Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRESPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK TUNARUNGU


“ASESMEN ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN”

Dosen Pengampu :

Dra. Hj. Zulmiyetri, M. Pd

Disusun Oleh :

Anggina Pratiwi Haryatni (21003257)


Jaya Saputra (21003286)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan laporan makalah yang berjudul “ASESMEN ANAK DENGAN
HAMBATAN PENDENGARAN”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata kuliah
perspektif pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu dengan dosen pengampu Dra. Hj.
Zulmiyetri, M. Pd dan untuk memperdalam ilmu tentang anak tunarungu.

Penulis menyadari dalam penulisan banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karenanya, diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
penulis dapat menjadi lebih baik lagi di penyusunan makalah yang mendatang. Semoga
laporan makalah ini menambah wawasan dan manfaat bagi pembaca.

Jambi, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Asesmen Kemampuan Perilaku Adaptif ..................................................................... 3

B. Asesmen Kemampuan Bahasa Oral dan Tulisan ......................................................... 5

C. Asesmen Kemampuan Matematika........................................................................... 10

D. Asesmen kemampuan Membaca............................................................................... 11

E. Analisis dan Interpretasi Hasil Asesmen .................................................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15

B. Saran ....................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asesmen dalam pendidikan berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang
dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya
dibutuhkan dalam pembelajaran. Berdasarkan informasi hasil asesmen seorang guru akan
dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan
obyektif dari anak tersebut. Oleh sebab itu kedudukan asesmen sangat penting, karena
suatu program pembelajaran disusun bermula dari potensi yang dimiliki peserta didik
mengarah kepada kompetensi baru yang akan diajarkan.
Strategi pembelajaran yang aktif merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centred). Pembelajaran merupakan suatu proses yang bertujuan agar peserta
didik dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan, oleh sebab itu tujuan pembelajaran
harus sesuai dengan kebutuhan setiap individu. Karena kebutuhan setiap individu itu
berbeda maka perbedaan ini harus menjadi perhatian guru dalam menyampaikan
pembelajaran. Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan masing- masing
individu, baik perbedaan kecerdasan, emosi, sosial, bahasa, lingkungan dan sebagainya.
Apabila proses pembelajaran kurang memperhatikan perbedaan individual maka guru
akan sulit untuk mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Karena peserta didik tidak mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan/potensinya. Untuk itu pendidikan harus berorientasi pada kompetensi
yang dikuasai oleh peserta didik sebagai tujuan pendidikan agar lebih bermanfaat atau lebih
fungsionalis. Berlatar belakang permasalahan di atas penulis ingin mencoba menguraikan
tentang asesmen dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan asesmen kemampuan perilaku adaptif
2. Menjelaskan asesmen kemampuan bahasa oral dan tulisan
3. Menjelaskan asesmen kemampuan matematika
4. Menjelaskan asesmen kemampuan membaca
5. Menjelaskan analisis dan interpretasi hasil asesmen

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asesmen kemampuan perilaku adaptif
2. Mengetahui asesmen kemampuan bahasa oral dan tulisan
3. Mengetahui asesmen kemampuan matematika
4. Mengetahui asesmen kemampuan membaca
5. Mengetahui analisis dan interpretasi hasil asesmen

2
BAB II
PEMBAHASAN

Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut
(Abdurrahman, 2003: 46). Sedangkan menurut Marlina (2015) asesmen adalah proses
memperoleh informasi yang relevan untuk membantu anak dalam membuat keputusan
pendidikannya.
Khusus di bidang pendidikan, McLoughlin (dalam Marlina, 2015:44) menjelaskan
pengertian asesmen melalui 10 macam kecenderungan berikut :
1. Menilai anak berkebutuhan khusus secara individual.
2. Menggunakan berbagai prosedur, tidak hanya tes yang sudah terstandar.
3. Mengembangkan tes baru dan prosedur lain untuk mengasesmen kemampuan
akademik, bahasa dan keterampilan lain.
4. Mengidentifikasi informasi lain yang relevan dengan pendidikan, sehingga tercapai
tujuan instruksional dan pendidikan.
5. Menilai lingkungan anak melalui beberapa pertanyaan dan tugas.
6. Mengevaluasi secara berkelanjutan atau memonitor program.
7. Mengembangkan prosedur asesmen nondiskriminasi.
8. Menggunakan pendekatan tim dalam asesmen.
9. Mengembangkan peran guru pendidikan khusus dalam asesmen.
10. Menggunakan data asesmen untuk membuat keputusan legal dan pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi anak.

A. Asesmen Kemampuan Perilaku Adaptif


Istilah perilaku adaptif (adaptive behavior) diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu yang bersifat
relatif, sejalan dengan perkembangan usia. Grossman (AAMD,1983) mengemukakan bahwa
hambatan dalam perilaku adaptif didefinisikan sebagai keterbatasan-keterbatasan yang secara
signifikan dalam ketidakefektifan individu untuk menemukan standar kematangan, belajar,
pribadi yang mandiri, dan/atau tanggung jawab yang diharapkan pada tingkat seusianya,
serta kelompok budaya tertentu yang ditentukan oleh asesmen klinis, dan umumnya
menggunakan skala penilaian yang standar. Ini berarti bahwa ketidakmampuan dalam

3
penyesuaian (maladaptive) mengimplikasikan seseorang yang tidak memiliki kemampuan
untuk memenuhi tuntutan-tuntutan perilaku yang dikehendaki masyarakat.
Perilaku adaptif meliputi dua hal pokok :
1. Menyangkut keterampilan menolong diri (personal living skills) seperti :
keterampilan makan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, memelihara barang milik
sendiri dan keterampilan sensori motor.
2. Menyangkut keterampilan social (social living skills), seperti : keterampilan dalam
menilai lingkungan secara tepat (berhubungan dengan tatakrama), menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari (memahami arah untuk
bepergian, menggunakan uang dalam belanja) dan keterampilan menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang terdekat.

Untuk mengukur perilaku adaptif digunakan skala penilaian perilaku adaptif. Salah satu
contoh alat pengukuran perilaku adaptif, yaitu Adaptive Behavior Scale (ABS). ABS ini
dipersiapkan oleh AAMD dan digunakan untuk mengkases perilaku adaptif anak-anak usia
3-16 tahun (Ashman, 1994:445). Bidang-bidang perilaku adaptif yang diakses meliputi dua
bagian, yaitu :
1) personal independence & daily living, meliputi fungsi kemandirian yang mencakup :
makan, menggunakan toilet, kebersihan, penampilan, berpakaian dan
pemeliharaannya, bepergian, serta fungsi kemandirian umum lainnya; perkembangan
fisik yang mencakup perkembangan sensorik dan perkembangan motorik; aktivitas
ekonomi yang mencakup penggunaan dan pengelolaan uang, dan berbelanja;
perkembangan bahasa, misalnya ekspresi dan percakapan; aktivitas pre-vokational;
self-direction; tanggung jawab dan sosialisasi.
2) personality dan behavior disorders, antara lain meliputi: agresiveness, anti social vs
social behavior, mannerisms, dan interpersonal manners.

Menurut Duffy (2007, hlm. 283), terdapat sembilan faktor yang perlu diperhatikan dalam
asesmen perilaku adaptif yaitu ketersediaan alat ukur, pertimbangan kontekstual, budaya,
lingkungan, usia, keterbatasan fisik, keterampilan yang diperoleh versus keterampilan yang
ditunjukkan, sumber informasi, dan metode lain dalam asesmen.

4
Perilaku adaptif dapat dikelompokkan dalam empat ranah, yaitu :
a. Komunikasi, terbagi menjadi :
1) Reseptif : kemampuan seseorang untuk memahami, mendengarkan dan mengikuti
instruksi.
2) Ekspresif : kemampuan seseorang untuk berbicara, memulai pembicaraan,
berbicara interaktif, mengekspresikan ide-ide yang kompleks.
3) Tertulis : kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis.
b. Ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari, terbagi menjadi :
1) Personil : kemampuan seseorang dalam makan, berpakaian, dan merawat
kesehatan.
2) Domestik : kemampuan seseorang dalam membantu tugas-tugas rumah tangga.
3) Masyarakat : kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu, uang, telepon,
orientasi kiri-kanan.
c. Sosialisasi, terbagi menjadi :
1) Hubungan antar personil : kemampuan seseorang berinteraksi dengan orang lain.
2) Bermain dan waktu senggang : kemampuan seseorang memanfaatkan waktu.
3) Ketrampilan mengatasi : kemampuan seseorang mengontrol dorongan, merespon
dan mengikuti tugas.
d. Gerak, terbagi menjadi :
1) Motorik kasar : kemampuan seseorang untuk duduk, berjalan, berlari.
2) Motorik halus : kemampuan seseorang untuk memanipulasi obyek, menggambar
dan menggunakan gunting.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aspek-aspek perilaku adaptif adalah
komunikasi, ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari, sosialisasi, gerak.

B. Asesmen Kemampuan Bahasa Oral dan Tulisan


Bahasa oral adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih secara oral
atau lisan antara sumber pesan dan penerima pesan. Sejurnlah tes dan subtes dirancang untuk
rnengasesrnen keakuratan dan atau kelancaran kernarnpuan rnernbaca oral siswa. Menurut
Marlina (2015) Tes rnernbaca oral terdiri dari serangkaian paragraf yang dibaca siswa secara
bertahap. Asesor rnencatat kesalahan rnernbaca dan perilaku rnernbaca siswa.

5
a. Kecepatan Membaca
Pernbaca yang baik adalah jika ia rnernbaca dengan lancar, yakni rnarnpu rnengenal
kata dengan cepat dan rnarnpu rnernbangun rnakna kalirnat dan paragraf dengan baik.
Pernbaca yang tidak lancar berrnasalah dalarn hal rnernaharni apa yang telah dibaca
dan rnasalah tersebut akan rneningkat jika materi bacaan ditarnbah. Kelancaran
dalarn rnernbaca rnerupakan indikator utarna dari keberhasilan rnernbaca. Oleh
karena itu, kelancaran rnernbaca rnerupakan bagian dati sistern asesrnen rnernbaca
kornprehensif.
b. Kesalahan Membaca Oral
Mernbaca oral rnenuntut siswa untuk rnengucapkan kata yang tercetak dalarn suatu
halarnan. Sernua kesalahan yang dibuat siswa tidak sarna. Ada beberapa jenis
kesalahan yang dilakukan siswa dalarn rnernbaca oral (lisan), yaitu :
1) Merninta bantuan guru untuk rnengucapkan kata atau kalirnat. Siswa rnernbaca
ragu-ragu dan terdiarn tanpa ada upaya untuk rnengucapkan kata dalarn kurun
waktu 10 detik.
2) Ragu-ragu.
Siswa menunjukkan keragu-raguan dalam membaca suatu kata selama 2 detik
atau lebih.
3) Pengucapan yang salah.
Pengucapan yang salah biasanya banyak ditemui pada kosakata berbahasa
Inggris. Dalarn bahasa Indonesia ditemui pada kata-kata yang jika diucapkan
berbeda pengucapannya. Misalnya kata "maaf" diucapkan dengan "maap". Jika
siswa diminta menuliskan kata "maaf", ia bisa menuliskannya dengan benar.
4) Pengurangan dari kata.
Yakni mengurangi atau menghilangkan satu atau lebih bagian kata. Misalnya kata
"rnata" dibaca dengan "ata", kata "jumlah" dibaca dengan "julah", dan
sebagainya.
5) Penyisipan dalam kata atau bagian kata.
Siswa menyisipkan satu atau lebih kata ke dalam kalimat yang sedang dibaca.
Misalnya, kata "rambut" dibaca "ramebut", kata "hutan lindung" dibaca "hutan
yang lindung", dan sebagainya.

6
6) Penggantian dari satu kata yang bermakna.
Mengganti satu atau lebih bagian dari kata dalam kalimat dengan satu lebih kata
yang bermakna. Misalnya, kata "dasi" dibaca siswa dengan "sapi". Bentuk
penggantian yang lain adalah siswa mengganti urutan kata dalam kalimat.
Misalnya, siswa mengganti kalimat "Pak Joni adalah pemilik sekolah itu" dengan
kalimat "Pak Joni adalah siswa di sekolah itu".
Substitusi (penggantian) dapat berupa: (1) kesamaan makna atau arti (seperti kata
yang memiliki arti yang sarna); (2) kesamaan fungsi (dua kata yang secara sintaks
memiliki fungsi yang sarna); (3) kesamaan fonem atau huruf (kata yang memiliki
huruf yang sarna, seperti kata "bisa" yang memiliki makna dapat atau mampu dan
racun yang berbisa).
7) Pengulangan.
Yakni mengulang kata atau bagian kata ketika sedang membaca kalimat. Dalam
beberapa kasus, siswa mengulang kata atau bagian kata untuk membetulkan kata
yang dibaca, namun yang dimaksud mengulang disini adalah bukan untuk
membetulkan kesalahan kesalahan membaca.
Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya
secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Menulis juga dapat diartikan
sebagai sebuah kemahiran, kemampuan dan kepiawaian seseorang dalam penyampaian
sebuah gagasan kedalam bentuk wacana agar dapat diterima oleh pembacasecara intelektual
maupun sosial. Jadi kemampuan menulis adalah kesanggupan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang untuk mengungkapkan maksud atau pesan tertentu yang diinginkannya
dan diwujudkan dalam sebuah tulisan. Dalam menulis anak tunarungu juga kesulitan hal ini
merupakan dampak dari pemerolehan bahasa reseptif anak tunarungu yang tidak sempurna
atau sepotong-potong karena tidak semua informasi yang dilihatnya dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, juga kurangnya penguasaan kosa kata pada anak tunarungu
menyebabkan kesulitan dalam menuangkan ide yang ada dalaa pikirannya sehingga hal ini
berdampak dalam menyusun kata pada sebuah kalimat.
Asesmen dilakukan dengan banyak tujuan, namun tujuan yang paling utama adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar anak. Apapun metode asesmen yang digunakan, ada beberapa
strategi yang perlu dipertimbangkan agar asesmen berjalan dengan efektif dan efesien.

7
1. Ajarkan anak untuk mengetahui kriteria menulis yang baik.
2. Bantu anak untuk mengembangkan danmencapai kriteria tersebut.
3. Jelaskan pada anak bagaimana cara meningkatkan kemampuan menulisnya.
4. Bukan hanya menilai hasil tulisan, tetapi proses menulis juga.
5. Memberikan umpan balik.
6. Memberi kesempatan pada anak untuk menilai diri sendiri serta melibatkan penilaian
teman sebaya.
7. Melakukan asesmen berkelanjutan dalam proses pembelajaran.

Dalam bahasa tulis proses reseptif adalah membaca. Aspek ekspresif dalam berbahasa
disebut juga komposisi atau ekspresi tulis.
Ada banyak instrumen yang bisa mengungkap kemampuan bahasa tulis. Berikut ini akan
dijelaskan instrumen yang relevan untuk mengasesmen kemampuan berbahasa tulis anak :
1. Test o/Written Language (TOWL)
TOWL digunakan untuk mengasesmen berbagai aspek bahasa tulis untuk anak SLTP dan
SLTA, dilakukan secara berkelompok dan individual. TOWL mampu mengungkap
beberapa komponen bahasa tulis, yaitu: semantik, sintaksisis, produktivitas, spelling,
tulisan tangan, dan mekanis seperti kapitalisasi dan singkatan. Dalam TOWL anak
diminta menuliskan sebuah cerita asli (original story), kemudian anak menjawab di
selembar kertas yang berisi serangkaian 3 gambar. Cerita anak harus berdasarkan gambar
tersebut.
2. Test ofAdolescent Language (TOAL)
TOAL digunakan untuk menilai kemampuan bahasa lisan dan bahasa tulisan khususnya
kemampuan semantik tulis dan sintaksis. Tes ini diberikan secara berkelompok selama 1
sampai 3 jam, untuk usia 11 tahun sampai 18,5 tahun. TOAL terdiri dari 8 subtes, yaitu :
Listening-Vocabulary, Listening-Grammar, Speaking-Vocabulary, Speaking-Grammar,
Reading- Vocabulary, Reading-Grammar, Writing-Vocabulary, dan Writing-Grammar.
3. Picture Story Language Test (PSLT)
PSLT digunakan untuk mengasesmen berbagai bidang kemampuan bahasa tulis. Tes ini
dilakukan secara individual ataupun berkelompok. Tes ini diperuntukkan bagi usia 7-17
tahun. Materi tes berisi tentang tes gambar, tes bentuk, dan tes manual.
PSLT berisi 3 skala dari beberapa dimensi bahasa, yaitu Skala Produktivitas, Skala

8
Sintaksis, dan Skala Abstrak Konkrit. Skala Produktivitas mengasesmen lamanya anak·
membuat tulisan. Skala Sintaksis mengasesmen kebenaran atau ketepatan sintaksis. Skala
Abstrak Konkrit menilai makna atau semantik.
PSLT mudah dilakukan, namun agak sulit menentukan skomya. Skala Produktivitas,
memiliki 3 skor mentah, yaitu total kata, total kalimat, dan total kata per kalimat.
Sintaksis memiliki 1 skor mentah, yaitu Syntax Quotient (SQ). Cara menentukan SQ
adalah dengan menghitung semua sintaksis yang salah yang dibuat oleh anak.
4. Zaner-Bloser Evaluation Scales
Instrumen ini digunakan untuk mengukur keterampilan dan kemampuan tulisan tangan
serta kekuatan dan kelemahan anak. Ada 5 aspek asesmen tulisan tangan, yaitu :
1) Susunan (formasi) huruf,
2) Kualitas vertikal pada manuskrip; kemiringan pada kursif,
3) Jarak Antara huruf dan antara kata,
4) Kelurusan dan proporsi, dan
5) Kualitas garis.
Skala Evaluasi Zaner-Bloser (1984) membantu para guru dengan suatu metoda
pengumpulan dan penilaian (rating) sampel-sampel tulisan tangan. Sebuah skala yang
terpisah dapat diperoleh bagi setiap kelas dari 1 hingga 8; tulisan manuskrip dievaluasi
pada skala untuk kelas 1 dan 2 dan tulisan kursif pada skala untuk kelas 3 hingga 8.
Terdapat pula skala kursif untuk kelas 2. Masing-masing skala terdiri atas pilihan tulisan
tangan bagi siswa untuk disalin.
5. Test of Written Spelling (TWS)
TWS digunakan untuk mengasesmen keterampilan mengeja (spelling), dilakukan seeara
berkelompok ataupun individual. Tes ini coeok untuk anak usia 5 sampai 14 tahun, untuk
anak sekolah dasar dan sekolah menengah. TWS terdiri dari 2 subtes, yaitu : predictable
words dan unpredictable words. Predictable words mengasesmen kemampuan anak
mengucapkan kata sesuai kaidah tata bahasa. Sedangkan unpredictable words menilai
kata yang tidak lazim yang harus dipelajari dan ada dalam memori.
TWS dilakukan dengan memberikan tes dikte pada anak. Caranya tester membacakan
kata pada anak, membacakan kata dalam kalimat, dan membacakan lagi kata. Ada 35
kata yang predictable dan 25 kata yang unpredictable.

9
C. Asesmen Kemampuan Matematika
Asesmen matematika merupakan suatu proses perolehan data atau informasi tentang
penguasaan keterampilan matematika seorang siswa sebagai bahan dalam menyusun suatu
program pembela-jarannya Dengan asesmen ini dapat diketahui hambatan, kesulitan serta
kebutuhan belajar siswa khususnya dalam bidang matematika, sehingga program
pembelajaran akan sesuai dengan potensi siswa karena disesuaikan dengan apa yang
dibutuhkan siswa.
Asesmen hanya akan bermakna, jika guru mengetahui materi program, jenis keterampilan
yang dikembangkan, dan tahap-tahap perkembangan anak.
Slavia, dkk (2010, dalam Marlina, 2015) menyatakan, ada lima alasan mengapa asesmen
matematika dilakukan, yaitu :
1) Asesmen matematika cenderung memberikan informasi secara detil tentang ketuntasan
anak dalam mempelajari matematika.
2) Sebagian besar asesmen matematika memberikan informasi mendetil tentang
keberhasilan dan kegagalan guru dalam mengajarkan matematika.
3) Semua jenis dan jenjang pendidikan mengajarkan tentang fakta dan konsep.
4) Guru harus mengetahui sampai dimana siswa menguasai fakta dan konsep tersebut.
5) Asesmen matematika pada akhimya akan digunakan untuk membuat keputusan dan
kelayakan anak.
Tujuan dilakukan asesmen berhitung adalah untuk menggali informasi tentang bagaimana
tingkat pencapaian prestasi berhitung, apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki anak.
Untuk mengasesmen keterampilan tersebut, ada beberapa pengukuran yang biasa dilakukan
baik yang bersifat kelompok maupun individual.
Ada beberapa instrumen yang digunakan untuk mengasesmen kemampuan matematika,
antara lain menggunakan :
1) The KeyMath Diagnostic Arithmetic Test
The KeyMath Diagnostic Arithmetic Test dirancang untuk memberikan memberikan
asesmen diagnostik tentang keterampilan berhitung. Asesmen ini memberikan asesmen
diagnosis tentang keterampilan berhitung serta memberikan informasi menyeluruh
berbagai aspek prestasi berhitung. Asesmen ini terdiri dari 14 subtes yang terbagi pada 3
kelompok besar, yaitu isi, operasi dan penerapan.

10
2) The Stanford Diagnostic Mathematics Test (SDMT)
SDMT digunakan untuk mengukur kemampuan konsep dasar dan keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan keterampilan prasyarat dalam
mempelajari berhitung. Hasil asesmen dengan SDMT dikonversikan ke dalam skor
(dalam bentuk ranks percentile, skor stanin dan ekuivalen tingkat).

D. Asesmen Kemampuan Membaca


Keterampilan memahami bacaan merupakan kemampuan untuk memahami apa yang
dibaca. Keterampilan memahami bacaan diukur dengan menggunakan membaca nyaring dan
membaca diam. Dalam asesmen keterampilan memahami bacaan siswa diminta membaca
sebuah narasi, kemudian berdasarkan narasi tersebut siswa diminta menjawab beberapa
pertanyaan secara lisan tentang bacaan yang telah ia baca.
Ada lima jenis asesmen pemahaman bacaan, yaitu :
1) Pemahaman Literal (Literal Comprehension)
Memahami informasi yang terkandung di dalam bahan bacaan.
2) Pemahaman Inferensial (Inferential Comprehension)
Menginterpretasikan, mengsintesiskan informasi yang terkandung di dalam bahan
bacaan.
3) Pemahaman Kritikal (Critical Comprehension)
Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat penilaian terhadap materi bacaan.
4) Pemahaman Afektif (Affective Comprehension)
Respon personal dan emosional pembaca terhadap materi bacaaan.
5) Pemahaman Leksikal (Lexical Comprehension)
Memahami makna dari kosakata kunci materi bacaan.
Pemahaman yang rendah terhadap bacaan disebabkan oleh dua faktor. Pertama, siswa
tidak biasa mengkonversikan simbol-simbol ke dalam kata. Siswa tidak bisa memahami
secara komprehensif pesan-pesan yang disampaikan oleh suatu kata. Kedua, siswa tidak
mengetahui bagaimana cara memahami bacaan. Siswa tidak bisa secara aktif fokus tentang
makna apa yang mereka baca atau siswa tidak bisa menilai sejauh mana mereka memahami
bacaan yang dibaca. Siswa tidak bisa memahami bacaan dengan lebih cepat (seperti
meringkas bacaan, menentukan ide utama bacaan, menentukan ide pendukung serta
mengintegrasikan materi bacaan dengan pengetahuan sebelumnya).

11
Ada beberapa instrumen yang mampu mengungkap keterampilan memahami isi bacaan
antara lain the Test of Reading Comprehension (TOR C) dan the Iowa Silent Reading Tests.
Instrumen tersebut digunakan untuk anak kelas 6 sampai perguruan tinggi dan cocok pula
untuk beberapa anak berkebutuhan khusus.

E. Analisis dan Interpretasi Hasil Asesmen


Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang
keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan, dan membuat kesimpulan. Kesimpulan
yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan yang dimiliki siswa,
kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau
kesulitan siswa tentang keterampilan yang diaseskan tersebut, asesor dapat menemukan
kebutuhan belajar siswa. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran yang
akan diajarkan atau masih memerlukan program latihan keterampilan tertentu (prerequisit).
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi
dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan.
Rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua
sebagai anggota tim IEP/PPI.
Langkah-langkah Analisis Asesmen, sebagai berikut :
a. Menyusun/mengidentifikasi hasil kerja siswa
b. Mendeskripsikan hasil kerja siswa
c. Membuat kesimpulan hasil analisis
d. Membuat rekomendasi
e. Merumuskan tujuan pembelajaran
Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisis seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa tentang obyektif atau subyektif. Leon H. Levy dalam bukunya yang berjudul
“Psychological Interpretation” (1963) menyatakan bahwa interpretasi adalah suatu kegiatan
yang dilakukan apabila ada suatu keadaan yang sulit dipahami secara biasa atau secara
langsung. Pada dasarnya interpretasi terdiri dari kegiatan memberikan suatu kerangka
referensi yang lain atau mengemukakan suatu bahasa lain bagi sejumlah observasi atau
tingkah laku, dengan tujuan agar hal ini dapat dipergunakan.
a. Tujuan Interpretasi
1. Tujuan umum :

12
 Mencapai pencapaian kompetensi peserta didik
 Memperbaiki proses pembelajaran
 Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
2. Tujuan khusus :
 Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
 Mendiagnosis kesulitan belajar
 Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar
 Penantian kenaikan kelas
 Memotivasi belajar siswa
b. Jenis Interpretasi Tes
Ada dua jenis interpretasi tes yaitu :
1. Interpretasi kelompok
Interpretasi kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi kelompok,
rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan,
dan distribusi nilai kelompok.
Tujuannya adalah sebagai berikut :
 sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok.
 untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok.
 untuk mengadakan perbandingan antarkelompok.
2. Interpretasi individual
Interpretasi individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu saja.
Tujuannya adalah sebagai berikut :
 Untuk melihat tingkat kesiapan siswa (readiness).
 Pertumbuhan dan kemajuan siswa.
 Kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
c. Cara melakukan interpretasi hasil tes
Untuk melakukan interpretasi hasil tes dapat dilakukan dua cara, yaitu :
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
posisi kemampuan seseorang dibandingkan dengan temannya dikelas tersebut. PAN

13
ini berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda-beda dan dapat digambarkan
menurut distribusi norma.
Tujuan penggunaan tes acuan norma :
 Lebih umum dan komprehensif
 Bersifat relatif artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada
posisi relatif dalam kelompoknya.
2. Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Penilaian Acuan Kriteria (PAK) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu.
Didalam penilaian acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar
apa saja namun waktunya berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program
remedi.
Tujuan penggunaan acuan kriteria adalah bersifat absolut dan untuk menyeleksi
secara pasti status individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan
dengan baik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
tersebut (Abdurrahman, 2003: 46). Sedangkan menurut Marlina (2015) asesmen adalah proses
memperoleh informasi yang relevan untuk membantu anak dalam membuat keputusan
pendidikannya.
Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang
keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan, dan membuat kesimpulan. Kesimpulan
yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan yang dimiliki siswa,
kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau
kesulitan siswa tentang keterampilan yang diaseskan tersebut, asesor dapat menemukan
kebutuhan belajar siswa.
Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisis seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa tentang obyektif atau subyektif.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta
Grossman, Herbert J. (Penyunting). (1983). Classification in Mental Retardation.
Washington: American Association on Mental Retardation
Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan Psikoedukasional).
Padang: UNP Press.
Sparrow S.S; Balla D. A; Cicchetti D. V, Vineland Adaptive Behavior Scale: Interview
Edition Survey Form Manual (USA: American Guidance Service, Inc, 1984). hlm. 28.
http://englishinside2015.blogspot.com/2017/12/analisis-dan-interpretasi-tes-hasil.htm.
Diakses Hari Minggu 21 November 2021
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-
TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Materi_PPI/Analisis_asesmen%26Tujuan_Pe
mb..ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf. Diakses Hari Minggu 21 November 2021

Anda mungkin juga menyukai