Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG PENYAKIT OBSTRUKSI INTESTINAL

DISUSUN OLEH :

1. DYAH KUSUMA
2. MIFTAH NUR AZIZAH
3. XENA PUSPITA AFRIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CINDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah
tentang”Penyakit OBSTRUKSI INTESTINAL”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak
lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
kami mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Jombang,15 Oktober 2020

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..……………….………….....2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan……………………………………………………….…..…………..4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
2.1 Definisi...........................................................................................................5
2.2 Anatomi dan fisiologi system pencernaan…………………….....................5
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan…………………………………………..................................15
3.2 Saran……………………………………………………………................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus yang dapat menimbulkan komplikasi
serius sehingga sangat memerlukan penangangan dini dan adekuat. Ileus obstruksi yang
disebabkan karena adanya sumbatan dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar
dan terdiri dari 2 tipe yaitu obstruksi yang terjadi secara mekanik maupun non mekanik.
Obstruksi mekanik terjadi karena usus terblok secara fisik sehingga isi dari usus tersebut
tidak bisa melewati tempat obstruksi. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah
satunya seperti volvulus (usus terpuntir) yang dapat terjadi karena hernia, pertumbuhan
jaringan abnormal, dan adanya benda asing dalam usus (Manaf, 2010)

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat
terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,
invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi
oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi. istilah obstruksi digunakan untuk suatu kemacetan mekanik yang timbul
akibat suatu kelainan struktural yang menyebabkan suatu penghalang fisik untuk majunya
isi usus. Istilah ileus dimaksudkan untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi fungsional
(Mansjoer, 2000)

Obstruksi pada intestinal juga dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti
peritonitis dan terganggunya keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menimbulkan
gagal ginjal akut. Kedua kondisi tersebut merupakan kondisi serius sehingga memerlukan
penanganan cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortilitas
akibat ileus obstruksi (Scanlon, Valerie, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi obstruksi intestinal ?
2. Apa saja penyebab serta pencegahan obstruksi intestinal ?
3. Bagaimana cara mengatasi obstruksi intestinal ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian penyakit obstruksi intestinal
2) Untuk mengetahui penyebab serta pencegahan obstruksi intestinal
3) Bertujuan untuk menggambarkan kasus obstruksi intestinal

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Obstruksi intestinal (ileus) adalah gangguan pasase dari isi usus akibat sumbatan
sehingga terjadi penumpukkan cairan dan udara di bagian proksimal dari sumbatan
tersebut. Akibat sumbatan tersebut, terjadi peningkatan tekanan intraluminer dan terjadi
gangguan resorbsi usus serta meningkatnya sekresi usus. Ditambah adanya muntah
akibat suatu refluks obstruksi maupun karena regurgitasi dari lambung yang penuh
mengakibatkan terjadi dehidrasi, febris dan syok. Obstruksi ileus juga merupakan
kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akut. Ileus obstruktif disebut juga
ileus mekanik.

  2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem pencernaan

Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:     


1. Mulut           
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan
faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan didepan ruas tulang belakang
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui
thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum
kardium biasanya berisi gas.

5
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter
pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi
pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior
Fungsi lambung
a. Menampung makanan.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam, renin dan lipak.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung
kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum
terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
b. Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyunum dengan ±
2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan yeyunum dan ileum
melekat pada dinding abdomen fasterior dengan perantara lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas disebut mesentrium.
c. Mukosa usus halus
Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi
memudahkan penernaan dan absorpasi
Fungsi usus halus:
a.  Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.

6
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan
dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
1. Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan
dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
2. Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus
besar.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks
peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK,
serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan
glukagon menghambat pergerakan usus halus.

6. Usus besar/intestinum mayor


Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati,
panjangnya ± 13 cm
c. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
d. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
e. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan
panjangnya ± 25 cm.
f. Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah
berhubungan dengan rektum.
g. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus.

7
7. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar.

1.4 Klasifikasi
        Berdasarkan mekanisme terjadinya obstruksi, maka obstruksi mekanik dapat dibagi
menjadi :
A. Obstruksi pada lumen usus (Intra luminer), yaitu :
- Polipoid tumor
- Intussusception
- Gaelstone Ileus
- Feces, meconium bezoar (pada bayi)
B. Kelainan pada dinding usus (Intra mural), kebanyakan kongenital pada bayi :
- Atresia
- Stenosis
- Duplikasi
Pada penderita dewasa :
- Neoplasma
- Keradangan
- Crohn disease
- Post radiasi
- Sambungan usus
C. Kelainan di luar usus (Extra luminer)
-  Adhesion (perlengketan)
-  Hernia eksterna
-  Neoplasma
-  Abses

·     Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :


a) Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan
oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :
-  Volvulus
-  Scibala
-  Paralise colon distal (pseudoparalise)

8
b) Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
-   Stenosis pylorus
-   Strictur
-   Obstruksi oleh karena keganasan
-   Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana
muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi
abdomen agak kurang.

1.4   Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
1. Adhesi Ileus
Karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat
atau umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal
maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. 
2. Hernia
Kelemaha atau defek pada dinding rongga peritoneum
m e m u n g k i n k a n p e n o n j o l a n keluar suatu kantong peritoneal (kantong
hernia) sehingga segmen suatu dalaman dapat  terjepit.
3. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum. Obstruksi bisa
terjadidimana-mana pada bagian usus halus, tetapi biasanya di ileum
terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut menyebabkan
kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang setempat.
4. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens dan
mungkinterus sampai keluar dari rektrum, dapat mengakibatkan nekrosis
iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis. Pada bayi dan anak-anak   biasanya spontan dan irreversible,
sedangkan pada dewasa jarang terjadi.e .

9
5. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus
agak jarangditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum.
6. Kelainan congenital
7. Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia, radang kronik tumor
tumpukan sisa makanan. 
·  
1.5   Manifestasi klinik
a. Obstruksi Usus Halus
Keluhan yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas adalah :
b. Nyeri perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus dan tidak
buang air besar.
c. Nyeri kram ini dapat berulang dengan interval 4-5 menit pada obstruksi intestinal
bagian proximal. Pada obstruksi intestinal bagian distal frekwensinya bertambah
jarang.
d.  Setelah beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan berkurang atau
menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan berkurang atau setelah terjadi
strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut menjadi hebat dan terus menerus.
e. Pada obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse dengan
distensi yang ringan.
f. Pada obstruksi intestinal distal, muntah jarang dengan isi muntahan feses, tetapi
distensinya lebih hebat.
g. Meningkatnya lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan dan gas
dalam lumen usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan colon atau pada
paralitik ileus.
h. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit,
maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi
postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat meningkat.
i. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala
dehidrasi yang berat.
j. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi).
Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan

10
hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat
dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.

1.6   Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


 Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : penderita tampak lemah, gelisah, sesak nafas dengan perut
kembung dan tegang.Kalau obstruksi berlangsung lama dan terjadi strangulasi,
maka akan terjadi demam, penderita dehidrasi, bibir kering, turgor kulit
menurun, hipotensi, takikardi dan syok septik.
b) Pemeriksaan  Abdomen
c) Inspeksi: Terlihat distensi, tampak gambaran usus (darm contour), tampak
gerakan usus (darm steifung), terutama pada penderita kurus.
d) Auskultasi: Terdengar suara usus meninggi (metallic sound) terutama pada
permulaan terjadinya obstruksi dan terdengarnya sangat jelas pada saat
serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi strangulasi
serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang.
e) Palpasi: Pada obstruksi intestinal yang simple berbeda dengan obstruksi
intestinal strangulasi. Pada obstruksi intestinal strangulasi akan terjadi
rangsangan peritoneum akibat terjadinya peritonitis, akan terdapat tanda-tanda :
perut distensi tegang, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kejang otot (defance
muscular)
f) Perkusi : Seluruh dinding abdomen nyeri ketok dan terdengar suara tympani
 Pemeriksaan Laboratorium :
a) Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu
dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal,
selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi (Hematokrit yang meningkat
dapat timbul pada dehidrasi), leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
b) Dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik
asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis
c) Darah rutin (Hb dan leukosit). Untuk mengetahui gangguan elektrolit akibat
muntah-muntah perlu diperiksa kadar Na, K, Cl, HCO3, dan Ca. Untuk
mengetahui fungsi ginjal diperiksa kadar ureum darah dan serum kreatinin.

11
 Pemeriksaan dubur :
Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum. Adanya feces harus
diperhatikan, apakah ada darah samar, sebab adanya darah dalam feces
kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau adanya intussusepsi.
 Pemeriksaan Radiologi
a) Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa
obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus
halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi
kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121).
b) CT scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang
komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun
keganasan
c) Radiologi
Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto
polos abdomen dalam posisi :
- Berbaring telentang
- Tegak / berdiri
- Miring ke kiri (Left lateral decubitus)
Foto thorax PA untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah
diafragma kanan. Bila ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi
usus.

1.7   Penatalaksanaan 
 Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
1.  Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi
dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat, konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati
pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan

12
pemeriksaan laboratorium berurutan.. Respon terhadap terapi dapat dilihat
dengan memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain
pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi
pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen
2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen
dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan
aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intalumen.
3.  Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan
bersama dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Pemberian obat – obat
antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat
diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah

 Operatif
Tergantung dari etiologi masing-masing:
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata
non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi
ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena

13
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar
35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan
cepat

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah memahami pembahasan dan mengolah data yang disajikan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial
atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan
perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis
dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Hernia adalah penonjolan peritoneum parietale yang berisi viskus melalui bagian yang
lemah pada dinding abdomen.

3.2 Saran
Ada beberapa saran yang penulis tuliskan bagi pembaca, yakni sebagai berikut :
1. Gaya hidup (life style) memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjaga
kesehatan, maka jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang sehat harus dimulai dari
gaya hidup yang sehat pula.
2. Makanan yang mengandung nilai gizi seimbang akan memeperkecil resiko
terjangkitnya penyakit pada system pencernaan. 
3. Kita harus memperhatikan kebersihan makanan yang akan kita makan, karena jika
makanan yang dikonsumsi telah terkontaminasi oleh bakteri, akan menimbulkan
berbagai jenis penyakit pada tubuh kita. 
4. Bagi penderita hernia, disarankan agar jangan terlalu kelelahan dalam beraktifitas dan
bekerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bkulpenprofil.blogspot.com

Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 1983. Accessed June 2, 2010

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam: Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 – 20.

Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai