Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar


Dosen Pengampu:
Dr. Herpratiwi, M.Pd.

Disusun Oleh:

Wita Sari Anggraini (18020037)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP ) AL-ISLAM TUNAS BANGSA
BANDAR LAMPUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah individu yang berjudul:
“Hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar”
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan dan dapat dikerjakan dengan baik. Saya
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik dan saran semua pihak yang bersifat membangun.

Bandar Lampung, 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak dan konsep diri............................................................................... 3

B. Pengertian motivasi dan belajar ................................................................................ 10

C. Hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar........................................ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku
yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Pendidikan yaitu tuntutan
didalam hidup tumbuhnya anak-anak pendidikan yaitu menuntut segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta
keterampilan yang diperlukan bagi individu, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam pendidikan bukan hanya untuk diketahui belaka melainkan dengan
memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan prosesnya berdasarkan apa
yang memang tertuang dalam pengertian pendidikan tersebut.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
kehidupan yang lebih tinggi.
Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah
mencapai pribadi yang dewasa, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri
bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya. Pendidikan merupakan
tindakan yang manusiawi, pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa,
dengan sadar dan dengan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Tindakan tersebut menyebabkan orang yang belum dewasa menjadi dewasa
dengan memiliki nilainilai kemanusiaan, dan hidup menurut nilai-nilai tersebut.
Kedewasaan diri

1
merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau
tindakan pendidikan. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik
dengan anak didik.
Pada makalah ini akan membahas tentang Hubungan anak, konsep diri dan
motivasi dengan Belajar

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak dan konsep diri ?
2. Apa itu motivasi dan belajar ?
3. Bagaimana hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan
2. Untuk mengetahui tentang pengertian anak dan konsep diri
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan anak, konsep diri dan motivasi
dengan Belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak dan konsep diri

1. Anak

Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antar hubungan pria dan
wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus
cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.
Oleh karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut,
maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia.

Setiap individu yang dilahirkan adalah unik mereka lahir dengan memiliki potensi
dan kelebihannya masing-masing, hal inilah yang sering kita namakan dengan bakat.
Bakat yang dimiliki seorang individu berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses belajar seorang individu. Agar bakat atau potensi individu
berkembang dengan optimal, individu perlu memahami dirinya, salah satu
pemahaman diri siswa yang baik adalah siswa memiliki konsep diri yang baik juga,
karena konsep diri merupakan suatu penilaian mengenai keadaan diri sendiri yang
relatif sulit diubah. Maka dari pada itu, individu perlu memiliki konsep diri yang
positif atau pemahaman yang baik terhadap diri untuk perkembangan bakatnya.

3
2. Konsep diri
a. Pengertian konsep diri
Konsep diri sangat erat kaitanya dengan pemahaman individu terhadap dirinya,
karena dari sanalah bermula dan berawal terbentuknya konsep diri. Kehidupan
yang sehat baik fisik maupun psikologis salah satunya didukung oleh konsep diri
yang positif dan stabil. Konsep diri menurut beberapa ahli adalah cara bagaimana
seorang individu memandang, memikirkan, dan menilai dirinya, sehingga
berujung cara bagaiamana indvidu tersebut berprilaku sesuai dengan konsep
tentang dirinya tersebut atau bagian internal dari individu tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Calhoun & Acocella (1990:90) yang mengartikan konsep diri
sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri
sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Selanjutnya Epstein, dkk (dalam Elida Prayitno, 2006:121) menjelaskan konsep
diri adalah:
Pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut fisik (materi dan bentuk tubuh) maupun psikis (sosial, emosional,
moral dan kognitif)
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa konsep diri adalah pandangan
seseorang terhadap dirinya baik menyangkut fisik dan psikisnya.
Selanjutnya Hurlock dalam bukunya (1980:234), menjelaskan konsep diri adalah
gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya yang meliputi karakteristik fisik,
sosial, psikologis, emosional, aspirasi dan prestasi.
William James (dalam Mudjiran, dkk, 2007:90) mengungkapkan bahwa self
concept atau konsep diri adalah apa yang dirasakan seseorang tentang dirinya baik
yang menyangkut materi atau sosial dari self concept itu. Self concept yang
menyangkut materi adalah perasaan seseorang tentang apa saja yang dimilikinya,
termasuk tubuhnya. Sedangkan self concept yang menyangkut sosial adalah
perasaan seseorang tentang pendapat orang lain tentang dirinya.
Pendapat Burns (1993:5) tentang konsep diri adalah gambaran campuran dari apa
yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat tentang diri yang dimaksud dan

4
seperti apa diri yang diinginkan. Dari pendapat Burns tersebut dijelaskan bahwa
konsep diri itu muncul tidak hanya dalam diri seseorang, tapi juga diperoleh dari
lingkungan, pandangan orang lain terhadap diri individu tersebut. Hal ini juga
didukung oleh pendapat William D. Brook (dalam J. Rahmat, 2003:99) bahwa
konsep diri ialah semua presepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek
fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan
interaksi kita dengan orang lain.
Gibson (dalam Mujidran, dkk, 2007:90) juga melengkapi pendapat di atas bahwa
konsep diri adalah citra self (self image) yang mempersatukan gambaran mental
tiap-tiap individu terhadap dirinya sendiri, termasuk aspek penilaian diri dan
penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Menurut Djaali (2008:129) konsep diri adalah:
Konsep diri merupakan bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada
saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang
diharapakan atau yang disukai oleh individu bersangkutan

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa, konsep diri itu bukanlah padangan
ideal seseorang terhadap dirinya, namun penilaian positif dan negatif yang
dimiliki individu terhadap dirinya sendiri, atau dengan kata lain apa adanya diri
individu tersebut. Adanya konsep positif dan negatif yang dinilai individu dari
dirinya itu diperoleh dari pengalaman individu dari berbagai hal mengenai dirinya
sejak kecil, terutama berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Sejak kecil individu sudah dipengaruhi oleh berbagai pengalaman yang dijumpai
dalam hubungannya dengan individu lain, terutama dengan orang-orang terdekat,
maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan
Pendapat ahli lain mengenai konsep diri adalah gambaran mental diri anda sendiri
yang terdiri dari pengetahuan tentang diri anda, pengharapan bagi diri anda, dan
penilaian terhadap diri anda, James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella
(1990:90). Dari pendapat tersebut pengharapan mengenai diri juga ikut
mempengaruhi berkembanganya konsep diri, karena apa yang dicita-citakan

5
seorang individu untuk dirinya, akan membentuk sebuah perilaku untuk mencapai
hal tersebut.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah pandangan, pemikiran dan penilaian individu terhadap dirinya
yang meliputi aspek fisik (materi dan bentuk tubuh) maupun psikis (sosial,
emosional, moral dan kognitif) secara apa adanya, dan di mana hal ini juga
diperoleh individu dari lingkungan dan interaksinya dengan individu lain, yang
pada akhirnya keadaan itu menjadi cara bagaiamana indvidu berprilaku sesuai
dengan konsep tentang dirinya atau bagian internal dari individu tersebut.
Selanjutnya dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan juga ada tiga
komponen dasar konsep diri:
a) Gambaran diri (Self Image)
b) Harapan diri (Self Idea)
c) Penilaian tentang diri sendiri

b. Perkembangan Konsep Diri


Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa konsep diri itu tidak terbentuk begitu
saja dari diri individu tersebut dari lahir, namun tumbuh dan berkembang melalui
proses belajar yang terjadi akibat interaksi individu dengan lingkungan atau
individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan,
tanggapan yang diberikan ini menjadi cermin bagi individu untuk menilai dan
memandang dirinya.
Sobur (2006) membagi dalam dua hal yang mendasari perkembangan konsep diri
dalam diri individu, yaitu:
1) Pengalaman secara situasional
Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang sesuai dan konsisten dengan
nilai dan konsep diri individu, secara rasional dapat terima oleh diri individu
tersebut. Jadi dalam hal ini, tidak seluruh pengalaman yang turut membangun
perkembangan konsep diri individu, namun pengalaman yang memang menurut
individu dapat diterima oleh rasionalnya dan bisa menyatu dengan dirinya.

