1. UBAIDILLAH (1830702050)
2. MUSDALIFAH NOLA WULANDARI (1830702016)
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2
2.1.1 Definisi......................................................................................................................................5
2.1.2 Klasifikasi..................................................................................................................................5
2.1.3 Etiologi......................................................................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi...............................................................................................................................8
2.1.7 Penatalaksanaan.......................................................................................................................10
2.1.8 Komplikasi..............................................................................................................................11
2.1.9 Pencegahan..............................................................................................................................11
2.1.10 Pathway.................................................................................................................................12
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................................................12
2.2.4 Evaluasi...................................................................................................................................22
BAB 3 : PENUTUP..........................................................................................................................23
3.2 Saran...........................................................................................................................................23
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
3. Apa tanda dan gejala Kista Ovarium?
4. Apa klasifikasi/ stadium Kista Ovarium?
5. Bagaimana patofisiologi Kista Ovarium?
6. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada Kista Ovarium?
7. Bagaimana pathway dari Kista Ovarium?
8. Bagaimana pengkajian dan pengumpulan data pada klien Kista
Ovarium?
9. Bagaimana mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa
keperawatan klien Kista Ovarium berdasarkan prioritas masalah?
10. Bagaimana perencanaan pada klien Kista Ovarium?
1.2 Tujuan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Medis
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005).
2.1.2 Klasifikasi
5
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar
HCG terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar
LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I
elemen mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium).
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid.
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
patogenesis
3. Degenerasi ovarium
berpengawet
f. Sering stress
5. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker
terpapar zat kimia tertentu atau atau karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah
menjadi onkgen yaitu gen pemicu kanker.
(Ryta, 2008)
7
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
2.1.5 Patofisiologi
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak
8
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang –
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.
3. Akibat komplikasi
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa
sakit.
Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum
yang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi
dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini
tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama pembedahan yang
mengandung material sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari
lapisan kulit. Rambut, gigi, tulang dan banyak jaringan lainnya ditemukan
dalam keadaan rudimenter pada kista ini. Kista dermoid hanya merupakan
9
satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan
pengobatannya tergantung pada tipenya(Smeltzer and Bare, 2001).
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat – sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik atau solid
dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam
tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
(Wiknjosastro, 2005)
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram
Menurut Winkjosastro,2008.
1. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5
10
cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.
2. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi).
3. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi
bilateral
2.1.8 Komplikasi
2.1.9 Pencegahan
11
2.1.10 Pathway
Pengkajian fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.
12
b. Riwayat kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya gangguan
ketidaknyamanan.
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
2) Ukur tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, respiration rate.
5) Pengkajian abdomen
- Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
4. Data penunjang
13
a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin,
hematokrit, lekosit)
b. Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral
sesuai program dari dokter.
Gejala : Kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur. Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi tidur, misal:
ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan/ cairan
e. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misal : darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri atau rasa terbakar pada
saat berkemih, hematuria.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
f. Pernapasan
Gejala : Faktor stres dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,
depresi, menarik diri.
h. Sirkulasi
5. Preoperasi
Post operasi
2.2.3 Perencanaan
15
Pre Operasi
Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri.
16
Rasional : nyeri adalah komplikasi yang sering terjadi, meskipun respon
individual berbeda-beda. Saat perubahan penyakit/ pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal. Hilangnya
bising menandakan adanya paralitik ileus.
b. Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau
berkurang.
Rasional : program ini perlu untuk secara rutin mengeluarkan feses dan
biasanya termasuk stimulasi manual. Kemampuan mengontrol
pengeluaran feses penting untuk kemandirian fisik pasien dan
penerimaan sosial.
f. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang sehat dan yang termasuk
makanan berserat dan padat/ kasar dan pemasukan cairan lebih banyak
(minimal 2000 ml/ hari), termasuk jus/ sari buah.
e. Anjurkan klien untuk lakukan kebersihan oral sebelum makan (sikat gigi ).
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan napsu makan.
f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
18
g. Awasi pemeriksaan labaratorium: BUN, albumin/ protein serum,kadar
transverin.
Post Operasi
indikasi.
Rasional : meningkatkan pembentukkan / pasase pembentuk feses.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhungan dengan mual muntah, intake nutrisi. (Doenges, 2000)
5.
Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita : kista ovarium
berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan : klien dapat mendapat informasi yang benar.
Kriteria hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan,
mengungkapkan pemahaman informasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita.
1.2.4 Evaluasi
21
a. Nyeri berkurang
b. Pola eliminasi urine kembali normal
c. Nutrisi klien terpenuhi
d. Penyebaran infeksi tidak terjadi
e. Pengetahuan klien bertambah
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui,
diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006).
Kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri
pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab yaitu
USG untuk memastikan diagnosa kista ovari. Pemeriksaan dini lebih baik
dilakukan apabila ada manifestasi klinis lain.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
129291238-KISTA-OVARIUM-pdf
https://www.academia.edu/11554145/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Kista
_Ovarium?auto=download
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
23
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
24