Anda di halaman 1dari 17

MODUL

KASUS ILEUS OBSTRUKTIF


PROGRAM PROFESI NERS STIKKU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh:
Dwi Sinta Lestari
JNR0200103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
MODUL
KASUS ILEUS OBSTRUKTIF BLOK PENCERNAAN
PROGRAM PROFESI NERS STIKKU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, dan
Karunianya yang telah Engkau berikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan modul kasus ileus obstruktif dalam bentuk maupun
isinya yang mungkin sangat sederhana.
Dalam proses penulisan modul kasus ileus obstruktif ini tidak selalu
berjalan dengan lancar, banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi.
Sehingga sering timbul perasaan penat serta jenuh, namun dengan adanya
berbagai pihak yang memberi motivasi, bantuan, bimbingan, dan pengarahan
yang tak ternilai harganya, sehingga alhamdulillah akhirnya penulisan modul
kasus ileus obstruktif ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan modul ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan modul kasus ileus obstruktif masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk maupun penyusunan materinya. Karena
itu kritik dan saran dari pembaca, penulis harapkan. Agar membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Cirebon, Januari 2021

Penulis
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan penulis dan pembaca
mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan ileus obstruktif.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan anatomi dan fisologi sistem pencernaan
b. Menjelaskan konsep ileus obstruktif
c. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pecernaan adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, mneyrap zat-zat gizi dalam aliran darah,
serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna yang merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Panjang saluran cerna ini
sekitar 9 meter dan di bawah kontrol sistem saraf
otonom (McGrath dalam Haryanto dan Anik
Maryunani, 2016).
Organ saluran pencernaan terdiri atas mulut, faring (tenggorokan),
esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Selain
itu, sistem pencernaan juga meliputi organ tambahan seperti gigi, lidah,
kandung empedu, kelenjar ludah dan pencernaan, serta hati dan pankreas
(Marieb dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
1. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian darisaluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Panjang usus halur bervariasi, mulai
dari 2 meter samapai 10 meter atau rata-rata 6,5m. Usus halus memiliki
diameter sekitar 2,5cm (McGrath dalam Haryanto dan Anik Maryunani,
2016). Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zar-zat

Ileus Obstruktif Page 1


yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir
(untuk melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri tiga
bagian, yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Sementara lapisan usus halus
terdiri ari mukosa sebelah dalam, lapian otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan lapian serosa sebelah luar.
Fungsi utama usus halus sebagai absorpsi elektrolit-mineral (kalium,
kalsium, magnesium, besi dan HCO3), karbohidrat, protein, serta lemak.
Dalam hal ini usus halus halus berfungsi untuk menyerap zat gizi melalui
mukosa usus yang ketebalan permukaannya betambah tiga kali.

Gambar 2 letak usus halus didalam sistem pencernaan (sumber: wikimedia.org)


a. Duodenum atau usus dua belas jari
Usus dua belas jari merupakan bagian dari usus halus dimana usus
dua belas jari ini usus paling pendek diusus halus. Usus ini terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke jejunum. Perjalanan makanan di usus
dua belas jari dumulai dari lambung. Kimus bergerak dari lambung
menunju duodenum melalui sfingter piloruss untuk mencegah regurgitasi
(Watson dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016). Kimus masuk ke
duodenum sekitar 0 meit setelah makan. Sekita 6-10 ml dari kimus masuk
ke duodenum setiap menit, pengosongan lambung biasanya 4-5 jam
setelah makan (Richards dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
Makanan masuk ke dalam duodenum berkisar jumlah yang bisa dicerna

Ileus Obstruktif Page 1


oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mendorong makanan.
b. Jejunum
Jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus terletak diantara
usus dua belas jari dan ileum menggantung dalam rongga abdomen dengan
mesenterium. Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili) yang memeprluas permukaan usus.
c. Ileum
Ileum atau usus penyerapan merupakan bagian terakhir dari usus
halus. Dimana usus penyerapan ini memiliki ukuran 2-4 meter dan terletak
setelah duodenum dan jejunum. Ileum memilki pH 7-8, yaitu netral dan
sedikit basa, berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Ileum berbatasan langsung dengan usus besar.
2. Usus besar
Usus besar atau disebut juga kolon secara anatomis kolon ini bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Kolon ini terletak di dinding abdomen posterior
pada peritoneum (Richards dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
Kolon berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 7 cm.
Fungsi dari kolon adalah absorpsi, sekresi, motilitas dan digesti intralumen
yang membuat keluaran dari ileum menjadi feses semipadat. Kolon proksimal
mengabosorpsi kelebihan air dan elektrolit. Dalam hal ini, fungsi utama kolon
ini adalah menyerap air dari feses. Setelah bergerak dari usus halus, makanan
kemudian sebagian dicerna dan sebagian lagi dalam berbentuk cair didorong
melewati sfingter, disebut katup ileosekal, agar memasuki usus besar. Didalam
usus besar sebagian besar air diserap dari bahan limbah. Pada saat feses/tinja
mencapai ujung usus besar, bentuknya sudah menjadi lebih paat. Kolon mulai
dari ileum hingga anus terdiri atas sekum, apendiks, kolo asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus.
Didalam usus besar terdapat banyak bakteri. Tugas bakteri-baktei ini
adalah mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi memproduksi zat-zat penting,

Ileus Obstruktif Page 1


seperti vitamin K sehingga penting untuk funsi normal usus. Beberapa
penyakit serta zat antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
diproduksinya lendir dan air secara besar-besaran dan terjadilah diare.

Gambar 3 Usus Besar


C. Konsep Ileus Obstruktif
1. Definisi
Obstruksi usus adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.
Ileus obstruktif disebut juga ileus mekanis yaitu suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebagian maupun
total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis
akibat karsinoma yang melingkar.
2. Klasifikasi
a. Menurut sifat sumbatannya
1) Obstruksi biasa yaitu penyumbatan mekanis didalam lumen usus tanpa
gangguan pembuluh darah, antar lain karena atresia usus dan
neoplasma.
2) Obstruksi strangulasi yaitu penyubatan di dalam lumen usus, disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia starngulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus.

Ileus Obstruktif Page 1


b. Menurut letak sumbatannya
1) Obstruksi tinggi bila mengenai usus halus
2) Obstruksi rendah bila mengenai usus besar
3. Etiologi
a. Hernia
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usu menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
b. Perlengketan usus
Dimana pita-pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan
obstruksi usus halus pasca bedah setelah operasi abdomen. sebagian besar
obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat terjadi setiap waktu setelah
minggu kedua pasca bedah. Adhesi ini dapat berupa perlengketan yang
bentuk tunggal maupun multiple yag setempat maupun luas. Pada operasi,
perlengketan dilepaskan dalam bentuk pita. Pada operasi, perlengketan
dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.
c. Atresia usus
Gangguan passase usus yang kongenital dapat berbentuk strenosis
dan tresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu
janin berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh
gangguan aliran darah lokal pada sebagian dinding usus akibat desakan,
invaginasi, volvulus, jepitan atau perforasi usus masa janin
d. Tumor
Tumor dalam usus halus kebanykan bersifat jinak yang artinya
tidak menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang
gejalanya tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi
kecuali apabila ada penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan
oleh tumornya ataupun secara tidak langsung oleh invaginasi.
e. Batu empedu yang masuk ke ileus

Ileus Obstruktif Page 1


Inlamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke rakts gastroentistinal. Batu emepedu
yang besar terjepit diusus halus, umumnya pada bagian ileum terminal
atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi
kolon yang paling sering adalah karsinoma (anker yang dimulai dikulit
atau jaringan yang melapisi aau menutupi organ-organ tubuh), terutama
pada daerah rektosignomoid dan kolon kiri distal (Indriyani dalam
Wirawan, 2017).
f. Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus
akibat bahan makanan
ditemukan pada orang yag
pernah mengalami operasi
pengangkatan sebagianatau
penuhdari perut (gastrektomi).
Obstruksi biasanya terjadi pada
daerah anastomosis. Obstruksi
lain, yang jarang ditemukan dapat terjadi setelah makan banyak sekali
buah-buahan yang mengandung banyak serat yang menyebabkan obstruksi
di ileum terminal, seperti serat buah jeruk atau biji banyak yang ditelan
sekaligus dengan buah tertentu yang berinti.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan pada abdomen
b. Muntah muntah
c. Konstipasi
d. Distensi abdomen
e. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
f. obsitipasi
5. Patofisiologi

Ileus Obstruktif Page 1


Ileus obstruktif disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di usus baik
usus halus ataupun usus besar, penyumbatan ini bisa berupa perlengketan
neoplasma, hernia, benda asing, batu empedu, tumpukan makanan, atresia ani.
Adanya enyebab tersebut dapat mengakibatkan perjalanan usus terganggu
sehingga terjadinya penumpukan gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya
penumpukan isi usus dapat menyebabkan gangguan absorpsi H 2O (air) dan
elektrolit. Pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan air dan natrium,
selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga
terjadi syok hipovelemik dan asidosis metabolik.
Penumpukan cairan juga dapat mengakaibatkan distensi dinding usus
sehingga menimbulkan rasa nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga
dapat menekan kandung kemih Distensi dinding usus juga dapat menekan
kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Retensi juga dapat menekan
diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernapas.
Selain itu distensi juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture
dan perforasi, sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan
toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia (Ningsih
Rahayu Atika, 2017).
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang perstaltik dapat berbalik
arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut . keadaan ini akan
menimbulkan muntah-muntah yang akan yang akan menyebabkan dehidrasi.
Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebakan kehilangan ionhidrogen
dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah
(Ningsih Rahayu Atika, 2017).

6. Komplikasi

Ileus Obstruktif Page 1


a. Perforsi usus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga
perut. Kebocoranini dapat menyebabkan peritonitis.
b. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritoneum seingga terjadi
peradangan infeksi yang hebat pada intra abdomen.
c. Sepsis adalah infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e. Nekrosis usus adalah adanya kematian jaringan pada usus.
f. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah amylase.
b. Pemeriksaan feses
c. Proktoskopi
d. Enema baitum dan kolosokopi
e. Manometri dan elektromiografi
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangka penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang satu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh perlengketaan. Pendeerrita penyumbatan usus
harus di rawat dirumah sakit (Nurarif & Kusuma dalam Wirawan, 2017).
a. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mnegurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barula
dilakukan laporatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen

Ileus Obstruktif Page 1


ditangai dengan pemantauan dan konservatif (Hardi Kusuma dan Amin
Huda Nurarif, 2016).
b. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi dengan baik. Tetapi yang peling sering dilakukan
pembeahan sesegara mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila ada
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata, tidak ada perbaikan
dengan pengobatan konservaratif (dengan pemasangan NGT, infus
oksigen dan kateter) (Hardi Kusuma dan Amin Huda Nurarif, 2016).
c. Pasca bedah
Pada pasca bedah hal yang penting adalah cairan dan elektrolit
untuk mencegah terjadinya gagal ginjal an harus memberikan kalori yang
cukup. Pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Hardi
Kusuma dan Amin Huda Nurarif, 2016).
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat pengkajian. Pada umunya
akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya
terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk riwayat kesehatan sekarang menggunakan pendekatan PQRST,
yaitu:
P merupakan apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q meruakan bagaimana keluhan dirasakan oleh pasien apakah hilang
timbul atau terus-menerus (menetap).
R merupakan diaderah mana gejala dirasakan tersebut.

Ileus Obstruktif Page 1


S merupakan seberapa keparahan yang dirasakan oleh pasien dengan
memakai skala numeric 1 s/d 10.
T merupakan kapan keluhan timbul yang dirasakan oleh pasien,
sekaligus faktor yang memperberat dan memperingan keluhan timbul
tersebut.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketegantungan terhadap makanan atau minuman, zat dan obat-
obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama.
c. Aktivitas/Istirahat
1) Nutrisi: nutrisi terganggu kaena adanya mual dan muntah.
2) Eliminasi: pasien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena
peristaltik usus menurun atau behenti.
3) Istirahat: tidur tidak bisa karena nyeri hebat yang dirasakan, kembung
dan muntah.
4) Aktivitas: badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan untuk
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
5) Personal hygiene: ada berapa sebagian orang yang mampu merawat
dirinya.
6) Psikologis: pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah, kesadara menurun sampai syok hipovelemik,
2) TTV
TD 130/90 mmHg, nadi meningkat 110x/mnt, suhu meningkat (390 C),
Respirasi meningkat 24x/mnt.
3) Pemeriksaan fisik

Ileus Obstruktif Page 1


a) Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada

oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar

normal

b) Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada

normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan

tidak ada ronchi

c) Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi.

d) Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

e) Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan

aktivitas secara mandiri

f) Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak

ada sianosis, pucat

g) Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba

keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt,

distensi abdomen.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d distensi abdomen d.d mengeluh nyeri pada bagian
abdomen, tampak meringis, skala nyeri 6, abdomen teraba kencang
b. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien d.d mual
muntah, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat
c. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal, mual dan
muntah
3. Intervensi Keperawatan

Ileus Obstruktif Page 1


a. Nyeri akut b.d distensi abdomen d.d mengeluh nyeri pada bagian
abdomen, tampak meringis, skala nyeri 6, abdomen teraba kencang
Tujuan Umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam
diharapkan nyeri menghilang.
Tujuan Khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam
diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Distensi abdomen menurun
4) Pola napas membaik

Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
5) Berikan teknik terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
6) Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
7) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien d.d mual
muntah, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat, nafsu makan
menurun.
Tujuan Umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam
diharapkan rasa mual berkurang, sedikit makan tapi sering
Kriteria hasil:
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Menurunnya nyeri abdomen

Ileus Obstruktif Page 1


3) Mual muntah menurun
4) Distensi abdomen menurun
5) Berat badan meningkat

Intervensi:
1) Identifikasi status nutrisi
2) Berikan makanan selagi hangat
3) Berikan makan sedikit tapi sering
c. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal, mual dan
muntah
Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi.
Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam
diharapkan mual-muntah berkurang
Kriteria hasil:
1) Meningkatnya asupan cairan
2) Haluaran urin meningkat
3) Kelembaban membrane mukosa meningkat
4) Mual muntah menurun
Intervensi:
1) Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
5) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
6) Berikan cairan intravena

Ileus Obstruktif Page 1


DAFTAR PUSTAKA

Hardhi Kusuma dan Amin Huda Nuralif. Jogjakarta. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda nic-noc. Edisi
revisi jilid 1. Mediaction Jogja. 2016.
Haryanto dan Anik Muryunani. 2016. Perawatan Stoma. Salemba Medika.
Jakarta.
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-gejala-dan-tanda-terkena-obstruksi-usus
(diakses pada tanggal 19 januari 2021)
https://en.wikipedia.org/wiki/Ileus (diakses pada tanggal 21 januari 2021)
Mardalena, Ida. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
Ningsih, Rahayu Atik. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.F dengan Ileus
Obstruksi Parsial Di Ruang rawat Inap Bedah Wanita RSUD DR.Achmad
Mochtar Bukittinggi. KTI. Publikasi.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Wirawan, Panji. 2017. Asuhan Keperawatan Ileus Obstruktif. Fakultas ilmu
Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang.

Ileus Obstruktif Page 1

Anda mungkin juga menyukai