6
2) Interaksi dengan orang lain
Interaksi individu dengan lingkungannya secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi perkembangan konsep diri individu, karena dalam interaksi
adanya usaha saling mempengaruhi antara individu dengan orang lain, dan pada
akhirnya akan membantu perkembangan konsep diri dalam diri individu tersebut.

c. Jenis-jenis Konsep Diri


Menurut F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (1990) konsep diri terbagi dua, yaitu
konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1) Konsep diri positif
Dasar dari konsep diri yang positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini
disebabkan individu yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik, baik kelebihan yang ia miliki, maupun kekurangannya. Karena konsep diri
yang positif dapat menampung seluruh pengalaman dirinya, maka hasil evaluasi
dirinya pun positif. Ia dapat menerima dirinya secara apa adanya. Tentang
pengharapan diri, individu yang memiliki konsep diri positif merancang tujuan-
tujuan yang sesuai dengan kemampuannya dan realistis, artinya memiliki
kemungkinan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Di samping itu tujuan
itu cukup berharga sehingga kalau ia berhasil mencapainya akan meningkatkan
harga dirinya. Pengharapan yang realistis yang dimaksud di sini adalah
pengaharapan tentang kehidupannya sebagai individu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan lima ciri individu dengan konsep diri
positif:
1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
2) Ia merasa setera dengan orang lain
3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu
4) Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku tidak seluruhnya disetujui masyarakat dan
5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya

7
2) Konsep Diri Negatif
Konsep diri negatif terjadi pada individu yang tidak banyak mengetahui tentang
dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh kelebihan maupun kekurangannya atau
yang dihargai dalam hidupnya. Pandangan individu terhadap dirinya benar-benar
tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan, dan keutuhan diri.
Ciri-ciri individu dengan konsep diri negatif:
1) Peka terhadap kritik,
2) Responsif terhadap pujian,
3) Bersikap hiperkritis terhadap orang lain dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan, pengakuan pada kelebihan orang lain,
4) Cenderung merasa tidak diperhatikan oleh orang lain dan
5) Bersikap pesimis pada kompetensi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Konsep diri negatif membuat individu cenderung
memusatkan perhatian pada hal yang negatif dalam dirinya. Individu dengan
konsep diri yang negatif biasanya berpikir tentang diri sendiri terutama dari segi
negatif, dan sulit menemukan hal-hal yang pantas dihargai dalam diri mereka
sendiri.

Sementara Maxim (dalam Erlamsyah, 1999:2) mengelompokkan konsep diri


menjadi empat, yaitu:
1) Konsep diri sosial, yaitu menyangkut gambaran atau perasaan orang lain dan
kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain dan pandangan orang lain
terhadap dirinya menurut dirinya.
2) Konsep diri emosional, yaitu menyangkut gambaran seseorang tentang
keadaan emosionalnya, perasaan dalam menghadapi kegembiraan, kesedihan
dan rasa lapar.
3) Konsep diri fisik, yaitu pandangan seseorang terhadap dirinya secara fisik dan
kondisi fisik tertentu seperti bentuk tubuh.

8
4) Konsep diri intelektual, yaitu pendapat seseorang terhadap kemampuan
intelektualnya dalam memecahkan masalah dan prestasi akademiknya.

Hurlock (dalam Elida, 2006) membagi konsep diri menjadi 2:


1) Konsep diri yang sebenarnya, yaitu konsep diri seseorang dari siapa dan apa
dirinya. Konsep diri merupakan bayangan cermin yang ditentukan oleh
sebagian besar peran dan hubungannya dengan orang lain dan apa yang
menjadi reaksi orang lain terhadap dirinya.
2) Konsep diri ideal, yaitu gambaran seseorang mengenai penampilan dan
kepribadian yang didambakannya.

d. Fungsi Konsep Diri


Dalam Mudjiran, dkk (2007:107) mengemukakan ada tiga fungsi konsep diri,
yaitu:
1) fungsi pengarahan atau kontrol berarti konsep diri menjadi pengarah dalam
bertingkah laku, baik bertingkah laku terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain.
2) fungsi aktualisasi diri berarti konsep diri dapat mendorong untuk
mengaktualisasikan dirinya sebagaimana orang itu memandang dirinya.
3) fungsi penilaian bahwa konsep diri memberikan gambaran tentang diri sendiri
yang telah diwarnai oleh penilaian orang yang bersangkutan terhadap dirinya
sendiri (baik-buruk, mampu atau tidak mampu, benar atau salah, menarik atau
tidak menarik).
Selain dari fungsi di atas, konsep diri juga berfungsi sebagai suatu kumpulan
harapan-harapan. Menurut Elida Prayitno (2006:125) konsep diri menentukan apa
yang diharapkan individu untuk terjadi pada dirinya. Pengharapan untuk
kemampuan kita menolong menentukan apa yang akan kita capai.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan konsep diri memiliki empat fungsi
bagi kehidupan individu yaitu sebagai pengarahan atau kontrol, aktualisasi diri,

9
penilaian, dan sekumpulan harapan-harapan yang menolong individu untuk
mencapai tujuannya.

B. Pengertian motivasi dan belajar


a. Pengertian motivasi
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi tersebut turut berperan
dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah
motivasi.
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat, Hamzah (2008:3). Menurut Isbandi yang dikutip Hamzah (2008:3) motif
tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasiakan dalam tingkah
lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu
tingkah laku tertentu. Selain itu Hasibuan (2007:95) berpendapat bahwa motif
adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja
seseorang, yang di mana setiap motif mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Jadi motif merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
aktifitas tertentu, demi mencapai sebuah tujuan tertentu. Dengan demikian
menurut Hamzah (2008:3) motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri individu
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya. Ditambahkan oleh Hamzah (2008:1), pada hakikatnya
motivasi kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi
secara sederhana diartikan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau
melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan.
McDonald (dalam Oemar, 2004:173) mendefinisikan motivasi sebagai suatu
perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(sikap) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian tersebut dapat

10
dijelaskan bahwa bentuk keberadaan motivasi itu dapat di lihat dari sikap dan
reaksi individu berusaha untuk mencapai tujuan yang ingin ia capai.
Menurut Sumadi (dalam Djaali, 2008:101) motivasi merupakan keadaan yang ada
dalam diri individu yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan. Selain itu Greenberg (dalam Djaali, 2008:101)
menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan
memantapkan perilaku menuju arah suatu tujuan. Djaali (2008:101) sendiri
mendefinisikan motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat
dalam diri individu yang mendorongnya untuk aktivitas tertentu untuk mencapai
suatu tujuan (kebutuhan).
Jhon W.Santrock (2008:511) berpendapat bahwa motivasi adalah proses memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Maksudnya adalah perilaku termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Menurut Hamzah (2008:23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Motivasi dalam belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

b. Pengertian belajar
Belajar itu merupakan aktivitas yang berproses yang di mana di dalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Kemampuan siswa dalam
menjalani proses tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam belajar.
Dalam proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, yang mana
faktor-faktor tersebut juga saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Menurut Djaali (2008:101) ada lima faktor yang mempengaruhi
proses belajar yaitu motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
Selain itu ahli lain juga membaginya dalam tiga bagian faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal (kondisi jasmani, aspek
psikologis: inteligensi siswa, sikap, bakat, minat, dan motivasi), faktor

11
eksternal (lingkungan sosial, lingkungan nonsosial), dan faktor pendekatan
belajar, Muhibbin (2008:145).
Sejalan dengan pendapat di atas, Fasti Rola (2006) menambahkan bahwa
alasan motivasi memiliki peran penting dalam belajar adalah karena motivasi
bukan hanya sebagai penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan
memperkuat tingkah laku dalam belajar.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan


daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan dan proses belajar untuk memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000:55).
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang
disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan
menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung sehingga hal
tersebut membantu dalam mencapai tujuan belajar dapat tercapai. Jadi,
motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan
dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004)
Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam
proses pembelajaran (Linda, 2005:2). Hermine Marshall (dalam Sunarto
2008:1) juga berpendapat mengenai motivasi belajar merupakan
kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar
tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar,
Sedangkan menurut Carole Ames (1990:1), motivasi belajar itu ditandai oleh
jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan
untuk melakukan proses belajar.

Jadi dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dan
belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Motivasi
memiliki peran penting dalam belajar adalah karena motivasi bukan hanya

12
sebagai penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat
tingkah laku dalam belajar. Dengan adanya motivasi dalam belajar individu
akan memiliki keinginan untuk menjadi bagian dalam proses belajar sehingga
hal itu akan membantu tercapainya tujuan belajar.

c. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Hamzah (2008:23) menjelaskan bahwa ada enam indikator yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:
a. adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. adanya penghargaan dalam belajar
e. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Mustaqim dan Abdul Wahib (1991:75) hal-hal yang mempengaruhi
motivasi dalam belajar adalah:
a. Kesiapan
b. Usaha yang bertujuan, goal dan ideal
c. Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
d. Penghargaan dan hukuman
e. Partisipasi
f. Perhatian

13
Selanjutnya, Santrock (2008:514) menjelaskan bahwa motivasi belajar dapat
timbul karena faktor, yaitu :
a) Faktor intrinsik
Motivasi timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang
lain, namun atas dasar kemauan sendiri. Dengan kata lain alasan munculnya
motivasi untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.
Misalnya seorang siswa mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang
pada mata pelajaran yang diujikan itu.
b) Faktor ekstrinsik
Motivasi timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi eksternal ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan, reword, dan hukuman.
Misalanya, seorang siswa mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik.

d. Peranan Motivasi dalam Belajar


Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Hamzah
(2008: 27) menjabarkan 3 peranan motivasi belajar yaitu:
a) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila siswa yang belajar
sedang dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan
hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
Misalnya, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan
tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat
menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari
buku tabel matematika. Upaya mencari tabel matematika merupakan peran
motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.

14
b) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dangan
kemaknaan belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikamati manfaatnya
bagi siswa. Misalnya siswa akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan
belajar elktronik itu dapat melahirkan kemampuan individu dalam bidang
elktronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta
membetulkan radio yang rusak dan berkat pengalamannya dari bidang
elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari
pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena
sedikit anak sudah mengtahui makna dari belajar itu.

c) Motivasi Mentukan Ketekunan Belajar


Sorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan
sesorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila sesorang kurang atau tidak
memiliki motivasi untuk belajar, maka tidak tahan lama dalam belajar. Dia
mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti
motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

d) Fungsi Motivasi dalam Belajar


Berbagai pendapat ahli yang telah dijabarkan di atas jelaslah bahwa setiap
individu dalam melakukan sesuatu kegiatan pasti dilatarbelakangi oleh sebuah
motif atau alasan yang menjadi pendorong atau pengerak yang disebut dengan
istilah motivasi. Begitu juga belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil
belajar yang memuaskan dan optimal dilatarbelakangi oleh sebuah motivasi
yang kuat. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa, motivasi berkaitan
langsung dengan tujuan yang ingin dicapai serta kegiatan atau usaha yang

15
akan dilakukan dalam mencapai tujuan. Sardiman (2008:85) menguraikan ada
tiga fungsi motivasi dalam belajar:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor


yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak
dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Tanpa motivasi tidak akan
timbul perbuatan seperti belajar, Oemar (2004:175)

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.


Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

c) Sebagai penggerak dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan


perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Besar-kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu kegiatan.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dasar
dari sebuah kegiatan mulai dari sebagai pendorong, pengarah, dan pengerak
serta penyeleksi kegiatan yang ingin dilakukan untuk mencapai tujuan.

C. Hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar

Menurut Hurlock (1980:22) konsep diri diartikan sebagai persepsi, keyakinan,


perasaan, atau sikap seorang tentang dirinya sendiri, kualitas penyikapan individu
tentang dirinya sendiri dan suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri
dan pandangan orang lain tentang dirinya.

Menurut Ghufron dan Rini Risnawita (2010:19) konsep diri adalah penentu
pengharapkan individu. Konsep diri diri merupakan seperangkat harapan dan

16
penilaian perilaku terhadap harapan tersebut, sehingga bila sikap dan pandangan
negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan
yang rendah.

Motivasi belajar akan mendorong siswa untuk mengikuti kegiatan belajar dan
mengajar di sekolah dengan baik. Motivasi belajar yang tinggi akan mendorong siswa
untuk belajar dengan sungguh-sungguh, namun sebaliknya jika motivasi belajar siswa
rendah maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh.

Motivasi erat kaitannya dengan perilaku siswa. Bagaimana perilaku siswa dalam
belajar akan dipengaruhi oleh motivasi belajar. Dengan demikian siswa yang
mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan cenderung berprilaku positif dalam
belajar seperti selalu mengerjakan tugas, memperhatikan guru.

Selanjutnya Calhoun & Acocella (1990:90) mengartikan konsep diri sebagai


gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Selain itu ahli ini
juga menyatakan bahwa konsep diri merupakan hal terpenting bagi kehidupan
individu, karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam
berbagai situasi, salah satunya situasi saat belajar, siswa yang memiliki konsep diri
bagus tentu akan memiliki persepsi yang bagus tentang kegiatan dan proses belajar
yang ditandai dengan belajar tekun, mengerjakan tugas, namun bila siswa yang
memiliki konsep diri yang rendah tentu memiliki persepsi negative tentang belajar,
hal ini ditandai dengan sikap membolos, tidak mengerjakan tugas, dan perilaku
lainnya pada diri siswa yang negatif dalam proses belajar. Pendapat tersebut juga
didukung oleh Moss dan Kegen (dalam Fasti Rola, 2006:2) bahwa keinginan dalam
diri seseorang individu untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep diri seorang individu.
Maka apabila seseorang tidak yakin atau bahkan memandang buruk potensi yang ada
dalam dirinya maka individu tersebut tidak akan termotivasi untuk mengembangkan
potensi dirinya dalam proses belajar. Oleh karena itu konsep diri dianggap sebagai
pemegang peranan kunci dalam pengintegrasian kepribadian individu, di dalam
memotivasi tingkah laku, terutama saat belajar, Burns (1993:37).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
konsep diri adalah pandangan, pemikiran dan penilaian individu terhadap dirinya
yang meliputi aspek fisik (materi dan bentuk tubuh) maupun psikis (sosial,
emosional, moral dan kognitif) secara apa adanya, dan di mana hal ini juga
diperoleh individu dari lingkungan dan interaksinya dengan individu lain, yang
pada akhirnya keadaan itu menjadi cara bagaiamana indvidu berprilaku sesuai
dengan konsep tentang dirinya atau bagian internal dari individu tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan dan
mempengaruhi. Motivasi memiliki peran penting dalam belajar adalah karena
motivasi bukan hanya sebagai penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan
dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Dengan adanya motivasi dalam
belajar individu akan memiliki keinginan untuk menjadi bagian dalam proses
belajar sehingga hal itu akan membantu tercapainya tujuan belajar.
Selanjutnya Calhoun & Acocella (1990:90) mengartikan konsep diri sebagai
gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Selain itu ahli
ini juga menyatakan bahwa konsep diri merupakan hal terpenting bagi kehidupan
individu, karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam
berbagai situasi, salah satunya situasi saat belajar, siswa yang memiliki konsep
diri bagus tentu akan memiliki persepsi yang bagus tentang kegiatan dan proses
belajar yang ditandai dengan belajar tekun, mengerjakan tugas, namun bila siswa
yang memiliki konsep diri yang rendah tentu memiliki persepsi negative tentang
belajar, hal ini ditandai dengan sikap membolos, tidak mengerjakan tugas, dan
perilaku lainnya pada diri siswa yang negatif dalam proses belajar. Pendapat
tersebut juga didukung oleh Moss dan Kegen (dalam Fasti Rola, 2006:2) bahwa
keinginan dalam diri seseorang individu untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep

18
diri seorang individu. Maka apabila seseorang tidak yakin atau bahkan
memandang buruk potensi yang ada dalam dirinya maka individu tersebut tidak
akan termotivasi untuk mengembangkan potensi dirinya dalam proses belajar.
Oleh karena itu konsep diri dianggap sebagai pemegang peranan kunci dalam
pengintegrasian kepribadian individu, di dalam memotivasi tingkah laku,
terutama saat belajar, Burns (1993:37).

B. Saran

Demikian makalah tentang “Hubungan anak, konsep diri dan motivasi dengan Belajar
“ yang dapat saya buat semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penulis berharap krtikik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

Burns, Robert. 1993. Konsep Diri. Jakarta: Arcan

Calhoun, James F & Acocella, Joan Ross. 1990. Psikologi Tentang Penguatan dan
Hubungan Kemanusiaan. Alih Bahasa: R.S Satmoko. Semarang: IKIP
Semarang Perss

Carole Ames. 1990. http://www.ed.gov/databases/ERIC Didests/ed370200.html.


Diakses: 8 Februari 2011

Djali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya

Erlamsyah. 1999. Perkembangan Konsep Diri Anak Usia Dini. Padang: FIP UNP

Fasti Rola. 2006. “Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi pada
Remaja”. http://pdfsearchangine.com Diakses: 8 Februari 2011

Ghufron Nur & Rini Risnawita. 2010. Teori-teori Psikologi. Jokjakarta: Ar-Ruzz
Media

Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya, Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara.

Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady A. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta:


Bumi Aksara

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa Istiwidayandi &


Soedjarwo. Editor Ridwan Max Sijabat. Jakarta: Erlangga

20
21

Anda mungkin juga menyukai