Psikologi
Dosen pembimbing
Oleh :
Aldise (201149)
A. Simpulan …………………………………………………… 21
B. Saran ………………………………………………………… 21
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Psikologi tentang “Perkembangan kepribadian manusia”
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak,
bagi kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa ITSK Rs. Dr.
Soepraoen pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna
dan masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca.
Malang
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Memahami tentang perkembangan kepribadian
2. Memahami unsur-unsur dalam kepribadian
3. Memahami faktor-faktor yang membentuk kepribadian
4. Memahami tahap-tahap perkembangan kepribadian
5. Mengetahui implikasi perkembangan kepribadian remaja dalam Pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sigmund freud (1856-1939) dengan teorinya alam sadar “ consious mind” dan
“unconscious mind”, menyatakan bahwasanya perkembangan kepribadian
seseorang atau peserta didik dipengaruhi oleh taiga faktor 13 yaitu; Id, Ego, dan
super Ego. Ketiga faktor tersebut akan memberikan dorongan dalam
perkembangan pribadi seseorang.
2. Anna Freud (1895-1982) adalah putri dari Sigmund Freud yang terkenal teorinya
tentang psikologi Ego, dalam bukunya The Ego and The mechanisms of defense
dia mengemukakan tentang ego dan juga mekanisme pertahanan yang dilakukan
oleh remaja. Yang menjadi landasan teorinya adalah karya-karya awal Sigmund
Freud, kemudian meluaskanya ego sebagaimana yang difahami dalam kehidupan
seharihari. Dengan demikian teori Freudian tidak hanya bisa diterapkan pada
psikopatologi, tetapi juga pada masalah-masalah sosial dan perkembangan
kejiwaan umum.
3. Erik Erikson (1902-1994) juga salah seorang psikolog Ego yang terkenal, beliau
mashur karena upayanya memperbaiki dan memperluas teori tahapan yang
dicetuskan Freud. Dia mengatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan
berjalan berdasarkan prinsip epigenitik, yang mana perkembagan kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh delapan tahap, yang mana setiap tahapan mempunyai
tugas-tugas perkembangan sendirisendiri yang pada hakekatnya bersifat
psikososial.
4. Pada era Carl Gustav Jung (1875-1961), memperkenalkan teori kepribadian
dengan alam bawah sadar kolektif, yang berbeda dengan pandangan Sigmund
Freud tentang alam bawah sadar. Tetapi alam bawah 14 sadar personal ini tidak
mencakup insting-insting sebagaimana yang dipahami Freud. Kemudian Jung
menambah satu bagian lagi yang membuat teorinya berbeda dari teori-teori lainya
yang disebut juga “warisan Psikis”. Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan
pengalaman sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang dimiliki sejak
lahir. Ia mempengaruhi segenap pengalaman dan prilaku, khususnya yang
berbentuk perasaan, tatapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui
pengaruh-pengaruh yang ia timbulkan. Contoh yang paling nyata dari hal ini
adalah pengalaman kreatif yang sama-sama dimiliki para seniman, atau
pengalaman mistikus dalam agama apapun, atau kemiripan yang terdapat dalam
mimpi, fantasi, mitologi, dongeng dan sastra. Isi alam bawah sadar kolektif
disebut arketipe (pola dasar). Jung menyebutnya dengan dominan, bayangbayang,
mitodologis atau primodial. Arketipe tidak memiliki wujud pada dirinya sendiri,
tapi dia beraksi sebagai prinsip penentu pada apa-apa yang dilihat dan dilakukan.
Sementara Arketipe Ibu adalah salah satu contoh yang baik. Seluruh nenek
moyang pasti mempunyai ibu, dan semua berada dalam lingkungan masyarakat
yang melibatkan ibu. Jadi aketipe ibu adalah kemampuan yang sudah dari sananya
untuk mengingat hubunganhubungan tertentu, yaitu segenap hal yang berkaitan
dengan “ke-ibu-an”. Dan kesimpulan disini sosok hereditas adalah pengaruh besar
yang bisa membentuk kepribadian.
5. Immawati, (2003), Jurusan Kependidikan Islam, Uin Sunan Kali Jaga, Yogyakarta
dalam skripsinya yang berjudul, “ Urgensi Teori Kebiasaan Bagi Pembentukan
Karakter Remaja Dalam Pendidikan Islam (studi pemikiran Stephen R. Covey
dalam buku 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif)”, menjelaskan bahwasanya
pribadi atau karakter seseorang dapat dimodifikasi atau dirubah dengan kebiasaan-
kebiasaan yang sangat efektif.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Definisi Kepribadian
Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa yakni
keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak-watak seseorang.
Sedangkan definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran,
diantaranya:
a. W. Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi dari
realisasi dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.
b. G.W. Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.
c. Gordon W. Alport. Ia memberikan definisi Kepribadian sebagai berikut :
"Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment"
(Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-
sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari
individu tersebut terhadap lingkungannya).
Kalau definisi tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah:
Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebutuhan organisasi atau
sistem yang mengikat atau mengaitkan berbagai macam aspek atau komponen
kepribadian. Organisasi tersebut dalam keadaan berproses selalu mengalami
perubahan dan perkembangan.
Kepribadian bukan sebagai bakat kodrati yang tidak bisa diubah melainkan
kepribadian dapat dibentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian cenderung membuat
psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial baik berupa perasaan,
berpikir, bersikap, berkehendak maupun bertindak dalam perbuatan. Aspek-aspek
mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap,
tingkah laku, bentuk tubuh, ukuran, warna kulit, dan sebagainya. Semuanya tumbuh
dan berkembang sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang.
Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah
laku, bentuk tubuh, dan sebagainya, merupakan suatu sistem (totalitas) dalam
menentuakan cara yang khas dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Ini mengandung arti bahwa setiap orang memiliki cara yang khas atau
penampilan yang berbeda-beda dalam bertindak atau bereaksi terhadap
lingkungannya.
Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa kepribadian yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifa-sifat, kebiasaan,
kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu
menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan
kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari (penampilan) yang selalu tampak
pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang.
Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe
kepribadian, yaitu kepribadian normative, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian Normative
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, dimana seseorang
mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam
dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumya. Seseorang memiliki kepribadian
normative apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan
terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai
dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak
aspirasi adri orang lain.
2) Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain.
3) Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana cirri khas dari
prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-
olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan
memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualism budaya, misalnya karena
proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua
struktur budaya yang berbeda.
2. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya kita mampu memahami dan
menerapkan pengetahuan tentang karakteristik perkembangan kepribadian perawat.
Karena perkembangan kepribadian perawat sangat mempengaruhi pendidikannya.
Kita harus mampu mengakomodir pembentukan kepribadian tersebut dan
mengimplementasikannya terhadap pendidikan keperawatan.
Daftar Pustaka
www.google.com
(www.akhmadsudrajat.wordpress.com)
http://www.wapannuri.com
Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm,
Penerbit Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Prayitno Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling , Jakarta :
P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar