Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PERKEMBANGAN PRAGMATIS PADA ANAK USIA DINI”

Mata Kuliah:
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Dosen Pengajar:
Dr. Siti Ruhana, M.pd

Disusun Oleh:
Putri Ameilia Candra (06040921079)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


TAHUN 2021/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat dan
salam saya ucapkan kepada Rasulullah SAW . Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau di
yaumul qiyamah nanti .

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas perkembangan
bahasan anak usia dini yang diajarkan oleh ibu Dr. Siti Ruhana, M.pd selaku dosen pembimbing
mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “perkembangan pragmatis pada anak usia dini” sehingga pembaca makalah ini faham
tentang apa itu perkembangan pragmatis pada anak usia dini secara benar, tahapan tahapan
perkembangan pragmatis setiap usia anak serta faktor penghambat dan pendukung anak dalam
perkembangan pragmatis ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuDr. Siti Ruhana, M.pd, selaku Dosen
perkembangan bahasa anak usia dini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Dan saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari makalah yang saya tulis masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr wb

Surabaya, 18 Oktober 2021

Penyusun

Putri Ameilia Candra


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pragmatis..............................................................................................................3
2.2 Hal-Hal yang perlu Dikaji Dalam Perkembangan Pragmatis................................................3
2.3 Proses Anak Mendapatkan Bahasa........................................................................................4
2.4 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 0- 6 Bulan.........................................................7
2.5 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 7- 12 Bulan.......................................................8
2.6 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 13- 16 Bulan.....................................................8
2.7 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 17 bulan-2 tahun...............................................9
2.8 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 3 tahun-6 tahun...............................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran dan Kritik...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek perkembangan yang diajarkan kepada anak sejak dini adalah
perkembangan bahasa (linguistik). Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dengan orang
lain. Bahasa yang kita gunakan harus dapat dipahami oleh orang lain agar orang lain
mengerti maksud dari ucapan kita. Maka dari itu kita harus mengajarkan bahasa yang benar
kepada anak. Ketika anak memperoleh bahasa pertamanya, ada dua proses yang terjadi, yaitu
proses kompetensi dan proses performansi.
Sesuai dengan pemikiran tersebut, dapatlah dikatakan bahwa dalam perkembangan
usianya dalam memperoleh kemampuaan berbahasa, anak melampaui tahap-tahap yang
masing-masing tahapan meliputi ketiga komponen tersebut. Jika komponen fonologi,
sintaksis, dan semantik berfokus pada penguasaan bahasa, komponen pragmatis lebih fokus
pada penggunaan bahasa. Dalam ujaran, anak juga menggunakan aturan pragmatis, selain
mematuhi sistem gramatika bahasa serta memahami tuturan dan memproduksi tuturan yang
dapat dipahami mitra tutur.
Untuk itu supaya anak mampun dalam memahami tuturan dari orang lain dan
memproduksi tuturan untuk menyatakan maksud kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa yang benar dan mudah dipahami. Maka dari itu makalah ini saya buat untuk
memberikan pengertian tentang maksud dari perkembangan pragmatis pada anak usia dini
dan cara penerapan perkembangan pragmatis ini kepada anak usia dini, agar pembaca
makalah ini bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Dari Pragmatis?
2. Apa saja yang perlu dikaji dalam Perkembangan Pragmatis Anak?
3. Bagaimana Proses Anak Memperoleh Bahasa?
4. Bagaimana Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 0-6 Bulan?
5. Bagaimana Tahap Perkembangan Pragamatis Pada Usia 7-12 Bulan?
6. Bagaimana Tahap Perkembangan Pragamatis Pada Usia 13-16 Bulan?
1
7. Bagaimana Tahap Perkembangan Pragamatis Pada Usia 17 Bulan- 2 Tahun?
8. Bagaimana Tahap Perkembangan Pragamatis Pada Usia 3 Tahun- 6 Tahun?

1.3 Tujuan
1. Mengerti tentang pengertian pragmatis secara benar.
2. Menginformasikan kajian yang terkait dengan perkembangan pragmatis anak.
3. Mengetahui proses anak dalam memperoleh bahasa
4. Mengetahui tahap perekembangan pragmatis pada usia 0-6 bulan.
5. Mengetahui tahap perkembangan pragmatis pada usia 7-12 bulan.
6. Mengetahui tahap perkembangan pragmatis pada usia 13-16 bulan.
7. Mengetahui tahap perkembangan pragmatis pada usia 17 bulan- 2 tahun
8. Mengetahui tahap perkembangan pragmatis pada usia 3 tahun- 6 tahun.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pragmatis


Pragmatis adalah sebagai salah satu cabang dari ilmu bahasa mengedepankan pada
keterlibatan konteks saat menggunakan bahasa. Menurut Dardjowodjojo (2008:266) menyebut
Pragmatis sebagai bagian dari perilaku berbahasa. Saat anak mulai mengenal dunia
sekelilingnya, anak akan berperilaku seperti yang dilihat dan dirasakannya sehingga ia dapat
disebut penutur bahasa.

Penutur bahasa diharapkan dapat menerapkan kaidah ketatabahasaan maupun kaidah


komunikasi dan fungsi komunikatif (Supriyadi, 2011:90). Anak sebagai penutur bahasa memiliki
tahapan kompetensi kebahasaan yang berkembang sejurus dengan berkembangnya kognisi
mereka. Pada saat anak mengenal kata dan menyusun kalimat sederhana meskipun tidak
beraturan, anak mulai memperhatikan konteks.

Dalam penelitian Astini (3003:4) disebutkan, anak usia 2 tahun sudah mengetahui ujaran
tersirat, ketika ia menginginkan susu ibunya. Anak tersebut dapat memahami tuturan ibunya
yang berupa: ‘Apa tidak malu, dilihat banyak orang?’. Dengan demikian, anak tersebut, sudah
mampu memahami makna yang tersirat dalam sebuah tuturan deklaratif. Hal ini merupakan
ranah Pragmatis,yaitu saat bahasa digunakan untuk tujuan komunikasi.

2.2 Hal-Hal yang perlu Dikaji Dalam Perkembangan Pragmatis

Pada saat berbicara Pragmatis tentu saja banyak hal yang perlu dikaji, namun dalam
penelitian ini, peneliti berfokus pada kemampuan anak dalam tindak tutur direktif (TTD) seperti
yang diperkenalkan oleh Austin dan Searle (1962-1969). TTD merupakan tindak tutur yang
bertujuan agar petutur melakukan sesuatu. TTD ini dapat berbentuk menyuruh, meminta,
mengundang, melarang, menyarankan, dan sebagainya. Dalam menyampaikan TTD ini, penutur
dapat menyampaikannya secara implisit maupun eksplisit. Seperti pada saat seseorang meminta
petutur utuk mengambilkan jaket, tuturan secara sintaksis dapat berbentuk imperatif maupun
interogatif (Cutting, 2008:14-16).

3
Kemampuan anak memproduksi dan merespon TTD tersebut, tidak terlepas dari stimulus
yang diterima anak. Pada usia emas bahasa juga akan lebih mudah dikuasai anak. Bahasa sama
sekali tidak akan dapat dikuasai tanpa adanya ekspos selama masa kritis (Salkind, 2006:227).
Masa kritis disebut beragam oleh beberapa ahli namun pada dasarnya semua sepakat bahwa usia
tidak tahun masuk dalam periode tepat mempelajari bahasa. Dalam mempelajari bahasanya,
lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan bahasa anak. Anak mempelajari sebuah
bahasa melalui interaksi sosial dan menggunakannya untuk kepentingan sosial (Goh dan Silver,
2004:15).

Sesaat anak terlahir ke dunia, ia akan berkomunikasi dengan bahasa yang terus
berkembang sejurus dengan seberapa banyak interaksi anak tersebut dengan orang lain. Lev
Vygotsky (1896-1934) seorang ahli perkembangan anak dari Rusiaberpendapat bahwa interaksi
sosial anak dengan orang dewasa adalah proses penting untuk meningkatkan kecerdasan anak
(Santrock, 2007:50).

Bahkan ia menyebut bahwa kognisi anak tumbuh melalui interaksi anak bersama orang
lain termasuk orang tuanya. Dalam pemerolehan bahasa, lingkungan yang berpengaruh terhadap
anak adalah lingkungan sosial dan lingkungan linguistik (Goh dan Silver, 2004:16). Lingkungan
sosial mengacu pada hal-hal yang menstimulasi anak mempelajari dunianya, sementara
lingkungan linguistik berarti interaksi anak dengan orang lain dengan menggunakan bahasa,
mulai dari mendapatkan input, merespon dan mendapat timbal balik baik secara implisit maupun
eksplisit.

2.3 Proses Anak Mendapatkan Bahasa


Pemerolehan bahasa seorang anak sangat berkaitan dengan keuniversalan bahasa yang
berarti bahwa ada elemen-elemen bahasa yang urutan pemerolehannya bersifat universal, baik
universal absolut, statistikal, maupun implikasional. Jenis komponen yang terlibat
mempengaruhi sifat keuniversalannya. Pada komponen fonologi sifat keabsolutannya sangat
besar, misalnya suatu bunyi tidak mungkin dikuasai sebelum bunyi yang lain. Sementara untuk
komponen- komponen lain seperti sintaktik dan semantik tingkat keuniversalannya juga
bertingkat.

Ada tiga (3) hipotesis yang dikembangkan oleh para ahli bahasa mengenai proses pemerolehan
bahasa, yaitu:
a. Hipotesis Nurani.

Hipotesis nurani mengatakan bahwa setiap manusia yang berbahasa mampu


memahami dan membuat kalimat dalam bahasanya. Anak-anak memperoleh kompetensi
dan performansi bahasanya dalam bahasa pertama mereka, dan karena tata bahasa setiap
bahasa terdiri dari komponen sintaksis, semantik dan fonologi maka ketiga komponen
inilah yang pertama dikuasai anak.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para
pakar terhadap pemerolehan bahasa anak-anak (Lenneberg, 1967, Chomsky
1970)[2]. Di antara hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut:
 Semua anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya apabila
‘diperkenalkan’ dengan bahasa ibunya dan tidak diasingkan dari kehidupan
bahasa ibunya.
 Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Pemerolehan
bahasa terjadi secara merata baik untuk anak cerdas maupun tidak cerdas.
 Kalimat yang didenganr anak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap dan
sedikit jumlahnya.
 Bahasa tidak bisa diajarkan terhadap makhluk lain
 Proses pemerolehan bahasa anak-anak erat kaitannya dengan proses pematangan
jiwa anak.

Mengenai hipotesis nurani bahasa, Chomsky dan Miller mengatakan adanya alat
khusus yang dimiliki setiap kanak-kanak sejak lahir untuk dapat berbahasa. Alat itu
dinamakannya language acquisition device (LAD), yang berfungsi untuk
memungkinkan seorang kanak-kanak memperoleh bahasa ibunya.

Jadi, yang perlu bagi LAD adalah masukan linguistic. Faktor-faktor non-
linguistik tidak begitu penting dalam pemerolehan bahasa. Namun, dalam
perkembangannya, kajian pemerolehan bahasa sudah memperhatikan tiga unsur yang
dulu kurang diperhatikan LAD, yaitu (1) korpus ucapan, (2) peranan semantic dan (3)
peranan perkembangann kognisi.

b. Hipotesis Tabularasa
Hipotesis ini dikemukakan oleh John Locke, seorang tokoh empirisme,
yang menyatakan bahwa manusia waktu dilahirkan seperti kertas kosong.
Kemudian, teori ini disebarkan oleh Watson seorang tokoh aliran
behaviourisme. Menurut teori tabularasa, semua pengetahuan bahasa manusia
yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi
peristiwa-peristiwa linguistik. Hal ini sejalan dengan aliran behaviourisme yang
menganggap pengetahuan linguistik dibentuk dengan pembelajaran S-R
(Stimulus - Respons). Cara pembelajaran S-R yang terkemuka antara lain
pelaziman klasik, pelaziman operan, dan mediasi.
Skinner menjelaskan berbicara merupakan satu respon operan yang
dilazimkan kepada sesuatu stimulus dari dalam dan dari luar, yang sebenarnya
tidak jelas diketahui. Untuk menjelaskan hal ini Skinner memperkenalkan
sekumpulan kategori respon bahasa yang hamper serupa dengan ucapan, yaitu
mands, tacts, echois, textuals, dan intra verbal operant.

c. Hipotesis Kesemestaan Kognitif


Hipotesis yang diperkenalkan oleh Piaget ini telah digunakan sebagai dasar
untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak. Menurut
teori kesemestaan kognitif, bahasa diperolah berdasarkan struktur-struktur
kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui
interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Urutan
pemerolehan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :
 Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola
aksi dengan cara bereaksi terhadap alam sekitarnya;
 Setelah struktur aksi diuraikan, maka kanak-kanak memasuki tahap
representasi kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun sampai 7 tahun.
 Setelah tahap represntasi kecerdasan, dengan represntasi simboliknya,
berakhir, maka bahasa anak-anak semakin berkembang dn dengan
mendapat nilai-nilai sosialnya.
6

Menurut Piaget, ucapan holofrasis pertama selalu menyampaikan


pola-pola yang pada umumnya mengacu pada anak itu sendiri. Oleh
karena itu, Sinclair-de Zwart merumuskan tahap-tahap pemerolehan
bahasa sebagai berikut:
 Kanak-kanak memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi
yang didengarnya untuk menyampaikan satu pola aksi;
 Jika gabungan bunyi pendek ini dipahami, maka kanak-kanak itu akan
memakai seri bunyi yang sama, tetapi dengan bentuk fonetik yang lebih
dekat dengan fonetik orang dewasa, untuk menyampaikan pola-pola aksi
yang sama, atau apabila pola aksi yang sama dilakukan oleh orang lain;
 Setelah tahap kedua muncullah fungsi-fungsi tata bahasa yang pertama
yaitu subjek-predikat dan objek.

2.4 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 0- 6 Bulan


Tahap perkembangan pragmatis pada usia 0 tahun, sejak masa-masa awal setelah ke-
lahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya (dan orang dewasa di sekitarnya sejak
dini memang memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat diajak berbicara). Bentuk
komunikasi anak per-tama-tama berkembang dari suara tangisnya. Suara tangis yang semula
digunakan untuk "menyatakan rasa tidak enak" berkembanglah penambahan makna baru atau
"tindak ujaran" (speech act) yang baru pada suara tangis itu, yaitu "meminta orang dewasa
berbuat sesuatu untuknya. Sikap ini disebut makna pragmatis.

Usia 3 minggu bayi sudah dapat tersenyum dalam pengertian "senyum sosial". Senyum
seperti ini muncul pada waktu ada rangsangan dari luar. Pada usia 12 minggu, bayi sudah
mengenal pola dialog. Ia menge-luarkan suara balasan apabila ibunya rnemberikan tanggapan
ter-hadap suaranya, apa pun itu bentuknya, entah itu bersin, sendawa, atau batuk. Pada usia bayi
sudah dapat menanggapi ajakan komunikasi dari ibunya. Kemampuan menanggapi ajakan orang
lain untuk berkomunikasi berkembanglah kemampuan untuk memulai atau memprakarsai suatu
"dialog".

Pada usia sekitar 4 bulan. Prakarsanya mengajak berkomunikasi dengan orang dewasa itu
dilakukannya dengan batuk atau senyumnya. Menjelang usia 5 bulan. Bayi mulai menirukan
secara sengaja gerak-gerik dan suara orang dewasa. Pada usia sekitar 5 bulan. Bayi dapat
bersuara dengan sikap menunjukkan rasa senang, rasa tidak senang, rasa puas, rasa mau tahu.

Prakarsanya mengajak berkomunikasi dengan orang dewasa dilakukannya dengan batuk


atau senyumnya. Pada usia 6 bulan; Mulai meningkat minat bayi pada mainan dan benda-benda
yang ada di sekitarnya. la mulai terasyikkan dengan gerakan meraih, menggenggam, dan
menguasai benda. Semenjak masa ini, interaksi tidak lagi antara bayi dan ibu saja; interaksi
berkembang menjadi tiga serangkai: bayi, ibu, dan benda-benda.

2.5 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 7- 12 Bulan


Selama paruh kedua tahun pertama usianya (7-12 bulan) anak mulai lebih memiliki
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak sudah mulai dapat menyatakan hajatnya secara
lebih jelas dan efektif. Pengucapan bunyi yang stabil secara fonetis itu terjadi pada anak usia
sekitar 9 bulan. Sernentara itu, mulai stabil pula pengaitan bunyi tertentu dengan konteks
pengucapan bunyi yang bersangkutan.

Bambang Kaswanti Purwo (2015) mengutip beberapa pendapat pendahulunya terkait


penelitian berbahasa anak, yaitu von Raffler Engel mencatat bahwa anak laki-lakinya
menyuarakan [eee] apabila ia "meminta sesuatu", dan me-nyuarakan [uuu] apabila ia "tidak
menyetujui sesuatu". Dore, et al. melaporkan hal yang serupa pada anak usia 11 bulan. Halliday
mencatat adanya bunyi-bunyi tertentu pada anaknya, pada usia 9 sampai 10,5 Perkembangan
Pragmatis dalam Pemerolehan Bahasa Anak 82 bulan, yang dapat ditafsirkan sebagai maksud
anak untuk memikat dan mengikat perhatian orang dewasa.
2.6 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 13- 16 Bulan
Pada usia antara 13 dan 16 bulan, berdasarkan penelitian Carter (dalam Purwo, 2015)
terhadap anak yang bernama David, anak menggunakan kombinasi bunyi satu silabel (yang
terdiri atas satu suku kata) dengan gerak-gerik tertentu. Carter rnendaftar adanya delapan wujud
pragmatik (pragmatic entities) yang diungkapkan oleh anak pada masa usia itu.

Berikut ini lima di antara delapan wujud pragmatis yang dicoba didaftar oleh Carter.
Kedelapan wujud pragmatis ini pada hakikatnya merupakan "permintaan anak untuk (kurang
lebih) mengubah keadaan di sekitarnya"

a. [m] , [mm], [ma], [may]. [me] meraih ke benda (minta bantuan agar dapat memperoleh
benda)
b. [I]., [la], [lae] atau [d], [da], [dae] , [de] menunjuk ke benda (menarik perhatian terhadap
benda)
c. [h], [ba], [bae]. [be] menghempaskan benda (minta bantuan menyingkirkan benda)
d. [n.1], [n] , [ne] , [na], [nae], [now] menggeleng-gelengkan kepala (menyatakan tidak
setuju, tidak senang)
e. [h], [hi], [hiyl , [he], [he], [Tim] meraih ke orang (memberi atau mengambil benda)

2.7 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 17 bulan-2 tahun


Tahapan ke dua sampai ke 4. Penggunaaan bahasa lebih meningkat kearah yang lebih
kompleks Sekitar usia 18 bulan. Penggunaan gerak-gerik akan semakin menyurut pada waktu
anak mengakhiri masa holofrastis, yaitu pada saat anak memasuki tahap sintaksis, pada waktu
anak mulai mampu merangkai dua kata (atau yang disebut masa "kalimat dua kata").

Sekitar usia 2 tahun. Pada masa holofrastis, "kalimat satu kata" pada awalnya hanya
digunakan untuk "meminta sesuatu" dan "menyapa". Kata more, misalnya, dimaksudkan untuk
"meminta makanan lagi" atau "meminta untuk digelitik lagi". Kata up digunakan untuk
"meminta untuk diangkat" dan saya memiliki contoh berdialog dengan anak usia 2 tahun yaitu
sebagai berikut.

Bu Guru: Rumah Elen di mana?


Elen : Jauh

Bu Guru : Trus, ini rumahnya siapa?

Elen : Rumah Elen

Bu Guru : Elen sudah makan?

Elen : Udah

Bu Guru: Makan apa?

Elen : Bawang sama nasi

Bu Guru: Bisa makan sendiri?

Elen : Tidak

Bu Guru : Siapa yang suapin?

Elen : Ibu

2.8 Tahap Perkembangan Pragmatis Pada Usia 3 tahun-6 tahun


Pada anak Usia 3 tahun perkembangan pragmatis dimulai dari mengenal kata introgatif,
mengenal kata persuasif dan mengerti tentang perintah. Contoh dialognya sebagai berikut:

Konteks (Anak F mengambil bekal lalu meletakkan kantong plastik pembungkus bekal tersebut )
begitu saja )

Guru : Sampahnya dibuang di mana, Mas?

AF(3:1) : [meletakkan kantong plastik di pangkuan ibu guru, lalu sibuk dengan bekalnya]

Guru : Maaf, yang mbuang siapa? Ini baaimana ni sampahnya? nasibnya gimana?

AF (3:1) : [Menengambil plastik tersebut dan membuangnya]

Pada contoh ini terlihat bahwa saat merespon tuturan guru yang berupa perintah,
setidaknya ada respon verbal dan non verbal. Saat guru bertanya ‘Sampahnya dibuang di mana,
Mas?’ tentu saja guru tidak menginginkan jawaban literal seperti ‘tempat sampah’.
Sehingga AF memahami bahwa kalimat interogatif tersebut sebenarnya perintah guru
agar ia membuang sampah pada tempatnya. Respon AF berupa non verbal-meletakkan plastik di
pangkuan guruseolah berharap gurunya yang akan membantunya melakukan tugas ‘membuang
sampah tersebut.

10

Pada Usia 4-6 tahun anak mulai bisa merangkai kata untuk dijadikan kalimat dan mulai
bercerita serta menceritakan ke orang tentang apa yang terjadi pada dirinya sendiri atau
terkadang karangan yang dia buat atas dasar imajinasinya. Mereka bercerita menggunkan bahasa
yang seriang dia dengar. Maka anak pada usia 4-6 tahun ini selalu ingin orang tuanya
mendengarkan ceritanya juga merespon dari cerita yang dikatakan tadi. Anak usia prasekolah di
taman kanak-kanak bertindak sebagai penutur dan petutur diposisikan sebagai peran pembicara.

Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan pemerolehan pragmatik anak usia
prasekolah memerlukan waktu yang lama dan panjang serta melalui fase-fase yang memiliki ciri-
ciri tersendiri. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan fase yang memerlukan perhatian.
Inilah sebabnya fase prasekolah merupakan awal penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia pada fase selanjutnya.
11

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pragmatis adalah sebagai salah satu cabang dari ilmu bahasa mengedepankan pada
keterlibatan konteks saat menggunakan bahasa. Saat anak mulai mengenal dunia sekelilingnya,
anak akan berperilaku seperti yang dilihat dan dirasakannya sehingga ia dapat disebut penutur
bahasa. Dalam menuturkan bahasa, anak memperoleh bahasa dari 3 hipotesis yaitu hipotesis
nurani, hipotesis tabulrasa dan hipotesis kesemestaan kognitif. Melalui 3 tahapan ini anak bisa
mengerti bahasa yang digunakan seperti apa.

Pragmatis pada anak usia dini itu dilakukan bertahap mulai dari 0 bulan yaitu melalui
tangisan, tangisan yang mengartikan "menyatakan rasa tidak enak" berkembanglah penambahan
makna baru atau "tindak ujaran" (speech act) yang baru pada suara tangis itu, yaitu "meminta
orang dewasa berbuat sesuatu untuknya” sikap ini dinamakan pragmatis. Lalu di usia 3 minggu
bayi sudah dapat tersenyum yang menandakan ada rangsangan dari luar.

Pada usia 12 minggu, bayi sudah mengenal pola dialog. Ia menge-luarkan suara balasan
apabila ibunya rnemberikan tanggapan ter-hadap suaranya, apa pun itu bentuknya, entah itu
bersin, sendawa, atau batuk. Pada usia sekitar 4 bulan. Prakarsanya mengajak berkomunikasi
dengan orang dewasa itu dilakukannya dengan batuk atau senyumnya. Menjelang usia 5 bulan.
Bayi mulai menirukan secara sengaja gerak-gerik dan suara orang dewasa.

Lalu usia 6 bulan; Mulai meningkat minat bayi pada mainan dan benda-benda yang ada
di sekitarnya. la mulai terasyikkan dengan gerakan meraih, menggenggam, dan menguasai
benda. Selama paruh kedua tahun pertama usianya (7-12 bulan) anak mulai lebih memiliki
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak sudah mulai dapat menyatakan hajatnya secara
lebih jelas dan efektif. Pada usia antara 13 dan 16 bulan, anak menggunakan kombinasi bunyi
satu silabel (yang terdiri atas satu suku kata) dengan gerak-gerik tertentu. Pada usia 17-18 bulan
penggunaaan bahasa lebih meningkat kearah yang lebih kompleks. Sekitar usia 2 tahun. Pada
masa holofrastis, "kalimat satu kata" digunakan untuk "meminta sesuatu" dan "menyapa".

12

Untuk usia 3 tahun perkembangan pragmatis dimulai dari mengenal kata introgatif,
mengenal kata persuasif dan mengerti tentang perintah. Dilanjut pada usia 4-6 tahun anak sudah
mampu merangkai kata menjadi kalimat bahkan anak bisa bercerita kepada orang lain
menggunakan bahasa yang dia kenal sejak kecil. Begitulah pertumbuhan dan perkembangan
pemerolehan pragmatik anak usia dini yang merlukan waktu yang lama dan panjang serta
melalui fase-fase tertentu.

3.2 Saran dan Kritik


Untuk saran dan kritik bisa disampaikan langsung kepada penulis, dan penulis juga
meminta maaf jika makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis meminta maaf
sebesar-besarnya.
13

DAFTAR PUSTAKA
https://core.ac.uk/download/pdf/230816391.pdf
http://repository.unsri.ac.id/19286/3/
RAMA_88201_06111402019_0028055905_0006125804_02.pdf
http://gudangreferensi.blogspot.com/2014/12/hipotesis-pemerolehan-bahasa.html

https://media.neliti.com › media › publications.com

https://ejournal.iainkendari.ac.id › download
https://jurnal.unimus.ac.id › article › download

14

Anda mungkin juga menyukai