MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak
Oleh:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha kuasa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Alhamdulillah atas rahmat Allah kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Konsep Diri: (Fisik, karakteristik, Motivasi Individual, dan Keunikan
masing-masing anak) dan Efikasi Diri (Menumbuhkan Kepercayaan) “ denga
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ibu Dwi Aminatus
Sa’adah, M.Pd pada mata kuliah Perkembangan Sosial dan Emosional Anak.
Selain itu kami juga berharap supaya makalah in dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca tentang Konsep Diri dan efikasi Diri.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dwi
Aminatus Sa’adah, karena tugas yang telah di berikan ini dapat menambah
wawasan bagi kami. Kami juga berterimakasih pada semua pihak yang telah
memban tu menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap anak diciptakan Allah swt pada dasarnya memiliki potensi yang sama
yang lambat laun potensi ini akan berkembang karena adanya pendidikan dari
lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya. Potensi anak
akan berbeda antara satu dengan lainnya tergantung bagaimana lingkungan dapat
mendidik dan mengarahkan anak.
Sebelum terbentuknya konsep diri pada anak terlebih dahulu akan terbentuk
pemahaman diri. Awal pemahaman diri anak belum sempurna, yang biasanya dimulai
pada usia 18 buan, dimana anak sudah mulai mengkomunikasikan gagasan-gagasan
mereka secara verbal. Pemahaman anak terhadap dirinya mula-mula bersifat konkret
(Anita Woolflk, 2009). Pada masa awal anak-anak ini biasanya memahami diri dari
sudut pandang fisik seperti ukuran, bentuk, dan warna (Santrock, 2011). Rasa akan diri
juga memiliki aspek sosial, yaitu anak menggabungkan diri ke dalam citra diri, dimana
pemahaman ini akan terus tumbuh mengenai bagaimana individu lain melihat mereka
Konsep diri dan efikasi diri mempunyai peranan penting dalam menentukan
sikap, perilaku , dan reaksi seseorang terhadap orang lain dan suatu keadaan tertentu.
Konsep diri bekerja sebagai skema dasar yang memberikan sebuah kerangkan berpikir
yang menentukan cara seseorang mengolah informasi tentang diri, termasuk motivasi,
keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan diri, dan lain sebagainya sedangkan
efikasi diri merupakan sebuah keyakinan anak terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya untu mencapai sebuah tujuan tertentu .
Keluarga memiliki perananan penting dalam pembentukan konsep diri anak,
karena keluarga merupakan tempat pembentukan konsep diri anak yang pertama dan
utama. Perlakuan yang diberikan orangtua terhadap anak akan membekas hingga anak
menjadi dewasa, dan perlakuan ini akan membentuk konsep diri anak. Selain keluarga,
orang yang dekat dengan anak secara emosional seperti guru dan teman-teman-teman
bermain memiliki peran yang paling besar dalam pembentukan konsep diri. Konsep
diri akan terfokus pada usia anak-anak, dimana saat anak mengembangakn kesadaran
dirinya, dan hal ini akan semakin jelas ketika seseorang mendapatkan kemampuan
kognitif dan berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan di masa anak, remaja dan
kemudian dewasa (Diane E. papalia, 2014).
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri ( fisik, karakteristik, motivasi individu,
dan keunikan masing-masing anak
2. Untuk mengetahui pengertian efikasi diri ( menumbuhkan kepercayaan )
3. Untuk mengetahui hubungan konsep diri dan efikasi diri
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep diri berkaitan dengan penilaian atau evaluasi pada diri sendiri. Santrock
(2002: 356) menyatakan bahwa konsep diri (self concept) mengacu pada evaluasi
bidang spesifik dari diri sendiri. Siswa-siswa dapat membuat evaluasi diri dalam
banyak bidang kehidupan mereka seperti, akademis, ateletik, penampilan, dan lain-
lain. Konsep diri dapat dipandang sebagai keseluruhan interpretasi terhadap “Siapakah
diriku?”. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Hakemulder (2000: 84)
mendefinisikan konsep diri sebagai apa yang dipikirkan seseorang terhadap dirinya.
Sementara itu, Pajares & Schunk (Mercer, 2011: 14) mengartikan konsep diri
sebagai konstruk psikologi yang terdiri atas deskripsi penilaian diri, termasuk evaluasi
terhadap penilaian kompetensi dan perasaan yang berhubungan dengan pertanyaan
pendapat seseorang tentang dirinya. Konsep diri dianggap sebagai gambaran
seseorang terhadap dirinya, meliputi kepercayaan seseorang terhadap dirinya dirinya
atau persepsi diri seseorang. Hal ini bukan merupakan fakta mengenai dirinya,
melainkan apa yang dipercaya seseorang benar terhadap dirinya. Konsep diri
merupakan kepercayaan yang meliputi penerimaan kompetensi dan berhubungan
dengan kepercayaan evalusi diri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
persepsi seseorang terhadap dirinya, baik fisik, kepribadian, dan kompetensinya
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Persepsi tersebut
dapat berupa persepsi positif maupun persepsi negatif. Persespi positif inilah yang
perlu ditingkatkan sehingga motivasi berprestasi juga dapat meningkat.
A. Fisik
Fisik atau dalam bahasa inggris “ Body” adalah sebutan yang berarti sesuatu
yang memiliki wujud dan dapat terlihat secara kasatmata, yang juga merupakan
definisi oleh pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu benda yang berwujud
yang terlihat oleh mata. Namun didalam dunia anak usia dini ada dua fisik yang
pertama da fisik motoric halus dan yang kedua fisik motoric kasar.
a. Fisik Motorik Halus
Gerakan motoric halus mempunyai peranan yang sangat penting. Motoric
halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang
4
5
dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakan didalam motoric
halus tidak dibutuhkan koordinasi cermat serta teliti.(Depdiknas:2007:2)
Menurut dini P dan Daeng Sari (1996:72) motoric halus adalah aktivitas
motoric halus yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini
menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendaliian gerak yang baik yang
memungkinkan melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak..
Yudha M Saputra Dan Rudiyanto (2005:1118) menjelaskan bahwa motoric
halus adalah kemampuan ana dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot
halus seperti, menulis, meremas, menggenggam, meggambar, menyusun dan
lainnya. Sedangkan menurut kartini kartono(2995:83) motoric halus adalah
ketangkasan, keterampilan, jari tangan dan pergelangan tangan serta penugasan
terhadap otot-otot urat pada wajah.
Berdasarkan uraian di atas maka pengertian motoric halus adalah
pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang
sering membutuhkan kecermatan dalam mengkoordinir mata dan tangan.
b. Fisik Motorik Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-
otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan
agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya
(Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114). Perkembangan motorik kasar anak lebih
dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-
benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil. Karena anak belum
mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik
halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain. Bambang Sujiono (2007:
13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik
kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan
seluruh tubuh anak.
Menurut Endang Rini Sukamti (2007: 72) bahwa aktivitas yang
menggunakan otot-otot besar di antaranya gerakan keterampilan non lokomotor,
gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non lokomotor adalah
aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh, mendorong,
melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomotor adalah aktivitas gerak
yang memindahkan tubuh satu ke tempat lain. Contohnya, berlari, melompat,
jalan dan sebagainya, sedangkan gerakan yang manipulatif adalah aktivitas gerak
6
kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil tertentu. Self efficacy juga diartikan sebagai persepsi diri sendiri
mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri
berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan
yang diharapkan. ( Alwisol, 2009: 287 )
Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik
atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Sementara itu, Baron dan Byrneyang dikutip oleh M. Nur Ghufron &
Rini Risnawita, mendefinisikan Efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai
kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan,
dan mengatasi hambatan. Bandura dan Wood dalam M. Nur ghufron & Rini Risnawita,
menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu
untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan
untuk memenuhi tuntutan situasi. ( Ghufron dkk, 2017: 74 )
Bandura sebagaimana yang dikutip oleh Alwisol mengatakan bahwa efikasi diri
pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurutnya, efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki,
tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan
kecakapan yang ia miliki seberapapun besarnya. Efikasi diri menekankan pada
komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan
datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan
tekanan.
Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka mampu
melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian disekitarnya, sedangkan
seseorang dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu
mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang
dengan efikasi diri yang rendah cenderung akan mudah menyerah. Sementara orang
dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan
yang ada. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gist sebagaimana yang dikutip oleh
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, yang menunjukkan bukti bahwa perasaan efikasi
memainkan satu peran penting dalam memotivasi pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan yang menantang dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri memimpin kita untuk menentukan cita-
12
cita yang menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Lebih
dari seratus penelitian memperlihatkan bahwa efikasi diri meramalkan produktivitas
pekerja. Judge dkk. menganggap bahwa efikasi diri ini adalah indikator positif dari
core self-evaluation untuk melakukan evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri.
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self-knowledge
yang paling berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari karena efikasi yang dimiliki ikut
memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan termasuk didalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan
dihadapi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Efikasi diri adalah suatu keyakinan
dan kepercayaan anak akan kemampuan dirinya untuk berhasil dalam suatu tujuan
tertentu. Anak dengan efikasi diri yang tinggi dia percaya bahwa dia bisa untuk
melakukan hal tersebut, berbeda dengan anak yang mempunyai Efikasi yang rendah
tidak memiliki keyakinan bahwa dia dapat berhasil dan dia akan berusaha untuk
menghindari tugas tersebut.
B. Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Penanaman rasa percaya diri pada anak itu sangat penting dan akan terus
mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut. Sifat percaya diri tidak hanya dimiliki
oleh orang dewasa, tetapi anak usia dini juga memerlukannya dalam perkembangan
menjadi dewasa. Salah satu kunci utama kesuksesan seseorang adalah ada tidaknya
rasa percaya diri.
Rasa percaya diri atau self esteem merupakan perasaan dimana anak mempunyai
keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia mempunyai konsep tentang diri sendiri.
Perasaan ini juga dibangun dan dikembangkan dari interaksi dengan orang lain, yakni
dari respon orang lain terhadap dirinya.
Menurut M Rahman agar perkembangan sosial anak terstimulasi dan
berkembang dengan baik, maka orang tua dan guru memerlukan beberapa strategi
untuk mengembangkan rasa percaya diri pada anak usia dini agar mereka
bisabersosialisasi dengan baik di lingkungannya. Adapun strategi yang dilakukan orang
tua dan guru antara lain:
a. Menjadi pendengar yang baik
Sesibuk apapun, ketika anak meminta perhatian anda, cobalah untuk
mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Karena saat anak diabaikan akan
membuat ia merasa tidak berharga, tidak layak untuk diperhatikan, dan hal itu
akan berpengaruh terhadap rasa percaya dirinya
13
Setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman
dan interaksinya dengan lingkungan. Ada dua macam konsep diri yang dimiliki oleh
individu yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif (Rakhmat, dalam Sugiyo,
2005: 50). Anak yang memiliki konsep diri positif akan cenderung memiliki
penerimaan diri dan penghargaan diri yang tinggi. Sebaliknya Anak yang memiliki
konsep diri negatif akan memiliki penerimaan dan penghargaan diri yang rendah.
Anak yang memiliki konsep diri positif dalam belajar akan memiliki pandangan
positif terhadap keadaan diri dan merasa yakin dengan kemampuannya. Keyakinan
tersebut meliputi keyakinan dalam menghadapi masalah, kegagalan, maupun tugas
14
dalam keadaan tertentu. Berbeda dengan siswa yang memiliki konsep diri positif, siswa
yang memiliki konsep diri negatif dalam belajar akan merasa pesimistik dan enggan
bersaing untuk memperoleh prestasi (Sugiyo, 2005: 52).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
konsep diri adalah persepsi seseorang terhadap dirinya, baik fisik, kepribadian,
dan kompetensinya sebagai hasil dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
Persepsi tersebut dapat berupa persepsi positif maupun persepsi negatif. Persespi
positif inilah yang perlu ditingkatkan sehingga motivasi berprestasi juga dapat
meningkat.
Efikasi diri adalah suatu keyakinan dan kepercayaan anak akan kemampuan
dirinya untuk berhasil dalam suatu tujuan tertentu. Anak dengan efikasi diri yang tinggi
dia percaya bahwa dia bisa untuk melakukan hal tersebut, berbeda dengan anak yang
mempunyai Efikasi yang rendah tidak memiliki keyakinan bahwa dia dapat berhasil
dan dia akan berusaha untuk menghindari tugas tersebut. Rasa percaya diri atau self
esteem merupakan perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri
bahwa ia mempunyai konsep tentang diri sendiri. Perasaan ini juga dibangun dan
dikembangkan dari interaksi dengan orang lain, yakni dari respon orang lain terhadap
dirinya.
Konsep diri dan efikasi diri mempunyai peranan penting dalam menentukan
sikap, perilaku , dan reaksi seseorang terhadap orang lain dan suatu keadaan tertentu.
Konsep diri bekerja sebagai skema dasar yang memberikan sebuah kerangkan berpikir
yang menentukan cara seseorang mengolah informasi tentang diri, termasuk motivasi,
keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan diri, dan lain sebagainya sedangkan
efikasi diri merupakan sebuah keyakinan anak terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya untuk mencapai sebuah tujuan tertentu
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, Kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata ataupun kalimat
yang kurang jelas. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi para pembaca.
15
16
DAFTAR RUJUKAN
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. (New York: Freeman and Company).
Dr. Meriyati.M.Pd (2015) Memahami Karakteristik Anak Didik, Fakta Press lAIN Raden lntan
Lampung Jl. Letkol H. Endro Suratmin Kampus Sukarame
Dr. Sri Tatminingsih, M.Pd. Iin Cintasih, S.Pd., M.Pd. Hakikat Anak Usia Dini
Khairun Nisa, Sujarwo (2021), Efektivitas Komunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Anak
Usia Dini, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
M Rahman, M. 2014. Peran Orang Tua Dalam Membangun Kepercayaan Diri Pada Anak Usia
Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 2(2), 285.
https://doi.org/10.21043/thufula.v2i2.4241
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. 2010. Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,
2010)
Pudjiastuti, E. 2012. Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Menyontek Mahasiswa Psikologi.
Jurnal Mimbar,
Purnamasari, L.R. 2010. Kontribusi Efikasi diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa
Universitas Negeri Semarang Berkewarganegaraan Turki Tahun 2010. (Skripsi. Semarang:
Unnes).
16