Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
Dimensi Dimensi Kemanusiaan Dan
Pengembangan Dimensi Dimensi Kemanusiaan

Oleh:
Kelompok 2
 NOVI SEPTIA PUTRI (19010029)
 SEPRINTA INELA (19010035)
 ELVI SUSANTI (19010041)
 KELVIN AGRI KHINANDHA (19010047)
 PUTRI RAMADHANI (19010053)

Dosen Pengampu:
Vivi fitriani Ss.i,M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

STKIP PGRI SUMATERA BARAT


2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang,4 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang....................................................................................................................1
2. Rumusan masalah...............................................................................................................1
3. Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II ISI
A. Dimensi-dimensi kemanusiaan….…......................................................................................3
1.Dimensi keindividuan……….........................................................................................4
2.Dimensi kesosialan ………............................................................................................6
3.Dimensi kesusilaan ……...............................................................................................6
4. Dimensi kebaragaman……………………………………………………………………………………….….7

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan......................................................................................................................8
2. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….….……………………….…9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam definisi tersebut
mengandung pula arti bahwa pendidikan bertujuan humanism yakni untuk memanusiakan
manusia. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa seorang pendidik harus memiliki pemahaman
yang konperhensif mengenai sifat dan hakikat manusia agar nantinya ia mampu menuntun
peserta didik untuk menjadi manusia yang seutunya.

Secara khusus, konsep manusia utuh dalam kehidupan bernegara di Indonesia adalah manusia
pacasila. Yakni tiap-tiap warga Negara yang menjiwai dan mengaktualisasikan nilai-nilai
pancasila di dalam kehidupan sehari-harinya.

Konsep manusia dalam sudut pandang pendidikan adalah bagaimana mengembangkan dimensi
yang dimiliki oleh manusia yakni pertama, dimensi individual yang mencakup aspek potensi,
keunikan, serta dinamikanya, kedua, dimensi social yang berkaitan dengan interaksinya dengan
lingkungan, ketiga, aspek kesusilaan yang berkenaan dengan nilai norma dalam kehidupan
bermasyarakat, dan terakhir, aspek keberagamaan yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan Tuhannya.

Berangkat dari fakta di atas, sebagai calon pendidik kita harus memahami keseluruhan fakta
tersebut. Maka, kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk dimensi-dimensi hakikat manusia?


2. Bagaimanakah wujud pengembangan dimensi-dimensi manusia seutuhnya?

C. Tujuan

1. Mengetahui bentuk dimensi-dimensi hakikat manusia.


2. Mengetahui pengembangan dimensi-dimensi manusia Indonesia seutuhnya.
BAB II

A. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

1. Dimensi Keindividualan

Manusia sebagai makhluk keindividualan dimaksudkan sebagai orang yang utuh, yang terdiri
dari kesatuan fisik dan psikis. Kandungan dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan.
Di sini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi, baik potensi fisik
maupun mental-psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat dan kemampuan pribadi
lainnya. Potensi ini dapat berbeda-beda antar individu. Ada individu yang berpotensi sangat
tinggi, tinggi, sedang, kurang dan kurang sekali.Keberadaan manusia sebagai individual bersifat
unik artinya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap manusia sama mempunyai mata,
telinga, kaki dan anggota tubuh lainnya, namun tidak ada yang sama persis bentuknya, karena
setiap orang kelak akan diminta pertangung jawaban atas sikap perilakunya. Kesadaran
manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia, ini mencakup
pengertian yang sangat luas, antaranya kesadaran akan diri antara realitas, self respect, self
narcisme, egoisme dll. Manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami atau
anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi terutama hak hidup, hak kemerdekaan,
dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak, maka manusia menyadari kewajiban-kewajiban
dan tanggung jawab moralnya.

2. Dimensi Kesosialan

Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk sosial. Perwujudan manusia
sebagai makhluk sosial tampak dalam kenyataan bahwa tidak ada yang mampu hidup sebagai
manusia tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup dalam suasana interdependensi, dalam antar
hubungan dan antaraksi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Kandungan dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan. Dengan bahasa (baik
bahasa verbal maupun non-verbal, lisan maupun tulisan) individu menjalin komunikasi atau
hubungan dengan individu lain. Di samping itu individu juga menggalang kebersamaan dengan
individu lain dalam berbagai bentuk, seperti persahabatan, keluarga, kumpulan dan organisasi
(non formal dan formal). Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang
sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti
terlibat dalam kehidupan sosial pada setiap waktu. Sebagai makhluk sosial, mereka saling
membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi
dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan
wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Yang dimaksud dengan
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah
laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.

3. Dimensi Kesusilaan

Manusia adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan. Kandungan dimensi
kesusilaan adalah nilai dan moral. Dalam dimensi ini digarisbawahi kemampuan dasar setiap
individu untuk memberi penghargaan terhadap sesuatu, dalam rentang penilaian tertentu.
Sesuatu dapat dinilai sangat tinggi, sedang, ataupun rendah. Penilaian yang dibuat oleh
sekelompok individu tentang sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan bersama sering kali
ditetapkan sebagai standar baku. Standar baku inilah yang selanjutnya dijadikan patokan untuk
menetapkan boleh tidaknya sesuatu hal dilakukan oleh individu (terutama individu yang berada
di dalam kelompok yang dimaksud). Inilah yang disebut moral. Individu dalam kelompok yang
bersangkutan harus mengikuti ketentuan moral tersebut. Ketentuan moral itu biasanya diikuti
oleh sanksi atau bahkan hukuman bagi pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat,
hukum ilmu, dan kebiasaan. Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai. Nilai-nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung makna
kebaikan, keluhuran kemuliaan dan dijadikan pedoman hidup. Pada hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia, bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4. Dimensi Keberagamaan

Manusia adalah mahluk religius. Sejak zaman dahulu nenek moyang manusia meyakini akan
adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk mendekatkan
diri dan berkomunikasi dengan kekuatan tersebut ditempuh dengan ritual agama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang lemah memerlukan
tempat bertopang demi keselamatan hidupnya. Agama sebagai sandaran manusia. Penanaman
sikap dan kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang melaksanakan dikeluarga dan
dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di sekolah. Kandungan dimensi keberagaman
adalah iman dan takwa. Dalam dimensi ini terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada
dasarnya memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk mempercayai adanya Sang Maha
Pencipta dan Maha Kuasa serta mematuhi segenap aturan dan perintah-Nya. Keimanan dan
ketakwaan ini dibahas dalam agama yang dianut oleh individu. Kitab suci agama serta tafsir
yang mengiringinya memuat kaidah-kaidah keimanan dan ketakwaan tersebut.

B. Pengembangan Dimensi Kemanusia.

Manusia secara individual terlahir kemuka bumi dengan segenap potensi untuk
berkembang.potensi tersebut tidak dengan sendirinya akan terwujud, artinya diperlukan upaya
dari manusia lain untuk merangsang agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia agar menjadi manusia.Agar potensi
yang dimiliki manusia berkembang optimal,maka manusia memerlukan orang Lain dalam
kehidupannya melalui proses sosialisasi.individualisme dapat diwujudkan melalui ineraksi
sosialnya dengan manusia yang ada di lingkungannya.dalam berinteraksi tersebut ada sejumlah
nilai yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh manusia sehingga tidak terjadi benturan antara
kepentingan hidup manusia sebagai makhluk individual maupun makhluk social.agar dapat
diterima dalam lingkungan sosialnya manusia harus taati nilai.Manusia terdiri dari aspek
jasmani dan rohaniah manusia memerlukan sandaran vertical dalam kehidupannya.terbinanya
hubungan vertical dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dapat membuat membuat jiwa manusia
menjadi tenang.pendidikan yang harus diberikan harus dapat mengemabangkan keempat
dimensi kemanusiaan itu secara seimbang. Potensi jasmaniah dan rohaniah harus mendapatkan
pelayanan yang seimbang. Walaupun manusia itu dinilai melalui sikap dan perilaku yang
ditunjukkannya namun manusia tidak akan bias berprilaku secara optimal tanpa didukung oleh
kondisi fisik yang sehat. Fisik yang sehat saja belum cukup untuk dapat dikatakan manusia itu
berkualitas karena tidak menunjukkan kemampuan dan perilaku yang diharapkan. Setiap
peserta didik dengan potensi yang dimiliknya harus mampu hidup ditengah masyarakat dengan
memperhatikan dan mengamalkan nilai-nilai susila dan agama yang dianut. Jika salah satu dari
dimensi kehidupan manusia terabaikan dalam proses pengembangannya maka diyakini bahwa
hal tersebut akan menimbulkan masalah baik dalam kehidupan manusia secara individual
maupun social,baik dalam kehidupannya secara horizontal maupun vertical.

Secara fisik manusia jelas sangat sempurna dan lebih baik apabila dibandingkan dengan
makhluk lain dari kelompok manapun. Sehebat-hebatnya binatang keadaan fisiknya akan di
bawah manusia dari kelas yang paling rendah. Secara mental manusia jelas berada di atas
derajat semua makhluk yang ada, termasuk malaikat sekalipun yang notabene mereka
diciptakan dari ruh dan selalu taat dan patuh kepada Tuhan dan tidak pernah sedikitpun
membangkang kepada-Nya. Hal ini terbukti ketika penciptaan manusia pertama yang bernama
Adam, para malaikat protes kepada Allah, karena menurut prediksi mereka manusia hanya akan
membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Maka Allah mengajarkan nama-
nama barang kepada Adam bukan kepada malaikat, karena mereka tidak memiliki nafsu yang
bisa mendorong keilmuannya berkembang dan maju, ilmu mereka hanya sebatas yang
diberikan oleh Allah dan tidak akan tumbuh dan berkembang , sehingga ketika Allah
memberitahu Adam untuk meminta para malaikat menyebutkan nama barang-barang yang
ada, merekapun tidak bisa menyebutkannya, Di sinilah bukti kelebihan manusia dibanding
malaikat.manusia dari sisi penciptaannya ialah makhluk Tuhan yang paling sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk lain yang secara individu ia memiliki keunikan tersendiri,
manusia juga sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk susila. Manusia terdiri dari dua
komponen yaitu jasmani dan ruhani yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Manusia
memiliki hasrat biologis (libido sexualis) yang hanya menuntut kepuasan, mempunyai ego atau
‘aku’ yang lebih bersifat realistis, dan superego yang sangat besifat ethis. Sedangkan dari sisi
ilmu psikologi pendidikan bahwa manusia itu mendidik, memerlukan pendidikan sebagai bukti
eksistensi dan upaya mempertahankan dan mengembangkan sekaligus meneruskan
keberadaannya. Apapun dan bagaimanapun kesimpulan ilmu pengetahuan dan filsafat tentang
hakikat manusia, namun pengertian atau kesimpulan tersebut bertujuan untuk dijadikan
sebagai dasar dalam pembinaan kepribadian manusia. Dengan memahami dan mengerti
hakikat manusia pembinaan aspek-aspek kepribadian menjadi lebih terarah pada sasaran
yang tepat.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Terlepas dari banyaknya pandangan tentang hakikat manusia, nyatanya sangatlah sulit untuk
mendeskripsikan manusia dalam satu pengertian yang utuh. Namun sebagai umat beragama
kita sepakat bahwa manusia ialah sebaik-baik makhluk yang diciptakan oleh Sang Maha
Pencipta.

Manusia sebagai sebaik-baik makhluk setidaknya memiliki dimensi-dimensi yang menjadi


bagian dalam dirinya. Dimensi dimensi yang dimaksud ialah dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagamaan. Sehingga menjadi peran pendidikan untuk mengembangkan
dimensi-dimensi tersebut untuk mewujudkan manusia seutuhnya. dari proses pengembangan
dimensi tersebut, pada hasil akhirnya kita dapat membedakanya menjadi dua yaitu,
pengembangan yang utuh dan pengembangan tidak utuh. Pengembangan dikatakan utuh
apabila keseluruhan dimensi hakikat manusia telah dikembangkan secara optimal sebagai satu
kesatuan. Keutuhan ini dapat kita lihat dari wujud dimensi dan arah pengembangannya.
Sebaliknya, pengembangan yang tidak utuh terjadi apabila pengembangan terhadap dimensi-
dimensi dari hakikat manusia dilakukan secara tidak optimal, atau terdapatnya dimensi yang
kurang diperhatikan.

Dalam kaitannya dengan manusia Indonesia, pengembangan yang utuh terhadap dimensi-
dimensi tersebut di atas, dalam implementasinya akan terukur dari sejauh mana ia mampu
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidpan sehari-harinya.
B. Saran

1. Sistem pendidikan nasioal Indonesia dikonstruksikan dan dsikembangkan untuk mampu


mengembangkan keseluruhan dimensi manusia sebagai satu kesatuan yang utuh guna
menciptakan “manusia pancasila”.

2. Memberikan kesempatan yang sama, dan pengkondisian lingkungan yang baik bagi
tumbuh kembang anak guna pengoptimalah pengembangan dimensi-dimensinya sebagai
manusia.
Daftar pustaka

Marsio, Yusufhadi. 1997. Teknologi Pendidikan Menyongsong Abad.

Shane, Harlold G. 1984. Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Terjemahan Mhd. Ansyar. Jakarta:
CV.Rajawali.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi,
Depdikbud.
PERTANYAAN

Kelompok 4

Bagaimana cara mendidik pendidikan terhadap orang gila?


JURNAL

Manusia sebagai sebaik-baik makhluk setidaknya memiliki dimensi-dimensi yang menjadi


bagian dalam dirinya. Dimensi dimensi yang dimaksud ialah dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagamaan. Sehingga menjadi peran pendidikan untuk mengembangkan
dimensi-dimensi tersebut untuk mewujudkan manusia seutuhnya. dari proses pengembangan
dimensi tersebut, pada hasil akhirnya kita dapat membedakanya menjadi dua yaitu,
pengembangan yang utuh dan pengembangan tidak utuh. Pengembangan dikatakan utuh
apabila keseluruhan dimensi hakikat manusia telah dikembangkan secara optimal sebagai satu
kesatuan. Keutuhan ini dapat kita lihat dari wujud dimensi dan arah pengembangannya.
Sebaliknya, pengembangan yang tidak utuh terjadi apabila pengembangan terhadap dimensi-
dimensi dari hakikat manusia dilakukan secara tidak optimal, atau terdapatnya dimensi yang
kurang diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai