Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus halus merupakan

suatu

kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi
usus besar merupakan suatu kondisi penyumbatan patologis akinbat adanya kelainan mekanik
atau nonmekanik pada usus besar. Obstruksi usus besar dapat disebabkan oleh neoplasma
atau kelainan anatomi,seperti volvulus , hernia inkaraserata,striktur atau obstipasi. Kelainan
nonmekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi pseudo-obstruksi (McCowan , 2009)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran
umum tentang penyakit Obstruksi Usus besar dan usus halus dan bagimana cara melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit obstruksi usus halus dan usus besar..
C. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran umum
mengenai penyakit obstruksi usus besar dan usus halus dan bagaimana cara melakukan
asuhan kepada klien dengan penyakit obstruksi usus besar dan usus halus.

BAB II
PEMBAHASAN
A

Konsep Dasar

1. Anatomi Fisiologi
a. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler),
lapisan otot memanjang (M Longitidinal), dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
Fungsi usus halus
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah
dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.
b. Usus dua belas jari (Duodenum)
Panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada bagian kanan
duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.Usus dua belas jari atau
duodenum adalah

bagian

dari usus

halus

yang terletak

setelah lambung

dan

menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
c. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan
usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern.
Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
d.Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
e. Usus Besar (Kolon)
Panjangnya 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah
bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum
sampai ke hati, panjangnya 13 cm.
2) Kolon transversum.Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang 28 cm.
3) Kolon desendens (kiri).Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya 25 cm.
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri
yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
f. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing (Syaifuddin. 2006).

2. Pengertian
a. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001).
b. Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
c. Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan
makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
d. obtruksi usus halus adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan
mekanik pada usus halus.
e. obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan
mekanik atau non mekanik pada usus besar.
f. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, obstruksi usus adalah gangguan pada aliran
normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan
dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
3. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi :
a. Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus)

Suatu keadaan dimana otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke bawah
(gangguan peristaltik). Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma
yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah
tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.
b. Obstruksi mekanik atau mekanikal obstruksi
Obstruksi atau sumbatan yang terjadi di intraluminal atau intramural akibat tekanan
pada dinding usus. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu
tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi).Karena
lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat,
mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga
menimbulkan

obstruksi

strangulata

yang

disebabkan

obstruksi

mekanik

yang

berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, menyebabkan gangren


dinding usus (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72-73).

4. Etiologi
a. Mekanis
1) Adhesi atau perlengketan pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan abdominal
sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa melilit pada sebuah segmen
dari usus, dan membuat segmen itu kusut atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi
segmen tersebut mengalami supply darah yang kurang.
2) Tumor atau polip. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
3) Hernia. Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami strangulasi dari
kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply darah yang cukup. Bagian tersebut
akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
4) Volvulus. Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangrene
dan perforasi jika tidak segera ditangani karena terjadi gangguan supply darah yang kurang .
5) Intususepsi. Intussusepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari usus ke dalam lumen
usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum bagian distal dan cecum,
dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam lumen cecum.
b. Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik.
Tidak ada gerakan peristaltis bisa diakibatkan :
a) Pembedahan abdominal dimana organ-organ intra abdominal mengalami trauma sewaktu
pembedahan
b) Elektrolit tidak seimbang truma hypokalemia
2) Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf pada sakral 4,
misal pada penderita spina bifida.
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5. Patofisiologi
Patofiologi usus halus yaitu Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus akan
meningkatkan di latasi usus proksimal serta akan memberikan manifestasi akumulasi sekresi
dan udara pada saluran gastrointestinal. Di latasi usus ini merangsang aktivitas sel-sel
sekretorit untuk menghasilkan lebih banyakakumulasi cairan. Kondisi ini akan meningkatkan
peristaltik baik di atas dan di bawah lesi obstuksi. (khan,2009)
Respon muntah merupakan kondisi awal terjadi jika tingkat obstruksi pada bagian
proksimal, kondisi meningkatkan distensi usus halus menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal. Hal ini dapat menyebabkan kompresi mukosa limfatik menjadi limfedema pada
dinding usus.ketika tekanan hidrostatik intralumen tinggi , maka akan meningkatkan tekanan
hidrostatik kapiler dan akan menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air, elektrolit, dan
protein masuk ke dalam lumen intestinal. Kehilangan cauran dan kondisi dehidrasi yang
bterjadi kemudian bisa bertambah berat dan berkonstribusi terhadap resiko morbiditas dan
kematian. (shieds 1965) .
Patofisiologi usus besar yaitu obstruksi mekanis dan pseudo-obstruksi dari usus besar
menyebabkan pelebaran usus di bagian proksimal dari lesi obstruksi. Hal ini menyebabkan
edema mukosa dan gangguan aliran darah vena dan arteri ke usus. Edema dan iskemia usus
meningkatkan permebilitas mukosa usus, yang dapat mengakibatkan translokasi bakteri,
sepsis ,dehidrasi, dan gangguan elekrolit. Iskemia yang berlanjut pada nekrosis dinding usus
akan meningkatkan resiko perforasi dan peristonitis.

7. Manifestasi Klinik

a. Obstruksi usus halus


1) Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian epigasterium yang
cenderung bertambah sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat intermiten (hilang
timbul). Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejunum dan
ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konsten atau menetap.
2) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat
flatus.
3) Umumnya gejala obstruksi berupa konstipasi yang berakhir pada distensi abdomen, tetapi
pada klien obstruksi partial bisa mengalami diare.
4) Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras dan
akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong ke arah mulut.
5) Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah
obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen.
6) Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat
dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi,
suhu tubuh biasanya normal, tapi kadang kadang dapat meningkat. Demam menunjukkan
obstruksi strangulata.
7) Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat.
Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang.
Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya
keganasan dan intususepsi.
b. Obstruksi usus besar
1) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus
tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
2) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien dengan obstruksi
di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu satunya selama beberapa hari.
3) Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari
luar melalui dinding abdomen.
4) Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah
(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 339)
8. Komplikasi
a. Nekrosis usus

b. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
c. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen
d. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
e. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
f. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
g. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
h. Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah
mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan
penurunan klorida dan kalium dalam darah (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 77).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase
sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit
yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan
elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic bila muntah
berat, dan metabolic asidosis bila ada tanda tanda syok, dehidrasi dan kitosis.
b. Pemeriksaan foto polos abdomen
Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas antara air
dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan tangga, terutama pada
obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran
berupa hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada
foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
c. Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT
scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan pada dinding usus (obstruksi
komplet, abses, keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema

Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus
halus. Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah
yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
e. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran penyebab dari obstruksi.
f. Pemeriksaan MRI
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.
g. Pemeriksaan angiografi
Angiografi mesenteric superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi
internal, intususepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi
(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 340 341)
10. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Penderita dipuasakan.
2) Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring
ke kanan.
3) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
a)Terapi Na+, K+, komponen darah
b) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
c) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4) Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
5) Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
8) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
b. Medications
Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic apabila
nyeri. (Medlinux.com).
c. Surgery
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di perhatikan :

a)
b)
c)

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.


Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya
maupun kondisi sebelum sakit.
Apakah ada risiko strangulasi.
Indikasi intervensi bedah

a)

Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi

b)

kolon.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis

c)

sekunder atau rupture usus.


Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui laparotomi.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang
ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24
jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya
dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,invaginasi
strangulata, dan sebagainya.
5) Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik
oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi
usus dan anastomosis.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus merupakan penyunbatan
disaluran usus dank arena adanya kelaina anatomi pada usus. Etiologi dari obstruksi ada dua
yaitu secara mekanis dan nonmekanis. Tanda dan gejala obstruksi usus halus gejala awal
biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat
sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan
darah dan mukus. Sedangkan untuk obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik
dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih
rendah. Klasifikasi terbagi menjadi dua yaitu Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic
ileus) dan Obstruksi mekanik atau mekanikal obstruksi. Komplikasi obstruksi usus Perforasi
usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen, Syok
dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

DAFTAR PUSTAKA
Closky, Bulaceck G. 2000. Nursing intervention classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Dermawan, dkk. 2010. Keperawatan medika bedah sistem pencernaan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta:
Salemba Medika.
Johnson. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman praktik keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care standards : nursing process, diagnosis, and
outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : clinical concepts of disease processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-surgical nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin,Arif, Kumala ,Sari. 2011.Gangguan gastrointestinal Aplikasi Asuhan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan . Jakarta : EGC.
http://rikalolytaners.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html

4.UsusHalus
Usus halus terbagi atas 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari bermuara saluran getah

pankreas dan saluran empedu. Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung
enzim-enzim.
Enzim-enzim
pankreas
adalah
sebagai
berikut...
a. Amilophsin (amilase pankreas), yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi
gula
lebih
sederhana
(maltosa).
b. Steapsin (lipase pankreas), yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol
c. Tripsinogen, jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim yang
mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap diserap oleh usus
halus.
Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan cairan empedu yang dihasilkan dari hati.
Cairan empedu mengandung garam empu dan zat warna empedu. Garam empedu berfungsi
untuk mengemulsi lemak. Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) berfungsi dalam
memberikan warna kuning pada tinja dan urine. Selain dari enzim pankreas, dinding usus
halus juga menghasilkan getah usus halus yang mengandung enzim-enzim. Enzim-enzim
Usus Halus adalah sebagai berikut...

Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa

Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa

Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

Tripsen, berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino

Enterokinase, berfungsi mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin

Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim
pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan
gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh
proses pencernaan karbohidrat, lemak dan protein yang diselesaikan. Selanjutnya, pada
proses penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus
penyerap. Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam
lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral tidak
mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus. Pada dinding usus
penyerap terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut dengan vili. Vili berfungsi memperluas
daerah penyerapan pada usus halus sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih banyak
dan cepat.

Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe (pembuluh getah bening
usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari makanan harus menembus sel dinding usus halus
yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin
dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui pembuluh kapiler darah akan dibawa
oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari hati ke jantung
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
Asam lemak dan gliserol bersama empedu membentuk suatu larutan yang disebut misel. Pada
saat bersentuhan dengan sel vili usus halus, gliserol dan asam lemak akan terserap.
Selanjutnya asam lemak dan gliserol dibawah oleh pembuluh getah bening usus (pembuluh
kil), dan akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Sedangkan garam empedu yang telah
masuk ke darah menuju ke hati untuk dibuat empedu kembali. Vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A, D, E, danK) diserap oleh usus halus dan diangkat melalui pembuluh getah
bening. Selanjutnya, vitamin-vitamin tersebut masuk ke sistem peredaran darah. Umumnya
sari makanan diserap saat mencapai akhir usus halus. Sisa makanan yang tidak diserap,
secara perlahan-lahan bergerak menuju usus besar.
5. Usus Besar (Intestinum Crasum)
Fungsi usus besar adalah untuk mengabsorpsi air dan mineral, tempat pembentukan vitamin
K (dengan batuan bakteri Escherichia coli), serta melakukan gerak peristaltik untuk
mendorong tinja menuju anus. Bakteri Escherichia coli yang terdapat dalam usus besar juga
berperan dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi kotoran.
Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu kolon asendens (kanan), kolon transversum,
kolom desendens (kiri), dan kolom sigmoid (berhubungan dengan rektum). Aspendiks (usus
buntu) merupakan suatu tonjolan kecil yang berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon
asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.
Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi untuk menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum
bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkan lendir dan air, dan terjadilah diare.

USUS BESAR (COLON)


29 11 2012

Seni 3D adalah seni yang menonjolkan bangun ruang karena memiliki 3 tiitk koordinat yaitu
x, y, dan z. Seni 3D dapat diaplikasikan pada berbagai aspek di kehidupan. Pada bidang
medis, seni 3D dapat dipakai untuk memvisualisasikan bentuk sel, jaringan, organ, sistem
organ, dan organisme. Pada artikel kali ini, organ usus besar manusia (Colon)
divisualisasikan dalam bentuk 3D dengan menggunakan software pemodelan 3DS Max 2010.
Usus besar memiliki keunikan tersendiri dalam proses pembuatannya. Salah satunya yang
harus dicermati adalah tekstur dan garis bentuk permukaan yang tidak rata. Berikut cuplikan
artikel sederhana tentang usus besar itu sendiri.
1. Anatomi Usus Besar

Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari cecum,
colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi feces.
Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari mikroorganisme yang
termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan sampai feces dikeluarkan
melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih
dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang
dikeluarkan secara normal melalui defekasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal. Cecum
panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung tersembunyi. Berdekatan
dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm disebut
appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik.
Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon ascending, colon
transversal, colon descending dan colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan
berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati.
Colon transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa),
dan colon descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang
sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk
saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak lengkap. Lapisan
longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk tiga berkas otot, yaitu
taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu
kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah
lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage
yang melekat di sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar.
Barisan mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk
suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar tubuler
yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus halus, dengan tiga
jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada
sel goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.
Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan berakhir pada
lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang sederhana, dan
berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat pencernaan.beristirahat Bagian

terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus
berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus
lebih tebal daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang
anus. Otot rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang
anus. Jaringan Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang
di bagian bawah tersusun squamous.
2.

Fungsi Usus Besar

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending).
Adapu fungsi dari Usus Besar yaitu sebagai berikut :

menyimpan dan eliminasi sisa makanan,

menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara menyerap air

mendegradasi bakteri.

Sumber
http://obatherbalradangusus.com/32/penjelasan-fungsi-organ-usus.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24995/4/Chapter%20II.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Usus_besar
http://sinau-biologi.blogspot.com/2009/03/anatomi-usus-besar_6278.html

Beranda Biologi Kelas 11 Fungsi Usus Halus, Usus Besar dan Anus (Sistem
Pencernaan Pada Manusia)

Fungsi Usus Halus, Usus Besar dan Anus (Sistem


Pencernaan Pada Manusia)
#Biologi_Kelas_11 Fungsi Usus Halus, Usus Besar dan Anus (Sistem Pencernaan Pada
Manusia ) - Setelah membahas fungsi kerongkongan, lambung dan hati, berikut ini kita akan
membahas fungsi usus halus, usus besar dan anus, berikut penjelasannya.
Usus Halus
Saluran pencernaan makanan yang paling panjang dengan panjang kurang lebih 6,5 meter
dan lebar kurang lebih 25 milimeter adalah usus halus. Permukaan dindingnya berjonjot
sehingga terlihat seperti lekukan-lekukan. Hal inilah yang menyebabkan permukaannya
menjadi luas. Pencernaan di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau enzimatis.
Usus halus terletak di atas pinggang dan meliputi 3 bagian.
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25 sentimeter. Makanan dari lambung
bersifat asam, kemudian masuk ke usus dua belas jari. Sifat asam ini akan merangsang
dinding usus untuk mensekresikan hormon-hormon berikut.

1) Hormon sekretin yang berfungsi untuk


merangsang getah pankreas yang terdiri atas enzim-enzim berikut.
a) Tripsin, berfungsi menyederhanakan protein dan pepton.
b) Amilase, berfungsi mengubah zat tepung menjadi maltosa.
c) Lipase, berfungsi menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Getah pankreas mengandung NaHCO3 yang menyebabkan makanan bersifat basa. Selain
itu, getah pankreas mengeluarkan hormon insulin yang berfungsi menjaga kadar gula darah
agar tetap normal.

2) Hormon kolesistokinin yang berfungsi untuk merangsang empedu. Getah empedu dibuat
di dalam hati dan disimpan di dalam kantong empedu. Getah empedu mengandung zat
warna empedu yang disebut dengan bilirubin dan garam empedu, yaitu natrium glukolat.

Getah empedu berfungsi antara lain seperti berikut.


a) Mengemulsikan lemak.
Hasil emulsi ini adalah gliserol dan asam lemak. Lemak hanya bisa dicerna apabila sudah
bercampur dan bereaksi dengan getah empedu terlebih dahulu.
b) Mempengaruhi penyerapan vitamin K.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Disebut usus kosong karena pada orang yang sudah meninggal, usus ini tidak ada isinya atau
kosong. Dinding usus ini mempunyai kelenjar liberkuhn yang dapat mengeluarkan getah
usus, antara lain sebagai berikut.

1) Erepsinogen yang kemudian diaktifkan oleh enterokinase menjadi erepsin yang berfungsi
untuk mengubah dipeptida menjadi asam amino.
2) Maltase yang befungsi untuk mengubah maltosa menjadi glukosa.

3) Sakarase yang berfungsi untuk mengubah sakarosa menjadi glukosa dan fruktosa.
4) Laktase yang berfungsi untuk laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
5) Lipase yang berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Makanan yang masuk ke dalam usus ini mendapat perlakuan dari getah-getah usus seperti
di atas. Pada usus kosong ini lengkap sudah perlakuan terhadap makanan. Pemecahan
amilum, protein, dan lemak sehingga menghasilkan komponen-komponen yang paling kecil.

Dari usus dua belas jari dan usus kosong, makanan dicernakan dalam bentuk yang paling
halus, antara lain:
1) protein menjadi asam amino;
2) karbohidrat menjadi monosakarida;
3) lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Komponen makanan yang halus tersebut akan didorong masuk ke dalam usus penyerapan
(ileum). Selanjutnya, akan ada perlakuan terhadap komponen- komponen tersebut di dalam
usus penyerapan/ileum.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
1) Struktur Usus Penyerapan
a) Dinding Usus Halus
Dinding usus halus tersusun dari 4 bagian, yaitu:

(1) Dinding lapisan luar


Dinding lapisan luar usus halus berupa membran serosa, yaitu lapisan yang membalut usus
dengan erat.

(2) Dinding lapisan berotot


Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut. Lapisan luar terdiri atas serabut
longitudinal dan di bawahnya ada lapisan tebal terdiri atas serabut sirkuler. Di antara kedua
lapisan serabut berotot ini terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfa.

(3) Dinding submukosa


Dinding submukosa terdapat otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang merupakan
perbatasannya. Dinding submukosa ini terdiri atas jaringan areolar yang berisi banyak
pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus saraf yang disebut fleksus Meissner.

(4) Dinding mukosa dalam


Dinding mukosa dalam disusun berupa kerutan tetap seperti jala yang memberi kesan
anyaman halus. Lapisan ini menambah luasnya permukaan sekresi dan penyerapan. Lapisan
mukosa ini berisi banyak lipatan lieberkuhn yang merupakan kelenjar sederhana yang
diselaputi epitelium silindris.

Pada permukaan villi terdapat tonjolan-tonjolan yang disebut dengan mikrovilus. Terdapat
kurang lebih 5000 mikrovilus yang menutupi pada villi. Di dalam usus ini terdapat jonjotjonjot usus yang disebut dengan villi usus. Adanya villi usus ini menyebabkan permukaan
usus menjadi luas yang dapat mengoptimalkan penyerapan makanan.
b) Getah Usus Halus
Getah usus disekresikan oleh sel usus, setiap harinya 2000 cc. Getah usus berwarna
kuning jernih dan memiliki pH 7,6. Enzim-enzim yang terdapat dalam getah usus antara lain
enzim maltase, peptidase, sukrase, enterokinase, dan ribonuklease. Sekresi getah usus ini
dikendalikan oleh refleks saraf otonom, hormon kolesitokinin dan sekretin.

Di dalam usus halus dihasilkan getah yang menyempurnakan pencernaan semua makanan.
Getah-getah tersebut, antara lain:

(1) Erepsin yang digunakan untuk menyempurnakan pencernaan protein yang telah diubah,
yaitu polipeptida dijadikan sebagai asam amino.
(2) Enterokinase untuk menggiatkan enzim proteolitik yang berasal dari getah pankreas.

(3) Maltase untuk mengubah maltosa menjadi dekstrose.


(4) Laktase untuk mengubah laktosa menjadi glukosa dan mengubah galaktosa menjadi
glukosa di dalam hati.
(5) Intertase bekerja atas gula.

2) Fungsi Usus Penyerapan

Di dalam usus ini, makanan tidak dilakukan pemecahan lagi, melainkan diserap oleh
dinding usus masuk peredaran darah yang kemudian dapat digunakan untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Glukosa diserap oleh dinding usus masuk ke darah.
Di dalam darah glukosa diubah ke dalam bentuk glikogen oleh hormon insulin yang
kemudian disimpan di dalam otot dan hati. Apabila tubuh kembali membutuhkan glukosa,
maka glikogen dapat diubah kembali oleh hormon adrenalin menjadi glukosa lagi.

Protein diserap oleh dinding usus dalam bentuk asam amino, yang kemudian menuju darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam hati, asam amino ini dipecah dan menghasilkan
amoniak yang kemudian bereaksi dengan asam amino ornithin dan CO2 membentuk asam
amino sitrulin.

Selanjutnya, bereaksi dengan amoniak membentuk arginin dan terakhir akan diubah
menjadi asam amino arnithin dan ureum. Ureum ini merupakan zat sisa yang harus dibuang
lewat urine. Lemak diserap oleh usus dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Gliserol akan
terserap langsung, tetapi asam lemak masih bereaksi dengan garam empedu dan garam
karbonat.
Usus Besar

Sistem Pencernaan Manusia


Usus besar berisi kuman dengan jumlah mencapai triliunan. Mikroba ini berfungsi dalam
proses pembusukan. Ada beberapa bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B dan K.
Kegiatan bakteri-bakteri ini dalam mencerna sisa-sisa protein dapat menghasilkan bau
busuk yang keluar dalam bentuk gas dari dubur. Gas yang dihasilkan dapat mencapai 2 liter
setiap hari.

Proses penyerapan air dan mineral ini ibarat menimba air bersih di dalam saluran got yang
airnya sangat kotor karena di dalam usus besar ini hanya terdapat makanan dalam bentuk
sisa-sisa yang akan dibusukkan dan dibuang ke luar tubuh. Itulah kerja dari usus besar ini.

Di dalam usus besar, makanan hanya akan mengalami penyerapan air dan beberapa garam
mineral. Di dalam usus ini makanan sudah berwujud dalam bentuk ampas. Adanya bakteri
saprofit, yaitu Eschericia coli menyebabkan ampas makanan akan membusuk yang
selanjutnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses.

Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya penyerapan air akan
terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan cair yang disebut dengan gejala diare.
Apabila seseorang menahan buang air besar, maka akan menyebabkan penyerapan air yang
berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan konstipasi (sembelit) yang
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena sekitar anus yang gejalanya disebut
dengan hemoroid (ambeien).
Anus
Feses akan didorong oleh otot-otot polos di sekitarnya menuju ke anus dan tertimbun di situ
dan akhirnya menyebabkan seseorang merasa ingin buang air besar. Proses buang air besar
ini disebut defekasi. Otot-otot di sekitar anus berkontraksi sehingga anus membuka dan
mengeluarkan feses dari anus.

Feses yang dihasilkan dari organ pembuangan dipengaruhi oleh jenis makanan. Makanan
yang banyak mengandung serat tumbuhan lebih banyak menghasilkan feses, karena sulit
dicerna. Makanan yang lain umumnya 95% dapat diserap oleh usus halus dan 5% menjadi
kotoran dalam bentuk feses. Sekitar 75% kandungan feses terdiri dari air. Sisanya adalah
berupa zat

Demikianlah Penjelasan Fungsi Usus Halus, Usus Besar dan Anus (Sistem Pencernaan
Pada Manusia), semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai