Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI DI RUANG MELATI RSUD
M.YUNUS BENGKULU TAHUN 2021

Dosen Pembimbing :
Ns. Husni, S.Kep., M.pd

Disusun Oleh :
Amoy S.P Chairul
Ayu Widya Sari
Shintania Mayzaro
Syahfarman

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah Kelolaan Kelompok


Nama Anggota :
1. Amoy S.P Chairul
2. Ayu Widya Sari
3. Shintania Mayzaro
4. Syahfarman
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul :Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Di Ruang Melati RSUD
M.Yunus Bengkulu Tahun 2021
Clinical Teacher : Ns. Husni, S.Kep., M.Pd

Bengkulu, Mei 2021

Ns. Husni, S.Kep., M.Pd


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tepat waktu.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
materi maupun bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen
pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Aamiin.

Bengkulu, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian Eliminasi Fekal............................................................................
B. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Eliminasi Fekal.....................................
C. Proses Pembentukan Feses.............................................................................
D. Proses Defekasi..............................................................................................
E. Fakor yang Mempengaruhi............................................................................
F. Masalah eliminasi Fekal.................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................
H. Penatalaksanaan.............................................................................................
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
D. Implementasi dan Evaluasi............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan....................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia dapat diartikan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling
dasar dalam kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fisiologis seperti udara,
air, makanan, tempat tinggal,rasa aman nyaman, eliminasi, seks, istirahat dan
tidur.(Perry,2006:613). Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan
eliminasi.
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling komplek yang diciptakantuhan
YME. Sebagai mahluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan danhasil dari
proses makanan tersebut akan dikeluarkan sebagai kotoran yang tidaklagi
bermanfaat bagi tubuh manusia itu sendiri. Proses pengubahan dari makanan
sampai menjadi sisa dinamakan proses pencernaan yang dilakukan oleh organ
percernaan di dalam tubuh manusia. Sedangkan proses pengeluaran kotoran
tersebut dinamakan eliminasi.
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolit
tubuh.Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru- paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas
yangdibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua
karbondioksidadibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui
pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk
mengekskresikankelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen dan asam.
Eliminasi urinsecara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darahdimana jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaranurin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,
yang mempengaruhikuantitas urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari
tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya
menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari Kebutuhan Dasar Eliminasi Fekal?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan gangguan kebutuhan
Eliminasi Fekal pada Tn. A di Ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gangguan Eliminasi Fekal


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), menyatakan bahwa eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui
ginjal berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal. Eliminasi
fekal (defekasi) adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Defekasi juga
disebut bowel movement atau pergerakan usus (Kozier et al.,2011).
Sedangkan menurut (NANDA 2012), eliminasi fekal adalah kondisi dimana
seseorang mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan
karakteristik tidak terkontrolnya buang air besar.Perubahan eliminasi dapat terjadi
karena penyakit gastrointestinal atau penyakit di system tubuh yang lain. Usus
berespons terhadap perubahan bahkan perubahan kecil dalam kebiasaan individu
yangnbiasa atau perubahan olahraga (Rosdahl & Kowalski, 2012).
B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Fekal
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), Sistem tubuh yang memiliki peran
dalam eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi : 9
1) Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak diantara
sfingter pilorus lambung dengan katup ileosekal yang merupakanbagian awal
usus besar, posisinya terletak di sentral bawah abdomen yangdidukung oleh
lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yangmemungkinkan usus halus
ini mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok). Mesenterika ini
dilapisi pembuluh darah, persarafan, dan saluran limfa yang menyuplai
kebutuhan dinding usus.
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan
dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun setiap orang
memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut dengan usus
kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika dibandingkan dengan usus
besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm),
jejunum (± 2,5 m), serta ileum (±3,6 m). Fungsi usus halus adalah menerima
sekresi hati dan pankreas, mengabsorbsi saripati makanan, dan menyalurkan
sisa hasil metabolisme ke usus besar.
2) Usus Besar atau Kolon
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus. Ia memiliki panjang 1,5 meter dan berbentuk seperti huruf ‘‘U’’
terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 10 daerah, yaitu : kolon asenden,
kolontransversum, dan kolon desenden. Fungsi kolon adalah (Tarwoto &
Wartonah, 2010) :
a) Menyerap air selama proses pencernaan.
b) Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c) Membentuk massa feses,
d) Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh
3) Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari
tubuh.Sebelum dibuang lewat anus, feses akan ditampung terlebih dahulu
pada bagian rektum. Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot
sfingterrektum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot sfingter yang
menyusun rektum ada 2 yaitu otot polos dan otot lurik.
C. Proses Pembentukan Feses
Setiap harinya, sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Dikolon,
chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan klorida.Absorbsi ini
dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 chyme tersebut, sekitar
150-200 cc 11 mengalami proses reabsorbsi. Chyme yangtidak direabsorbsi
menjadi bentuk semisolid yang disebut feses (Asmadi,2008).
Selain itu, dalam saluran cerna banyak terdapat bakteri. Bakteri tersebut
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan
menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya, yang kita kenal
dengan istilah flatus. Misalnya, karbohidrat saat difermentasi akan menjadi
hidrogen, karbondioksida, dan gas metan. Apabila terjadi gangguan pencernaan
karbohidrat, maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat fermentasi.
Akibatnya, seseorang akan merasa kembung. Protein, setelah mengalami proses
fermentasi oleh bakteri, akan menghasilkan asam amino, indole, statole, dan
hydrogen sulfide. Oleh karenannya, apabila terjadi gangguan pencernaan protein,
maka flatus dan fesesnya menjadi sangat bau (Asmadi, 2008).
D. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisametabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaanmelalui anus. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaituterletak di medula dan sumsum
tulang belakang. Apabila terjadi rangsanganparasimpatis, sfingter anus bagian
dalam akan mengendur dan usus besarmenguncup. Refleks defekasi dirangsang
untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu 12 menguncup atau mengendur. Selama defekasi,
berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut,
diafragma, dan otot-otot dasar pelvis (Hidayat, 2008).
Defekasi bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sfingter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi
tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa
kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses makanan yang
tidak dicerna (feses) dari kolon ke rektum (Asmadi,2008).
E. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal
Menurut Potter & Perry (2010), banyak faktor yang mempengaruhi proses
eliminasi fekal. Pengetahuan akan faktorfaktor tersebut akan membantu
mengantisipasi cara yang dibutuhkan untuk mempertahankan pola eliminasi
normal.Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal antara lain :
1) Umur
Pada bayi, makanan akan lebih cepat melewati sitem pencernaan bayi karena
gerakan peristaltik yang cepat. Sedangkan pada lansia adanya perubahan pola
fungsi digestif dan absorpsi nutrisi lansia lebih disebabkan oleh sistem
kardiovaskular dan neurogis lansia, daripada sistem pencernaan itu sendiri
(Potter & Perry, 2010).
2) Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapatmempengaruhi
proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serattinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yangdikonsumsi pun dapat
memengaruhi (Hidayat, 2008).
3) Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadilebih keras,
disebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat (Tarwoto & Wartonah,
2010).
4) Aktivitas fisik
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus
otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantukelancaran proses
defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses
defekasi (Hidayat, 2008)
5) Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, dapatmengakibatkan diare
dan konstipasi, seperti penggunaan laksansia atauantasida yang terlalu sering
(Hidayat, 2008).
6) Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanyapenyakit-
penyakit yang berhubungan langsung pada sistem pencernaan,seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya (Hidayat, 2008).
7) Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi,
seperti pada beberapa kasus hemoroid, fraktur ospubis, danepisiotomy akan
mengurangi keinginan untuk buang air besar (Tarwoto & Wartonah, 2010).
8) Faktor psikologis
Stress emosional mengganggu fungsi hampir seluruh sistem pecernaan tubuh
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
9) Kebiasaan diri
Kebiasaan eliminasi seseorang akan memengaruhi fungsi usus. Sebagian
besar orang dapat menggunakan fasilitas toilet sendiri dirumahnya, hal
tersebut dirasa lebih efektif dan praktis (Tarwoto & Wartonah, 2010).
10) Kehamilan
Pada saat kehamilan berkembang, ukuran janin bertambah dan menimbulkan
tekanan pada rectum (Tarwoto & Wartonah, 2010).
11) Pembedahan dan Anestesi
Agen anestesi general yang digunakan selama pembedahan dapat
menghentikan gerakan peristaltic secara temporer (Tarwoto & Wartonah,
2010).
F. Masalah-masalah Yang Terjadi Pada Eliminasi Fekal :
1) Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah
penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama
atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu
tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat,
massa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar
kandungan air dalam feses diabsorpsi (Potter & Perry, 2010).
Tanda Klinis :
a) Adanya feses yang keras
b) Defekasi kurang dari 3 minggu
c) Menunrunnya bising usus
d) Adanya keluhan pada rektum
e) Nyeri saat mengejan dan defekasi
f) Adanya perasaan masih ada sisa feses 16
Kemungkinan Penyebab :
a) Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera
serebrospinalis, CVA, dan lain-lain.
b) Pola defekasi yang tidak teratur.
c) Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d) Menurunnya peristaltik karena stress psikologis.
e) Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida, laksantif, atauanaestesi.
f) Proses penuaan (usia lanjut)
2) Impaksi Fekal (Fekal Impation)
Impaksi Fekal (Fekal Impaction) merupakan masa feses yang kerasdi
lipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materialfeses
yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intakecairan
yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot
(Hidayat, 2008).
Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan
feses selama beberapa hari, walaupun terdapat keinginan berulang untuk
melakukan defekasi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan
kontinu, impaksi harus dicurigai. Porsi cairan di dalam feses yang terdapat
lebih banyak di kolon meresap ke sekitar massa yang mengalami impaksi.
Kehilangan nafsu makan (anoreksia), distensi dan 17 kram abdomen, serta
nyeri di rektum dapat menyertai kondisi impaksi. Perawat, yang mencurigai
adanya suatu impaksi, dapat dengan mantap melakukan pemeriksaan secara
manual yang dimasukkan ke dalam rektum dan mempalpasi masa yang
terinfeksi (Potter & Perry, 2010).
3) Diare
Diaremerupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai
dengan kejang usus, mungkin disertai oleh rasa mual dan muntah (Hidayat,
2008).
Tanda Klinis :
a) Adanya pengeluaran feses cair.
b) Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c) Nyeri/kram abdomen.
d) Bising usus meningkat.
Kemungkinan Penyebab :
a) Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.
b) Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c) Efek tindakan pembedahan usus.
d) Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-
lain.
e) Stress psikologis.
4) Inkontinensia Fekal
Inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan mengontrol
