Anda di halaman 1dari 32

Gangguan Kebutuhan Nutrisi

Akibat Patologis Pencernaan dan Metabolik Endokrin


(Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolik Endokrin, Persiapan Pasien
Barium Enema, USG Abdomen dan Endoskopi, Pemeriksaan Fisik)

OLEH :
KELOMPOK IV

ADELIA MANDAYANI (P07120019050)


I GUSTI AYU TULUS SETYADEWI (P07120019053)
I GEDE ADI ADNYANA (P07120019054)
KOMANG DIAH KARTIKA CANDRA D (P07120019057)
WAYAN YULI (P07120019061)
NI KOMANG AYU TIARA DEWI (P07120019071)
NI MADE ARI DWIPAYANI (P07120019080)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII KEPERAWATAN KELAS 2.2
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat tan hidayat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam
penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan mudah
mengenai Keperawatan Medikal Bedah I untuk dapat membantu mahasiswa dalam
memahami gangguan kebutuhan nutrisi akibat patologis pencernaan dan metabolik endokrin .
Sumber informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai materi ini yang penulis dapatkan
diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku pembelajaran dan jurnal resmi dari situs
internet sehingga sangat mendukung penyelesaian makalah ini. Berkat bantuan dari berbagai
pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu, yang telah bekerjasama dalam
memberikan informasi serta kepercayaan dosen pembimbing sehingga makalah ini dapat
terselesaikan pada waktunya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten

Denpasar, 1 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan .................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolik Endokrin ..................................2

B. Persiapan Pasien Barium Meal/Barium Enema, USG Abdomen dan Endoskopi ............ 10

C. Pemeriksaan Fisik: Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen, Kesulitan Mengunyah

dan Menelan, Bising Usus .....................................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................27

B. Saran .................................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat
berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti
adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi,
faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital  bagi
semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali
sehari selama puluhan tahun akan men"adi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian
hari. !utrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada
gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit/terkena gizi buruk oleh karena
itu kita harus memperbanyak nutrisi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anamnesa gangguan sistem pencernaan dan metabolik endokrin?
2. Bagaimana persiapan klien pada pemeriksaan barium enema, USG abdomen dan
endoskopi?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik pada kondisi saluran cerna, bentuk abdomen, kesulitan
mengunyah dan menelan, bising usus?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi anamnesa gangguan sistem pencernaan dan metabolic endokrin.
2. Mengidentifikasi persiapan klien pada pemeriksaan barium enema, USG abdomen dan
endoskopi.
3. Mengidentifikasi pemeriksaan fisik pada kondisi saluran cerna, bentuk  abdomen,
kesulitan mengunyah dan menelan, bising usus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolik Endokrin


a. Anamnesa Gangguam Sistem Pencernaan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan
pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan
secara umum antara lain:

a. Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk memina
pertolongan Kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestnal dan organ
aksesori. Dalam mengkai nyen, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga
pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab
dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penycbaran nyeri.
b. Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu
berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (naus ca) adalah sensasi
subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan olch
distensi atauiriasi dari bagian manasaja dari saluran Gl, tetapi juga dapat dirangsang oleh
pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau
bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal
membersihkan dirinya sendiri darí isinya ketika hampir semua bagian atau traktus
gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.
c. Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di dalam saluran gastointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu
pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum.
Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung.
Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh
kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.
d. Ketidaknyamanan Abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf
lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak

2
cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung
lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu
dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian
atas yang berhubungan dengan makanan yang menupa kan keluhan utama dari pas ien
dengan disfungsi gastrointesünal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan
peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.
e. Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya
zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena
iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksı virus atau bakteri di usus halus
distal atau usus besar. Intası usus oleh NUatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus
sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. ntasi oleh mikroba
JEa mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan clektrolit terbuang karena waktu yang terscdia untuk penyeapan
zat-zat tersebut di koon berkuan. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal
akibat syok hipovolemik dan kelainan elcktrolit.
f. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi
berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap scbagai
penuruman relative jumlah buang air besar pada sescorang Defekasi dapat menjadi sulit
apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadı apabila indiv idu mengalami dehidrasi
atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap
keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban
feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah
serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lcbih besar mengalami konstipasi,
Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan
demikian, orang yang sehari-harnya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

2. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali
masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dani pasiennya. Perawat
memperoleh data subyckif dari pasien mengcnai awitan masalahnya dan bagaimana
penanganan yang sudah dilakukan, Perscpsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah

3
kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Ymg perlu dikąji dalam sistem
gastrointestinal:
1. Pengkajian rongga mulut
2. Pengkajian esophagus
3. Pengkajian lambung
4. Pengkajian intestinal
5. Pengkajian anus dan feses
6. Pengkajian organ aksesori

a) Riwayat kesehatan sekarang


Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien sedetail-detailnya dan semuanya di
buat di riwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala
awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan dampak terhadap
intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan
memberikan kemudahan pada perawat untuk merencana kan intervensi dalam pemenuhan
nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini
mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada
nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika
membawanya dan catat semuanya.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian keschatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang
membernkan berbagai kondisi saat ini. Peawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit)
dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat dan adanya alergi.
c) Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan permahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan
rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah
berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat
dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakIt kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal,
pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposis penung untuk
dlakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat
mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat
sebelumnya, serta data-data dagnostik dan pembedahan.
d) Riwayat penggunaan obat-obatan

4
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun
kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat
atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengauhi mukosa Gl seperti obat
anti inilamasi non-steroid (NSAIDS), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan
resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan
preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna
feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia
laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau
bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan
peraadangan atau keganasan pada hati.
e) Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap bebempa komponen makanan atau agen obat
pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alerg1 tersebut, apakah memberikan dampak
terjadinya diare atau konstipasi.

3) Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem Gl dimulai dari survei umum terhadap setiap
kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.

a. Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang senng ditemukan perawat di klinik
dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua
jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadí kuning atau
kuning kehijauan.
Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum melampaui
2-2,5 mgdl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat terjadi akibat
gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.
b. Kaheksia dan atrofi
Kegagalan saluran Gl untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat menyebabkan
kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan Iemah). Keadaan ini
dapat disebabkan oleh keganasan Gi. Keriput pada kulit yang terlihat diabnomen dan anggota
badan menunjukkan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.
c. Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati, hemokromatosis
(akiabat stümulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi melamin), dan sirosis

5
primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris) pada
puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut
d. Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak terkonpensasi (gagal hati
kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan neurologis organik .
kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami penuninan
kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kerusakan hepatoseluler dan shunting
forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara
hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar
untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik iní dapat
meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.

Pemeriksaan fisik sistem Gl terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen,
rectum dan anus.

1. Bibir
Bibir dikaji erhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan
mulut pasien tertutup. perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna
merah muda, Iembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka
sebelum pemeriksaan. Bibir yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis
desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi
dapat berhubungan dengan infcksi, iritasi, atau kanker kulit.
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral, perawat
menggunakan senter dan spatel lhdah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus
dipukai selama pemeringkSaan. selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring
Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga
mulut.
Untuk melihat mukosa bukal, pasien meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian
merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau Jari bersarung langan yang
ditutupı dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas
kebawah.senter menerangi bagian paling posterior darn mukosa. Mukosa nomal berkilau

6
merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa
bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.
3. Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih
dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat
mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan
untuk menguji fungsi safar hipogosurm. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat
terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.
Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat
kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas riple
Jorracd. untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah keatas
dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.
Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warma, ukuran
posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah hanus berwarma merah sedang
atau merah pudar, lembab, scdikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang
tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular.
Kecermatan ckstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-area yang umumnya terkena
lesi kanker oral.

» Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parot
is untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga
otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan
didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu
sendiri. Hal ini disebabkan infiltasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alcohol
dengan aau tanpa
malnutrisi.

4. Pemeriksaan fisik Abdomen


Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karcna kita belum melakukan manipulasi terhadap
abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat mengubah frekuensi
dan karakter bising usus.
 Topografi Anatomi Abdomen

7
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal din dua garis
vertikal.
 Garis horizontal pertama dibuat melalut tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spinailiaka anterior superior (SIAS).
 Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
 Terbentuklah daerah hipokoncrium kanan epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka
kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat
terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat
teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah
kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saccum teraba lebih lunak di kuadran kanan
bawah. Ginjal yang menupakan organ retroperitoneal dalam keadaan nomal tidak
teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah
suprapubik.

b. Anamnesa Metabolic Endokrin

1) Data Demografi
 Usia Untuk menentukan BB ldeal
 Jenis kelamin
 Tempat tinggal pada masa bayi, kanak2 dan pada saat sekarang
2) Riwayat keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yg mengalami gangguan seperti yang dialami
atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal:
 Obesitas: dicurigai karena hipotiroid
 Gangguan Tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar gonad.
 Kelainan pada tiroid

8
 Infertilitas
3) Riwayat Kesehatan Klien:
Kaji kondlisi yang pemah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu
aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
 Tanda2 seks sekunder yg tidak berkembang: amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah
dada tidak berkembang.
 BB yg tidak sesuai dgn usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
 Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bengaul dan tidak mudah
berkonsentrasi.
 Hospitalisasi: kaji alasan, kapan kejadiaanya, sudah dirawat berapa lama
 Informasi penggunaan obat-obatan yg dpt merangsang aktivitas hormonal:
hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
4) Riwayat Diet
Perubahan status nut risi atau gangguan pada Saluran Pencemaan dapat mencerminkan
gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji
 Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
 Penurunan atau penambahan BB yg drastic
 Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
 Pola makan dan minum sehari-hari
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat menggangu fungsi endokrin seperti
makanan yang bersifat goitrogenik terhadap tiroid.
5) Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan Klien
meminta bantuan pelayanan, seperti:
 Apa yg dirasakan Klien saat ini
 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan lahan
dan sejak kapan dirasakan.
 Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
 Bagaimana pola eliminasi : urine
 Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu Klien.

9
Hal-klien lain yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum:

6) Tingkat Energi:
Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan hormonal khusunya
disfungsi kelenjar tiroidëkadrenal. Kaji kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
7) Pola Eliminasi dan kescimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh
ADH, aldosteron, dan kortisol.
8) Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara langsung tumbang dibawah pengaruh GH, Kelenjar tiroid dan kelenjar gonad.
Gangguan tumbang dapat terjadi semenjak dalam kandungan, itu terjadi pada ibu hamil
hipertiroid. Kaji gangguan tumbang yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama proses
pertumbuhan. Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya : Tingkat
intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik
dampaknya terhadap kejiwaan, seks dan reproduksi.
9) Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan perubahan fisik
terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji:
 Apakah pernah hamil
 Abortus
 Melahirkan
10) Pada pria kaji apakah Klien mampu ereksi dan orgasme. Dan kaji juga apakah terjadi
perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.

B. Persiapan Pasien Barium Meal/Barium Enema, USG Abdomen dan Endoskopi


a. Barium Enema
Barlum Enema Enema barium adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar. Barium
sulfat (zat kontras tunggal) atau barium sulfat dan udara (kontras ganda atau kontras udara)
diberikan secara lengkap melalui selang dubur. Proses pengisian dimonitor melalui
fluoroskopi dan kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja
sehingga barium harus ditentukan usus besar untuk dideteksi ada berbagai gangguan. Teknik
Kontras ganda (barium dan udara) sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi polip. Prosedur:
sinar x abdomen, USG, akan radionuklied, rangkaian pemeriksaan gastrointestina bagian atas
dan proktosigmoidioskopi sebaiknya dilakukan sebelum barium enema, yang terpenting
bahwa kolon bebas dari tinja. Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan

10
polip, tumor, atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya kelainan anatomi atau
gangguan fungsi usus. (Brunner & Suddarth's, 2010 hal 989) Persiapan pemeriksaan enema
barium (Brunner & Suddarth 's, 2010 hal 989:
Pra - persiapan
1. Informed consent, serta beri penjelasan tentang procedure tindakan, indikasi, dan
kemungkinan yang terjadi agar menghilangkan rasa cemas.
2. Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.
3. Anjuran klien untuk diet cair bening malam sebelum pemeriksaan.
4. Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat ) yang sebaiknya dilakukan
sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari atau menejlang malam (16.00 – 18.00).
5. Enema atau laksatif supositoria mis . bisakodil (dulcolax) dapat diberikan pada malam
sebelum pemeriksaan I
Pasca – pemeriksaan
1. Menginformasikan tentang meningkatkan asupan fluida
2. Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium
3. Mencatat peningkatan buang air berar karena barium, osmolaritas tinggi, dapat
menarik cairan kedalam usus sehingga meningkatan isi intraluminal dan
menghasilkan outpus yang lebih besar.

b. USG Abdomen
Apakah anda pernah dilakukan pemeriksaan USG walaupun tidak hamil ?
Ultrasonografi atau USG adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia kesehatan.
Ultrasonografi adalah metode diagnostik yang menggunakan resonansi gelombang suara
frekuensi tinggi untuk membentuk gambar jaringan dan organ tubuh. Karena USG ini
menggunakan gelombang suara, maka itu tidak menimbulkan efek samping terhadap pasien
yang melakukan pemeriksaan USG, oleh karena itu USG sangat aman baik untuk ibu hamil
maupun pasien diluar kehamilan.
Komponen – komponen alat USG terdiri :
1. Tranduser
Adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagain tubuh yang akan diperiksa.
2. Monitor
Digunakan untuk menampilkan hasil dari pemeriksaan USG tersebut.
3. Mesin USG

11
Merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima
dalam bentuk gelombang.
4. Printer
Komponen USG untuk mencetak hasil dari USG tersebut dengan menggunakan
kertas USG.
Perkembangan USG saat ini sangat pesat, mulai dari USG konfensional biasa, USG 3
dimensi , 4 dimensi maupun USG dengan kemampuan Doppler.
USG yang sering kita dengar adalah USG untuk kehamilan saja, padahal organ tubuh
seperti leher / thyroid , musculoskeletal ( sistem persendian, otot dan hubungan antar tulang),
payudara , thorax / dada , testis dan abdomen / perut ( hati, pankreas, kandung empedu, lien,
ginjal, vesica urinaria, ureter, dan prostat ) pun bisa dilakukan pemeriksaan USG.
Untuk pemeriksaan USG leher / thyroid , musculoskeletal ( sistem persendian, otot dan
hubungan antar tulang ), payudara , thorax / dada , dan testis tidak perlu persiapan. Untuk
pemeriksaan USG abdomen perlu dilakukan persiapan sebelum dilakukan pemeriksaannya.
USG abdomen sendiri dibagi 2 bagian yaitu USG abdomen Atas dan USG abdomen
bawah. USG Abdomen adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara pada
daerah perut.
Persiapan USG abdomen Atas dan Bawah adalah
1. Pasien melakukan puasa makan ( puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan USG, dan boleh minum air mineral ) 1 ( satu ) jam sebelum pemeriksaan
pasien diharuskan minum dan tahan kencing/ tidak boleh kencing sampai dilakukan
pemeriksaan. Untuk pasien yang menggunakan cateter harus di klem.
2. Untuk USG abdomen lengkap ( atas dan bawah ), pasien harus puasa makan minimal
6 dan dan harus tahan kencing.
3. Catatan : Untuk USG abdomen atas pasien tidak dianjurkan tahan kencing. Dan untuk
USG abdomen bawah saja pasien dianjurkan tahan kencing. Semoga artikel ini
bermanfaat untuk para pembaca sekalian, Salam semakin sehat untuk kita semua dari
kami, keluarga besar rumah sakit betha medika.

c. Endoskopi
Persiapan Tindakan Endoskopi
- Pasien perlu memberitahu dokter atau perawat jika memiliki kondisi medis seperti
diabetes, kencing manis, hipertensi, atau sedang mengonsumsi obat-obatan atau memiliki
alergi

12
- Puasa. Pasien tidak boleh makan dan minum selama 6-8 jam sebelum dilakukan tindakan
- Diet rendah residu, ditambah dengan obat pencahar untuk membersihkan usus besar pada
pemeriksaan colonoscopy agar dinding usus bagian dalam terlihat dengan jelas
- Melepaskan gigi palsu, kacamata, perhiasan, dan benda-benda berlogam
- Didampingi oleh keluarga jika obat penenang digunakan pada tindakan endoskopi

Apa saja persiapan untuk menjalani endoskopi?


Sebelum endoksopi dilakukan, beberapa upaya persiapan yang perlu dilakukan antara lain:
- Berpuasa
Pasien akan diminta untuk melakukan puasa selama enam hingga delapan jam sebelum
pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan usus besar (kolon), seluruh feses harus dibersihkan dan dikeluarkan
dari usus besar. Karena itu, obat pencahar akan diberikan sehari sebelum menjalani
endoskopi.
Jika sedang konsumsi obat pengencer darah seperti warfarin maka dokter akan menyuruh
untuk menghentikan obat tersebut.
- Pembiusan
Kebanyakan prosedur endoskopi dilakukan dengan pembiusan. Dengan ini, pasien tetap
merasa nyaman selama pemeriksaan.
Obat bius bisa diberikan lewat suntikan ke pembuluh darah vena pasien. Efek pembiusan
akan membuat pasien tenang dan tertidur. Pasien umumnya akan terbangun pada satu jam
kemudian.
Pada beberapa kasus, seperti pada anak-anak dan pada prosedur endoskopi yang rumit,
pembiusan total dapat dilakukan.
- Pendamping
Mintalah keluarga atau teman terdekat untuk menemani Anda ketika menjalani endoskopi.
Pasalnya, efek samping obat bius bisa saja terasa meski prosedur telah selesai. Karena itu,
Anda butuh seseorang untuk menemani dan mengantar Anda pulang.

Bagaimana prosedur endoskopi dilakukan?


Prosedur endoskopi biasanya hanya berlangsung selama 15 hingga 45 menit, tergantung dari
tujuan prosedur tersebut. Secara umum, langkah-langkahnya meliputi:
- Anda akan diminta berbaring di atas meja pemeriksaan

13
- Dokter anestesi akan melakukan pembiusan
- Alat endoskop akan dimasukkan ke dalam tubuh Anda. Jalan masuknya dapat melalui
mulut, anus, atau saluran kemih, tergantung dari bagian tubuh mana yang akan diperiksa.
- Dokter kemudian mengendalikan endoskop hingga mencapai bagian tubuh yang menjadi
tujuan.
- Setelah endoskop selesai, Anda akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, tanda-
tanda vital dan tingkat kesadaran Anda akan dipantau secara saksama oleh petugas medis.
- Setelah siuman, Anda akan diizinkan untuk pulang. Pastikan ada orang yang menemani
dan mengantar Anda pulang karena efek samping pembiusan bisa saja masih tersisa.

C. Pemeriksaan Fisik: Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen, Kesulitan


Mengunyah dan Menelan, Bising Usus
 Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, auscultasi, perkusi, palpasi, pemeriksaan rectum,
teknik khusus.
Saat pemeriksan abdomen pasien harus rileks, dengan cara :

• VU dikosongkan
• Pasien tidur dengan bantal dikepala dan lutut fleksi
• Telapak tangan pemeriksa, stetoskop cukup hangat, kuku harus pendek
• Jangan membuat gerakan yang tiba-tiba
• Arahkan pasien menunjuk tempat paling sakit danperiksalah terakhiir
• Bila pasien sangat sensitive, mulailah palpasi dengan tangannya sendiri kemudian
dilanjutkan tangan pemeriksa
• Perhatikan rautmuka pasien

 Inspeksi

Inspeksi untuk melihat bentuk abdomen. Cara melakukan inspeksi, pemeriksa disebelah
kanan. Untuk melihat kontur perut, peristaltic, pemeriksa berjongkok sejajar perut
sehingga bisa melihat perut secara tangensial.
• Permukaan dinding perut : datar, cekung, cembung, lihat juga daerah femoral dan
inguinal.
• Kulit dinding perut : erupsi, ikterus, spider angioma, venectasi (kolateral), striae,
pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar atau menonjol ?, hernia ?,
ekimosis(pada penyakit pankreatitis hemoragik strangulasi usus, tanda ini disebut

14
tanda gray tuner), tanda cullen adalah umbilicus kebiru-biruan yang disebabkan
karena hemoperitonium, cicatrix, gambaran dan gerakan usus.
• Bentuk perut : simetris/asimetris, perut bentuk perut katak (frog’s like appearance)
pemeriksa melihat sejajar ujung kaki
• Saat bernafas apakah ada organ perut yang membesar
• Lihat apakah terlihat gambaran peristaltic? (pada kasus obstruksi dan pasien sangat
kurus)

 Auscultasi :

• Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : normal, melemah sampai menghilang, mengeras


sampai terdengar suara logam (metelic sound). Peristaltic normal kira- kira tiap 2-5
detik. Bising usus normal : 5-35 kali per menit.
Diperiksa murmur/bruit yang disebabkan adanya turbulensi aliran darah dikarenakan
proses atherosclerosis dengan cara menempelkan stetoskop pada lokasi organ yang
dicurigai terdapat bruit. Jangan lupa memeriksa bruit hepar sebagai tanda adanya
neovaskularisasi pada pasien hepar kronis/karsinoma.

• Succusion splash : dapat ditemukan pada abdomen yang distensi akibat adanya gas
dan cairan didalam suatu organ yang mengalami obstruksi. Pemeriksaan meletakan
stetoscopnya diatas abdomen sementara menggguncangkan dari sisi ke sisi. Adanya
bunyi percikan biasanya menunjukan distensi lambung atau kolon.

 Perkusi :

• Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya distensi gas, cairan, atau massa padat.
• Perkusi masing-masing kuadran untuk mengetahui distribusi udara
• Timpani merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan pada abdomen.
Bunyi timpani ini disebabkan adanya gas dalam lambung, usus halus dan kolon.

15
• Daerah supra pubis mungkin redup/pekak pada perkusi apabila kandung kemih penuh
urine pada wanita yang uterusnya membesar.
Perkusi hati : kepekakan hati (batas atas dan bawah) tidak boleh lebih dari 10 cm.
pekak hati positif pada orang normal, sedangkan pekak hati yang negative bila ada
udara dalam cavuum peritoneum, akibat perforasi usus dan dinding perut.

Cara : Perkusi sejajar linea midclavicular kanan. Dari atas sampai terdengar pekak. Dan dari
bawah setinggi umbilicus samapi terdengar pekak. Carilah panjang daerah pekak (liver span).
Normal 6-12 cm
Perkusi limpa :
• Limpa terletak di cekungan difragma superior, sejajar garis mid axiler. Apabila membesar
maka akan menutupi organ gaster, kolon yang biasanya perdengar pekak.
• Meskipun sulit penentuan ukuran limpa harus diusahakan. Ruang traube adalah ruang
gelembung udara lambung pada kuadran atas kiri. Tepat disebelah lateral ruang traube ada
daerah redup karena adanya limpa. Daerah ini kira-kira terletak pada iga ke 10, disebelah
posterior garis mid axilla kiri.

16
Cara Perkusi limpa :
Lakukan perkusi pada SIC terakhir, linea axilaris anterior. Biasanya tympani. Kemudian
pasien diminta menarik nafas. Normalnya akan tetap tympani. Untukmemasktikan
pembesaran lakukan perkusi dari pekak(limpa) kea rah tympani ke segala arah.

Perkusi ascites : adanya ascites (cairan bebas di cavum peritoneum) dapat dideteksi dengan :
test undulasi, pekak sisi, pekak alih (sifting dullness).

17
Palpasi

• Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi
ringan digunakan untuk menentukan nyeri tekan dan daerah spasme otot dan rigiditas.
• Rigiditas adalah spasme involunter otot-otot perut dan menunjukan iritasi peritoneum.
Rigiditas mungkin difus, misalnya pada peritonitis difus, atau setempat misalnya di atas
apendik dan kandung empedu yang mengalami infeksi. Pasien dengan peritonitis
memperlihatkan abdomen yang tegang dan nyeri (defance musculair). Sedang perut
papan didapatkan pada penderita tetanus.
• Cara palpasi ringan : palpasi perlahan disemua kuadran,identifikasi organ yang terasa
nyeri. Pada daerah yang sukar dipalpasi missal pada orang gemuk dapat melakukan
palpasi dengan 2 tangan, tangan 1 berada dibawah dan lainnya diatass tangan yang lain
• Palpasi dalam : palpasi ini digunkan untuk menentukan ukuran organ dan adanya masa
dalam abdomen yang abnormal.
• Cara palpasi dalam : laukan palpasi diseruruh kwdran, menggunakan permukaan
Palmaris dan jari. Bila ada massa identifikasi lokasi, ukuran,massa bentuk, mobilitas
terhadap jaringan sekitar dan nyeri tekan.
• Palpasi hati (hepar) ditentukan hati teraba atau tidak, bila teraba berapa ukuranya,
bagaimana tepinya, permukaanya, konsistensinya nyeri tekan atau tidak. Pembesaran
hati dapat disebabkan oleh kongesti vascular, hepatitis, neoplasma, atau sirosis
permulaan.

18
• Cara palapsi hepar: Pasien tidur terlentang. Tangan kiri diletakkan setinggi costa XI-XII
sambil mendorong kedepan. Tangan kanan berada diperut sebelah kanan, di lateral
musculus rectus, pada daerah batas pekak dan tympani. Mintalah pasien menarik nafas,
Intepretasikan.
• Palpasi limpa : pada palpasi ini ditentukan apakah ada pembesaran? Bagaimana tepinya?
Permukaannya? Konsistensinya? Nyeri tekan atau tidak?
• Cara palpasi limpa :
Mulai SIAS kanan melewati umbilicus hingga samapai arcus costa kiri. Dibagi 8 bagian
(sufner 0-8)
Penderita dimiringkan 45 o Kearah pemeriksa. Tangan kiri dibelakang arcus costa,
mendorong. Tangan kanan memeriksa tepi arcus costa kiri. Penderita menarik nafas.
Apabila teraba, pastikan itu limpa dengan mencari incisura lienalisnya.Intepretasikan

• Palpasi ginjal : kedua ginjal (kanan kiri) umunya tidak teraba pada orang dewasa normal.
Ginjal kiri terletak lebih superior dibanding ginjal kanan.

19
• Cara memeriksa ginjal :
Ginjal kanan : letakan tangan kiri sejajar arcus kosta XI-XII, dengan ujung jari menyentuh
sudut costovertebra untuk mendorong. Jari tangan kanan sejajar musculus rectus
abdominis. Penderita menarik nafas, pemeriksa menangkap ginjal dan deskribsikan
teraba/tidak, ukuran, konsistensi, nyeri tekan?

Pemeriksaan Aorta
Tekan di abdomen sebelah kiri linea mediana. Orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm.
Bila ditemukan massa pada abdomen atas dan berdenyut perlu dicurigai aneurisma aorta

 Pemeriksaan rectum

• Pemeriksaan ini dilakukan dengan jari. Rectum inferior mempunyai permukaan


peritoneum, sehingga pemeriksaan rectum dapat mengungkapkan nyeri tekan jika ada
peradangan peritoneum. Pemeriksaan rectum dalam dilakukan dengan pasien posisi
berbaring terlentang, berbaring pada sisi kiri tubuh (posisi sims), berdiri,
membungkuk pada meja pemeriksaan. Posisi litotomi adalah posisi dimana pasien
terlentang dengan kedua lutut difleksikan.
• Tangan kanan pemeriksa memakai sarung tangan, memeriksa anus dan jaringan di
sekitarnya. Kulit harus diperiksa apakah ada tanda peradangan, ekskoriasi, fisura,
nodulus, fistula, parut, tumor, atau hemoroid.
o Palpasi dinding rectum :
Meliputi dinding lateral, posterior, dan anterior. Dinding lateral diraba dengan
merotasikan jari sepanjang sisi rectum. Spina iskiadika, tulang ekor dan sacrum
bawah dalam dapat diraba dengan mudah. Dinding rectum dipalpasi untuk
mengetahui adanya polip. Metastase intraperitonial dapat teraba dibagian anterior,
menonjol ke dalam rectum, ini disebut sebagai rak blumer.
o Palpasi kelenjar prostate

20
Pada pria kelenjar prostate terletak di sebelah anterior dinding rectum.
Ukuran,permukaan, konsistensi, sensitivitas, dan bentuk kelenjar prostate harus
diperiksa. Prostate adalah suatu struktur bilodus berbentuk hati dengan diameter kira-
kira 4 cm dalam keadaan normal permukaannya halus dan kokoh dan mempunyai
konsistensi seperti bola karet keras. Nodul yang keras tidak teratur akan mengarah
pada kanker postat. Karsinoma prostate sering menyerang lobus posterior, yang dapat
dikenal dengan mudah selama pemeriksaan rectum. Hipertropi postat benigna (HPB)
menimbulkan pembesaran secara sistematis, lunak yang menonjol ke dalam lumen
rectum. Prostate yang berfluktuasi seperti Lumpur atau nyeri tekan mungkin
menunjukan prostatitis akut. Vesikulus seminalis terletak dibagian atas kelenjar postat
dan jarang teraba kecuali bila membesar.
Cara pemeriksaan prostat:
Letak prostat?
Diameter latero-lateral?
Sulcus medianus?
Polus anterior?
Pemeriksaan masing-masing lobus?
o Pada wanita serviks terletak disebelah anterior rectum.?
o Pemeriksaan darah samar dalam tinja. Jari pemeriksaan harus dilihat. Warna feses
dicatat, tes darah samar dilakukan dengan tes guaiak atau bensidine test.

Teknik-teknik khusus :

 Mengetahui nyeri abdomen

Nyeri dimulai dari mana?sekarang?apakah menjalar?, pasien diminta batuk, dimana yang
paling sakit. Pada apendiksitis, nyeri dimulai pd titik Mc. Burney(1/3 SIAS kanan-
umbilicus) kemudian berpindah ke umbilicus. Bila pasien diminta batuk, paling nyeri
pada titik tersebut cari nyeri local carilah rigidits dan defans musculair lakukan colok
dubur: untuk men DD dengan vesiculitis,adnexitis pemeriksaan tambahan: nyeri lepas,
rovsing sign, psoas sign, obturator sign, hyperestesia kulit daerah mc.burney
Keterangan :
• Nyeri lepas : titik Mc Burney dipencet kemudian saat dilepas, penderita merasa nyeri
• Rovsing sign : Nyeri lepas jugamenjalar ke kontralateral

21
• Peradangan intra abdomen dapat menyerang musculus psoas.
Teknik pemeriksaannya dengan tes iliopsoas. Pasien diminta untuk berbaring pada
posisi yang tidak terkena dan mengektensikan tungkai pada sisi yang tidak terkena
dan mengekstensikan tungkai lainya pada sendi pinggul dengan melawan tahanan
yang dilakukan oleh tangan pemeriksa. Tanda psoas positif bila timbul nyeri perut.
Iritasi muskulus psoas kanan oleh apendik yang meradang akut akan menimbulkan
tanda psoas kanan.

• Tes lain yang berguna untuk mengetahui adanya peradangan adalah tes obturator.
Pasien berbaring terlentang, pemeriksa mengfleksikan paha pasien di panggul, dengan
lutut dibengkokkan, dan merotasikan tungkai ke arah dalam dan luar sendi panggul.
Nyeri akan timbul jika ada proses peradangan di dekat muskulus obturator (lihat
gambar).

Kesulitan Menelan
Pemeriksaan Fisik:

1. Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal.


2. Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan kekuatan
lidah,elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral. 
3. Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi
keamananmenelan dan kemampuan kompensasinya.
4. Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat
padamenelan.
5. Periksa mukosa dan gigi geligi mulut

22
6. Periksa reflek muntah.
7. Periksa fungsi pernapasan
8. Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah
menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda

Bising Usus

Bising usus normal bisa diperiksa untuk melihat kondisi kesehatan organ pencernaan
yang satu ini. Bising usus merupakan salah satu suara yang muncul di sekitar area perut
dan dapat didengarkan melalui stetoskop. Suara yang dihasilkan bising usus
merupakan perpaduan bunyi udara, pergerakan makanan, dan cairan di dalam usus
yang bergerak karena aktivitas peristaltik usus.
Sejak lama, bising usus dijadikan patokan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada abdomen (area perut). Meski hingga saat ini, pemeriksaan bising usus tidak dapat
dijadikan patokan utama pemeriksaan abdomen. Sebab, butuh pemeriksaan lanjutan
seperti rontgen, tes darah, USG , endoskopi  untuk mengetahui ada atau tidaknya
masalah di bagian abdomen.
Seperti apa frekuensi bising usus normal?
Individu dewasa yang sehat, memiliki frekuensi bising usus normal berkisar 5-
34 kali per menit. Sementara itu, jarak antar siklus bising usus normal dapat mencapai
5-35 menit.
Umumnya, dokter membutuhkan waktu lebih dari 35 menit untuk melakukan
pemeriksaan bising usus normal. Sebab, bising usus memiliki kemungkinan untuk
tidak terdengar selama 35 menit, dan hal itu belum tentu menandakan kelainan pada
abdomen.
Dokter dapat melakukan pemeriksaan bising usus dengan menggunakan
stetoskop. Selain itu, jika bising usus tidak terdengar, bukan berarti tidak ada gerakan
peristaltik. Sebab tidak semua aktivitas peristaltik usus dapat menghasilkan bising
usus yang dapat didengarkan melalui stetoskop.

23
Penurunan frekuensi bising usus normal dapat terjadi akibat kondisi tertentu, seperti:

 Ileus paralitik (sumbatan usus  karena kelumpuhan otot-otot di usus)


 Peritonitis (meradangnya selaput yang membungkus rongga perut)

 Operasi pada area perut

 Efek samping obat, seperti codeine

 Luka akibat radiasi

Sementara itu dalam beberapa kasus, frekuensi bising usus justru dapat meningkat
akibat:

 Perut kosong karena belum makan


 Diare (frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam sehari disertai konsistensi feses
yang cair)

 Infeksi saluran pencernaan

 Penggunaan obat pencahar

 Gangguan penyerapan makanan

 Keracunan makanan

 Hipertiroidisme

 Hiperkalsemia

 Alergi makanan

 Perdarahan di saluran cerna

Bising usus untuk mendeteksi penyumbatan usus


Obstruksi usus merupakan penyumbatan yang terjadi di area usus besar maupun
usus halus. Penyumbatan ini terjadi dikarenakan makanan atau cairan tersumbat dan
tidak dapat melintasi usus.
Saat penyumbatan terjadi, makanan, cairan, asam lambung dan gas menumpuk
di belakang area penyumbatan. Jika penumpukan menyebabkan tekanan kian besar,
usus dapat pecah hingga bakteri berbahaya masuk ke dalam rongga perut dan
menyebabkan risiko kematian.

24
Pada individu usia dewasa, umumnya obstruksi usus terjadi akibat kanker usus besar
dan lengketnya usus atau jaringan fibrosa  di rongga perut pascaoperasi perut maupun
pinggul.
Sementara itu pada anak-anak, obstruksi usus dapat terjadi karena:

 Hernia
 Penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn

 Divertikulitis, kondisi ketika kantong-kantong kecil yang menonjol


(divertikula) di saluran pencernaan mengalami peradangan akibat infeksi

 Usus besar yang terpuntir atau volvulus

 Gangguan buang air besar

Saat obstruksi usus terjadi, Anda mungkin akan mengalami beberapa gejala berikut
ini:

 Mual dan muntah


 Nafsu makan menurun

 Kembung

 Nyeri atau kram perut  yang parah

 Pembengkakan perut

 Diare

 Suara bising pada perut menurun

 Tidak bisa buang angin dan buang air besar

Salah satu metode paling sederhana dan cepat untuk mengetahui adanya obstruksi usus
yaitu melakukan pemeriksaan bising usus. Namun beberapa penelitian
mengungkapkan, akurasi pemeriksaan bising usus sangatlah rendah dan
interpretasinya pun bersifat subjektif. Sehingga, berdasarkan hasil riset terkini,
pemeriksaan bising usus tidak dapat dijadikan patokan untuk mendiagnosis obstruksi
usus.
Jika pemeriksaan bising usus tidak efektif, bagaimana mendiagnosis obstruksi usus?

25
USG bisa menjadi salah satu pemeriksaan untuk memeriksa keberadaan penyumbatan
usus.
Pemeriksaan obstruksi usus yang ideal dapat dilakukan dengan melakukan tes serta
prosedur berikut ini:

1. Pemeriksaan fisik:

Melalui pemeriksaan fisik, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan


pasien dan gejala yang dialami pasien, dan melakukan pemeriksaan pada area
perut dengan menggunakan stetoskop.

2. Pemeriksaan laboratorium:

Biasanya dokter juga akan menganjurkan Anda melakukan tes darah dan tes
urine.

3. X-Ray:

Selanjutnya, dokter akan mengonfirmasi diagnosis obstruksi usus dengan


melakukan rontgen perut.

4. CT scan:

Tes ini dilakukan untuk mengetahui gambaran usus yang tersumbat.

5. USG:

Ketika obstruksi usus terjadi pada anak-anak, pencitraan dapat dilakukan


melalui metode USG.

26
6. Barium enema:

Barium enema merupakan prosedur medis dengan memberikan cairan khusus


yang mengandung barium ke dalam dubur. Cairan ini akan menyebar ke usus
sehingga pada X-ray akan tampak berwarna cerah atau putih. Area yang tidak
dilalui barium dapat menunjukan adanya penyumbatan usus.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,


mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat
berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti
adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi,
faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital  bagi
semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali
sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian
hari. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak
ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit/terkena gizi buruk oleh
karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
meminta agar pembaca berkenan member kritik dan saran demi kesempurnaan di masa
mendatang.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/349214018/Anamnesa-Gangguan-Sistem-Pencernaan-dan-

Metabolic-Endokrin

https://www.academia.edu/34517889/ANAMNESIS_PADA_GANGGUAN_SISTEM_DIGE

STI

http://awalbros.com/technology/tindakan-endoskopi/

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-hepatologi/endoskopi/teknik

https://www.academia.edu/32815196/PENGKAJIAN_FISIK_DAN_DIAGNOSTIK_SISTE

M_ENDOKRIN.docx

https://radarsukabumi.com/kesehatan/persiapan-pemeriksaan-ultrasonografi-atau-usg-

abdomen/

Suryawati, Betty dkk. 2019. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan

Pemeriksaan Abdomen Dasar . Surakarta : Kementerian Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi Universitas Sebelas Maret.

http://www.yankes.kemkes.go.id/read-pentalaksanaan-kesulitan-menelan-disphagia-

7033.html

https://www.academia.edu/8636709/DISFAGIA

29

Anda mungkin juga menyukai