Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan


( Manusia dan Pendidikan)
Dosen pembingbing : Ahmad Suganda, S.Pd.I, M.Pd

DISUSUN OLEH:
NAMA : SRI RAHMAH WATI
JURUSAN : PAI
SEMESTER :5
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI
Jl.Raya Jakarta Km.10 Ciruas Pasar Serang – Banten 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat disusun dengan selesai. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah untuk yang akan
datanng. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

CIRUAS, 18 OKTOBER 2023

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar isi…………………………………………………………………………..ii

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang……………………………………………………………………..1

BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Manusia……………………………………………………………......3
2. Aspek Aspek Dan Dimensi Manusia…………………………………………...4
3. Hakikat Dan Unsur Unsur Pendidikan………………………………………….6
4. Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia……………………………………9
5. Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan…………………………………....9
6. Kaitan Antara Manusia, Pendidikan Dan Kebudayaan……………………......11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………...14
Saran……………………………………………………………………………..14

Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan
masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian
dalam mengelola kelangsungan hidupnya.

Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin
menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam keonteks pendidikan, manusia
adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai
subjek, selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.

Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan
tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia memiliki
beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa, karya dan religi
yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.

Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui


pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia
dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan
manusia dengan pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan
tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas
milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan
landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan
wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat
pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas

1
terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional tentang landasan dan
asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa hakikat manusia ?
2. Apa aspek-aspek dan dimensi manusia ?
3. Apa hakikat, tujuan,proses dan unsur-unsur dari pendidikan ?
4. Apa konsekuensi pendidikan terhadap manusia ?
5. Apa hubungan antara manusia dan pendidikan ?
6. Apa kaitan antara manusia, pendidikan dan kebudayaan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ialah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui hakikat dari pendidikan.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek dan dimensi manusia.
3. Untuk mengetahui hakikat dan unsur-unsur pendidikan .
4. Untuk mengetahui konsekuensi pendidikan terhadap manusia.
5. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan pendidikan.
6. Untuk mengetahui kaitan antara manusia, pendidikan dan kebudayaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

Ada berbagai pendapat tentang manusia, tergantung pada sudut pandang masing-masing
orang. Beberapa diantaranya telah memandang manusia sebagai makhluk yang mampu berpikir,
makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk yang mampu
membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan eksistensinya
dalam kehidupan.

Manusia adalah makhluk bertanya yang selalu ingin tahu tentang berbagai hal.Tidak
hanya ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di luar dirinya, manusia juga berusaha
mencari tahu tentang siapa dirinya sendiri.

Dalam kehidupannya yang nyata, manusia mempunyai banyak sekali perbedaan, baik
tampilan fisik, strata sosial, kebiasaan maupun pengetahuannya. Tetapi, dibalik perbedaan itu
terdapat satu hal yang menunjukkan kesamaan di antara semua manusia, yaitu semua manusia
adalah manusia. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial dari setiap manusia
itulah yang kemudian disebut hakikat manusia. Atau dengan kata lain hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia menjadi apa yang
terwujud, “sesuatu yang olehnya”manusia memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu yang
olehnya” ia merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu martabat
khusus(Wahyudin, 2008: 1.4).

Sementara itu Tirtahardja dan La Sulo (2010: 3) mengungkapkan bahwa hakikat manusia
adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipiil membedakan manusia dengan hewan. Wujud
hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) menurut paham eksistensialisme adalah
sebagai berikut.
1) Kemampuan menyadari diri;
2) Kemampuan bereksistensi;
3) Pemilikan kata hati;
4) Moral;
5) Kemampuan bertanggung jawab;
6) Rasa kebebasan (kemerdekaan);
7) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak; dan
8) Kemampuan menghayati kebahagiaan.

Hakikat manusia merupakan inti dari kemanusiaan manusia yang di dalamnya terkandung
harkat dan martabat manusia dari awal penciptaannya di muka bumi sampai perjalanannya
kembali ke hadapan Sang Maha Pencipta (Prayitno, 2009: 14)

3
Berbeda dengan yang di atas, Mudyahardjo (2012: 17) mengungkapkan pandangan
ilmiah dan filosofis tentang manusia. Secara ilmiah manusia adalah homo sapiens; organisme
sosiobudaya; individu yang belajar; animal sociale (binatang yang hidup bermasyarakat); animal
politicon(binatang yang hidup berpolitik); dan animal economicus (binatang yang terus berusaha
memperoleh kemakmuran materiil). Sedangkan secara filosofis manusia adalah binatang yang
berbuat; makhluk yang berpikir dan beriman/percaya; binatang yang berevolusi fisik, psikis, dan
sosial; binatang yang bebas mewujudkan dirinya; animal symbolicum (mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan pikirannya).

Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah dilengkapi sejak awal
penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini pula, ia sanggup memikul amanah
Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping itu, manusia dilengkapi dengan fitrah yang selalu
cenderung kepada kebenaran. Artinya bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa
cenderung untuk mengetahui siapa Tuhannya, di samping juga terdapat kecenderungan untuk
beragama (Ahnan dan Syafa, 1994: 204).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia adalah segala
sesutu yang mendasar dari manusia yaitusebagai makhluk ciptaan Allah yang sangat mulia dan
paling sempurna di alam dunia serta memiliki ciri-ciri karakteristik yang membedakannya
dengan makhluk lain di alam dunia. Manusia adalah makhluk yang mampu berpikir, makhluk
yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk yang mampu membuat
perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan eksistensinya dalam
kehidupan.

2.2 Aspek-Aspek Dan Dimensi Manusia

Menurut Wahyudin (2008: 1.6) ada beberapa aspek hakikat manusia antara lain
berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisiknya
(contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia
di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk
berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
1) Manusia sebagai makhluk Tuhan
Manusia adalah subjek kesadaran dan penyadaran diri. Oleh karena itu manusia adalah
subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu
yang ada diluar dirinya (objek). Terdapat dua pandangan filsafat yang berbeda tentang asal-usul
alam semesta dan manusia, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme. Menurut Evolusionisme,
alam semesta dan manusia ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, alam semesta dan
manusia berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi.
Sebaliknya Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam semesta dan manusia ini adalah hasil
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia sebagai kesatuan badan-roh
Berkenaan dengan struktur metafisiknya manusia adalah kesatuan badani-rohani yang
tak dapat dibagi, serta memiliki perbedaan dan subjektivitas, karena itu manusia disebut

4
makhluk individual. Terdapat empat paham atas permasalahan manusia sebagai kesatuan badan-
roh, yaitu materialisme, idealisme, dualisme, dan paham yang menyatakan bahwa manusia
adalah kesatuan badan-ruh.
Menurut paham materialisme yang esensial dari manusia adalah badannya, bukan jiwa
atau rohnya. Sedangkan paham idealisme mengungkapkan bahwa yang esensial dari manusia
adalah rohnya atau jiwanya, bukan badannya. Sementara itu paham dualisme mengemukakan
bahwa manusia terdiri dari dua substansi yaitu badan dan jiwa, namun tidak terdapat hubungan
saling mempengaruhi antara keduanya.Paham keempat menyatakan bahwa manusia adalah
kesatuan dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada hakikatnyaberbeda dengan
tumbuhan, hewan maupun material. Dari penegasan ini, jelaslah bahwa manusia itu
adalah kesatuan badani-rohani.
3) Manusia sebagai makhluk individu
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia.
Manusia sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam
kesadaran manusia. Sebagai individu, setiap manusia menpunyai perbedaan yang unik dan khas
karena tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun ada yang mirip, belum tentu sifatnya
sama.
4) Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia adalah makhluk yang harus hidup bermasyarakat untuk kelangsungan hidupnya,
baik yang menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan tindakannya serta agar dapat
mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam lingkungan manusia.
5) Manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya,
dan membudaya. Kebudayaan hakikatnya meliputi perbuatan manusia itu sendiri.
6) Manusia sebagai makhluk susila
Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan
perbuatan buruk dan usaha mencegah dari perbuatan itu. Manusia pada umumnya mengetahui
ada baik dan ada buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan ada buruk itu disebabkan kesadaran
kesusilaan.
7) Manusia sebagai makhluk beragama
Aspek keagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang
terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Menurut Tirtahardja dan La Sulo (2010: 17) ada empat macam dimensi dalam hakikat
manusia, yaitu:
a) Dimensi keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas. Karena adanya individualitas itu
setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan
yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang
lain.

5
b) Dimensi kesosialan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan
sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada
seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakikat kemanusiaannya di
tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di
dalam pergaulan sosial. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya
di dalam interaksi dengan sesamanya.
c) Dimensi kesusialaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan
sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Agar manusia
dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari
dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut.
d) Dimensi keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya kekuatan
yang menguasai alam semesta ini. Dengan adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa manusia pun menganut agama tersebut. Beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.

2.3 Hakikat Dan Unsur-Unsur Pendidikan


1. Haikat Pendidikan
Pendidikan adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia), yaitu suatu upaya dalam
rangka membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai martabat
kemanusiaannya. Pendidikan bersifat personalisasi atau individualisasi, yaitu bertujuan agar
manusia menjadi pribadi atau individu yang mantap (Wahyudin, 2008: 1.29).

Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam arti sempit
pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial
mereka. Dan dalam arti luas terbatas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di
masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2012: 3).

6
Sementara itu Tirtahardja dan La Sulo (2010: 33) mengemukakan bahwa pendidikan
mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu,
maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk mejelaskan arti pendidikan secara
lengkap. Adapun batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, yaitu sebagai kegiatan pewarisan budaya
dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai
yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain,
yang kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok diganti
misalnya pendidikan seks yang dahulu dianggap tabu diganti dengan pendidikan seks melalui
pendidikan formal.
b) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yaitu sebagai suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbukanya kepribadian peserta didik. Sistematis
disebabkan karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan
(prosedural) dan sistemik disebabkan karena berlangsung dalam semua situasi, di semua
lingkungan yang saling mengisi baik lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.
c) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, yaitu sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan
tuntutan bangsa masing-masing. Bagi bangsa kita hal ini bertujuan agar peserta didik tahu hak
dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini sesuai denganUUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya.
d) Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yaitu sebagai suatu kegiatan membimbing
peserta didik sehingga memiliki bekal dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan untuk siap bekerja.Hal ini sejalan dengan UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 yang
menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
e) GBHNmemberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan
nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonsia dan berdasarkan Pancasila serta UUD
1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan
manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.

2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu
memberikan arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
Pendidikan formal (pada sistem persekolahan) pada umumnya memiliki empat jenjang
tujuan, yaitu:
1) Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia Pancasila.

7
2) Tujuan institusional, yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu.
3) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
4) Tujuan instruksional, yaitu tujuan pokokbahasan dan subpokok bahasan dalam mata
pelajaran (Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 39).

3. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Pengelolaan proses pendidikan
meliputi ruang lingkup makro, mesu dan mikro.

Pengelolaan proses dalam ruang lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah


yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU Pendidikan, Peraturan Pendidikan, SK Mentri, SK
Dirjen,serta dokomem-dokomen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.
Pengelolaan dalam ruang lingkup mesu merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional
kedalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup budaya dibawah tanggung jawab Kakanwil
dan Depdikbud. Penggelolaan dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-
kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah maupun kelas, sanggar-
sanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat (Tirtahardja dan La
Sulo, 2010: 40).

4. Unsur-Unsur Pendidikan
Ada beberapa unsur-unsur pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2) Orang yang membimbing (pendidik)
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7) Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
(Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 51)

8
1.4 Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia

Segera setelah diproklamirkannya kemerdekaan, pemerintah yang baru dibentuk


menunjuk Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa, sebagai Menteri Pendidikan dan
Pengajaran mulai 19 Agustus sampai dengan 14 November 1945, kemudian digantikan oleh Mr.
Dr. T.G.S.G. Mulia dari tanggal 14 November 1945 sampai 12 Maret 1946. Tidak lama
kemudian Mr. Dr. T.G.S.G. Mulia digantikan oleh Muhammad Syafe’i dari 12 Maret 1946
sampai 2 Oktober 1946

Pada tanggal 19 Mei 1950 Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat, Drs. Mohammad
Hatta, dan Perdana Menteri Republik Indonesia Dr. A. Halim menandatangani suatu piagam
persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia yang antara lain menyatakan:

a) Menyetujui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan Negara


Kesatuan sebagai penjelmaan dari Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
Sebelum perundang-undangan kesatuan maka undang-undang dan peraturan yang ada tetap
berlaku, akan tetapi sedapat mungkin diusahakan supaya perundang-undangan Republik
Indonesia (dahulu berlaku)
b) Menyetujui pembentukan panitia yang bertugas menyelenggarakan segala persetujuan untuk
menyelesaikan kesukaran-kesukaran diberbagai lapangan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
c) Untuk melaksanakan piagam persetujuan tersebut maka dibentuk Panitia bersama yang
melibatkan unsur-unsur Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik
Indonesia dengan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RIS. Atas usul panitia
bersama tersebut, maka pada tanggal 30 Juni 1950 dikeluarkan suatu pengumuman bersama yang
menyatakan bahwa untuk tahun pengajaran 1950/1951 sistem pengajaran yang berlaku dalam RI
dahulu dijalan di seluruh Indonesia dengan maksud dalam waktu yang singkat sistem itu akan
ditinjau kembali.

1.5 Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan

Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk
akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa
untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai ikatan yang
tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam
rangka mempertahankan hidupnya. Manusia disebut juga “Homo Sapiens ” yang artinya sebagai
makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia
adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum

9
diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari
rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk manusia itu sendiri.

Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu
dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya
mempunyai kemampuan -kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan -keterbatasan.
Manusia tidak hanya memiliki sifat-sifat yang baik namun juga mempunyai sifat-sifat yang
kurang baik. Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan
pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan - kemampuan
untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula
perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui
pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni.
Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat
tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh
sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal
sebagai manusia. Dalam ajaran

Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi
dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan
bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif
manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur
penunjang kerativitas seperti pendengaran, pengelihatan serta pola piker manusia tersebut.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud
potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”. Dari kondisi “potensi”
menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk
berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya,
memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman terkenal (Tirtahardja dan La Sulo,
2010: 24).
a) Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
Sejak kelahirnannya manusia memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara otomatis
menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hakikat kemanusiaan. Dalam
konteks ini dapat dipahami bahwa manusia hidup di dunia dalam keadaan belum
tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya, karena itu hakikat manusia pada dasarnya
merupakan potensi sekaligus adalah sebagai tugas yang harus diwujudkan oleh setiap manusia.

10
Adapun untuk menjadi manusia yang sesungguhnya diperlukan pendidikan atau harus
dididik. “Man can become man through education only”, demikian pernyataan Immanuel Kant
dalam teori pendidikannya (Wahyudin, 2008: 1.21).
b) Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan
Manusia perlu dididik, implikasinya manusia harus melaksanakan pendidikan dan
mendidik diri. M.J. Langeveld (1980) menyatakan bahwa manusia adalah animal educantum,
dan ia memang adalah animal educabile. Ada lima asas antropologis yang mendasari kesimpulan
bahwa manusia dapat dididik, yaitu sebagai berikut.
1) Asas potensialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk
dapat menjadi manusia.
2) Asas dinamika, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki dinamika untuk
menjadi manusia yang ideal.
3) Asas individualitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki
kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk
menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri.
4) Asas sosialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia hidup bersama dengan
sesamanya, ia bergaul dengan orang lain, dan ada pengaruh timbal balik dari pergaulan tersebut.
5) Asas moralitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena manusia memiliki
kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dan pada dasarnya ia berpotensi
untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek moralitas).
(Wahyudin, 2008: 1.23).

1.6 Kaitan Antara Manusia, Pendidikan Dan Kebudayaan

Manusia seperti yang kita ketahui sangat erat sekali hubungannya dengan kebudayaan
dan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “ Education as
Cultural Conservation ”. Disini peran pendidikan sebagai pelestarian budaya dan pendidikan
harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia. Pendidikan merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada
dasarnya merupakan hakikat dari kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai-nilai kebudayaan
yang beragam, kompleks dan terintegrasi maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari
satu sudut saja. Tetapi harus menggunakan pandangan yang multi displiner.

Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari hubungan
sosial. Kebudayaan mengatur manusia untuk bertindak. Kebudayaan melahirkan kaidah-kaidah
untuk melindungi masyarakat dari kehancuran yang diakhibatkan oleh kekuatan-kekuatan
tersembunyi di masyarakat. Kaidah-kaidah ini berupa petunjuk cara bertingkah laku di dalam
pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Apabila manusia hidup sendiri, maka tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh

11
tindakan -tindakannya. Akan tetapi setiap manusia, bagaimana hidupnya akan selalu
menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.

Manusia tanpa kebudayaan dan pendidikan bagaikan kesatuan tubuh yang tanpa
arti. Karena kebudayaan manusia dapat mengetahui semua yang ada di lingkungannya. Peranan
kebudayaan dan pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Sekolah adalah salah satu
contoh kebudayaan dan pendidikan. Sekolah merupakan suatu lembaga utama ( selain keluarga )
yang dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak -anaknya (
generasi penerus ). Oleh karena itu orang dewasa yang ada di sekolah ( guru ) harus memiliki
pemahaman yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara mikro
maupun secara makro yang meliputi tentang nilai, kepercayaan, dan norma.

Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan salah
satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang
baik adalah manusia yang dapat melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk
budaya. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang
menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan
makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan
pendidikan sejajar dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai
perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan
sebagai cermin nilai -nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif ). Pendidikan juga bersifat
progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan
formal dan informal yang disengaja diadakan atau tidak. Perbedaan kebudayaan menjadi cermin
bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi
cermin tingkat pendidikan.

Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal ( education
dan schooling ) pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat
kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja
dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan
memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala
unsure kebudayaan bernilai pendidikan baik yang direncanakan ataupun yang tidak
direncanakan. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan -kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan
dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan
kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat
didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan,
karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik
itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan
demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia

12
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiar pembudayaan demi peradaban manusia.
Pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah
sejarah peradaban manusia. Seluruh kebudayaan hanya bias dialihkan dari satu generasi ke
generasi lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya maka pendidikan tidak hanya
merupakan prakarsa bagi terjadinya pengahlian pengetahuan dan keterampilan tetapi juga
melalui pengalihan nila- nilai budaya dan norma-norma sosial.

Nilai -nilai budaya yang diwariskan merupakan unsur luar yang masuk ke dalam diri
manusia, sementara dalam diri manusia ada unsur yang menonjol keluar seperti perkembangan
potensi yang dimiliki manusia. Tugas utama pendidikan adalah berusaha mewariskan nilai-nilai
budaya tersebut, sesuai dengan potensi dan lingkungan pada individu dan masyarakat. Hasan
Langgulung, menyatakan sulit dibayangkan bahwa seseorang tanpa lingkungan yang member
corak kepada watak dan kepribadian, sebab lingkungan inilah yang berusaha mewariskan nilai-
nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya
tersebut sepanjang zaman. Sebab budaya dan peradaban juga bias mati apabila nilai -nilai,
norma -norma dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki berhenti dan tidak berfungsi lagi.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat
mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan
dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan
kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat
didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya.

Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh
berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun
bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia.
progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kekhilafan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Umar Tirta Raharja, Lasulo. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anomi, Andri. 2015. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
http://andrianomi96.blogspot.co.id/2015/10/hakikat-manusia-dan- pendidikan.html
Ariningsih, Reni. 2012. Hubungan Manusia Dan Pendidikan.
http://reni-ariningsih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hubungan-manusia- dan-
pendidikan.html
Diamanti, Fani. 2012. Manusia Dan Pendidikan.
https://theofani19.wordpress.com/2012/04/10/manusia-dan-pendidikan/

15

Anda mungkin juga menyukai