Anda di halaman 1dari 26

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DENGAN SAUDARI U

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Psikologi
Yang dibina Ibu Wahyuningsri, S.Pd., M.Kes.

Oleh
Widya Fara Setyarini (1401460009)
Roisatul Husniyah (1401460017)
Jingga Wahyu Buana (1401460025)
Imam Nur Kholis (1401460033)
Agung Hadi Prabowo (1401460041)
Eunike Ayu Darmawati (1401460049)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STSAUDARI U DIV KEPERAWATAN MALANG
JUNI 2015
DAFTAR ISI

Daftar isi.........................................................................................................i
Ucapan Terimakasih.......................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................2
Bab II Tinjauan Teori......................................................................................3
2.1. Definisi Perkembangan...........................................................................3
2.2. Perkembangan Kepribadian....................................................................3
2.3. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Kepribadian.....................................12
2.4. Karakteristik Kepribadian Sehat.............................................................12
2.5 Kepribadian Introvert..............................................................................13
2.6. Kepribadian Ekstrovert............................................................................14
Bab III Analisis Kasus....................................................................................16
3.1 Deskripsi Kasus........................................................................................16
3.2 Analisis Kasus..........................................................................................18
Bab IV Penutup
4.1. Kesimpulan..............................................................................................23
4.2. Saran........................................................................................................23
Daftar Pustaka................................................................................................24

UCAPAN TERIMA KASIH

1
Alhamdulillahirabbilalamin

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,


taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Pengembangan Kepribadian dengan Saudari U.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan,
asuhan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Wahyuningsri, S.Pd., M.Kes. sebagai dosen pembimbing yang
memberi motivasi bagi kami.
2. Kepada semua teman-teman DIV Keperawatan Malang yang telah
memberikan bantuan baik berupa dukungan nyata ataupun semangat.
3. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Harapan penulis, makalah ini memberikan manfaat di dunia
pendidikan, khususnya dalam bidang kesehatan.

Malang, Juni 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2
Kepribadian tidak serta merta hadir begitu saja, malinkan didapat melalui
sebuah proses yang sangat panjang, di mulai dari fase oral, anal, phallic,
laten, dan genital. Setiap manusia pasti mengalami fase yang sama namun
dengan kondisi yang berbeda-beda, sehingga menciptakan berbagai macam
kepribadian.
Penelitian tentang perkembangan kepribadian mulai gencar dilakukan pada
awal 1900an, dan lahirlah beberapa tokoh seperti Sigmund freud, Erikson,
dan Carl gustav. Para ahli ini meneliti tentang fase, tingkatan, hingga struktur
dari perkembangan kepribadian sehingga perkembangan kepribadaian dapat
di pelajari dengan mudah di kemSaudari Uan hari, khususnya pada disiplin
ilmu psikologi.
Seorang perawat professionalyang dibekali pengetahuan psikologi hendaknya
tahu dan mengerti tentang kepribadian pasiennya, sehingga mampu
menerapkan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan pasien, sehingga di
dapatkan sebuah tujuan yang di inginkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi kepribadian?

2. Bagaimanakah pengertian perkembangan kepribadian menurut para ahli?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kepribadian?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa tentang


disiplin ilmu psikologi sehingga dapat mencetak tenaga keperawatan
yang professional.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tentang definisi kepribadian.

2
2. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan kepribadian
menurut para ahli.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya


sebuah kepribadian.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Umum

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang edukasi kepribadian

1.4.2 Manfaat Khusus

1. Memberi edukasi pendidikan kepribadian

2. Memperluas pengetahuan tentang kepribadian

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI KEPRIBADIAN


Kepribadian merupakan segala corak tingkah laku individu yang
terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar dirinya atau
lingkungannya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri (internal)
sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang
khas bagi individu itu. Selain itu, juga dapat dikatakan juga bahwa segala
tingkah laku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya

3
sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya. (Sunaryo,
2004: 103)

2.2 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN


Perkembangan kepribadian merupakan variasi tingkah laku dalam
kegiatan, perasaan, kebutuhan, sosial, perubahan organisasi dan struktur
tingkah laku, serta taraf realita.
a) Menurut Sigmund Freud
Sigmund Freud Adalah seorang Austria keturunan YahSaudari U dan
pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Ia lahir pada tanggal 6 Mei
1856 di Freiberg, dikota Moravia dan meninggal dunia pada tanggal 23
September 1939 di London. Yang sekarang dikenal sebagai bagian dari
Republik Ceko. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan
kesadaran, yakni : Sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-
sadar (unconscious). Manusia didasari pada hasrat seksualitas pada
awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil
dari ibunya. Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya
mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan
berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat
atau norma Ayah. Alferd Adler mengungkapkan adanya insting mati di
dalam diri manusia, walaupun Freud pada awalnya menolak pernyataan
Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan, namun pada
akhirnya Freud pun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting
seksual saja yang ada di dalam diri manusia, namun disandingkan dengan
insting mati (Thanatos). Freud tertarik dan belajar hipnotis di Perancis, lalu
menggunakannya untuk membantu penderita penyakit mental. Freud
kemSaudari Uan meninggalkan hipnotis setelah iaberhasil menggunakan
metode baru untuk menyembuhkan penderita tekana. Psikologis yaitu
asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut
adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang
digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri
seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga
menimbulkan permasalahan. Teori perkembangan psikoseksual Sigmund

4
Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah
satu teori yang paling controversial, Freud membagi beberapa fase
perkembangan kepribadian dalam beberapa fase:
Fase- fase perkembangan kepribadian menurut freud dibagi menjadi 5
fase, antara lain:
1. Fase oral (0-1 tahun)
Sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
mperakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat
penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral
melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap.
2. Fase anal (1-3 tahun)
Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian
kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap
ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet.
3. Fase phallic (3-5 tahun)
Fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga
menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya
bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk
kasih sayang ibu.
4. Fase laten (5-12 atau 13 tahun)
Saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke
daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi dan kepercayaan diri.
5. Fase genital (pubertas - 20 tahun ke atas)
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana
dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu,
kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini.

b) Perkembangan kepribadian menurut Carl Gustav Jung


Carl Gustave Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl, suatu kota
di kawasan Lake Costance di Canton Thurgau, Swiss. Jung belajar di
Universitas Basel dalam ilmu kedokteran : Pandangan Jung tentang

5
kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti
bahwa ia melihat kepribadian itu kedepan kearah garis perkembangan sang
pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti ia memperhatikan masa
lampau sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab.
Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia.
Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud
dalam hidup ini hanya ada pengulangan yang tak ada habis-habisnya atas
tema-tema instink sampai ajal menjelang. Bagi Jung dalam hidup ini ada
perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian kearah yang
lebih sempurna serta kerinduan untuk ahir kembali. Tujuan
perkembangan manusia adalah aktualisasi diri (diferensi sempurna saling
hubung yang selaras seluruh aspek kepribadian manusia) di dalam proses
perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju dan gerak mundur.
Tahap-tahap perkembangan:
1. Tahap pertama Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada
dalam ketidaksadaran.
2. Tahap kedua Membuat sadar imago.
3. Tahap ketiga Menyadari manusia hidup dalam berbagai pasangan yang
berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah.
4. Tahap keempat Adanya hubungan selaras antara kesadaran dan
ketidaksadaran.
c) Teori Kepribadian Menurut Erikson Manusia adalah makhluk yang penuh
misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri
manusia. upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah
dilakukan oleh para ahli sejak lama bahkan hingga saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan buku-buku kontemporer yang membahasa tentang
kepribadian Saudari U yang terus dicetak dan diperbaharui dari tahun
ketahun.
Konsep Dasar Kepribadian Erik Erikson adalah seorang psikolog yang
merupakan murid dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik.
Erikson mengambil psikoanalitik sebagai dasar teorinya namun ia
mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial individu dalam
perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa
pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang

6
mempengaruhi kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson
berpendapat bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari
pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan proses kelanjutan
dari tahapan sebelumnya. Erik Erikson membantah ide Freud yang
mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak
kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson berpendapat
bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung
seumur hidup. Manusia adalah makhluk yang unik dan menerapkan
system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal positif. Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik
Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam
diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat,
budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu
berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak
manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa
akhir).
Struktur Kepribadian, Erikson dalam mengembangkan teorinya
mengambil dasar dari teori psikoanalitik Freud, namun Erik Erikson
tidak sependapat dengan Freud yang mengatakan bahwa reaksi masa
dewasa, adalah hasil dari: Pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak,
khususnya di usia 5 sampai 6 tahun awal. Erikson berpendapat bahwa
kepribadian manusia tidaklah didorong oleh energi dari dalam,
melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-beda, misalnya
indvidu dalam kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Menurut Erikson egolah yang mengembangkan segala
sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya, hubungan
sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah

7
memiliki ego yang sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan
sebagai salah satu proses beradaptasi. Erikson adalah Neo FreSaudari
Uan, digambarkan sebagai seorang psikolog ego mempelajari tahap
pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap tahap
Erikson pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang
resolusi sukses akan menghasilkan hasil yang menguntungkan,
misalnya, kepercayaan vs ketidakpercayaan dan oleh sebuah peristiwa
penting, konflik ini terselesaikan sendiri.
Proses Perkembangan Kepribadian Proses perkembangan kepribadian
menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang berlangsung sejak
masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri)
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada
dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang. Menurut
Erikson, dalam alih bahasa Fransiska dkk. 2008, kepribadian (terutama
focus Erikson pada identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling
berurutan sepanjang hidup. Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh
Erikson ini menggunakan tahapan perkembangan psikoseksual Freud
sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan pertama yang
Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan
psikoanalitik Freud.Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang
akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam
perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk
mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan
pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan. Berikut ini
adalah tahap perkembangan kepribadian oleh Erikson antara lain:
Tahapan Usia Karakteristik
( tahun)
Bayi awal 0-1 Percaya vs tak percaya
Bayi lanjut >1 - 3 Otonomi vs malu, ragu
Anak awal 4 -5 Inisiatif vs merasa
bersalah

8
Anak pertengahan 6 - 11 Ketekunan vs rasa rendah
diri
Masa puber 12 - 20 Membuktikan kecakapan
vs kekacauan
Dewasa awal 21- 40 Kekariban vs keasingan
Dewasa tengah 41 - 65 Menyamaratakan vs tidak
aktif
Masa lanjut > 65 Menggabungkan vs putus
asa

Tahap 1. Percaya vs tidak percaya


Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara
kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar
dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan
kepercayaan didasarkan pada
ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak
berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman
dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara
emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri
pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan
akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak
konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi VS malu dan ragu-ragu
Terjadi pada usia 1 tahun s/d 3 tahun. Tingkat ke dua dari teori
perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-
kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah
bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup
berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol
fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan
dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan

9
pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai,
dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini
akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan
merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
Terjadi pada usia 4 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai
menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan
langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena
menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan
bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan
kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa
tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini
akan merasakan perasaan bersalah, perasaan raguragu, dan kurang
inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul
apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan
cepat oleh rasa berhasil.
Tahap 4. Ketekunan vs rasa rendah diri
Terjadi pada usia 6 s/d 11 tahun. Melalui interaksi sosial, anak mulai
mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan
kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua
dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan
ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak
sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan
merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai
sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalamanpengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan
akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan
yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa
rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Erikson

10
yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan
ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Membuktikan kecakapan VS Kekacauan
Terjadi pada masa remaja, yakni usia 12 s/d 20 tahun. Selama remaja ia
mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Anak
dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka
nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju
tahap kedewasaan). Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan
status sebagai orang dewasa (pekerjaan dan romantisme), misalnya,
orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan
yang berbeda dalam suatu peran khusus. Jika remaja menjajaki peran-
peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti
dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas
remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai
menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan,
maka kebingungan identitas merajalela. Namun bagi mereka yang
menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri,
perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi
mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan
muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Tahap 6. Kekariban VS Keasingan
Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 40an tahun). Erikson
percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan
yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang
berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan
aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting
untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri
cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu
hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan
depresi. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa
keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

11
Tahap 7. Menyamaratakan VS Tidak aktif
Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). Selama
masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap
karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan
merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan
partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka yang gagal
melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di
dunia ini.
Tahap 8. Menggabungkan VS Putus asa.
Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun). Selama fase ini
cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang
tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan
mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup
dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat
mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi
kematian.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN


1. Biologis (Genetika dalam sistem tubuh)
2. Sosial (Orang dan lingkungan sekitar)
3. Budaya (Value, adat, tradisi pengetahuan, ketrampilan, dan bahasa)
4. Daya tarik (Sikap sosial yg menguntungkan)
5. Intelegensi (Bila tinggi menjadi sombong dan sebaliknya)
6. Emosi (Murung, kasar, malas, dan sibuk sendiri)
7. Nama (Arti dalam kehidupan)
8. Keberhasilan/ kegagalan
9. Keluarga
10. Perubahan fisik (Kematangan)

2.4 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN YANG SEHAT

12
Menurut Hurlock (dalam Hidayat, 2009:41), karakteristik kepribadian yang
sehat adalah sebagai berikut:
a. Mampu menilai diri secara realistik
Menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya,
menyangkut fisik maupun psikis.
b. Mampu menilai situasi secara realistik
Menerima situasi/kondisi kehidupan secara realistik dan menerimanya
wajar dan tidak mengharapkan situasi tersebut sebagai sesuatu yang harus
sempurna.
c. Mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara realistik dan berasi
terhadapnya secara rasional
Tidak sombong/angkuh apabila mencapai keberhasilan dan tidak frustasi
serta rendah diri apabila mengalami kegagalan, tetapi tetap optimis.
d. Menerima tanggungjawab
Bertanggungjawab dan mempunyai keyakinan diri untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya.
e. Mandiri
Mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan
norma lingkungannya.
f. Dapat mengontrol emosi
Merasa nyaman dengan emosinya, dapat mengatasi situasi frustasi, stress
secara positif dan konstruktif tidak destruktif.
g. Berorientasi kepada tujuan
Merumuskan tujuan berdasarkan pertimbangan yang matang, tidak atas
dasar paksaan dari luar dan berupaya mencapainya dengan
mengembangkan wawasan dan ketrampilan.
h. Berorientasi keluar
Memiliki orientasi ke luar diri, memiliki respek, peduli dan empati
terhadap orang lain dan masalah-masalah dalam lingkungannya serta
fleksibel dalam berpikir.
i. Penerimaan sosial
Dinilai secara positif mau terlibat dalam kegiatan sosial, memiliki sikap
bersahabat dengan orang lain.
j. Memiliki falsafah hidup
Mengarahkan hidupnya berdasarkan falsafah hidup yang dianutnya yang
berakar dari keyakinan agama.
k. Merasa bahagia

13
Merasakan kebahagiaan yang didukung oleh achievement (pencapaian
prestasi) dan affection (perasaan dicintai atau disayangi).

2.5 KEPRIBADIAN INTROVERT


Menurut Dede Rahmat Hidayat, M.Psi (2009:57), Kepribadian Introvert
merupakan kepribadian yang dipengaruhi oleh dunia subyektif dengan orientasi
tertuju ke dalam.
Ciri khas kepribadian introvert menurut Aiken (dalam Anis, 2011) antara lain:
Pendiam
Pemalu
Mawas diri
Gemar membaca
Suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang sudah
akrab
Cenderung merencanakan dan melihat dahulu sebelum melangkah
Curiga
Tidak suka kegembiraan
Menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan
Menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik
Menjaga perasaannya secara tertutup
Jarang berperilaku agresif
Tidak menghilangkan kemarahannya
Dapat dipercaya
Dalam beberapa hal pesimis
Mempunyai nilai standar etika yang tinggi

