Anda di halaman 1dari 17

Pengertian, Ruang Lingkup, Manfaat, Latar Belakang dan Sejarah

Psikologi Perkembangan

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Nadiatus Salamah

Disusun Oleh :

1. Sekar Rizza Aqila (1901016112)


2. Siti Fatimah (1901016114)
3. Nofianti Fajar K S (1901016121)
4. Ayuf Mufakhidin (1901016128)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mendengar istilah psikolgi tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dan kita
semua sudah tahu dasar dari ilmu ini adalah mempelajari tingak laku manusia, masalah-
masalah kehidupan maupun mental. Dalam perkembangannya psikologi banyak dipengaruhi
oleh ilmu-ilmu lain. Misalnya, filsafat, sosiologi, fisiologi, antropologi, dan biologi. Pengaruh
ilmu ini terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistemologi dan metode yang
digunakan subjek dan objek pendidikan ialah manusia.

Bimbingan dan Konseling adalah salah satu sumbangan psikologi perkembangan


dalam pendidikan merupakan penuntun bagi seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Di dalam psikologi perkembangan banyak dibicarakan bahwa kepribadian
seseorang terbentuk pada masa anak-anak. Proses perkembangan yang terjadi dalm diri
seseorang akan di tambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya
sedikit demi sedikit ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Membantu proses
perkembangan berbagai aspek individu perlu diawali dengan pemahaman tentang
perkembangan individu, karena perkembangan masing-masing individu itu berbeda .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Psikologi Perkembangan ?

2. Bagaimana ruang lingkup Psikologi Perkembangan ?

3. Bagaimana manfaat mempelajari Psikologi Perkembangan ?

4. Bagaimana latar belakang dan sejarah Psikologi Perkembangan ?

5. Bagaimana tokoh-tokoh dan pengaruh dari masing-masing tokoh dalam Psikologi


Perkembangan ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Psikologi Perkembangan.

2. Mengetahui ruang lingkup Psikologi Perkembangan.


3. Mengetahui manfaat mempelajari Psikologi Perkembangan.

4. Mengetahui latar belakan dan sejarah Psikologi Perkembangan.

5. Mengetahui tokoh-tokoh dan pengaruh dari masing-masing tokoh dalam


Psikologi Perkembangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Perkembangan


Sebelum kita mengetahui arti dari psikologi perkembangan secara keseluruhan, kita
terlebih dahulu mengetahui arti dari psikologi itu sendiri. Psikologi berasal dari bahasa
Yunani psyche yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenal
gejala, proses maupun latar belakang yang terjadi atau ada dalam setiap individu. Namun
pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut
Gerungan) karena :

 Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi tentang jiwa
itu.
 Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah.

Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental
organisme. Tiga ide penting dalam definisi ini ialah ‘saintifik’, ‘tingkah laku’, dan ‘proses
mental’. Saintifik bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan melalui
prosedur yang sistematik. Tingkah laku bermakna dalam kajian itu mempelajari secara
langsung tingkah laku manusia. Proses mental hal ini berkaitan dengan pembaharuan mental
sesorang untuk menjadi lebih baik.

Mussen dan Rosenzwieg (1975) dalam E. Usman Efendi dan Juhaya, S. Praja (1985)
“the study of mind” atau ilmu yang mempelajari tentang pikiran. Sejalan dengan ilmu
pengetahuan, kata ‘mind’ berubah menjadi tingkah laku. Sehingga psikologi didefinisikan
sebagai “ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia”

Sertain (dalam M. Ngalim Purwanto, 1984), Psychology is the scientific study of


behavior of living organism, wirh special attention given to human behavior. Secara bebas
diterjemahkan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Dalam
pengertian tersebut, terdapat beberapa unsur, yaitu :
 Ilmu pengetahuan, yaitu suatu kumpulan yang tersusun secara sitematis dan
mempunyai metode tertentu yang bersifat ilmiah.
 Tingkah laku, yaitu segala manifestasi hayati yang meliputi tingkah laku kognitif,
afektif, konatif, dan motorik.
 Lingkungan, yaitu tempat dimana manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan dan
mengembangkan dirinya Secara garis besar, lingkungan dibedakan atas lingkungan
dalam dan lingkungan luar.

Psikologi perkembangan mempelajari perubahan dalam tiga dimensi besar, yaitu


antara lain:

 Perkembangan fisik
 Perkembangan kognitif
 Perkembangan sosio-emosional

Ketiga dimensi ini sendiri mencakup beragam subyek pembahasan yang luas, seperti
kemampuan motorik, fungsi eksekutif, pengertian moral, penguasaan bahasa, perubahan
sosial, kepribadian, perkembangan emosional, konsep diri dan pembentukan identitas.
Psikologi perkembangan mencakup beragam cabang ilmu, seperti psikologi pendidikan,
psikopatologi anak, psikologi perkembangan forensik, perkembangan anak, psikologi
kognitif, psikologi ekologi, dan psikologi kultural

Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan

Berdasarkan pengertian Psikologi Perkembangan dapat dipastikan bahwa ruang lingkupnya


mencakup satu kesatuan kehidupan manusia sepanjang masa.

Menurut Moh. Kasiram mengatakan, Ruang lingkup materi Psikologi Perkembangan meliputi
masa dalam kandungan, anak bayi, anak kecil, anak sekolah, masa fueral, masa pra remaja
dan masa remaja serta masa dewasa.

a. Psikologi Anak (mencakup masa bayi)

Masa Bayi (usia 2 minggu – 2 tahun). Masa ini adalah masa atau periode kritis dalam
perkembangan kpribadian karena merupakan periode di man dasar-dasar untuk kepribadian
dewasa pada masa ini diletakkan.
Masa kanak-kanak (2-6 tahun). Pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar
perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan
untuk proses adaptasi pada waktu masuk kelas 1 SD.

Masa Anak sekolah (6-12 tahun). Disebut juga masa intelektual, Karena pada masa ini
anak lebih difokuskan pada kegiatan endapatkan pendidikan dan perkembangan
intelektualnya. Pada masa ini juga anak lebih memiliki kesiapan untuk menjalankan tuntutan
dari orang lain yang ada di sekitarnya.

b. Psikologi Puber dan Addolesensi (Psikologi Pemuda).

Psikologi ini menekankan pada periode pubertas, yaitu di akhir usia masa kanak-kanan dan
awal usia remaja (sekitar usia 11 atau 12 tahun sampai 15 atau 16 tahun). Dalam masa ini
terdapat beberapa tanda-tanda yang dimiliki oleh individu laki-laki atau perempuan yang
berhubungan dengan perubahan bentuk, porsi, cirri seks primer dan cirri seks sekunder.

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gunarsa merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan
berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:[19]

✓Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

✓ Ketidakstabilan emosi.

✓ Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

✓Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

✓Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan


dengan orang tua.

✓Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.

✓ Senang bereksperimentasi

✓Senang bereksplorasi.

✓Mempunyai banyak fantasi,khayalan dan bualan.


Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan kelompok.

c. Psikologi Dewasa

Meru Lopakan periode penting dalam kehidupan manusia. Periode ini terbagi menjadi 3:

Masa Dewasa awal (21-40 tahun). Merupakan masa kemantapan dan produktif, suatu
masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosional, periode komitmen, kreativitas dll.

Dewasa pertengahan (40-60 tahun). Merupakan masa transisi di mana setiap individu
meninggalkan ciri jasmani dan perilkau masa dewasanya. Masa ini juga termasuk masa yang
ditakuti sebagian besar individu, cenderung ketertarikan kepada agama lebih tinggi dari
masa-masa sebelumnya karena merupakan kebutuhan pribadi dan sosial.

d. Psikologi Orang tua (60 tahun – meninggal)

Merupakan masa penutup dalam psikologi perkembangan atau masa penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu seseorang telah beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Pada masa ini ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Seringakali
orang menyebut masa ini adalah masa di mana individu tua kembali ke masa kanak-kanaknya
lagi, dalam hal psikisnya. Perubahan fisik dapat diamati dari perubahan fungsi melihat dan
mendengar yang secara mudah diamati.

Para Psikologi ada yang memandang periode kehidupan masa ini sebagai masa yang
negative, masa yang menyedihkan, lemah fisik, penyakit dll.

Ruang lingkup tersebut dikarenakan dalam Psikologi Perkembangan mengkaji perkembangan


tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari masa
dalam kandungan hingga meninggal dunia.

D. MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN BAGI GURU

Untuk membangkitkan keyakinan seorang guru tentang betapa pentingnya


pengetahuan dan pemahaman yang dalam mengenai perkembangan anak, maka guru tersebut
perlu mengetahui manfaat mempelajari psikologi perkembangan bagi kesuksesan profesinya
itu. Di samping itu, guru hendaknya menyadari berbagai kerugian yang akan muncul dan
ditemui jika ia mengabaikan kekhasan perkembangan anak-anak didiknya.
Kecakapan yang hendaknya dimiliki oleh seorang guru agar dapat menjadi guru yang
efektif, di antaranya yang paling mendasar adalah kecakapan memahami perkembangan
tingkah laku anak didiknya dan mengaitkan perkembangan tingkah laku tersebut dengan
proses belajar anak. Apabila seorang guru mampu memahami secara mendalam tingkah laku
anak didik dan perkembangan tingkah lakunya itu, maka metode pengajaran yang telah
dipelajarinya dapat dipergunakannya secara efektif. Demikian juga kegiatan konseling yang
dilaksanakan dalam membimbing anak yang mengalami permasalahan dalam belajar,
kemungkinan besar lebih berhasil. Perlu hendaknya disadari oleh guru bahwa tugasnya yang
paling penting dalam melakukan pendekatan dan bimbingan kepada anak didiknya adalah
menjadikan anak didiknya tersebut mampu mengembangkan keyakinan dan penghargaan
terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap belajar secara berangsur-
angsur dalam diri anak. Dengan mengetahui konsep-konsep dan prinsip-prinsip psikologi,
khususnya psikologi perkembangan, berarti seorang guru memiliki alat untuk memahami
tingkah laku anak didiknyadengan sebaik-baiknya.

Untuk lebih memperjelas hubungan antara pemahaman dan pengetahuan guru tentang
psikologi perkembangan dengan tugas-tugasnya di sekolah, maka berikut ini dikemukakan
manfaat mempelajari psikologi perkembangan bagi guru:

a. Guru dapat menghadapi anak didiknya secara tepat sesuai dengan sifat-sifat khas
yang ditampilkan anak didiknya.

b. Guru dapat memilih dan menentukan; tujuan, materi, alat (sarana dan prasarana),
dan strategi belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan intelektual anak didik.

c. Guru dapat menghadapi anak dengan benar dalam membentuk tingkah laku yang
benar.Guru yang mempelajari psikologi perkembangan, akan menyadari bahwa anak yang
dihadapinya adalah sedang dalam proses perkembangan. Sebagai individu yang sedang
berkembang, wajar jika anak melakukan berbagai kesalahan dalam bertingkah laku, karena
kekurang tahuan dan kekurang mampuannya. Oleh sebab itu, guru hendaknya selalu
menunjukkan sikap ramah, sabar, dan berusaha memberikan petunjuk tentang tingkah laku
yang seharusnya dilakukan anak. Guru terhindar dari sikap yang menyalahkan anak,
memojokkan dan menghina anak, yang semuanya ini justru memberikan pengaruh buruk bagi
perkembangan anak.
d. Guru dapat terhindar dari pemahaman yang salah tentanganak, khususnya tentang
keragaman proses perkembangan anak yang mempengaruhi kemampuannya dalam belajar.
Ada anak yang cepat dan ada yang lambat perkembangan kemampuannya. Oleh karena itu,
dalam kelas yang sama akankita jumpai setidaknya tiga kelompok anak dengan taraf
kemampuan yang berbeda, yaitu anak yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setiap
kelompok anak membutuhkan pelayanan sendiri baik dari segi waktu, cara, dan intensitasnya.
Dengan demikian, guru menjadi sadar bahwa pelayanan individu perlu dilaksanakan agar
usaha membelajarkan murid dapat berhasil dengan optimal.

E. Latar belakang dan sejarah psikologi perkembangan

Pada mulanya, psikologi perkembangan mengkhususkan diri pada masalah usia dan
tahapan-tahapan. Para penyelidik terdorong untuk mempelajari usia yang khas dan tertentu
dimana terjadi berbagai tahapan perkembangan. Begitu kata Siegel.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, psikologi perkembangan telah
melewati sejarah yang cukup panjang.  Sejarah psikologi perkembangan ini dibagi menjadi 3
periode, yaitu : (1). Minat awal mempelajari psikologi perkembangan anak, (2). Dasar-dasar
psikologi perkembangan secara ilmiah, dan (3). Munculnya psikologi perkembangan secara
modern.
1. Minat awal mempelajari perkembangan anak
Jauh sebelum dilakukan studi ilmiah terhadap perkembangan anak, perhatian dan
penyelidikan tentang anak- anak sedikit sekali dilakukan. Bahkan buku-buku khusus tentang
perkembangan jiwa anak sedikit sekali. Serta pemahaman mengenai anak-anak masih sangat
dipengaruhi keyakinan tradisional yang bersumber dari filosof dan teolog tentang anak , serta
lingkungan dan keturunan.
Plato (427-346 SM) merupakan salah seorang filosof yang banyak
mempengaruhi  pandangan masyarakat tentang kehidupan anak. Menurut Plato, perbedaan-
perbedaan individual mempunyai dasar genetis. Potensi individu ditentukan oleh factor
keturunan. Artinya, sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan
yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan.
Pada akhir abad ke-17, seorang filosof Inggris keamanan, John Locke (1632-1704)
mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan factor yang paling
menentukan dan perkembangan anak. Ia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate
knowledge) . sebaliknya menurut beliau isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat
secarik kertas yang masih kosong, dimana bentuk dan corak kertas tersebut nantinya sangat
ditentukan oleh bagaimana kertas itu ditulisi. Dikenal dengan istilah “tabula rasa” (Blank
slate) .
Pandangan-panadangan John Locke ini kemudian ditentang oleh Jean Jacques
Rousseau (1712-1778), seorang filosof Perancis abad ke 18, yang berpandangan bahwa anak
berbeda secara kualitatif dengan orang dewasa. Ia sama sekali menolak pandangan bahwa
bayi adalah makhluk pasif, yang perkembangannya ditentukan oleh pengalaman.
Dalam bukunya emile ou I’education yang diterbitkan tahun
1762, Rousseau menolak pandangan bahwa anak memilki sifat bawaan yang buruk (innately
bad).  Sebaliknya Rousseu menegaskan bahwa : “ All things are good as they come out of
the hands of their creator, but everything degenerates in the hands of man.” ( segala-
galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya
memburuk dalam dalam tangan manusia). Dan dikenal dengan istilah “noble savage”, dan
digolongkan sebagai pandangan yang beraliran “Nativisme”. Sebaliknya
pandangan Locke merupakan aliran “Empirisme” . kedua pertentangan ini kemudian
menjadi titik awal timbulnya “teori belajar” (learning theory) dikemudian hari.
2. Pembentukan psikologi perkembangan secara ilmiah
Gambaran tentang masa anak-anak yang diungkapkan oleh Plato,
Locke, dan Rousseau pada dasarnya bersifat spekulatif karna tidak mengajukan bukti-bukti
yang nyata dari hasil observasi pada anak-anak. Tetapi penelitian yang lebih terarah terhadap
kehidupan dan perkembangan psikis anak baru dimulai pada abad ke-18, walaupun jika
ditinjau dari segi ilmiah dan sistematika dapat dikatakan belum memuaskan.
Dalam periode ini sumber penting untuk mempelajari anak adalah catatan-catatan
harian mengenai perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi catatan-catatan itu baru ditulis
terhadap anak-anak sendiri. Misalnya seorang ahli pedidikan dari Swiss, Johan Heinrich
Pestalozzi (1746-1827) pada tahun 1774 menerbitkan catatan-catatan harian yang ditulis
terhadap anaknya sendiri yang berusia 3,5 tahun. Dan dia mendukung
pendapat Rousseau bahwa seorang anak yang dilahirkan pada dasarnya mempunyai segi-segi
yang baik, dan perkembangan selanjutnya banyak dipengaruhi oleh aktivitas anak itu sendiri.
Beberapa waktu kemudian, Dietrich Tiedeman, seorang tabib berkebangsaan
Jerman, juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 1787 Tiedeman memperkenalkan hasil
penelitian berdasarkan catatan harian terhadap pekembangan anaknya sendiri yang berusia
2,5 tahun yang meliputi perkembangan sensoris, motoris, bahasa dan intelek anak.
Perhatian dan penyelidikan yang sesungguhnya tentang perkembangan anak melalui
observasi langsung baru dimulai pada abad ke-19 dan tokoh yang cukup berpengaruh
adalah Charles Darwin dan Wilhelm Wundt.
Pengaruh Darwin (1809-1882) sangat besar meskipun jika disimpulkan catatan-catatn
harian Darwin tidak bisa dikatakan mempunyai nilai-nilai ilmiah yang kuat. Tapi ini
merupakan titik awal studi yang lebih sistematis. Pandangan biologis Darwin yang
menganggap perekembangan sebagai pembukaan kemampuan dan ciri-ciri yang telah
terprogram secara genetic, kemudian menjadi landasan bagi sejumlah teoritis psikologi
perkembangan. Bahkan riset terakhir mengenai perkembangan biologi-saraf, juga
meneruskan tradisi Darwin.
Sementara pengaruh Wilhelm Wundt (1832-1920) beliau merupakan orang yang
mempelopori psikologi menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Yang ditandai dengan
berdirinya laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig tahun 1879. Dan dia beranggapan
bahwa experiment memiliki arti yang penting bagi psikologi.dan dengan teliti ia membuat
rumusan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah eksperimen.
3. Munculnya studi psikologi perkembangan modern
Studi sistematis tentang psikologi perkembangan mengalami perkembangan yang
signifikan pada abad ke-20. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini lebih
bersifat deskriptif dan lebih dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum,
golongan-golongan umur serta masa-masa perkembangan  tertentu.
Perubahan dalam studi psikologi perkembangan terjadi setelah J.B.
Watson memperkenalkan teori Behaviorisme. Dalam teorinya Watson menggunakan
prinsip-prinsip “calssicalconditioning”   untuk memperjelas perkembangan suatu tingkah
laku. Menurutnya prinsip-prinsip conditioning dan prinsip-prinsip belajar dapat diterapkan
pada semua perkembangan psikologis. Karya Watson ini memancing perkembangan teori-
teori psikologi yang bertentangan.
Dalam kurun waktu yang sama pengaruh Sigmund Freud dalam psikologi
perkembangan juga mulai terlihat. Dalam kunjungannya ke Amerika atas
undangan G.Stanley Hall pada tahun 1909 dalam ceramahnya menyampaikan penjelasan
tentang teori psikoanalisisnya, yang menekankan pengalaman masa bayi dan anak-anak
mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap perkembangan kepribadian dan tingkah
laku orang dewasa. Semula teori ini banyak ditentang oleh psikolog perkembangan. Baru
sekitar tahun 1930-an dilakukan usaha yang sungguh-sungguh dalam bentuk penelitian
tentang aspek perkembangan dari teorinya.
Namun pengaruh dari Watson, Freud dan tokoh yang lain dalam disiplin ilmu ini
besar, namun sampai tahun 1930-an penelitian-penelitian psikologi perkembangan masih
bersifat deskriptif. Dan ini yang menjadi kurang nya publikasi mengenai psikologi
perkembangan ini, hingga sekitar tahun 1939-1949. Namun ternyata kemunduran ini tidak
berlangsung lama karena pada tahun 1950-an psikologi perkembangan memasuki periode
baru dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Dan ini berlangsung hingga saat ini.
Setidaknya ada tiga factor yang mendorong diaktifkannya kembali bidang studi psikologi
perkembangan ini.
Pertama  , terjadinya perubahan orientasi dalam riset-riset psikologi perekembangan
hingga menjadi bersifat eksperimental. Teknik yang digunakan terbukti sangat efektif, yakni
pengukuran dan pengotrolan dalam eksperimen. Perubahan juga terjadi dalam focus
penelitian dalam masalah yang lebih spesifik, seperti proses-proses persepsi, problem
solving, attention dan sebagainya. Dan kadang-kadang mempunyai cara pendekatan yang
berbeda dengan alur berfikir psikologi umum.
Kedua,  ditemukannya kembali hasil-hasil karya Jean Piaget, seorang psikolog dari
Swiss yang secara terus –menerus   aktif melakukan penelitian mengenai perkembangan
kognisi pada anak-anak dari bayi  hingga remaja. Hingga ia mampu menyusun teori yang
komprehensif tentang perkembangan kognisi. Ia menentang pendapat kaum behavioris yang
menganggap perkembangan individu sepenuhnya dipengaruhi oleh factor lingkungan. Dan
menentang pendapat ekstrem lainnya yang berpendapat bahwa perkembangan dipengaruhi
sepenuhnya oleh pengaruh genetic atau keturunan.  Sebaliknya piaget berpendapat,
perkembangan terjadi sebagai hasil interaksi yang antara individu di satu pihak dan tuntutan
lingkungan di pihak lain. Oleh sebab itu  individu selalu beradaptasi untuk mempertahankan
keseimbangan antara dirinya dan lingkungan. Karena karyanya diterbitkan dalam bahasa
Perancis yang sulit dan rumit, maka baru pada tahun 1950-an bisa diterjemehkan dalam
bahasa inggris. Padahal dia sudah menulis nya sejak tahun 1920-an. Sejak inilah pengaruh
buku-bukunya mendominasi psikologi perkembangan.
Ketiga, adanya minat baru terhadap asal mula tingkah laku (origin of behavior) yang
ditandai dengan meningkatnya riset terhadap terhadap bayi-bayi. Dan peningkatan ini
didorong pula dengan alat-alat yang semakin modern pula.
Hingga permulaan tahun 1950-an studi mengenai tingkah laku serta kondisi-kondisi
psikis dan fungsionalitas kepribadian individu lebih terfokus pada anak, sehingga lebih
dikenal dengan psikologi anak. Ciri-ciri khas psikologi anak pada waktu itu adalah:
1)      Orientasi lapangan psikologi anak menjadi terlalu klinis-patologis, yakni banyak
berhubungan dengan kelainan tingkah laku anak dan usaha untuk mempengaruhinya ke arah
perbaikan tingkah laku yang diharapkan.
2)      Psikologi anak banyak menaruh perhatian terhadap aspek-aspek praktis pada tingkah laku
serta perkembangan kepribadian pada umumnya dengan masalah-masalah yang timbul.
3)      Usaha mengenal dan memberi ciri-ciri kepribadian banyak dilakukan.
Pada tahun 1960-an, “psikologi anak” yang hanya mencakup seluk-beluk anak mulai
digantikan oleh “psikologi perkembangan” yang mempunyai bidang cakupan yang lebih
luas.

F. Tokoh-toh psikologi perkembangan dan pengaruh tokoh dalam psikologi


perkembangan
1. Wilhelm Wundt
(1832 – 1920)
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di
Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak
psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig.
Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar
kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai
seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses
sensory (suatu proses yang dikelola oleh panca indera).

Pada tahun 1875 ia pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun 1879 ia dan murid-
muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut.
Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang dianggap sebagai titik tolak berdirinya
psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat &
Ilmu Faal). Sebelum tahun 1879 memang orang sudah mengenal psikologi, tetapi belum ada
orang yang menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilmu faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya adalah seorang
dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai
dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan eksperimen-eksperimen dalam bidang
psikologi di laboratoriumnya.
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan
menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori. Buku-buku yang pernah
ditulisnya antara lain: “Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung” (Persepsi yang
dipengaruhi kesadaran, 1862), “Grund zuge der Physiologischen Psychologie” (Dasar
fisiologis dari gejala-gejala psikologi, 1873) dan “Physiologische Psychologie”.

2. Ivan Pavlov
(1849 – 1936)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di
Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak
mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.
Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan
studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya
(seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia
kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku
(behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning.
Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned
stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau
diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned
stimulus – stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan
respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini
bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan
dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar
bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.

3.Emil Kraepelin
(1856 – 1926)
Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada
tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi
dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja
dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai
meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus
menjadi direktur klinik tersebut.

Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-
penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan
yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM),
diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa
jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan
penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Psikologi Perkembangan merupakan bagian dari Psikologi Teoritis dan Psikologi


Khusus yang menjadikan manusia sebagai obyeknya dan lebih memfokuskan kajuannya pada
tingkah laku serta gejala-gejala kejiwaan. Psikologi Perkembangan adalah suatu ilmu ang
mmembahas tingkah lak manusia yang sedang dalam masa perkembangan, mulai masa dalam
kandungan sampai meninggal dunia, dan selanjutnya berdasarkan pertumbuhan, kematangan,
belajar dan pengalaman.

Obyek serta ruang lingkupnya menyangkut satu-kesatuan tahap perkembangan individu


yang dimulia dengan masa bayi, masa remaja, masa dewasa dan masa tua yang nantinya
berakhir pada fase meninggal dunia. Dalam psikologi perkembangan, yang pelajari
cenderung kepada manusia sebagai person yang itu sangat dipengaruhi oleh masyarakat,
karena mayarakat merupaka tempat berkembangnya person individu.
Daftar Pustaka

Rachman, Elfi Yuliani . (2005). Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press
Kampus Ronowijayan.

Desmita. (2006).psikologi perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.

Muhibbin Syah. (2000). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT. Remaja
Rosdakarya Bandung.

Abu Ahmadi dan Munawar sholeh. (2005). Psikologi perkembangan, PT. Rineka Cipta.

Rosleny Maryani. (2010). Psikologi umum, CV.Pustaka Setia Bandung.

Hurlock Elizabeth B (1980). Psikologi perkembangan, Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai