehatan lain. e. Perbaiki kondisi ibu
Pada langkah ini dilakukan antisipasi penanganan segera dengan f. Lakukan infome consent kepada ibu dan keluarga secara
dilakukannya transfusi darah PRC 2 kolf, dan tindakan operasi untuk lisan dan tertulis untuk tidakan operasi dengan metode
pengangkatan mioma uteri. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan histerektomi dan pembiuasa dengan SA(spinal anestesi).
antara teori dan kasus.
g. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan melakukan
pembelajaran untuk mengurangi rasa nyeri atau relaksasi.
h. Lakukan perawatan luka operasi
5. Implementasi
e. Melakukan infont consent kepada ibu dan keluarga secara lisan dan
Berdasarkan rencana asuhan yang telah diberikan pada Ny.N
tertulis untuk tindakan histerektomi dan pembiuasan dengan SA(spinal
maka dilakukan implementasi yang sesuai dengan rencana asuhan yang telah
diberikan berupa : anestesi)
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. f. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat dan melakukan pembelajaran
b. Memberikan support mental pada ibu agar ibu tidak merasa cemas dan untuk relaksasi agar mengurangi rasa sakit.
takut
G. Melakukan perawatan luka operasi.
c. Melakukan observasi KU dan TTV Menurut teori Wiknjosastro (2008), Hysterektomi adalah
d. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG untuk penangan sebelum pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
operasi yaitu rencana lakukan operasi pada tanggal 11 Oktober 2023, Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominam atau pervaginam yang
dan rencana tranfusi darah 2 kolf 500 ml PRC serta siap darah 1 kolf akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa
250 ml untuk operasi. Memperbaiki kondisi ibu dengan melakukan dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Dalam hal ini tidak
transfusi PRC 750 ml. ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
6. Evaluasi
Setelah dilaksanakannya asuhan pada Ny N, maka didapatkan hasil B. Data Perkembangan I
berupa : ibu telah mendapatkan support mental, telah dilakukan Asuhan post operasi berupa : Berkolaborasi dengan dokter
observasi Keadaan umum dan TTV, kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemberian terapi (melanjutkan terapi Infus RL); memberikaan KIE
telah terlaksana dengan hasil dokter menyarankan pasien dilakukan manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas, untuk mengurangi nyeri
transfusi darah 2 kolf, dan kolaborasi dengan dokter anestesi terlaksana, luka operasi; memberikan KIE untuk menganjurkan ibu makan sampai
dan dilakukan operasi pada tanggal 11 Oktober 2023, dan pasien masih dengan flatus, namun bisa minum 4-5 sendok secara bertahap sampai
dalam pemantuan di Rumah Sakit. dengan flatus; memberikan KIE mobilisasi bertahap mulai dari miring
kanan kiri dan dilanjutkan pada esok hari untuk duduk lalu berjalan
A. Asuhan Post Operasi secara bertahap; melakukan pemeriksaan Darah lengkap setelah operasi
Asuhan post operasi berupa : Berkolaborasi dengan dokter didapatkan Hb : 11,2 gr/dl
untuk pemberian terapi (melanjutkan terapi Infus RL); memberikaan Menurut sulistyowati (2010) evaluasi untuk mengetahui
KIE manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas, untuk mengurangi sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien.
nyeri luka operasi; memberikan KIE untuk menganjurkan ibu makan Setelah dilakukan asuhan pada kasus Ny M , maka diberikan evaluasi
sampai dengan flatus, namun bisa minum 4-5 sendok secara bertahap atau penilaian yang dilakukan segera setelah selesai melakukan asuhan.
sampai dengan flatus; memberikan KIE mobilisasi bertahap mulai dari Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
miring kanan kiri dan dilanjutkan pada esok hari untuk duduk lalu
berjalan secara bertahap; melakukan pemeriksaan Darah lengkap setelah
operasi didapatkan Hb : 11,2 gr/dl
A. Kesimpulan
Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan pada Ny.N dengan
Myoma Uteri. Kasus yang Ny N alami adalah kasus Myoma Uteri telah dilakukan sesuai
rencana asuhan yang di buat.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, diharapkan untuk memberikan pelayanan asuhan dengan
standar yang telah berlaku serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
penaganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal melalui pelatihan-pelatihan.