Anda di halaman 1dari 15

Manajemen PAUD Kelas Reguler

Dan Manajemen PAUD Kelas Inklusi

Dosen:
Haryanti Jaya Harjani, SST. FT., M. Pd
A. Manajemen PAUD Kelas Reguler

Manajemen Kelas (menurut Rianto)


merupakan upaya pendidik untuk
menciptakan dan mengendalikan kondisi
belajar serta memulihkannya apabila
terjadi gangguan dan atau penyimpangan
sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
 Konsep utama pengelolaan kelas yaitu penataan
ruang kelas meliputi visibility (keleluasaan
pandangan), accesibility (mudah dicapai),
fleksibilitas (keluwesan), kenyamanan, dan
keindahan.

 PAUD reguler adalah pendidikan yang kelasnya


hanya terdiri dari anak anak normal (reguler) saja.
 Fungsi pengelolaan kelas yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, mempimpin, dan mengawasi.

 Faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas yaitu


faktor kurikulum, faktor gedung dan sarana kelas,
faktor lingkungan fisik, dan dasar psikologis dalam
pengelolaan kelas.
 Tujuan pengelolaan kelas yaitu:

a. Untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi anak


dalam melakukan sejumlah aktifitas yang dirancang bagi
kepentingan pembelajaran melalui pendekatan sambil bermain.

b. Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar anak


dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan memungkinkan anak belajar di
lingkungannya.

c. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana


disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi anak.

d. Membina dan membimbing anak dengan latar belakang sosial,


ekonomi, budaya serta sifat individunya.
 Aplikasi manajemen kelas di PAUD:

a. Merancang lingkungan kelas.


b. Mengatur tata letak kelas yang menarik.
c. Kunci pengelolaan kelas yang efektif.
d. Mengatur area-area bermain.
e. Menerapkan peraturan di kelas.
B. Manajemen PAUD Kelas Inklusi

Pendidikan Inklusi adalah sistem


penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan serta atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan secara bersama-
sama dengan peserta didik pada umumnya.
 Pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32
ayat 1 menegaskan bahwa Setiap Warga
Negara Berhak Mendapatkan Pendidikan.
 Pendidikan inklusif secara formal dideklarasikan
pada tanggal 11 Agustus tahun 2004 di Bandung,
dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler
untuk mempersiapkan pendidikan bagi semua anak
termasuk difabel.

 Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang kelasnya


terdiri dari anak anak normal (reguler) dan satu
atau dua anak berkebutuhan khusus (ABK).
 Pendidikan inklusi berarti bahwa sekolah harus
menerima atau mengakomodasi semua anak,
tanpa kecuali ada perbedaan secara fisik,
intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau
kondisi lain, termasuk anak penyandang cacat
dan anak berbakat, anak jalanan, anak yang
bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa,
minoritas serta kelompok-kelompok anak-
anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan.
Inilah yang dimaksud dengan one school for
all.
 Berdasarkan definisi dan turunan dari
Undang-Undang tentang pendidikan inklusi,
anak yang tergolong anak berkebutuhan
khusus (ABK) adalah mereka dengan
kesulitan belajar, anak lambat belajar, anak
dengan gangguan spektrum autis, anak
dengan gangguan intelektual, anak dengan
gangguan fisik dan motorik, anak dengan
gangguan emosi dan perilaku, anak
berkelainan majemuk, dan anak berbakat.
 Manajemen PAUD kelas inklusi (sekolah
reguler dengan orientasi inklusi) adalah
manajemen (pengelolaan) lembaga yang
paling efektif untuk mengatasi diskriminasi,
menciptakan komunitas ramah, membangun
suatu masyarakat inklusi untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
 Menurut Sraub dan Peck, manfaat program inklusi adalah:

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak non ABK di sekolah menengah,


hilangnya rasa takut pada anak berkebutuhan khusus akibat sering
berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).

2. Anak non ABK menjadi semakin toleran pada orang lain setelah
memahami kebutuhan individu teman ABK.

3. Banyak anak non ABK yang mengakui peningkatan selfesteem sebagai


akibat pergaulannya dengan ABK yaitu dapat meningkatkan status mereka
di kelas dan di sekolah.

4. Anak non ABK mengalami perkembangan dan komitmen pada moral


pribadi dan prinsip-prinsip etika.

5. Anak non ABK yang tidak menolak ABK mengatakan bahwa mereka merasa
bahagia bersahabat dengan ABK.
 Kendala-kendala implementasi pendidikan
inklusi yaitu minimnya sarana penunjang
sistem pendidikan inklusi, terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
oleh para guru sekolah inklusi menunjukkan
betapa sistem pendidikan inklusi belum
benar-benar dipersiapkan dengan baik.
Kurikulum pendidikan harus dipersiapkan
dengan baik sehingga mengakomodasi
keberadaan anak-anak yang memiliki
kemampuan (difabel).
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai