Disusun
Oleh :
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat Manusia dan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Evi Zulida, S.Pd., M.S. Yang Telah Mengizinkan kami Mengerjakan
Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Hakikat Manusia ...........................................................................................3
B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia ..............................................................3
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................7
A. Kesimpulan ...................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang (individu manusia) yang sejak kelahirannya dari penciptannya
dibekali dengan hakikat manusia untuk pengembangan diri dan kehidupan
selanjutnya. Ia dilengkapi dengan hakikat manusia untuk pengembangan diri dan
kehidupan selanjutnya, ia dilengkapi dengan dimensi – dimensi kemanusiaan
yang melekta pada diri indvidu itu. Dimensi – dimensi itu mencakup tentang,
dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dimensi
keberagamaan.
Bentuk pengembangan ada dua yaitu pengembangan utuh dan
pengembangan tidak utuh. Pengembangan utuh yaitu ketika dari keseluruhan
unsur dimensi hakikat manusia telah mampu dikembangan secara optimal
sebagai satu kesatuan yang utuh. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi
hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor yaitu kualitas dimensi hakikat
manusia dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan
atas perkembangannya Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi
hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure
dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan
didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Subtansi pengembangan hakikat manusia yaitu pengembangan manusia
sebagai makhluk individu, pengembangan manusia sebagai makhluk sosial,
pengembangan manusia sebagai makhluk religious.
Adapun dimensi manusia dan kebutuhan akan pendidikan adalah dimensi
manusia sebagai makhluk filosofis bahwa manusia disebut dengan istilah homo
sapiens, yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu
pegetahuan. Salah satu insting manusia adalah cenderung ingin mengetahui
segala sesuatu yang tidak pernah diketahuinya. Dimensi manusia sebagai
makhluk individu bahwa manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa
dan raga yang tidak bisa dipisahkan dan ia mempunyai hak hidup, hak
1
kemerdekaan, dan hak milik. Dimensi manusia sebagai makhluk sosial bahwa
manusia sebagai makhluk sosial berarti hidupnya selalu bersama, dan
mengandung makna psikologis, yakni dorongan mencinta dan dicintai da
kebahagiaan muncul terutama dai kepuasan rohani. Dimensi manusia sebagai
makhluk susila melalui pendidikanlah manusia mampu mengusahakan anak
didik menjadi manusia, pendukung norma, kaidah, dan nilai – nilai susila.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Mendeskripsikan Pengertian Hakikat Manusia?
2. Bagaimanakah bentuk dimensi-dimensi Hakikat Manusia?
C. Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memahami Pengertian Hakikat Manusia.
2. Untuk mengetahui bentuk dimensi-dimensi Hakikat Manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Secara istilah hakikat berasal dari bahasa arab yaitu ‘haq’ yang berarti
kebenaran yang sesungguhnya (mendasar). Istilah manusia juga berasal dari bahasa
arab yaitu kata ‘man’ yang artinya manusia. Penggalan kata yang kedua yaitu
‘nasia’ yang artinya pelupa. Jadi manusia berarti orang yang sering lupa tentang
aturan atau peringatan-peringatan tuhan.
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
membedakan manusia dengan hewan,meskipun antara manusia dan hewan banyak
kemiripan yang terutama dilihat dari segi biologisnya. Wujud dari sifat hakikat
manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh paham
eksistensialisme dengan maksut menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan terdiri dari beberapa hal :
1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan yang dimiliki oleh manusia,maka mereka
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan
orang lain dan lingkungan disekitarnya. Di dalam proses
pendidikan,kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara seimbang.
Pengembangan ke arah luar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan
pengembangan ke arah dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri
dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu.
Dengan demikian manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik
diajar agar belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa,
3
belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi
kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
4. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang
singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai
manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya
perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan
realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang
rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral
tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinngi, serta segenap
perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi.
2) Dimensi Kesosialan
Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk sosial.
Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial tampak dalam kenyataan bahwa tidak
ada yang mampu hidup sebagai manusia tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup
dalam suasana interdependensi, dalam antar hubungan dan antaraksi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Kandungan dimensi kesosialan adalah
komunikasi dan kebersamaan. Dengan bahasa (baik bahasa verbal maupun non-
verbal, lisan maupun tulisan) individu menjalin komunikasi atau hubungan dengan
individu lain. Di samping itu individu juga menggalang kebersamaan dengan
individu lain dalam berbagai bentuk, seperti persahabatan, keluarga, kumpulan dan
organisasi (non formal dan formal). Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari
kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan
kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan sosial pada setiap waktu.
Sebagai makhluk sosial, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling
melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai
tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya. Yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku
6
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang
lain.
3) Dimensi Kesusilaan
Manusia adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu
manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan.
Kandungan dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral. Dalam dimensi ini
digarisbawahi kemampuan dasar setiap individu untuk memberi penghargaan
terhadap sesuatu, dalam rentang penilaian tertentu. Sesuatu dapat dinilai sangat
tinggi, sedang, ataupun rendah. Penilaian yang dibuat oleh sekelompok individu
tentang sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan bersama sering kali
ditetapkan sebagai standar baku. Standar baku inilah yang selanjutnya dijadikan
patokan untuk menetapkan boleh tidaknya sesuatu hal dilakukan oleh individu
(terutama individu yang berada di dalam kelompok yang dimaksud). Inilah yang
disebut moral. Individu dalam kelompok yang bersangkutan harus mengikuti
ketentuan moral tersebut. Ketentuan moral itu biasanya diikuti oleh sanksi atau
bahkan hukuman bagi pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat, hukum
ilmu, dan kebiasaan. Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat
dengan nilai-nilai. Nilai-nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia,
mengandung makna kebaikan, keluhuran kemuliaan dan dijadikan pedoman hidup.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-
nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
manusia, bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai
tersebut
4) Dimensi Keberagaman
Manusia adalah mahluk religius. Sejak zaman dahulu nenek moyang
manusia meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam
semesta ini. Untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan kekuatan tersebut
ditempuh dengan ritual agama. Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena
manusia adalah mahluk yang lemah memerlukan tempat bertopang demi
7
keselamatan hidupnya. Agama sebagai sandaran manusia. Penanaman sikap dan
kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang melaksanakan dikeluarga dan
dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di sekolah. Kandungan dimensi
keberagaman adalah iman dan takwa. Dalam dimensi ini terkandung pemahaman
bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan dan kemampuan
untuk mempercayai adanya Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa serta mematuhi
segenap aturan dan perintah-Nya. Keimanan dan ketakwaan ini dibahas dalam
agama yang dianut oleh individu. Kitab suci agama serta tafsir yang mengiringinya
memuat kaidah-kaidah keimanan dan ketakwaan tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah Terlepas
dari banyaknya pandangan tentang hakikat manusia, nyatanya sangatlah sulit untuk
mendeskripsikan manusia dalam satu pengertian yang utuh. Namun sebagai umat
beragama kita sepakat bahwa manusia ialah sebaik-baik makhluk yang diciptakan
oleh Sang Maha Pencipta.
Manusia sebagai sebaik-baik makhluk setidaknya memiliki dimensi-
dimensi yang menjadi bagian dalam dirinya. Dimensi dimensi yang dimaksud ialah
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan. Sehingga
menjadi peran pendidikan untuk mengembangkan dimensi-dimensi tersebut untuk
mewujudkan manusia seutuhnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10