keluarnyafeses dan gas dari anus. Kondisi fisik yang merusakkan fungsi atau
kontrolsfingter anus dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang
membuatseringnya defekasi, feses encer, volumenya banyak, dan feses
mengandungair juga mempredisposisi individu untuk mengalami
inkontinensia.Inkontinensia fekal merupakan keadaan individu yang
mengalami perubahan kebiasaan defekasi normal dengan pengeluaran feses
tanpa disadari, atau juga dapat dikenal dengan inkontinensia fekal yang
merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses
dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter (Hidayat, 2008).
Tanda Klinis :
a) Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab :
a) Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan,dan lain-lain.
b) Distensi rektum berlebih.
b) Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medulla spinalis,CVA, dan
lain-lain.
c) Kerusakan kognitif
5) Kembung
Kembung merupakan flatus yang berlebihan di daerah
intestinalsehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan
karenakonstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan
ansietas,penurunan aktivitas intestinal), mengonsumsi makanan yang
banyakmengandung gas dapat berefek ansietas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
6) Hemoroid
Hemoroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di
daerahanus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang
dapatdisebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi, dan lain-lain
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016):
1) Spesimen Feses
Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses (ambil sekitar 2,5 cm feses
atau 20-30 ml feses jika feses cair).
2) Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test
Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal)
dengan reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada eliminasi fekal (PPNI, 2018):
1) Konstipasi
 Periksatanda dan gejala konstipasi
 Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
 Identifikasi factor risiko konstipasi
 Monitor tanda dan gejalarupture usus dan/atau peritonisis
 Anjurkan diet tinggi serat
 Lakukan massage abdomen
 Lakukan evakuasi feses secara manual
 Berikan enema atau irigasi
 Jelaskan etiologi masalah dan alasan Tindakan
 Anjurkan peningkatan asupan cairan,
 Latih buang air besar secara teratur
 Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
 Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
 Kolaborasi penggunaan obat pencahar
2) Diare
 Identifikasi penyebab diare
 Identifikasi riwayat pemberian makanan
 Identifikasi gejala invaginasi
 Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja.
 Monitor tanda dan gejala hypovolemia
 Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
 Monitor jumlah pengeluaran diare
 Monitor keamanan penyiapan makanan
 Berikan asupan cairan oral
 Berikan cairan intravena
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pasien Tn.A berusia 39 tahun masuk RSUD M.Yunus Bengkulu ruang
Melati pada tanggal 02 mei 2021 pukul 15.00 , dengan MR 790733 dengan
diagnose medis Abdomen pain/ Apendisitis . Tn.A bekerja sebagai swasta dan
bertempat tinggal di Desa Sukaraja seuma dengan suku bangsa Serawai. Orang
terdekat pasien adalah istrinya yaitu Ny. dewi.
Saat datang ke RS Tn.A mengelu diare ,lemas , mual muntah saat makan
,nyeri tekan di bagian perut kanan bawah , nyeri yang di rasakan menjalar ke
daera seluruh abdomen
Pada saat dilakukan pengkajian, Tn.A sedang berbaring di atas tempat tidur .
Pasien saat dikaji juga mengeluhkan diare pada pagi dan malam hari dan nyeri
yang di sebabkan karena pasien sering mengonsumsi makanan-makanan pedas
,nyeri terasa tajam di daerah perut kanan bawah dengan sekala 7-8 dan nyeri
terasa kelam timbul . Pasien tampak lesuh ,Keadaan umum pasien lemah dengan
kesadaran komposmentis, didapatkan dengan pemeriksaan GCS; E= 4, M= 6, V=
5, tekanan darah pasien 110/70 mmHg, nadi 84x/m, suhu 36,0oC dan frekuensi
napas 24/m. sebelum pasien dibawa ke rumah sakit . pasien sempat di bawa ke
puskesmas babatan pada tanggal 29 april 2021 .
Pasien makan di RS 3x sehari tetapi hanya habis 2-3 sendok makan tiap kali
diberikan, pasien mengatakan ia tidak menyukai makanan yang disediakan RS.
Selama di rumah akit pasien banyak minum sehari bias sampai 3liter , pola BAB
menurun sehingga menyebabkan feses berwarna cokat kehitaman dan encer ,BAK
pasien normal.
Pada saat memonitor tanda-tanda vital pasien di dapatkan hasil Tm.A dengan
BB 60 kg dan TB 170 cm, saat pemeriksaan fisik ditemukan ketajaman mata
normal , turgor kulit elastis, kering dan warna kulit merata, mukosa bibir pucat .
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Leukosit             : 20700  ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
2. Trombosit           : 27800   ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
3. Haemoglobin      : 12,7 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
4. Haematokrit       : 37 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn.A UMUR : 39 tahun
RUANGAN : Melati NO.REG : 836696

DATA SENJANG PENYEBAB MASALAH


No
(SYMPTOM) (ETIOLOGY) (PROBLEMA)
1. DS: Imflamasi gastrointestinal Diare
- Pasien menatakann
yeri di bagian perut
kanan bawah
- Pasien mengatakan
sering BAB
- pasien mengatakan
warna feces hijau
kehitaman
- konsistensi feces
encer
- Pasien mengatakan
mual muntah
- Nyeri yang di rasakan
terasa tajam
- Di bagian daerah
sekitar abdomen
- Sekala nyeri terasa di
7-8 (berat)
- Timbulnya keluhan
nyeri terasa kelam
timbul

DO:
- Pasien tampak lemah

- Bising usus 50 kali


permenit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Diare berhubungan dengan Imflamasi gasteroinstin

.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : TN.A UMUR : 34 tahun
RUANGAN : Melati/03 NO.REG : 836696

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
O KEPERAWATAN
(SLKI)
(SIKI)
1. Diare berhubungan dengan Setelah diberikan Intervensi SIKI: Manajemen Diare - Mengetahui
inflamasi gastrointestinal keperawatan selama 2 x 24 jam, Aktivitas keperawatan: penyebab /gejala
DS: diharapkan pasien mampu diare
Pasien menatakann yeri di menunjukkan: Observasi: - Mengetahui
bagian perut kanan bawah SLKI: eliminasi fekal - Identifikasi penyebab diare perubahan feses
Pasien mengatakan sering  Dipertahankan pada 4 - Monitor warna, volume, kek, mulai dariwarna dan
BAB  Ditingkatkan pada 5 dan kosistensi tinja tektur
pasien mengatakan warna  1= Memburuk - Monitoriritasi dan ulserasi kulit - Mengetahui adanya
feces hijau kehitaman  2= Cukup Memburuk didaerah perianal iritasi/ulserasi di
konsistensi feces encer  3= Sedang - Monitor jumlahpengeluaran parianal
Pasien mengatakan mual  4= Cukup Membaik urine - Mengetahui jumlah
muntah  5= Membaik - Berikan asupan cairan oral feses
Nyeri yang di rasakan terasa Dengan kriteria hasil: - Berikan cairan intervena - Asupan cairan oral
tajam - Anjurkan makan porsi kecil dan bisa mencegah +
 Konsitensi feses 1/2/3/4/5
Di bagian daerah sekitar sering secara bertahap mengurangi dihidrasi
 Frekuensi defikasi 1/2/3/4/5
abdomen - Anjurkan menghidari makanan - Makan porsi kecil
Sekala nyeri terasa di 7-8  peristaltik usus1/2/3/4/5 pembentuk gas, pedas dan dapat mengurangi
(berat) mengundang laktosa rasa mual, tetapi
Timbulnya keluhan nyeri - Kolaborasi pemberian obat makannya harus
terasa kelam timbul pengeras feses secara bertahap
- Menghindari makan
DO: pedas/ mengandung
Pasien tampak lemah laktosa dapat
mengurangi perih
Bising usus 50 kali permenit diusus
- Kolaborasi
pemberian obat akan
meningkatkan kinerja
dari obat tersebut
IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN :Ny. M UMUR : 45 tahun


RUANGAN : Melati/15 NO.REG : 790733
HARI/TANGGAL: Senin/26 April 2021 HARI PERAWATAN KE : 1

EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) SUMATIF (RESPON
FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
DS: 1. Identifikasi pnyebab 1. Penyebab diare pasien S:
Pasien menatakann yeri diare adalah radang usus/ - Pasien mengatakan masih lemas,
di bagian perut kanan 2. Monitor warna, (inflamasi gastrointestinal) nyeri dikanan bawah abdomen
bawah frekuensi, dan 2. Warna feses : hijau masih terasa
Pasien mengatakan sering kosistensitinja kehitaman - Masih diare
BAB 3. Monitor iritasidan Konsistensi feses : encer - Mual muntah mulai berkurang
pasien mengatakan kilerasi kulit di daerah Frekuensi :4-5x/hari
warna feces hijau parienal 3. Adanya tanda iritasi O:
kehitaman 4. Memberikan cairan (kemerahan nyeri) - BAB frekuensi -5x/hari
konsistensi feces encer dengan cara oral 4. Meningkatkan cairan - Warna feses masih belum ada
Pasien mengatakan mual 5. Menganjurkan pasien dalam tubuh perubahan
muntah makan porsi kecil dan 5. Makan porsi kecil dapat
Nyeri yang di rasakan sering secara bertahap mengurangi rasa A:
terasa tajam 6. Menganjurkan mual/muntah - Diare belumteratasi bertahan di
Di bagian daerah sekitar menghindari makan 6. Menghindari makann level 4
abdomen pembentuk gas, pedas bersifat pedas
Sekala nyeri terasa di 7-8 dan mengandung laktosa P : Intervensi dilanjutkan
(berat) 7. Kolaborasi pemberian
Timbulnya keluhan nyeri obat pengeras feses
terasa kelam timbul

DO:
Pasien tampak lemah

Bising usus 50 kali


permenit
A:
- Diare berhubungan
dengan inflamasi
gastrointestinal
berada di level (4)
cukup membaik
P:
- Intervensi dilanjutkan
Hari perawatan ke-2
EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) SUMATIF (RESPON
FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
S: 1. Identifikasi pnyebab 7. penyebab diare pasien S : Pasien mengatakan keadaannya
- Pasien mengatakan diare ialah radang usus/ membaik dan nyeri sudah tidak lagi terasa
tidak lagi diare 2. Monitor warna, inflamasi gastrointestinal O : Bising Usus 30x/menit
- Pasien mengatakan frekuensi, dan 8. warna feses kuning A : Diare teratasi meningkat ke level 5
masih nyeri di bagian kosistensitinja kecoklatan P : Intervensi dihentikan
abdomen bawah 3. Monitor iritasidan 9. adanya tanda iritasi
- BAB 1x sehari kilerasi kulit di daerah ( kemerahan yang
- Warna feses kuning parienal berkurang
kecoklatan 4. Memberikan cairan 10. meningkatkan cairan
- Konsistensi : lembek dengan cara oral dalam tubuh
berbentuk 5. Menganjurkan pasien 11. makan porsi kecil dapat
O: makan porsi kecil dan mengurangi rasa
- Bising usus sering secara bertahap mual/muntah
30x/menit 6. Menganjurkan 12. menghindari makann
- Pasien tampak sudah menghindari makan bersifat pedas
membaik pembentuk gas, pedas
A: Diare belum teratasi dan mengandung laktosa
bertahan di level 5 Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
P: Intervensi dilanjutkan
08.00
S: pasien mengeluh masih
sesak napas, lemas
O: Sulit bernapas saat
berbaring dan terdapat
pernapasan cuping hidung
A: Pola Napas Tidak Efektif,
bertahan di level 4
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian, Tn. A mengeluh BAK encer pada pagi dan
malam hari, nyeri abdomen seperti diremas-remas yang diduga disebabkan karena
makan makanan pedas, pasien mengatakan mual muntah dan mengatakan sering
BAB. Pasien terlihat lemas dan pucat, frekuensi BAB pasien 4-5x/hari, fesesnya
encer dan berwarna hijau kehitaman serta bising usus 50x/menit.
Keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran komposmentis, didapatkan
dengan pemeriksaan GCS; E= 4, M= 6, V= 5, tekanan darah pasien 110/70
mmHg, nadi 84x/m, suhu 36,oC dan frekuensi napas 24x/m.
Pasien makan di RS 3x sehari tetapi hanya habis 2 sendok makan tiap kali
diberikan, pasien mengatakan ia tidak menyukai makanan yang disediakan RS.
Pasien mengalami kesusahan menelan dikarenakan mual. Pasien mengalami
masalah kebutuhan cairan dikarenakan pasien mengalami diare dan membutuhkan
cairan yang banyak. Pola BAK pasien normal tapi tidak dengan BAB dikarenakan
pasien BAB yang awalnya dirumah 1x/hari di RS jadi 4-5x/hari dengan
konsistensi feses cair dan berwarna hijau kehitaman. Pasien kurang tidur malam
dan sering terbangun saat malam. Pasien juga bermobilisasi dibantu dengan
keluarga karena pasien mengeluh lelah setelah beraktivitas.
Tn. A dengan BB 60kg dan TB 170 cm, saat pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva dan sklera anemis, mukosa bibir pucat dan bibir pecah-pecah.
Terdapat nyeri tekan di bagian appendiksitis dan nyeri tekan di bagian ginjal.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Leukosit             : 2700  ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
2. Trombosit           : 27800  ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
3. Haemoglobin      : 12.7 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
4. Haematokrit       : 37 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
5. Ureum : 46 ( N : 10 – 50 mg/dl)
6. Creatinin : 1.1 ( N : 0.7 – 1.5 mg/dl)

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Dari data tersebut kemudian penulis merumuskan diagnose keperawatan diare
berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan data subjektif Tn.
A mengeluh nyeri abdomen di bagian kanan bawah, mengeluh sering BAB
dengan konsistensi cair dan Tn. A mengeluh mual dan muntah. Data objektif
pasien tampak lemas dan frekuensi BAB 4-5x/hari, dan warna feses hijau
kehitaman.
C. Perencanaan
Setelah penulis melakukan analisa data maka intervensi atau rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pada diagnose keperawatan diare berhubungan dengan inflamasi
gastrointestinal. Tujuan yang dibuat penulis adalah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan eliminasi fekal dengan kriteria hasil menurut SLKI
konsistensi feses membaik, frekuensi BAB normal 1-2x/hari, dan suara bisisng
usus normal 5-34x/ menit. Intervensi atau rencana Tindakan yang akan dilakukan
adalah mengobservasi keadaan umum pasien dan dan system pencernaan klien
untuk mengetahui penyebab dan penanganan, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat untuk meningkatkan kinerja obat tersebut.
D. Implementasi
Setelah menyusun rencana tindakan dan kriteria hasil yang harus didapatkan,
maka penulis melaksanakan implementasi tindakan sejak hari pertama MRS dan
setelah mendapatkan data-data senjang, perawat langsung melaksanakan tindakan
mulai dari penganjuran makanan yang dimana perawat menekankan agar pasien
tidak/menghindari terlebih dahulu makanan bersifat pedas, perawat juga
melakukan mengidentifikasi fases pasien dan memonitor fases pasien. Setelah
pasien menuruti apa yang telah di anjurkan perawat, perawat masih menemukan
masalah diare pasien dan masih tampak lemas, karena itu perawat langsung
melaksanakan kolaborasi tindakan dengan dokter terkait pemberian obat pengeras
fases untuk mengurangi diare pasien dan mengurangi lemas pada pasien, karena
kekurangan cairan dan nutrisi yang di sebabkan makanan/minum yang tidak
terserap sempurna oleh usus yang mengakibatkan diare. Tidak lupa perawat juga
memberikan cairan secara oral seperti larutan garam gula agar mengatasi
kekurangan cairan.
E. Evaluasi
Setelah penulis melakukan analisa data, merencanakan tindakan keperawatan
dan melakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang didapat dari
implementasi keperawatan adalah sebagai berikut:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi hari pertama yang
dilakukan pada hari selasa 04 Mei 2021 dengan metode SOAP adalah masih
lemas dan diare,dengan bising usus 50x/menit,dan pasien mengatakan warna fases
msh hijau kehitaman dan juga encer. Maka intervensi manajemen diare diagnose
keperawatan terus dilanjutkan.
Selanjutkan evaluasi pada hari perawatan kedua, didapatkan progress yang
membaik dimana saat dilakukan evaluasi siang hari pasien mengatakan sudah
membaik, mulai dari fases sudah berbentuk,frekuensi fases 1x1hari,warna nya
sudah normal yaitu kuning kecoklatan, lemas lesu sudah berkurang,dan bising
usus sudah normal yaitu 30x/menit dengan pernyataan dan data tersebut
sepenuhnya keluhan pasien teratasi, maka untuk intervensi manejemen diare
dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Tn.A dengan diagnosa medis abdominal pain dengan gangguan
kebutuhan dasar manusia eliminasi (fekal) terdapat 1 diagnosa keperawatan yang
penulis dapatkan, yaitu Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

B. Saran
Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat mempengaruhi
pasien dalam mengambil keputusan. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh terhadap pasien dalam
menentukan keputusan untuk penatalaksanaan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta


Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperaweatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) .
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) .
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai