Anda di halaman 1dari 17

Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

M ODEL P ENDIDIKAN I NFORMAL R ESPONSIF

A NAK U SIA D INI B AGI K ELUARGA M UDA


Tim Pengembang:
Emul Mulyana, Apip Hermana, Susi Sugiarti,
Surono, Yedi Kusmayadi, Sri Purwanti
Kontributor:
Kober Al Ikhlas Desa Banyuresmi Kec.Sukahening, Kab.Tasikmalaya
PAUD Narawita Desa Narawita Kec.Cicalengka Kab.Bandung
Tahun:
2013

A. PENDAHULUAN

Aktifitas pendidikan sejak lama dekat dalam keseharian manusia. Aktifitas


pendidikan ini dipandang memiliki kekuatan dalam membangun sasaran
didiknya menjadi berguna bagi lingkungan terdekatnya maupun untuk
masyarakat.
Aktifitas pendidikan salah satunya terjadi dalam lingkup keluarga. Sebagai unit
terkecil keluarga menjadi media untuk aktifitas pendidikan antara suami-istri,
dan anaknya serta lingkungan terdekatnya. Orang tua memiliki peran khusus
sebagai agen sosial pertama dan utama bagi anaknya. Perencanaan keluarga,
pengasuhan dan pembimbingan pada anak akan berpengaruh pada bayi dan
anak usia dini yang lahir ditengah-tengah mereka.
Berbagai penelitian pendidikan membuktikan bahwa latar belakang
kehidupan keluarga, khususnya ditinjau dari aspek ukuran keluarga,
pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, penghasilan keluarga,
penataan rumah, aspirasi pendidikan orang tua, dan kepemilikan keluarga
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Latar belakang
keluarga menentukan variasi skor IQ antara 10%-40%, mempengaruhi hampir
setengahnya variasi pencapaian tingkat pendidikan, dan menjelaskan 15%

105
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

variasi pendapatan. Pendapatan keluarga, faktor psikologis ibu, dan kualitas


lingkungan rumah berpengaruh pada perilaku anak (Sudiapermana, 2005).
Kehidupan pernikahan sebagai fase baru dalam masa kehidupan seorang
manusia dalam masa dewasa tentu memerlukan bekal yang cukup apalagi
kemudian akan masuk pada masa perencanaan keluarga, pengasuhan anak,
masa pembimbingan bagi anak-anaknya. Sebagai orangtua, kegiatan
merencanakan keluarga, mengasuh dan membimbing anak merupakan
kemampuan yang perlu dimiliki sehingga terlahir generasi yang sehat, cerdas
dan ceria.
Masa dewasa muda yang dialami oleh seorang manusia biasanya dimulai sejak
usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun. Pada rentang inilah
biasanya keluarga muda (pasangan muda) terbentuk karena jalinan
pernikahan. Pada masa ini, tergolong masa dewasa dimana dikatakan
sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus
mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan dan
pekerjaan). Jika ia tidak bisa mengatasinya maka akan menimbulkan masalah.
Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu
tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak
bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang
persiapan maka ia kaget dengan 2 (dua) peran/lebih yang harus diembannya
secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau
siapapun dalam menyelesaikan masalah. Sementara pada masa inilah peran
orang tua dalam mendidik anak setidaknya sudah dimulai.
Pasangan baru (keluarga baru menikah) adalah saat masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing. Newly married (Duval, 1985)
merupakan tahapan dimana pasangan baru menikah dan belum mempunyai
anak, biasanya berlangsung rata-rata selama 2 tahun, dan pada fase ini terjadi
proses adaptasi dengan kehidupan keluarga yang baru dibentuk dalam hal

106
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

kepribadian, emosional, atau komunikasi antar suami istri, dengan anggota


keluarga dari pasangan masing-masing.
Keluarga muda (pasca nikah) dipandang rentan akan berbagai kendala rumah
tangga karena kekurangpahaman akan pentingnya hak anak dan kewajiban
orangtua atas anaknya baik dalam hal pengasuhan maupun pendidikan anak.
Data KomNas Anak dan Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI
menyatakan sepanjang tahun 2010-2011 pengaduan atas pelanggaran hak
anak terus meningkat dan kompleks. Masing-masing instansi tersebut
menyatakan bahwa pelanggaran hak anak berawal masalah ekonomi,
ketidakharmonisan dalam keluarga, masalah politik, gugatan cerai,
perselingkuhan, dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Munculnya fenomena keluarga muda ditengah - tengah masyarakat kini
menjadi sebuah pemikiran yang perlu dicermati. Tidak hanya bahan pemikiran
bagi Direktorat PPAUD tetapi juga menjadi bahan refleksi bagi PP-PAUDNI
Regional I Bandung sebagai salah satu UPT Pusat yang memiliki fungsi
pengembangan dan ujicoba model. Pemikiran ini ini berdasar pada asumsi
bahwa keluarga muda merupakan calon orang tua yang akan melalui tahap
persiapan memiliki anak, tahap kehamilan, tahap melahirkan dan tahap
pendidikan, kesehatan dan gizi anak, pengasuhan, tumbuh kembang anak,
dan perlindungan anak.
Pendidikan informal yang terjadi dimasyarakat dilakukan melalui medium
keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal dalam keluarga terjadi dalam
lingkup kecil kehidupan keluarga. Pendidikan informal melalui medium
lingkungan digerakkan oleh lembaga - lembaga non formal, kelompok
masyarakat yang memiliki kesamaan minat dan hobby, program – progam
bentukan pemerintah, kelompok yang memiliki kesamaan tujuan, kelompok-
kelompok beorientasi ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Mari kita amati, Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lembaga PAUD
menyelenggarakan berbagai program baik Taman Penitipan Anak (TPA),

107
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

Kelompok Bermain (Kober) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Lembaga PAUD


selama ini menyelenggarakan layanan pendidikan bagi anak usia dini,
termasuk orangtua yang memiliki anak usia dini (parenting). Layanan bagi
keluarga oleh lembaga PAUD saat ini masih terbatas pada orang tua yang
memiliki anak usia dini salah satunya program keorangtuaan (parenting),
sementara layanan bagi calon orangtua yang akan memiliki anak usia dini
nampaknya masih sedikit bahkan tidak ada. Padahal wawasan ke-PAUD-an
bila diberikan kepada orang tua yang akan memiliki anak tentu tidak salah,
bahkan penting sekali, bukan ?. Bila melihat kondisi tersebut, tentu lembaga
PAUD bisa memberikan wawasan ke-PAUD-an kepada calon orangtua yang
akan memiliki anak usia dini.
Tujuan model ini antara lain adalah : Memberikan acuan bagi penyelenggara
PAUD dalam melakukan perencanaan program PIRA ; Memberikan acuan bagi
penyelenggara PAUD dalam pelaksanaan program PIRA; Memberikan acuan
bagi penyelenggara PAUD dalam melakukan pengendalian program PIRA;
Tersedianya layanan program responsif AUD bagi kelaurga muda (pasca
nikah).
Sedangkan sasaran pengguna dari model ini adalah : Lembaga pendidikan
anak usia dini (PAUD); Penyelenggara pendidikan informal; Fasilitator pada
pendidikan informal dan Kelompok pemberdaya masyarakat; Tokoh-tokoh
penggiat program pemberdayaan keluarga yang ada dimasyarakat; Dinas
pendidikan Dinas pendidikan provinsi/ kab/ kota, UPTD BPKB/SKB; Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (BP-
PAUDNI);
Model Pendidikan Informal Responsif AUD bagi keluarga muda (Pasca Nikah)
akan berhasil dalam penyelenggaraannya dengan memperhatikan kriteria-
kriteria sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan dari pemerintah dan tokoh masyarakat
setempat;

108
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

2. Menjadikan organisasi/ kelompok penyelenggara program pendidikan


nonformal sebagai mitra agen pemberdaya yang berperan sebagai
fasilitator, mediator, dan implementator penyelenggaraan program
informal;
3. Melibatkan kelompok-kelompok penyelenggara pendidikan informal
sebagai sasaran penguatan dan pengembangan layanan pendidikan
responsif AUD;
4. Terbentuknya Pengelola Program PIRA yang secara khusus
bertanggungjawab atas pengelolaan program pendidikan informal
responsif AUD dalam lembaga PAUD.

B. PENDIDIKAN INFORMAL RESPONSIF ANAK USIA DINI


• Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah salah satu jalur pendidikan yang berlangsung


dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, yang umumnya
berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Pendidikan informal
terjadi dalam lingkup hidup
manusia sepanjang hayatnya,
berawal dari kehidupan di
keluarganya, masyarakat serta
lingkungannya. Pendidikan informal terjadi begitu saja, subjek belajar tidak
sengaja belajar dan si pembelajar tidak merasa memberikan pembelajaran.
Proses pendidikan informal tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran,
menurut Schugurensky pembelajaran informal meliputi seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di luar kurikulum lembaga pendidikan dan di
luar kurikulum program pendidikan formal dan nonformal. Schugurensky
sengaja menggunakan kata “pembelajaran”, bukan “pendidikan” karena

109
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

dalam proses pembelajaran informal


tidak terdapat lembaga pendidikan,
pendidik yang mendapatkan mandat
secara kelembagaan, ataupun
kurikulum yang sudah ditentukan.
Selain itu, Schugurensky menyatakan
“diluar kurikulum lembaga pendidikan”, bukan “di luar lembaga pendidikan”
karena pembelajaran informal juga bisa saja dilakukan di lembaga pendidikan
formal dan dan nonformal. Tetapi dalam kasus semacam ini, pembelajaran
terlepas dari kurikulum (program formal dan nonformalnya).
Bentuk Aktifitas
Bentuk aktivitas belajar pembelajaran pada pendidikan informal,
menurut Schugurensky terbagi menjadi:
1. Pembelajaran mandiri atas dasar keinginan dan motivasi sendiri;
Pembelajaran mandiri mengacu pada proses belajar yang dilakukan oleh
individu (seorang diri ataupun sebagai bagian dari suatu kelompok) tanpa
pendampingan oleh pendidik, instruktur, fasilitator, dan semacamnya,
tetapi bisa saja ada kehadiran pihak lain yang tidak berperan sebagai
pendidik. Pembelajaran mandiri
disengaja dan disadari (oleh
pelaku); maksudnya individu
tersebut memang memiliki
keinginan untuk mempelajari
sesuatu dan juga sadar telah
mempelajari sesuatu.
Contohnya: penyebaran leaflet responsive AUD diantaranya hakekat
keluarga, aktifitas positif masa hamil, memasang spanduk responsif PAUD,
dan memasang poster siklus keluarga muda.

110
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

2. Pembelajaran Insidental
Pembelajaran insidental bersifat tidak disengaja tetapi disadari.
Maksudnya pada awalnya dia tidak bermaksud mempelajari sesuatu atau
memperoleh pengalaman dalam suatu hal, tetapi setelah terjadi dia
menyadari bahwa dia telah mempelajari sesuatu.
Contohnya:
a. bidan desa dan kader posyandu datang langsung ke rumah keluarga
muda satu persatu atau sampel
atau pada titik kumpul tertentu
dimana banyak keluarga muda
berkumpul
b. Bidan desa dan kader
posyandu merancang
pemutaran film ini misalnya
dalam sebuah pertemuan di posyandu, atau pada saat setelah senam
hamil.
c. Pada saat kegiatan posyandu, kader membagikan bahan informasi
tentang tanaman obat.

3. Sosialisasi
Sosialisasi mengacu pada internalisasi nilai,
sikap, perilaku, keterampilan dan lain-lain
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tipe ini, selain tidak dimaksudkan di
awal, pelaku juga di akhir tidak menyadari
telah melakukan sesuatu.
Contohnya:
a. Memasang spanduk responsive anak usia dini.

111
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

b. Sebar leaflet tentang responsive AUD kepada keluarga muda baik


secara individu maupun lewat keluarga terdekatnya.
Pembelajaran informal bisa dilakukan di semua ruang, diantaranya:
1. Tempat umum,
2. Tempat kerja,
3. Keluarga,
4. Acara Keagamaan,
5. Lembaga formal dan nonformal,
Lembaga formal adalah lembaga yang memiliki organisasi yang dibentuk
oleh sekumpulan orang/masyarakat yang memiliki suatu struktur yang
terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan
otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya, serta
memilki kekuatan hukum. Lembaga formal memiliki berbagai program
yang bersifat melayani kepentingan masyarakat.
Lembaga non formal yaitu lembaga yang terorganisir, sifat peraturannya
berdasarkan kesepakatan dan dominan dikelola masyarakat. Lembaga non
formal berfungsi diantaranya melayani kepentingan masyarakat.
6. Pembelajar bisa menggunakan sumber pembelajaran pendidikan informal
diantaranya buku, koran, brosur, leafleat, spanduk, pin, tv, internet,
museum, sekolah, universitas, teman, kenalan, pengalaman sendiri dan
sebagainya.

• Responsif Anak Usia Dini


Responsif anak usia dini diartikan sebagai tanggap dan tergugah untuk
memberikan pendidikan dan perlakuan kepada anak usia dini secara tepat
sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangannya. Definisi
lain diartikan oleh tim pengembang bahwa Responsif Anak Usia Dini
(AUD) yaitu sikap tanggap dan perhatian orangtua terhadap Anak Usia
Dini (AUD) yang dilandasi oleh kesadaran sepenuh hati, ditunjukkan

112
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

dengan sikap melakukan pendidikan jauh sebelum anak dilahirkan dan


pada masa anak lahir ke dunia.
Bentuk-bentuk responsif pada anak usia dini diantaranya perlu dipupuk
pada masa-masa pernikahan awal. Hal ini berlandaskan pada pemikiran
bahwa pendidikan anak perlu diberikan jauh sebelum anak lahir. Saat-saat
pernikahan awal merupakan saat memulai tahap merencanakan memiliki
anak, pra natal (sebelum hamil), saat natal (saat melahirkan) dan tahap
selanjutnya mengasuh, mendidik dan membimbing anak sesuai masa
tumbuh kembangnya. Masing-masing tahapan ini memiliki ruang yang
cukup besar dalam perencanaan dan pendidikan bagi anak.
Tuhan menciptakan anak lahir dari rahim seorang ibu. Ia tumbuh ketika
sperma dan ovum bertemu kemudian membentuk segumpal daging
kemudian berkembang sesuai tahapan perkembangannya sampai
kemudian pada minggu ke-36 ia lahir. Anak lahir dari pasangan laki-laki
dan perempuan yang
menikah karena dasar
kasih sayang. Pasangan
muda (keluarga muda)
yang baru menikah,
memiliki peluang besar
sebagai pihak yang
memiliki rencana matang
dalam pendidikan dan
masa depan anak. Sikap-
sikap untuk
mempersiapkan memiliki
anak secara matang
hingga ia dewasa
kemudian dikonsepsikan

113
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

sebagai responsif AUD (Anak Usia Dini).


Salah satu pemikiran tentang pentingnya responsif terhadap anak usia
dini adalah bahwa masa usia dini merupakan sebuah masa yang amat
penting bagi pembentukan otak. Pada saat dilahirkan, otak bayi terdiri
dari beribu ribu sel yang disebut neurons dan synapsis. Kedua sel tersebut
merupakan cikal bakal bagi pengembangan semua aspek tingkah lakunya
kelak pada masa mereka dewasa. Otak bayi ini berada dalam keadaan siap
untuk dikembangkan artinya otak ini bisa berkembang kearah mana saja,
tergantung bagaimana lingkungan tempat dia diasuh dan dibesarkan. Bila
bayi itu dibesarkan di sebuah ruang yang steril, yang tidak memberikan
rangsang tidak distimulasi, maka besar kemungkinan kecerdasannya tidak
tumbuh. Peran orang tua (responsif) dalam hal ini adalah berkewajiban
menciptakan situasi dan suasana yang mengandung berbagai pengalaman
yang memperkaya jiwa anak dan yang bisa mengembangkan seluruh
aspek perkembangan yang dimiliki anak.
• Keluarga Muda
Keluarga muda diartikan sebagai tahapan yang dialami oleh pasangan
baru menikah, belum mempunyai anak dan berlangsung dalam kurun
waktu 2 tahun. Pada fase ini terjadi proses adaptasi dengan kehidupan
keluarga yang baru dibentuk dalam hal kepribadian, emosional atau
komunikasi antar suami istri dengan anggota keluarga dari pasangan
masing-masing.
Keluarga muda, baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa
berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih
tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar

114
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan


pasangannya, misalnya : makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.

C. PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN INFORMAL


RESPONSIF ANAK USIA DINI (PIRA)

Pendidikan informal Responsif AUD (PIRA) merupakan sebuah program yang


ditujukan untuk memberikan acuan bagi penyelenggaraa PAUD dalam
merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengendalian progam
Pendidikan Informal Responsif AUD (PIRA) bagi keluarga muda (pasca nikah).
Pengembangan Program PIRA berlandaskan pada pendekatan sistem
penyelenggaraan sebuah program yang bisa dicermati pada alur dibawah ini:

• FASILITATOR, PENGELOLA
PROGRAM
LEMBAGA
• RENCANA KEGIATAN PIRA
PAUD
• METODE

PROGRA PENGELOLA MITRA/FASILITAT


M PIRA
PROSES
MANDIRI INSIDENTAL SOSIALISASI
KELUARGA SIKAP
MUDA • SEBAR • KUNJUNG • SEBAR RESP
MEDIA PIRA AN RUMAH MEDIA PIRA
(LEAFLEAT, • LOMBA- • KONSULTA
ONSIF
• BUDAYA
• HUB PSIKO
STIKER, LOMBA SI AUD
PIN, • PEMUTAR KESEHATA
YG BAIK
SPANDUK, AN FILM N
• KOMNKSI.
POSTER) MOTIVATIF • KELAS
INTENS
• SEBAR BHN • PENTAS HAMIL
SUAMI &
BACAAN SENI • INTENSIFIK

LINGKUNGAN DAN
KARAKTERISTIK

Proses pengembangan penyelenggaraan program PIRA tak lepas dari


komponen komponen penyelenggaraan. Berikut beberapa komponen dari

115
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

penyelenggaraan program PIRA. Patokan atau alat ukur ini berdasarkan pada
komponen program PIRA terdiri dari :
1. Warga Belajar
Kriteria warga belajar untuk program PIRA yaitu keluarga muda.
• Keluarga muda, yang mau dan sedang hamil (prioritas usia 18-25
tahun), belum punya anak atau sudah punya anak maksimal 2 tahun
lebih;
• Usia perkawinan 0 bulan - 2 tahun;
• Minimal lulusan SD (sudah bisa baca tulis);
2. Pengelola Program
Pengelola PIRA bisa berasal dari tenaga administrasi lembaga PAUD atau
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau tutor PAUD yang yang
sukarela mengabdikan dirinya untuk mengelola program PIRA.
Pengelola PIRA memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SMA atau pernah mengikuti pelatihan pendidikan
non formal dan informal;
b. Memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi;
c. Memiliki sikap jujur, terbuka dan jiwa kepemimpinan;
d. Memiliki kemampuan dalam merekrut mitra sebagai calon fasilitator
dan warga belajar;
e. Memiliki kemampuan dalam memotivasi fasilitator, warga belajar
dan orang-orang terdekat keluarga muda;
Tugas Pengelola PIRA
a. Menyusun rencana kegiatan program PIRA.
b. Merekrut fasilitator dan warga belajar.
c. Memotivasi fasilitator, keluarga muda dan orang-orang terdekat
keluarga muda;
d. Menjadikan lembaga PAUD sebagai sekretariat program PIRA

116
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

3. Program Kegiatan PIRA


Program kegiatan PIRA yaitu rencana kegiatan yang dirancang sebagai
pedoman untuk mendorong terjadinya kegiatan pembelajaran pada
keluarga muda baik yang mendorong pembelajaran mandiri, terjadinya
pembelajaran insidental dan kegiatan sosialiasi. Sehingga dengan berbagai
kegiatan ini diharapkan akan muncul pengetahuan tentang wawasan ke-
PAUD-an.
4. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran perlu dirancang khusus sehingga memungkinkan
keluarga muda tidak merasa mengalami proses pembelajaran diantaranya
dengan mendesain kegiatan yang mendorong kegiatan pembelajaran
mandiri, insidental dan melaksanakan kegiatan sosialisasi.
5. Kelompok keluarga muda
Sasaran program PIRA adalah Keluarga muda yang memiliki kepentingan
yang sama untuk mulai peduli terhadap anak usia dini sejak masa
kehamilan hingga masa pengasuhan.
6. Sarana dan Prasarana belajar
a. Sarana belajar
Sarana belajar yang diperlukan sebagai pendukung program PIRA
diantaranya:
1) Media informasi seperti leafleat, bahan bacaan responsif, poster,
spanduk, stiker, pin yang mendorong keluarga muda untuk belajar
secara mandiri;
2) Alat peraga, seperti film motivatif untuk menguatkan perasaan
kepedulian terhadap masa-masa keluarga awalnya, buah-buahan
imitasi, alat permainan edukatif untuk bayi usia 0 - 2 tahun dll;
3) Sarana sosialisasi yang diperlukan laptop, LCD , speaker aktif dan
CD informatif dan motivatif yang bisa dibawa ke titik kumpul
keluarga muda;

117
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

4) Sarana senam hamil diantaranya laptop, bantal, matras, speaker


aktif, alat proyeksi gambar (LCD) untuk visualisasi audio visual
dalam kegiatan kelas hamil untuk penguatan masa kehamilan dan
persiapan melahirkan;
5) Bahan praktek lomba makanan sehat ibu hamil dan bayi untuk
penguatan tentang makanan sehat ibu hamil dan bayi;
6) Bahan tanaman obat keluarga untuk mendorong keluarga muda
memiliki kebun tanaman obat keluarga disekitar rumahnya.
Tanaman obat keluarga ini khususnya untuk keperluan obat-
obatan herbal yang bisa dibutuhkan ketika masa kehamilan dan
pengurusan bayi.
b. Prasarana belajar:
1) Ruangan untuk aktifitas ibu hamil dan ibu menyusui
Tempat ini sebagai sarana sosialisasi untuk bertukar
pikiran/berbagi pengalaman ibu hamil dan ibu menyusui. Seperti
Balai pertemuan PKK, Posyandu, ruang pemeriksaan di Puskesmas
Pembantu dan lain sebagainya.
2) Ruang umum disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti ruang-ruang
keagamaan dimana terjadi transformasi wawasan tentang
keluarga harmonis dan sejahtera menurut aturan agama dan
negara.
3) Ruang keluarga, dimana terjadi saling membelajarkan diantara
orang terdekat keluarga muda diantaranya suami, mertua, adik,
kakak dll.
7. Dana program
a. Pos penggunaan, meliputi:
1) Honorarium dan transpot pengelola dan fasilitator ( mobilitas
fasilitator dan pengelola);
2) Reproduksi media PIRA;

118
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

b. Sumber dana berasal dari :


1) Bantuan yang tidak mengikat baik materi maupun non materi
2) Sumbangan warga belajar atas kesepakatan
8. Hasil belajar
a. Hasil belajar yang diharapkan
Hasil belajar yang diharapkan dicapai keluarga muda belajar setelah
program PIRA dilaksanakan oleh lembaga PAUD yaitu:
1) Keluarga muda memiliki perencanaan keluarga dan perencanaan
memiliki anak;
2) Keluarga muda memiliki kesiapan dalam memiliki anak;
3) Keluarga muda melakukan pengasuhan pembimbingan dan
pendidikan pada anak usia dini;
4) Keluarga muda responsif Anak Usia Dini (AUD).
b. Cara penilaian
Dalam konsepsi pendidikan informal memang tidak secara eksplisit
bahwa penilaian dilakukan. Tetapi pada hakekatnya penilian dilakukan
untuk melihat hasil belajar agar diketahui kemajuannya.
c. Ruang lingkup:
1) Pengetahuan tentang wawasan ke-PAUD-an melalui layanan
pembelajaran mandiri, insidental dan sosialisasi;
2) Pembentukan sikap melalui layanan pembelajaran mandiri
,insidental dan sosialisasi.
d. Cara penilaian:
1) Pengamatan;
2) praktek, dialog dan diskusi dan curah pendapat.

119
LANGKAH PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INFORMAL RESPONSIF AUD (PIRA)
DI KABUPATEN BANDUNG DAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Mengenalkan PIRA, Memperoleh data Memahamkan program PIRA Mendorong Pengetahuan Pendampingan
TUJUAN membentuk komitmen lokasi,masalah, potensi, Memastikan fasilitator & sikap Keluarga Muda utk penguatan Pengetahuan
membentuk Tim PIRA dan memotivasi KM & sikap Keluarga Muda
merancang kegitan PIRA Tanggap AUD

PERSIAPAN IDENTIFIKASI,
POTENSI, ORIENTASI PENGELOLA PELAKSANAAN
KOORDINASI PEMANTAUAN
KM, FASILITATOR DAN FAS. PIRA DAN PEMBELAJARAN
& PEMBINAAN
SUSUN SKENARIO PBM PIRA
 Kordinasi internal  Identifikasi
 Bntk tim awal lapangan  Sosialisasi  Pembelajaran  Pembentukan
 Sosialisasi pd  Sebar media thp 1  Diskusi Mandiri Kader Keluarga
PROSES desa dan lmbga ( brosur, stiker,  Curah pendapat  Pembelajaran Muda Responsif
PAUD pin, bhn bacaan  Penetapan Isnisdental AUD
 FGD PIRA responsif AUD) fasilitatpr  Pembelajaran  Pendampingan
 Bentuk Tim PIRA  Motivasi Keluarga  Merancang Sosialisasi Kader Responsif
Muda program PIRA AUD

 Mncl ksdran  Data KM  Terbentuknya pemahaman  Terlaksananya  Data hasil


Toma,toga, tope ttg  Data motivasi awal Program PIRA Pembelajaran pemantauan dan
HASIL pembinaan
PIRA KM  6 Fasilitator, 20 keluarga mandiri,
 Terbentuk Tim PIRA muda Insidental,  Data calon kader
keluarga responsif
( 8 orang)  Rancangan kegiatan PIRA Sosialisasi

120
Sinopsis Model Pendidikan Anak Usia Dini

D. PENUTUP

Pendidikan informal terjadi sepanjang hidup manusia, dan tentu siapapun pernah
memiliki pengalaman mengalami pembelajaran informal dalam kehidupannya.
Baik itu melalui keluarga maupun kegiatan masyarakat . Hasil belajar pendidikan
informal kadang secara tidak sadar tidak pernah kita nilai akumulasinya. Padahal
hasil pendidikan informal memiliki peran dalam memberikan manfaat dalam
menambah pengetahuan, keterampilan dan merubah sikap seseorang melalui
proses belajarnya yang unik yaitu si pembelajar tidak merasakan ia belajar, terjadi
begitu saja, subjek belajar tidak sengaja belajar dan si pembelajar tidak merasa
memberikan pembelajaran.
Model penyelenggaraan program PIRA diperuntukkan bagi lembaga PAUD dan
lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pemberdayaan keluarga
muda, yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan masyarakat melalui
strategi pendidikan informal, yang memanfaatkan lembaga pendidikan non formal
sebagai perancang proses kegiatan belajar, sumberdaya manusia yang dekat
dengan keluarga muda dan sumberdaya lingkungan sebagai media dan sumber
belajar sehingga proses pendidikan tersebut memberikan pengalaman belajar
yang berharga bagi pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
kepedulian untuk tanggap pada anak usia dini.
Melalui adanya 5 (lima) langkah penyelenggaraan program PIRA diharapkan
dapat mempemudah operasional penyelenggaraan kegiatan penciptaan
pembelajaran informal yang mendorong naiknya sikap tanggap dan peduli
keluarga muda pada anak usia dini, karena model ini berisi penjelasan rinci
mengenai aplikasi dan sarana pendukung dari setiap kegiatan yang ada pada 5 (
lima ) langkah tersebut. Semoga 5 (lima) langkah tersebut dapat meningkatkan
relevansi dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan informal responsif anak usia
dini bagi keluarga muda.

121

Anda mungkin juga menyukai