2.6 KEPRIBADIAN EKSTROVERT


Menurut Dede Rahmat Hidayat, M.Psi (2009:57), Kepribadian ekstrovert
merupakan kepribadian yang dipengaruhi oleh dunia obyektif dengan orientasi
tertuju keluar.
Ciri khas kepribadian ekstrovert menurut Aiken (dalam Anis, 2011), antara
lain:
Mudah bergaul
Suka pesta
Mempunyai banyak teman
Membutuhkan teman untuk bicara
Tidak suka membaca atau belajar sendirian
Sangat membutuhkan kegembiraan
Mengambil tantangan
Sering menentang bahaya
Berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu

14
Suka menuruti kata hatinya
Gemar akan gurau-gurauan
Selalu siap menjawab
Biasanya suka akan perubahan
Riang
Tidak banyak pertimbangan (easy going)
Optimis
Suka tertawa dan gembira,
Lebih suka untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas
Cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya
Semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol
Tidak selalu dapat dipercaya

BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Diskripsi Kasus

15
Di sebuah dusun yang kecil letaknya di pulau Seram provinsi Maluku ada
seorang anak namanya Saudari U. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang kurang harmonis. Ayahnya seorang pemabuk, kehidupannya sangat
tergantung pada alkohol. Pekerjaannya sebagai seorang PNS. Seluruh
uangnya selalu dikelola sendiri tidak pernah diberikan kepada istrinya (ibu).
Kebutuhan anak pun selalu diabaikan. Uang ayah selalu digunakan untuk
mabuk dan main perempuan lain. Ibu harus bekerja membanting tulang
berjualan di pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga (makan, minum,
sekolah). Saudari U mempunyai 6 orang saudara, Saudari U anak yang
sulung. Dalam proses perkembangan kurang mendapati kasih sayang dari
orang tua, tidak pernah diberi kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman
dan tidak diberi kesempatan untuk ngomong dengan orang tua lebih khusus
ayah. Ayah orang yang kejam, sering bertindak keras dalam keluarga.
Memukuli ibu tanpa alasan yang pasti. Saudari U pun sering dipukul tanpa
salah. Saudari U pernah diikat di tiang rumah karena permasalahan yang
dialaminya dengan wanita simpanannya yang sebenarnya adik Ibu sendiri.
Hari terus berlalu, penderitaan terus berlanjut sampai memasuki masa remaja.
Pada masa remaja banyak keinginan yang dipendam, direpres karena takut
kepada ayah dan selalu memilih menghindari dari hukuman dengan
menunjukkan sikap yang selalu patuh terhadap ayah dan ibu. Walaupun bagi
Saudari U sendiri sangat menyakitkan, karena banyak hal dibatasi. Semakin
besar semakin ditekan oleh ayah, tidak bisa belajar kelompok, tidak bisa
memakai jepit-jepit rambut berwarna, tidak bisa memakai bedak, pulang
sekolah tidak bisa terlambat, walau jarak antara sekolah dan rumah sangat
jauh dan harus jalan, kalau terlambat dicurigai macam-macam kemSaudari
Uan dipukul, kadang tidak dikasih makan dan Ibu tidak bisa menentang.
Kalau Ibu bersuara, Ibu yang dicambuk oleh ayah. Pokoknya sangat
menyakitkan, kadang kalau terlalu sakit rasanya mau bunuh diri saja karena
berpikir lebih baik mati dari pada terlalu disiksa tanpa kesalahan yang pasti,
namun ketika itu juga kadang muncul kekuatan ketika teringat tokoh-tokoh
agama yang kokoh dalam penderitaan dan selalu berjuang. Hal seperti ini
terus berlanjut sampai Saudari U tamat SMP. Sekolah tamat, Saudari U

16
mengambil keputusan harus sekolah di tempat lain dengan tujuan bisa
memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Saudari U kemSaudari Uan
melanjutkan sekolah SMA di Ambon, ibu kota provinsi Maluku. Selama
stSaudari U tidak pernah pulang karena waktu-waktu liburan sering
dimanfaatkan untuk kerja menjadi pembantu rumah tangga. Ketika tamat
SMA, Saudari U bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama 2 tahun.
Setelah itu uangnya digunakan untuk daftar kuliah. Saudari U kuliah sambil
bekerja untuk membiayai stSaudari U pada semester IV tepat tahun 1997
ayah sempat meninggalkan ibu selama satu tahun. Itu salah satu masalah yang
sangat menggoncangkan. Karena takut malu, takut diejek teman-teman.
Saudari U selalu menghindar dari teman-teman dan memilih menyendiri.
Segala sesuatu yang dialami biasanya direpres dan tidak pernah diketahui
orang lain. Dan pada akhirnya membentuk kepribadian Saudari U menjadi
orang yang psimis, tertutup, tidak mampu berbicara di depan orang banyak
karena takut gagal, takut salah dan sebagainya. Saudari U orang yang
memiliki sifat introvert dominan, ekstrovet sedikit saja kalau mengalami
tantangan ekstrovert direpres dan menjadi introvert lagi. Saudari U juga
sering menggunakan topeng rendah hati untuk menghindar dari pertengkaran
walaupun berada pada posisi yang benar karena takut bertengkar. Walaupun
demikian pahitnya hidup yang dijalani, namun Saudari U selalu mempunyai
usaha untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah tujuan hidup.

3.2 Analisis Kasus

17
Berdasarkan penjelasan kasus diatas, apa yang dialami oleh Saudari U
selama masa pertumbuhannya memberikan pengaruh besar terhadap
kepribadiannya. Dalam kehidupan sehari-hari Saudari U mengalami
perlakuan yang salah oleh ayahnya. Perlakuan tersebut diantaranya perlakuan
kasar dari sang ayah serta ketidakmampuan sang ibu dalam memberikan
pembelaan. Ayah Saudari U adalah seorang PNS dan juga seorang pencandu
minuman keras. Hal tersebut yang menyebabkan ayah Saudari U sering
melakukan tindak kekerasan kepada keluarganya. Penghasilannya pun hanya
dihabiskan untuk membeli miras, sehingga mengharuskan Ibu Saudari U
bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan
Saudari U kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Keinginan
sebagaimana anak remaja pada umumnya harus dipendam oleh Saudari U
karena takut di hokum oleh ayahnya.Kehidupan Saudari U dalam
bersosialisasi dengan lingkungan pun dibatasi. Hidup didalam lingkungan
keluarga yang tidak harmonis tidak mudah bagi Saudari U untuk dijalani.
Namun, itu semua tidak membuat Saudari U putus asa, keinginan untuk
membuat hidupnya lebih baik yang membuat Saudari U tetap bertahan dan
terus berjuang. Walau keinginan untuk mengakhiri hidupnya sempat
terpikirkan oleh Saudari U.
Pengalaman yang Saudari U alami di dalam keluarga membuat Saudari U
menjadi orang yang memiliki sifat introvert. Puncaknya saat Ayah Saudari U
meninggalkan ibunya selama 1 tahun membuat Saudari U malu kepada
teman-temannya. pesismis, tertutup, tidak mampu berbicara di depan orang
banyak karena takut gagal, takut salah dan sebagainya. Sifat pesimis adalah
kondisi pikiran yang melihat dunia ini selalu negative Orang cenderung
terlalu memikirkan kelemahan ketimbang focus pada kekuatan-kekuatan
mereka, dalam hidup ini dibutuhkan optimisme, orang pesimis melihat
kesulitan dibalik semua hal.
Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Carl Gustave Jung bahwa
baik masa lampau maupun masa depan sama-sama memberikan pengaruh
terhadap tingkah laku seseorang pada masa sekarang. Bagi Jung dalam hidup

18
ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian kearah
yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali.
Dalam tahap proses perkembangan, kita dapat melihat tingkah laku yang
Saudari U tunjukkan dalam tahap 4 ketekunan vs rendah diri. Dimana pada
masa ini Saudari U seharusnya mendapatkan rasa percaya diri dari kedua
orang tuanya yaitu mendapatkan dukungan baik dalam proses belajar maupun
interaksi sosial. Ketika dukungan itu ada, maka ketekunan pun akan timbul
dengan sendirinya. Kenyataannya yang terjadi pada Saudari U adalah
sebaliknya, ayah Saudari U memperlakukan Saudari U dengan kasar,
sehingga Saudari U merasa rendah diri, takut salah, serta merasa tidak mampu
dihadapan teman-temannya. Pada tahap 5 membuktikan kecakapan vs
kekacauan, tahap ini adalah tahap dimana Saudari U mulai memasuki usia
remaja. Dimana Saudari U mulai belajar hidup mandiri dengan hijrah ke
ibukota Maluku untuk melanjutkan sekolah. Saudari U tidak pernah pulang
ke rumah walau libur karena harus bekerja demi membiayai sekolahnya.
Disini Saudari U ingin membuktikan bahwa ia mampu dan bisa hidup
mandiri. Saudari U mampu menentukan apa yang akan dilakukannya untuk
masa depan.
Jika kita kembali amati dari awal, perlakuan yang Saudari U terima dari
ayahnya termasuk dalam tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dimana perlakuan yang Saudari U terima diantaranya dianiaya, dipukuli
hingga menerima hukuman fisik berlebihan seperti diikat ditiang. Selain itu,
kekerasan fisik yang dilakukan ayah Saudari U dialami pula oleh ibu Saudari
U. Akibat dari kekerasan fisik secara umum dapat menyebabkan luka yang
ringan atau serius, cacat bahkan kematian. Disamping itu, dapat
menyebabkan pula gangguan psikologis ringan sampai berat yang
kemSaudari Uan hari mempunyai risiko timbulnya kecemasan, depresi,
penyalahgunaan obat dan masalah di sekolah atau di tempat kerja.
Dalam segi hukum sesungguhnya anak mendapat perlindungan dari
kekerasan dan penelantaran yang jelas tercantum dalam Konvensi Hak-Hak
Anak (KHA) maupun undang-undang.

19
Prinsip-prinsip dasar KHA adalah:
a. Non diskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang RI nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak yang berisi masalah tindak penganiayaan dan
ketentuan hukuman bagi pelaku tindak kekerasan dan penelantaran
diantaranya adalah:
1. Bab 1, pasal 1, ayat 15: Perlindungan khusus adalah perlindungan yang
diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas yang terisolasi, anak yang
dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan,
anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya (NAPZA), anak korban penculikan, penjualan,
perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang
menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah, serta penelantaran.
2. Bab XII tentang Ketentuan Pidana :
a. Pasal 77 point b: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
tindakan penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak
mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. Pasal 80 ayat 1: setiap orang yang melakukan kekejaman,
penganiayaan, atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap
anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)
c. Pasal 81 ayat 1: setiap orang yang dengan sengaja melakukan
penganiayaan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan

20
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) dan paling sedikit Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).

Menurut kelompok kami beberapa hal yang dapat dilakukan untuk


membuat kepribadian Saudari U menjadi lebih baik, antara lain:
a. Pertama kita lakukan pendekatan pada Saudari U, buat dia percaya pada
kita ,dengan adanya hubungan saling percaya itu komunikasi akan
terjalin.
b. Adanya pendekatan dan peran orang terdekat dan dorongan motivasi dari
keluarga atau teman agar rasa percaya diri dan semangat dalam diri
Saudari U kembali.
c. Orang tua sebenarnya adalah guru utama yang sebaik nya menjadi contoh
terbaik bagi anak, dari segi perilaku dan memecahkan masalah. Jadi,
dalam kasus ini, peran ibunya lah yang seharusnya memberi contoh dan
motivasi untuk Saudari U, seperti mengajarkan tegar, pantang menyerah,
tetap percaya diri, berpikir positif, dan sebagainya.
d. Puji kerja kerasnya atas usaha yang dia lakukan, seperti memberikan
pujian saat Saudari U mendapatkan juara atau prestasi.
e. Menghargai usaha Saudari U tapi bukan hasil nya saja, meskipun karya
anak tersebut tidak sesuai dengan apa yang di inginkan.
f. Menyadari bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan melebihi kekuatan
kita, kalau kita menyadari bahwa cobaan atau masalah yang kita hadapi
tidak pernah melebihi kekuatan kita.
g. Carilah akar permasalahan yang membuat aanak tersebut menjadi
pesimis, jadi cari akar masalah nya untuk mencari jalan untuk
memecahkan masalah anak tersebut.
h. Ambil hikmah dalam setiap kejadian dan diskusihkan dengan keluarga
dan orang terdekat.

Menghilangkan trauma masa lalu Saudari U

21
Let it flow : Apapun yang sudah terjadi tentu sudah ditulisnya dan kita
hanya bisa ambil hikmah nya saja, jika itu buruk maka berusahalah
untuk memperbaiki nya dan jangan sampai terulang lagi.
Hadapi dan jangan takut : Hadapi saja dan jangan pernah takut akan
sesuatu yang buruk yang telah menjadi kenangan atau meninggal
bekas yang begitu dalam pada Saudari U, ketakutan hanya akan
mengurung kita dalam trauma berkepanjangan.
Berprasangka baik : Tuhan sudah berjanji bahwa dia tidak akan
member cobaan di luar batas kemampuan hambanya, jika dia menguji
kita maka itu artinya dia masih saying pada kita.
Ambil atau tinggalkan itu : Setuju dengan kutipan di atas, jika kita
memilih seperti seekor burung yang terus terkurung didalam
sangkarnya maka kita tidak akan pernah bisa melihat indahnya dunia.
Tidak bisa mensyukuri nikmat yang sudah kita dapatkan sampai hari
ini, maka jika kita meninggalkan trauma itu maka kita telah
memperbarui hidup kita sendiri.
Berdoa : Ada ikhtiar pasti ada doa juga setelah kita berusaha maka
berdoalah agar Tuhan selalu memberi kekuatan pada diri kita agar
bersabar dalam menjalani hidup. Sebenarnya dia tak pernah
memberikan trauma hanya saja kita yang menanggapinya terlalu
berlebihan sehingga menjadi trauma psikologis yang berkepanjangan.

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam kasus ini, saudari U mendapat perlakuan kasar dari ayahnya, kurang
kasih sayang dari orang tua, dan kehilangan percaya dirinya sehingga
berdampak ke sifatnya yaitu menjadi introvert. Menurut kelompok kami, hal-
hal yang dapat dilakukan untuk Saudari U yaitu dengan mengembangkan
kepribadiannya menjadi lebih baik dan menghilangkan traumanya yaitu
dengan cara memotivasi dirinya untuk tetap berpikir positif dan optimis
dalam menjalani kehidupannya, serta menerima realita kehidupannya dengan
positif. Komponen yang berpengaruh untuk pengembangan kepribadiannya
yaitu Saudari U sendiri, Orang tua, dan lingkungannya.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Saudari U

Menerima konsep dirinya

Menerima realita kehidupannya dengan selalu berpikir positif

Selalu mempunyai harapan dan semangat dalam menjalani hidupnya


serta untuk mewujudkan harapannya.

4.2.2 Bagi Orang tua

Memberi kasih sayang yang setinggi-tingginya pada anak anak mereka,


agar perkembangannya menjadi baik untuk kelangsungan hidup
kedepannya.

23
4.2.3 Bagi Masyarakat

Apabila menemukan kasus seperti kasus Saudari U, maka harus segera


melaporkan ke pihak yang berwajib, Komnas Perlindungan Anak, dan
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Dede Rahmat M.Psi. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi
untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: TIM.

Anis, Mizan. 2011. Definisi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert,


(http://www.perkuliahan.com/definisi-kepribadian-ekstrovert-dan-introvert/),
diakses pada 3 Mei 2015.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto.

Sunaryo, Drs. M.Kes. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Http://psikologi.net/psikologi-kepribadian/

24

Anda mungkin juga menyukai