Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


ELIMINASI FEKAL”

DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Oleh :

SARTIKA SARI, NIM : 1130119008

SITI ROCHIMAH, NIM : 1130119017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2019– 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah” Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Eliminasi Fekal ” sebagai salah satu tugas
akademik mata kuliah Keperawatan Dasar, dalam rangka menyelesaikan Program
Pendidikan S1 Keperawatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Andikawati Fitriasari, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Dasar
2. Teman teman sekelas program S1 Keperawatan jalur alih jenjang UNUSA .
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan perbuatan yang
telah diberikan dan penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena
itu saran yang membangun dari pembaca sangat penyusun harapakan demi perbaikan
skripsi ini.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penyusun dan pihak yang membutuhkannya.

Surabaya, 16 Oktober2019

Penyusun

Sartika dan Rochimah

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................. 3
2.1 Definisi UKS ................................................................................. 3
2.2 Ruang Lingkup Kegiatan .............................................................. 4
2.3 Tujuan UKS .................................................................................. 4
2.4 Sasaran UKS ................................................................................ 5
2.5 Kegiatan UKS .............................................................................. 6
2.6 Peran Sekolah Dalam Meningkatkan Kesehatan ......................... 8
2.7 Kebijakan Dalam Peningkatan Implementasi UKS ..................... 13
2.8 Cara Melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah ................. 13
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 16
3.1 Simpulan ....................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri : dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi).Setiap
kegiatan yang di lakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-
masing organ tersebut.
Membuang urine dan fekal (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok
yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan
setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan
kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan
dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan,
ekskresi, diare dll. Diare terjadi karena adanya iritasi pada selaput dinding usus
besar atau kolon. Fases penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya adalah
penderita memakan makanan yang mengandung bakteri atau kuman. Akibatnya
gerakan peristaltic dalam usus tidak terkontrol. Sehingga, laju makanan meningkat
dan usus tidak dapat menyerap air. Namun, apabila fases yang dikeluarkan
bercampur dengan darah dan nanah, kemudian perut terasa mulas, gejala tersebut
menunjuk pada penyakit desentri. Dampak diare Dehidrasi Berat, Kehilangan
cairan 8 - 10 % ,Dehidrasi Sedang, Kehilangan cairan 5 – 8 % ,Dehidrasi ringan,
Kehilangan cairan 2 – 5 persen.Kepala Subdit Diare dan Kecacingan.
Departemen Kesehatan I Wayan Widaya di Jakarta, Kamis, mengatakan,
angka kejadian diare Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan
Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000
penduduk."Sedangkan pada balita, setiap balita rata-rata menderita diare satu
sampai dua kali dalam satu tahun," katanya serta menambahkan bahwa tingkat
kematian akibat diare pun masih cukup tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana anatomi fisiologi system pencernaan bagian bawah dengan
kebutuhan eliminasi Fekal ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi Fekal ?
3. Apa saja masalah-masalah eliminasi Proses Defekasi Fekal ?
4. Bagaimana pengkajian dalam askep, dengan klien pemenuhan eliminasi
Fekal?
5. Bagaimana menentukan diagnose keperawatan, dengan klien pemenuhan
eliminasi Fekal?
6. Bagaimana melakukan intervensi keperawatan, dengan klien pemenuhan
eliminasi Fekal ?
7. Bagaimana melakukan evaluasi keperawatan, dengan klien pemenuhan
eliminasi Fekal ?

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal


Eleminasi Fekal adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam
tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang
berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah
Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.
Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah yaitu :

2.1.1 Usus Halus


Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan lu
men muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan
usus besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang
memungkinkan terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan
mendorong kimus). Sebagian besar proses pencern aan dan penyerapan makanan
berlangsung di sini. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum,
dan ileum. ian II, mengarah ke bawah. 3). Bagian III, mendatar ke kiri dan ke depa
a) Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang
terletak dibagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum
digambarkan dalam 4 bagian, yaitu : 1). Bagian I, mengarah ke kanan. 2).
Bag n vena kava inferior dan aorta. 4). Bagian IV, mengarah ke atas dan
bersambungan dengan jejenum.
b) Jejenum yang diikuti dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300
dan 900 cm. Tidak ada perbedaan yang jelas di antaranya. Jejunum
berukuran agak besar,memiliki dinding yang tebal, lipatan membran
mukosa yang lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan
ileum terletak di dalam rongga peritonium,kecuali sepanjang garis
perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesenterika
superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan
usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makanan,
mangabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui
kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (gelombang peristaltik usu
yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat .

2.1.2 Usus Besar


Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan
diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus (makanan
setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.Usus
mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah untuk
menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat
penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi sekum,

3
apendiks, kolon(asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan
anus.Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air
dan nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan
melindungi makanan sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3
cara, yaitu :
a. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu
absorpsi air.
b. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat
di sepanjang kolon.
c. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

2.2 Proses Defekasi


Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak di
medula dan sumsum tulang belakang, feses terdiri atas sisa makanan seperti
selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak
dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen
empedu, dan cairan tubuh. Ketika gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke
dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang memicu refleks defekasi yaitu :
a) Refleks Defekasi Intrinsik.
b) Refleksi defekasi parasimpatik.
c) Upaya volunter.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi Feka


a) Usia.
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
kontrol defekasi menurun.
b) Diet.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c) Intake Cairan.
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
d) Aktivitas.
Aktivitas Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
colon.
e) Gaya Hidup.
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB
dan kebiasaan menahan BAB.
f) Penyakit.
Beberapa penyakit pencernaan yang dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

4
g) Nyeri.
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi
akan menghalangi keinginan untuk BAB.
h) Kerusakan sensorik dan motorik.
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.

2.4 Masalah-masalah Eliminasi Fekal


1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami stasis usus besar
sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, keluarnya tinja terlalu
kering dan keras.
Tanda klinis :
a. Adanya feses yang keras
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rectum.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses.
Kemungkinan penyebab :
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera
serebrospinalis, CVA, dan lain-lain
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid
d. Menurunnya peristaltik karena stres psikologis
e. Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida, laksantif, atau anaestesi
f. Proses penuaan(usia lanjut)

2. Diare
Diare merupakan keadaan individu yag mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluran feses dalam bentuk cair, biasanya sering disertai dengan
kejamg usus, mungkin disertai rasa mual dan muntah.
Tanda Klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
c. Nyeri atau kram abdomen
d. Bising usus meningkat
Kemungkinan Penyebab :
a. Malabsorpsi atau implamasi, proses infeksi
b. Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolism
c. Efek tindakan pembedahan usus
d. Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotic, dan lain-lain

5
e. Stres psikologis.
3. Inkontinensia Usus
Inkontinensia Usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan defekasi nora dengan pengeluaran feses tanpa disadari, atau juga dapat
dkenal dengan inkotinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter
Tanda Klinis :
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab :
a. Gangguan sfingter rectal akibat cidera anus, pembeahan, dan lain-lain
b. Distensi rektum berlebihan
c. Kurangnya kotrol sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA, dan lain-lain.
4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan
gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus
sebagaiakibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena
konstipasi, peregangan saat defekasi, dan lain-lain.
6. Fecal Implaction
Fecal Implaction merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
Penyebab kontipasi adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot

2.5. Web Of Caution

6
7
BAB III
APLIKASI TEORI

3.1 Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan eliminasi fekal


3.1.1 Pengkajian
1. Data Pasien
Nama : Nn S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : Jl Merak C no10
Tanggal Masuk RS : 15 Oktober 2019
No. Register : 697478
Ruangan/Kamar : Tan im
Tanggal pengkajian : 16 Oktober 2019
Diagnosa Medis : ISK, Demam typoid
2. Keluhan utama :
Pasien mengatakan belum BAB sejak 5 hari
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan panas badan naik turun selama 2 hari, dan tidak
bisa BAB sejak opname, terakhr BAB dirumah, 5 hari yang lalu,
terasa sakit dan keluarnya keras
4. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami
: Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit yang
sampai menyebabkan harus dirawat
b. Pengobatan atau tindakan yang pernah dilakukan
: bila sakit batuk pilek, biasa beli obat di toko obat
c. Pernah dirawat atau dioperasi

8
: Belum pernah
d. Alergi
: Tidak memiliki alergi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga, tidak ada yang menderita
penyakit DM,HT, maupun penyakit menular lainnya
6. Riwayat keadaan psikososial
a. Keadaan emosi
: Keadaan emosi pasien sampai saat ini masih stabil
b. Hubungan sosial
- Hubungan dengan keluarga
: Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik-baik saja
- Hubungan dengan orang lain
: Hubungan pasien dengan orang lain baik-baik saja
- Hambatan berhubungan dengan orang lain
: selama dirawat di RS, pasien sering dibesuk oleh teman
&saudaranya
c. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
: Pasien mengatakan sering sholat dan berdo’a agar
penyakitnya cepet sembuh dan pasien beragama islam
- Kegiatan ibadah
: Pasien mengatakan sholatnya jarang tinggal dan terkadang
juga membaca al-qur’an sehabis sholat
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
: Kondisi pasien saat ini terlihat lemah, sambil sesekali
memegangi perutnya
b. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,7° C
- Tekanan darah :110/60mmHg
- Nadi : 98x/menit

9
- Pernafasan : 36x/menit
- Tinggi badan : 167cm
- Berat badan : 64Kg
c. Pemeriksaan Head to toe
a) Kepala : Bulat dan simestris, kulit
kepala bersih
b) Rambut : tidak ada rontok
c) Mata : pupil isokor, reflek cahaya
+/+
d) Hidung : Tulang hidung dan posisi
septumnasi normal dan simetris, lubang hidung bersih,tidak ada
pernafasan cuping hidung
e) Telinga : Normal dan simestris
f) Mulut : Mukosa bibir kering dan
pecah-pecah
g) Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid
h) Pemeriksaan integumen : Kulit pasien bersih, turgor
kulit kembali kurang 2 detik, kulit pasien agak kering
i) Pemeriksaan thoraks atau dada
- Inspesi thoraks : Bentuk thoraks normal
- Pernafasan : Frekuensi pernafasan 20
x/mnt, SPO2 99%, tanpa bantuan O2
j) Pemeriksaan jantung
Hasil foto thorak normal, Ts 110/60 mmhg, HR 98
x/mnt,
k) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi :Simetris, tidak ada benjolan
- Auskultasi :Peristaltik usus (+) lemah 8
x/mnt
- Palpasi : teraba kumpulan fekal di
abdomen kiri bawah

10
- Perkusi (suara abdomen) : terdengar kembung
l) Pemeriksaan penunjang tgl 15/10/2019
WIDAL :
Salmonella thypi O : NEGATIF
Salmonella thypi H : 1/160
Samonella parathypi A : NEGATIF
Samonellaparathypi B : NEGATIF
3.1.2 Analisa Data
Tgl Data Masalah
16/10/2019 DS : Gangguan eliminasi
Jam 08.00  Pasien mengatakan belum fekal (konstipasi)
BAB sejak 5 hari
 Pasien mengatakan terakhir
BAB 5 hari yg lalu, terasa
sulit, dan keluarnya keras
DO :
 k/u lemah
 Teraba massa pada abdomen
bawah
 Bising usus menurun (8
X/mnt) dan lemah

3.1.3 Intervensi
No. Dx. Kep Rencana Keperawatan
Tujuan dan K.H Intervensi Kep.
1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Observasi
fekal (konstipasi) b.d tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
Penurunan motilitas keperawatan konstipasi
gastroentestinal dalam jangka 2. Periksa bising usus,dan
Yg ditandai dg: waktu 1x 24 jam, karakteristik feses
 Px mengatakan diharapakan 3. Kaji faktor resiko konstipasi
belum BAB 5 hari eliminasi fekal Terapiutik

11
 BAB 5 hari membaik, dengan 4.Lakukan massage abdomen (jika
sebelumnya K.H : perlu)
lama,sulit dan Kontrol 5. Lakukan evakuasi feses secara
keras pengeluaran manual ( jika perlu)
 Terasa massa feses Edukasi
pada daerah meningkat 6.Jelaskan etiologi masalah dan
abdomen bawah Keluhan alasan tindakan
defekasi lama 7.Anjurkan peningkatan asupan
dan sulit, cairan
menurun 8.Latih BAB secara teratur
Konsisten Kolaburasi
si feses 9.Konsultasi dengan tim medis ttg
membaik penurunan suara usus
Frekuensi 10.Kolaburasi penggunaan obat
dekekasi pencahar (jika perlu)
membaik
Peristaltik
usus membaik

3.1.4 Implementasi
No. Tanggal Implementasi

12
1. 16/10/2019 1. memeriksa tanda dan gejala konstipasi 1. R/ pasien ko’operatif
Jam 08.00 2.memeriksa bising usus 2.R/ bising usus
3. mengkaji faktor resiko konstipasi 18X/mnt
4.memberi HE pada pasien ttg penyebab 3.R/ diit pasien rendah
konstipasi serat
5. menganjurkan pasien untuk konsumsi air 4. R/ pasien faham ttg
putih?minum lebih banyak penyebab kesulitan BAB
6. melatih dan menganjurkan pasien untuk nya
defekasi rutin setiap pagi walupun tidak terasa 5. R/ pasien ko;operatif
ingin defekasi Dan memahami
7. melaporkan kondisi pasien ke DPJP pentingnya konsumsi
8.melakukan hasil kolabirasi dg memasukkan banyak air putih
fleet enema 1 fls/rectal 6 R/ pasien ko;operatif

3.1.5 Evaluasi
No. Tanggal Evaluasi Paraf
1. 17/10/2019 S : pasien mengatakan sudah
Jam 08.00 BAB kearin sore, keluar
banyak, dan keras sampai
dengan lembek.
Pasien mengatakan pada saat
BAB tidak lagi terasa keras dan
sakit
O : tidak teraba massa pada
abdomen bawah
Bising usus membaik, 12 x/mnt
Konsistensi feses membaik
A ; eliminasi fekal membaik
( Perawat )

13
P ; rencana perawatan
dihentikan

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak lagi
dibutuhkan oleh tubuh dalam proses aktivitasnya.
2. Eliminasi sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses
eliminasi akan mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula
3. Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka akan terjadi
pengakumulasian zat-zat sisa metabolisme yang nantinya hanya akan menjadi
pengganggu kegiatan tubuh individu.
4. Eliminasi fekal melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut sampai
dengan anus.
5. Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses eliminasi
secara normal.

4.2 SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi,
kita mempunyai tujuan utama yaitu mengembalikan pola normal eliminasi seorang
pasien. Di samping itu, kita juga harus mengatasi masalah-masalah sampingan yang
timbul karena gangguan eliminasi tersebut.
Komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien baik secara verbal maupun
nonverbal merupakan teknik yang harus dikuasai oleh seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hendaknya perawat
melaksanakannya sesuai dengan diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensi yang
telah dirumuskan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan


Latihan, alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: CEG.

Depkes RI, 1991, Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,
Jakarta: Depkes RI.

Nursalam, 2009, Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

iv

Anda mungkin juga menyukai