Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENYAKIT CROHN DISEASE

`
DISUSUN OLEH :
AGNES M PELLO

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau penyakitpenyakit radang usus besar
( Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Penyakit radang kolon karena infeksi
2. Penyakit radang kolon karena non-infeksi.

Penyakit infeksi disebabkan karena kuman Shigella, ameba dan sebagainya.


Yang akan dibahas sekarang adalah penyakit radang kolonyang non-infeksi
atau tidak jelas disebabkan karena infeksi.Walaupun kasus ini tidak begitu sering
dijumpai diIndonesia dibandingkan dengan negara-negara Barat, akantetapi justru
karena hal ini, maka penyakit tersebut seringkurang mendapat perhatian oleh dokter
di Indonesia, sehingga diagnosa menjadi salah dan pengobatan tidak diberikan
dengan tepat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Crohn
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus. Enteritis regional, ileokolitis, atau Penyakit
Crohn merupakan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran
cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi
pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi
pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan
bahkan kulit sekitar anus.
B.

Etiologi
Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian
pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
1. Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
2. Infeksi.
3. Makanan.
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga
merupakan reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang
belum diketahui. Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa
yang mirip dengan lesi-lesi yang dtemukan pada jamur dan tuberkulosis
paru. Terdapat beberapa persamaan yang menrik antara enteritis regional dan kolitis
ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun lesinya berbeda. Kedua
penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran cerna yaitu uveitis, artritis dan
lesi-lesi kulit yang identik.

C. Patofisiologi
Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat
terjadi kapan saja selam hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80
tahun. Meskipun ini dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal,
area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh
lapisan dimding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan

fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi
(ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma terjadi pada setengah kasus.
Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan Coblestone. Dengan
berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus
menyempit.
sehingga hanya dilewati sedikit aliran barium, menimbulkan tanda senar (string
sign) yang terlihat
pada pemeriksaan radiografi. Seluruh dinding usus biasanya terserang. Mukosa
sering kali meradangdan timbul tukak disertai dengan eksudat putih berwarna abuabu. Daerah yang bertukak inimemiliki gambaran fisura dan granuloma batu koral.
D. Patogenesis
Ileum terminal terserang pada sekitar 80% kasus enteritis regional. Pada
sekitar 35% kasus lesi-lesi terjadi pada kolon. Esofagus dan lambung lebih jarang
terserang. Dalam beberapa hal terjadi lesi melompat yaitu bagian usus yang sakit
dipisahkan oleh daerah-daerah usus normal sepanjang beberapa inci atau kaki. Lesi
diduga mulai pada kelenjar limfe dekat usus halus yang akhirnya menyumbat aliran
saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas menebal akibat hiperplasia jaringan
limfoid dan limfedema. Dengan berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang
terserang menebal sedemikian rupa sehingga kaku seperti slang kebun, lumen usus
menyempit, sehingga hanya sedikit dilewati barium, menimbulkan string sign yang
terlihat pada radiogram. Seluruh dinding usus terserang. Mukosa seringkali
meradang dan bertukak disertai eksudat yang putih abu-abu.
E.

Tanda Dan Gejala


Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulang-ulang, sering
mendapat serangan diare, atau sebaliknyasusah buang air besar, kadang-kadang
panas, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Perdarahan peranum sering disebabkan radang pada kolon.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian
bawah, lebih sering di sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan
ini adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan
kantong berisi nanah (abses).

Bila Penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan,


penderita juga bisa mengalami :
1. peradangan sendi (artritis).
2. peradangan bagian putih mata (episkleritis).
3. luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa).
4. nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum).
5. luka biru-merah di kulit yang bernanah (pioderma gangrenosum).

Jika Penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran


pencernaan, penderita masih bisa mengalami :
1. peradangan pada tulang belakang (spondilitis ankilosa).
2. peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis).
3. peradangan di dalam mata (uveitis) .
4. peradangan pada saluran empedu (kolangitis sklerosis primer).

Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare
sering bukan merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau
pertumbuhan yang lambat. Pola umum dari Penyakit Crohn, Gejala-gejala
Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum
terjadi, yaitu :
1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan
2. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri
hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan
kurang gizi dan kelemahan menahun
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah
(abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang
terasa nyeri dan penurunan berat badan.

F.

Komplikasi
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi,
fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau
fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus terdapat fistel-fistel, fisur-fisur dan absesabses. Perdarahan yang banyak atau perforasi jarang terjadi. Begitupula jarang
terjadi dilatasi akut. Karsinoma kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi
sekarang kasus. Karsinoma lebih sering ditemukan pada kolitis Crohn. Kadangkadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses radang dapat menjalar ke ureter
yang menyebabkan
hidronefrosis.

pyelonefritis

yang

berulang,

stenosis

pada

ureter

dan

Pemeriksaan darah tepi, analisis dan kultur feses dapat ditemukan anemia
(defisiensi besi,asam folat atau vitamin B12), peningkatan jumlah leukosit,
trombosit, dan LED yang tinggi. Dapatpula dilakukan sigmoidoskopi/kolonoskopi.
Foto polos abdomen akan menentukan ada tidaknyaobstruksi. Pemeriksaan
barium enema dapat memperlihatkan gambaran khas berupa lesi denganulkus
dalam, striktur, dan lesi terputus, namun pemeriksaan ini telah banyak
ditinggalkan denganadanya kolonoskopi yang lebih baik, juga dapat mendeteksi
fistula. Dapat dilakukan tomografi komputer dan scanning radionukleotida.

Lab Test
Your doctor may request lab tests in order to look for any problems that
might be linked to Crohn's disease. These tests check for signs of
infection, inflammation, internal bleeding, and low levels of substances
such as iron, protein, or minerals. Lab tests may include:

Blood protein levels


Blood sedimentation rates
Body mineral levels
Red blood cell counts
Stool samples to check for blood or infectious microbes
White blood cell counts

Diagnosing Crohn's Disease: Imaging Studies and


Endoscopy
Crohn's disease may appear anywhere along the gastrointestinal tract,
from the mouth to the rectum. X-rays and other images can help identify
the severity and location of Crohn's disease. These studies may include
the following:

Barium X-rays and other X-rays


CT scans
Colonoscopy or sigmoidoscopy
Video capsule endoscopy

G. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan
diare berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi,
mata dan kulit. Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Penyakit Crohn,
namun pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya :
1. anemia.

2. peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.


3. kadar albumin yang rendah
4. tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk Penyakit Crohn
pada usus besar. Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi
(pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. CT scan bisa
memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, namun
tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
H. Prognosis
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai
usus halus. Tetapi Penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak
teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat,
bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru
atau yang menentukan keganasannya tidak diketahui. Peradangan cenderung
berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain
setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan. Penyakit Crohn
biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker
saluran pencernaan yang timbul pada Penyakit Crohn yang menahun.

I.

Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan medis-konservatif dengan diit dan obat-obat lebih

baik daripada pembedahan.


Diit :
Makanan sebaiknya lunak, tidak merangsang, rendah lemak dan tinggi
serat. Dahulu dianjurkan rendah serat, akan tetapi kemudian ternyata bahwa tinggi
serat lebih baik. Rendah serat hanya diberikan bila ada steatorea atau ada striktura.
Obat-obat :
Kortikosteroid baik pada penyakit yang aktif. Dosis sama dengan kolitis ulserosa.
Salazopyrin juga baik untuk penyakit yang aktif akan tetapi kurang memuaskan
untuk pengobatan "maintenance".
Azathioprine dapat dicoba pada mereka yang tidak menunjukkan perbaikan atau
kambuhlagi dengan obat-obat lain.
Metronidazole dapat memberikan hasil yang baik bila adasepsis. Laporan-laporan
yang terakhir menyebutkan hasil yang memuaskan pada kasus dengan fistula.
Fistula tersebut menutup setelah pengobatan dengan metronidazole. Dahulu,adanya
fistel merupakan indikasi untuk operasi akan tetapisekarang metronidazole
merupakan alternatif yang lebih baik.

Pembedahan :
Indikasi untuk pembedahan adalah :
1.
2.

kelainan-kelainan perianal
obstruksi.

3.
4.

bila ada perdarahan yang banyak.


adanya keganasan.

5.

bila pengobatan dengan obat-obat dan diit tidak memberikan hasil yang baik.
Pada pembedahan selalu dikerjakan suatu end-to-end anastomosis dan
reseksi harus dibatasi pada bagian yang perlu diangkat saja. Tindakan bypass harus
dihindari karena sering menimbulkan residif dan disertai dengan timbulnya banyak
kuman-kuman dan malabsorpsi. Tiap tindakan pembedahan harus dilindungi oleh
kortikosteroid

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT CROHN
A. Pengkajian
1. Pengkajian subjektif

a.

Riwayat kesehatan : untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri


abdomen; diare, tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.

b.
c.

Riwayat keluarga
Pola diet : Alkohol, kavein, dan nikotin.

d.
e.

Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau mukus.
Alergi : intoleransi usus atau laktose.

a.
b.

Auskultasi abdomen : bising usus dan karakteristiknya.


Palpasi abdomen : distensi, nyeri tekan, atau nyeri.

c.
d.

Inspeksi kulit : adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.


Perdarahan rektal adalah tanda dominan.

B.

Diagnosa Keperawatan

2. Pengkajian obektif

1. Diare b/d proses inflamasi


2. Nyeri b/d peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Kurang volume cairan dan elektrolit b/d anoreksi, mual, dan diare
4. Perubahan nutris kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan diet, mual,
dan malabsorbesi
5. Intoleransi aktivitas b/d keletihan
6. Ansietas b/d rencana pembedahan
7. Koping individu tidak efektif b/d episode diare berulang
8. Risiko kerusakan integritas kulit b/d malnutrisi dan diare
9. Kurang pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan penyakit

C. Perencanaan dan Implementasi

1. Tujuan :

a.
b.

Eliminasi usus normal


Hilangnya nyeri abdomen dan kram

c.
d.

Mencegah kekurangan volume cairan


Mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal

e.
f.

Menghindari keletihan
Penurunan ansietas dan koping efektif

g.
h.

Mencegah kerusakan kulit


Mendapatkan pengetahuan dan pemhaman tentang proses penyakit dan program

i.

terapiutik
Tidak adanya komplikasi
2. Intervensi keperwatan

a.
b.

Mempertahankan pola eliminasi normal


Menghilangkan nyeri

c.
d.

Mempertahankan pemasukan cairan


Tindakan nutrisional

e.
f.

Meningkatkan istirahat
Mengurangi ansietas

g.
h.

Tindakan koping
Mencegah kerusakan kulit

i.
j.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah


Memantau dan mengatasi komplikasi potensial

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Melaporkan penurunan dalam frekuensi feses diare
2. Sedikit mengalami nyeri
3. Mempertahankan keseimbangan volume cairan
4. Mendapatkan nutrisi optimal-mentoleransi pemberian makan sedikit dan
sering tanpa diare
5. Menghindari episode keletihan
6. Sedikit mengalami ansietas
7. Menghadapi diagnosa dengan baik
8. Mempertahankan integritas kulit

9. Memporoleh pemahaman tentang proses penyakit


10. Tidak mengalami komplikasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus. Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui.
Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
1. Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
2. Infeksi.
3. Makanan.
Penyakit Crohn dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal,
area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Gejala-gejala Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4
pola yang umum terjadi, yaitu :
1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan.
2. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri
hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah.
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan
kurang gizi dan kelemahan menahun.
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah
(abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang
terasa nyeri dan penurunan berat badan.
Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan
obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung
kemih atau fistel antara usus dan kulit. Pengkajian dan diagnosis yang tepat akan
mempermudah pengobatan.
Pencegahan primer
Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan pada masyarakat
mengenaipenyakit tersebut.Menjaga pola makan agar teratur dan tidak mengandung racun serta food additive
yangberbahayaMenghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat
meningkatkanmotilitas usus.-

mengkonsumsi vitamin, bisa dengan mengkonsumsi suplemen yang aman.


B. Pencegahan sekunder
Berhenti merokokLakukan terpai obat- obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan
untukmengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus
yang terinflamasi.-Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (G
antrisin).-Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.-Azulfidin : Membantu dalam mencegah
kekambuhan.
C. Pencegahan tersier
lakukan rehabilitasiBila sudah terkena, agar terhindar dari kanker, harus rutin kontrol ke dokter
danscreenin g kanker kolon.

DAFTAR PUSTAKA
Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
Smeltzer, Suzanne C. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Vol. 2.Jakarta : EGC
Johnson,Marion dan Maridean mass.2004.Nursing Outcome Clasification.USA.Mosby
year book
Mc

Loskey,Joanne

dan

Gloria

M.Bulechec.2004.Nursing

Intervention

Clasification.USA.Mosby year book


Meteor.2008. Asuransi PT prudential.www.meteorincome.com/asuransiprudential.php
88k. 19 februari 2008
Santoso, Budi.2006.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medikal. Jakarta
Smeljer, Susani C.2001.Keperawatan Medikal Bedah ;Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai