Anda di halaman 1dari 15

Makalah

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Disusun
Oleh:

TIARA MAISYA GIAFANI


FARIZ RIZKI MAULANA
RIZKI MUHAMMAD RIVAL
RAHMAT FAUZI
NOVL ALFARIZI

Dosen Pengampu:
Rawi Juanda, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampoh Keude, Oktober 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

B. Dimensi Dalam Hakikat Manusia....................................................................5

C. Pengembangan Dimensi-Dimensi Tersebut Pada Manusia.............................6

D. Pembentukan Manusia Indonesia Seutuhnya..................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk mengemban tugas-tugas
pengabdian kepada penciptanya. Paling tidak agar tugas-tugas dimaksud dapat
dilaksanakan dengan baik maka sang pencipta telah menganugrahkan manusia
seperangkat potensi yang dapat ditumbuhkembangkan. Potensi yang siap dipakai
tersebut dianugrahkan dalam bentuk kemampuan dasar, yang hanya mungkin
berkembang secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang sejalan dengan
petunjuk sang pencipta.
Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia
ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi
titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat
manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : Arti dan wujud
sifat hakikat manusia,Dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan
dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia
seutuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Sifat Hakiki Manusia?
2. Apa saja Dimensi Hakikat Manusia?
3. Bagaimanakah Pengembangan dimensi manusia?
4. Bagaimanakah pengertian manusia indonesia seutuhnya?

1.3 Tujuan Penelitian 


Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Sifat Hakiki Manusia?
2. Untuk mengetahui Dimensi Hakikat Manusia?
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pengembangan dimensi manusia?
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah pengertian manusia indonesia
seutuhnya?

1
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Mendeskripsikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya.
2. Mengerti Tentang Dimensi Hakikat Manusia Dalam Kehidupan Bangsa
dan Negara
3. Mengetahui Masalah-Masalah Dalam Hakikat Manusia dan
Pengembangannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Hakiki Manusia


Sifat hakiki manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipiil (jadi bukanhanyagradual) membedakan manusia dari hewan.
Jika dilihat dari segi biologis manusia dengan hewan memiliki banyak
kemiripan, Socrates menamakan manusia itu zoon politicon (hewan yang
bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das kranke tiier
(hewan yang sakit) (Drijarkara,1962:138) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan ini menimbulkan kesan yang keliru. Mengira bahwa manusia
dengan hewan hanya berbeda secara gradual (perbedaan dengan melalui rekayasa
dapat dibuat sama keadaannya).
1. Wujud Sifat Hakiki Manusia
Wujud sifat hakiki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang
dikemukakan paham eksistensialisme:
a. Kemampuan Menyadari Diri
Adanya kemampuan menyadari diri yang dimilki manusia, maka
manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik
diri. Dan menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang
lain (orang lain, lingkungan fisik) Lebih dari itu manusia dapat membuat
jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik yang pribadi maupun non
pribadi.
b. Kemampuan Bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku
dengan objek, lalu melihat objek sebagai sesuatu, berarti manusia itu
dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. adanya kemampuan eksistensi inilah pula yang
membedakan manusia sebagai makhluk infra human, dimana hewan
menajdi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manager
lingkungannya.

3
c. Kata Hati (Conscience Of man)
Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, pelita
hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau
“pengertian yang mengikuti perbuatan”.
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai
perbuatan, maka yang dimaksud moral (yang sering disebut juga etika)
adalah perbuatan itu sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia
merupakan yang baik atau moral yang luhur.
e. Tanggung Jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab.
1) Wujud tanggung jawab:
2) Tanggung jawab kepada diri sendiri (menanggung tuntutan kata hati)
3) Bertanggung jawab kepada masyarakat (menanggung tuntutan norma
norma sosial)
4) Tanggung jawab kepada Tuhan (menanggung tuntutan norma-norma
agama)
f. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatun ).
Tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
g. Kewajiban dan hak
hak dan kewajiban merupakan suatu rangkaian yang tidak bisa
terlepas. Tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya. Usaha menumbuh
kembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu keniscayaan dapat
ditempuh melalui pendidikan disiplin.
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan suatu integrasi pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan dengan yang pahit. Kebahagiaan tidak terletak pada
keadaan secara factual ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada
perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan

4
menghayati dengan keheningan jiwa dan menundukkan hal tersebut dalam
ikatan tiga hal yaitu usaha, norna, dan takdir.

B. Dimensi Dalam Hakikat Manusia


1. Dimensi Sosial
Kita dilahirkan Didunia tentu mempunyai Potensi sosial,Artinya
yaitu kita dikaruniai benih untuk berinteraksi.Dengan adanya Dorongan
interaksi ini,setiap orang ingin bertemu sesamanya,betapa kuatnya
doroongan ersebut sehinggan penjara merupakan hukuman yang paling
berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan didalam
penjara berarti diputuskannya dorongan tersebut
2. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak
cukup hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih.
Susila sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat
berupa nilai otonom, nilai heteronom, nilai keagamaan.
Dalam kenyataan hidup, ada dua hal yang muncul dari persoalan
nilai, yaitu kesadaran dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan
melaksanakan nilai. Dalam pelaksanaannya, keduanya harus dulaksanakan
secara sinkron.
3. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang dan memohon. Manusia
memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran bagi manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada

5
GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
4. Dimensi Individu
Individu adalah unit terkecil pembentuk masyarakat dalam ilmu
sosial,individu berarti juga bagian terkeci dari kelompok masyarakat yang
tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Setiap individu itu
memiliki sifat yang unik,tidak ada bandingannya,dengan adnanya
individualitas tersebut,maka setiap orang bebas untuk
berperasaan,mengapai cita – cita,kecendrrungan,semangat dan daya tahan
yang berbeda – beda.

C. Pengembangan Dimensi-Dimensi Tersebut Pada Manusia


Hakikat dan eksistensi manusia sebagaimana diuraikan pada butir b di
atas, masing-masing dimensinya dapat dikembangkan sehingga dapat membentuk
kepribadian manusia sebagai berikut :
1. Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Individu.
Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya
sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan:Hilfe zur
selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya
sendiri.
Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai
pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif,
kreativitas, kehendak,, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan
kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif,
afektif dan psikomotor.
Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang
bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bias diperoleh melalui
pendidikan dan proses belajar.
2. Pengembangan manusia sebagai mahluk sosial
Disamping sebagai mahluk individu atau pribadi manusia juga sebagai
mahluk social. Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang

6
diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan saja penting untuk
mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pengenbangan
kepribadiannya.
3. Pengembangan manusia sebagai mahluk susila
Aspek yang ketiga dalam kehidupan manusia, sesudah aspek individual
dan social, adalah aspek kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat
menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga manusia dapat
menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah laku mana
yang tidak baik dan bersifat tidak susila.
Penghayatan personifikasi atas norma, nilai, kaidah-kaidah social ini amat
penting dalam mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.
Sebenarnya aspek susila kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan
aspek kehidupan social. Karena penghayatan atas norma, nilai dan kaidah social
serta pelaksanaannya dalam tindakan dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh
individu dalam hubungannya dengan atau kehadirannya bersama orang lain.
Aspek susila ini tidak saja memerlukan pengetahuan atas norma, nila, dan kaidah-
kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan tetapi juga menuntut
dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya tersebut dalam
tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.
4. Pengembangan manusia sebagai mahluk religius
Eksistensi menusia manusia yang keempat adalah keberadaanya dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.sebagai anggota masyarakat dan
bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk menghayati dan
mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota masyarakat yang
dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila, maka kepada
masing-masing warga Negara dengan demikian juga dituntut untuk dapat
melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang
dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya
dengan sesama manusia.

7
D. Pembentukan Manusia Indonesia Seutuhnya
Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut Pedoman
dan Penghayatan Pancasila, setiap manusia memounyai keinginan untuk
mempertahankan hidup, dan menjaga kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan
naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa dan Negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup manusia itu
akan tercpai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan keseimbangan, baik
hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat,
dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa,
dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.
Pancasila menempatkan manusia dakam keseluruhan harkat dan
martabatnya mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak
dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya,
dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita
pahami bukanlah manusia yang luar biasa, melainkan manusia yang disamping
memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan,
manusia yang disamping memiliki kemampuan-kemampuan juga mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, manusia yang disamping mempunyai sifat-sifat yang
baik memounyai sifat-sifat yang kurang baik. Manusia yang hendak kita pahami
bukanlah manusia yang kita tempatkan di luar batas kemampuan dan kelayakan
manusia tadi.
Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah mahluk pribadi, sekaligus mahluk
social. Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk social
merupakan kesatuan bulat. Perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan
serasi.
Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya
dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dan dapat
hidup secara layak diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau
tanpa hidup bermasyarakat , seseorang tidak dapat menyeenggararakan hidupnya
dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan usaha mengejar kehidupan yang

8
lebih baik, mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh seseoarang, tanpa bantuan dan
kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Kesimpulan Makalah ini yaitu .Manusia adalah hamba dan khalifah
Allah di bumi, maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang
terlahir dalam kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari
orang lain, makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki
akal budi, makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang
mempunyai kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat
peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama yang mempunyai hakikatnya
masing – masing baik dari individu maupun sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

DEPDIKBUB, PPIPT. 1982. Program Akta Mengajar V-Bisnis Komponen Dasar


Kependidikan, Wawasan Kependidikan Guru. Jakarta : Depdikbud.
DEPDIKBUD. 1983. UUD 1945-P4-GBHN. Bahan Penataran Dan Referensi
Penataran. Jakarta: Depdikbud
IKIP MALANG. TIM Dosen FIP. 1980. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan.
Surabaya. Usaha Nasional.
Soejono, Agus. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: Transito
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2013. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mudyahardjo, Redja. 2006.
Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Roesminingsih, MV dan Lamjian
H.S.2016. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya : Lembaga Pengkajian
dan Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP Unesa

11

Anda mungkin juga menyukai