Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Hakikat Manusia

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi


Pendidikaan

Dosen Pengampu:

Astaman, MA.

Disusun Oleh:

Nurhadini (NIM: 104.2022.012)

Yunita Sari (NIM:104.2022.015)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, makalah “Hakikat
Manusia” dapat kami selesaikan sebagaimana semampu kami dan salam tak lupa
kita kirimkan kepada baginda Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang patut
kita contoh.
Terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pemdidikan
Bapak Astaman, M.A. yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini membahas tentang
keadaan arab sebelum islam, riwatat hidep nabi Muhammad SAW dan tujuan
daknwahnya. Kami berharap makalah ini dapat membantu dalam proses
pembelajaran mahasiswa.
Sesungguhnya dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun dan pembaca, Aamiin.

Sambas, 18 Maret 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mansuia ............................................................................... 6
B. Manusia Dalam Pandangan Psikologi .................................................... 7
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Manusia ........................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya
di dunia.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Jadi karena manusia diciptakan
oleh Tuhan dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan
pendidikan untuk mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa
keingintahuannya.
Modul ini akan membantu Anda untuk memahami berbagai pengertian dan
aspek hakikat manusia dan berbagai aplikasi aspek hakikat manusia terhadap
pendidikan. Materi dalam modul ini dapat membantu Anda dalam mengembangkan
wawasan kependidikan Anda, yang kemudian dapat berfungsi sebagai asumsi dalam
rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikan selanjutnya. Materi modul ini
terdiri dari 3 kegiatan belajar (KB). Kegiatan Belajar 1 membahas tentang berbagai
pengertian hakikat manusia dan segala aspekaspeknya. Kegiatan Belajar 2 membahas
tentang asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia dan asas-asas
kemungkinan pendidikan. Kegiatan Belajar 3 membahas mengenai pendidikan
sebagai humanisasi dan pendidikan dan hak asasi manusia. 1

1
Plato, Dialog Sukratos Tentang Tubuh-Jiwa, (Bandung: 1986), hlm. 50

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari lataar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Manusia?
2. Bagaimana Manusia Dalam Pandangan Psikologi?
3. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perilaku Manusia?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan diatas adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Dari Manusia.
2. Mengetahui Bagaimana Mansuia Dalam Pandangan Psikologi.
3. Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perilaku Manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui
segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya
tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya
sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya
mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan
(common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi,
sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam
berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan
sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam
sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya
bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya
sebagai manusia?. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap
manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik
esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang
berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah animal rasional, animal
symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo sicius, dan sebagainya. Mencari
pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah
tugas antropologi (filsafat antropologi).
Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan
yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara
prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain
berkenaan dengan:
1. asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya
manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil
ciptaan Tuhan?
2. struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya
atau jiwanya atau badan dan jiwa

6
3. berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain
berkenaan dengan individualitas dan sosialitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikat


manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia
dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan
dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya”
manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus”.
Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh:
manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia
sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di
dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial,
sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk
beragama) 2

B. Manusia Dalam Pandangan Psikologi


Terdapat dua pandangan psikologi terhadap manusia yaitu:
1. Manusia dalam Pandangan Psikologi Barat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pandangan merupakan


sesuatu atau seseorang yang dipandang (disegani, dihormati, dan sebagainya) atau
hasil perbuatan memandang (memperhatikan, melihat, dan sebagainya). Dalam
psikologi Barat pandang manusia dapat dijelaskan dalam dua aspek yaitu jismiah
dan nafsiah. Sementara aspek ruhaniah tidak terjangkau dalam psikologi Barat.
Perhatian dalam aspek jismiah dalam psikologi Barat adalah psikologi fisiologi
(physiological psychology). Pengaruh pengetahuan alam dan fisiologi pada
psikologi merupakan permulaan dari psikologi eksperimental yang dikemukakakn
oleh Wilhelm Wundt.

Psikologi fisiologi membahas tingkah laku manusia berdasarkan analisis


system syaraf dan fungsi kelanjar manusia. Secara fisiologis, pusat sistem syaraf
itu adalah di otak dan sum sum tulang belakang. Dari sini, semua tingkah laku

2
Syaripudin, Implikasi Ekstensi Manusia Terhadap Konsep Pendidikan Umum, (Bandung: 1994). Hlm. 102-103.

7
manusia dapat dipelajari melalui perubahan sistem syaraf ini. Dengan kata lain,
psikologi fisiologi, membahas manusia dari segi fisik- biologisnya (jismiah) saja
dan tidak menganalisis dari segi lain. Jadi, citra manusia modern dalam psikologi
fisiologi memusatkan telaah pada interelasi dari sistem- sistem syaraf, kelenjar,
reseptor, proses tingkah laku, dan proses mental manusia.

Sementara itu, di antara psikologi Barat yang dapat di kelompokkan pada


aspek nafsiah adalah psikoanalisis. Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud
(1856- 1939). Dalam pandangannya manusia pada dasarnya digerakkan oleh
dorongan- dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif, yaitu memuaskan
kebutuhan dai instink biologis. Sigmund Freud mengemukakan, ada tiga struktur
kepribadian manusia, yaitu a. id (das es) yang mewakili prinsip kesenangan,
keenakan, disebut Libido-seksualitas, keinginan seksual, disamping agresivitas, b.
Ego (Das Ich) yang mewakili prinsip kenyataan, yaitu adanya norma, kaedah
kemasyarakatan yang perlu di indahkan, dan c. Super Ego yang mewakili prinsip
hati nurani manusai, martabat keseluruhan manusia yang berfungsi mengawasi
ego, sementara ego sendiri mengawasi id. Jadi, terdapat aspek biologis, psikologis,
dan sosiologis.

Selain ketiga sistem itu, menurut Freud, manusia juga memiliki tiga sistem strata
kesadaran, yaitu kesadaran (the consciousness), bawah sadar (the
preconsciousness) dan tidak sadar (unconsciousness). Freud menjelaskan,
kesadaran manusia bagaikan “gunung es yang terapung di samudera”, sebagaian
kecil tampak di permukaan, yaitu consciousness; bagian terbesar tidak tampak
karena tenggelam di samuderanya, yaitu the unconsciousness; sementara itu
diantara keduanya ada bagian yang terkadang tampak, dan sekali waktu tidak
tampak, akibat gelombang samudera, yaitu the preconsciousness.

Psikologi Behaviorisme terutama yang radikal pada mulanya hanya


mengakui hal- hal yang bisa di amati (observable) dan dapat di ukur
(measurable). Menurut Burhuss Frederick Skinner (1904-1990), dalam psikologi
behaviorisme dikenal tiga asumsi dasar, yaitu pertama, perilaku terjadi menurut
(hukum behavior is lawful), kedua, perilaku hanya dapat dijelaskan berkenaan
dengan kejadian atau situasi- situasi antiseden yang dapat di amati (behavior can
be predicted), dan ketiga, perilaku manusia tidak dilakukan oleh pilihan individual
(behavior can be controlled). Perilaku dan kepribadian manusia di tentukan oleh

8
kejadian- kejadian masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif.

Perilaku yang di amati dan di kuantifikasi memiliki maknanya sendiri,


bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa mental yang mendasarinya.
John Broadus Watson (1878- 1958) menyatakan, perilaku tampak yang dapat di
amati sebagai satu- satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu
pengetahuan psikologi.

Citra manusia berikutnya di gambarkan oleh persepsi modern dalam aliran


psikologi humanistic. Aliran ini berasumsi bahwa manusia memiliki potensi yang
baik. psikologi ini memusatkan perhatiannya untuk menelaah kualitas- kualitas
insan, yakni sifat- sifat dan kemampuan khusus manusia yang melekat pada
eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis,
imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri,
makna hidup, pengembangan pibadi, sikap etis, rasa estetika, dan lain-lain.
Kualitas- kualitas ini merupakan cirri khas manusia dan tidak dimiliki oleh
makhluk lain.

Psikologi Humanistik disebut juga sebagai Psikologi Fenomenologi-


Eksistensial yang tokoh- tokohnya antara Soren Kierkegaard (1813- 1855),
Freidrich Nietzhse (1844-1900), Jean Paul Satre (1905-1980), dan Ludwig
Bisnwanger (1881-1966).

James Bugental (1964) mengemukakan 5 dalil utama psikologi


humanistic, (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi kedalam komponen-
komponen, (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
manusia lain, (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain, (4) manusia memiliki pilihan- pilihan dapat
bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya, dan (5) manusia memiliki kesadaran
dan sengaja untuk mencari makna nilai kreativitas.

Terakhir, citra manusia dalam psikologi Barat Kontemporer adalah dalam


aliran psikologi transpersonal. Aliran ini merupakan pengembangan dari psikologi
humanistic, yang di antara para tokohnya adalah Abraham Harold Maslow (1908-
1970). Transpersonal itu sendiri secara bahasa berarti melampaui personal dan
psikhis seseorang.

Ada dua hal yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal, yaitu

9
potensi-potensi luhur bathin manusia (human highest potentials) dan fenomena
kesadaran manusia [human states of consciousness]. Potensi-potensi luhur adalah
potensi-potensi yang bersifat spiritual, seperti transendensi diri, keruhanian,
potensi luhur, dimensi di atas alam kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi,
parapsikologi, paranormal, daya-daya bathin, dan praktik-praktik keagamaan di
dunia Timur. Sedang fenomenas kesadaran manusia adalah pengalaman seseorang
melewati batas-batas kesadaran biasa, misalnya, pengalaman alih dimensi,
memasuki alam-alam kebathinan, kesatuan mistik, komunikasi bathiniah,
pengalaman meditasi, dan lain-lain. Dengan demikian, psikologi transpersonal
berusaha melakukan telaah ilmiah atas aspek-aspek spiritual manusia.3

2. Manusia dalam Pandangan Psikologi Islam


Dari berbagai diskursus tentang pengertian psikologi Islam, tulisan ini
mebatasi diri pada pemahaman psikologi Islam sebagai kajian tentang Islam dilihat
dari pendekatan psikologis.
Dalam psikologi Islam terdapat konsep fitrah atau menjadi fitrah dalam
bahasa Indonesia. Menurut Mujib, fitrah merupakan citra asli manusia, yang
berpotensi baik atau buruk, dimana aktualisasinya tergantung pilihannya. Fitrah
yang baik merupakan citra asli yang primer, sedang fitrah yang buruk merupakan
citra asli yang sekunder. Fitrah adalah citra asli yang dinamis, yang terdapat pada
sistem- sistem psikofisik manusia, dan dapat di aktualisasikan dalam bentuk
tingkah laku. Citra unik tersebut telah ada sejak awal penciptaannya. Fitrah ini
sudah ada sejak zaman azali ketika penciptaan jasad manusai belum ada. Seluruh
manusia memiliki fitrah yang sama, meskipun perilakunya berbeda. Fitrah
manusia yang paling esensial adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi
khalifah dan hamba Allah di muka bumi.
Konsep fitrah itu sendiri, dalam sejarah pemaknaannya didekati dari dua
kelompok, pertama, pemaknaan besar, yang bersifat religius (keagamaan), dan
pemaknaan yang bersifat paradigmatic ilmiah (knowledge paradigm). Pemaknaan
fitrah yang bersifat keagamaan sejalan dengan perkembangan teologi dalam
Islam, yang secara garis besar terbagi kedalam tiga periode, yaitu periode klasik,
yang terdiri dari pandangan fatalis (ibn Mubarak), netral (Ibn Abd al- Barr), dan

3
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). Hlm. 180.

10
positif (Ibn Taymiyah); kemudian periode neo-klasik berupa penafsiran positif;
dan akhirnya pandangan modern berupa penafsiran dualistik.
Pandangan dualistik antara lain duwakili Sayyid Qutub, mengatakan,
manusia sebagai makhluk merdeka dan pembuat keputusan, berada diantara
bagian hakikat yang tersusun dari ruh yang berasal dari Allah cenderung kearah
nizam islami. Diantara dua kutub itu lah manusai diingatkan untuk berjuang secara
simultan, melalui wahaya jihd menuju kehidupan yang ideal dan menentang
kebodohan.
Sedang pemaknaan dari pandangan paradigmatic ilmiah adalah dengan cara
pendekatan terhadap hakikat realistas. Hakikat realitas itu dalam pandangan Islam
terdiri atas empat keadaan fundamental, yaitu keadaan materil atau bendawi,
keadaan phisikis, atau anamistik, keadaan spritualm dan keadaan transcendental.
Sementara kalangan sufi membaginya kedalam tiga keadaan, yaitu alam nusut,
alam malakut, dan terakhir alam jabarut.4

C. Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perilaku Manusia.


Azwar (2013)menulikan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal berikut:
1. Lingkungan
a. Rumah
Tingkah laku anak dan sikap anak tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana
sikap-sikap orang yang berada di dalam rumah itu, melainkan juga bagaimana
sikap-sikap mereka dan bagaimana mereka mengadakan atau melakukan
hubungan-hubungan dengan orang-orang di luar rumah. Dalam hal ini, peranan
orang tua penting sekali untuk mengetahui apa-apa yang dibutuhkan si anak,
dalam rangka perkembangan nilai-nilai moral si anak, serta bagaimana orang tua
dapat memenuhinya. Dalam hal ini, orang tua dan orang sekitar berperan dalam
membentuk pengetahuan anak yang akan membentuk sikap anak tersebut.
b. Sekolah
Peran pranata Pendidikan aadalah untuk membentuk kepribaduan
anggota masyarakat agar menjadi warga yang baik dan unggul secara

4
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). Hlm. 356.

11
intelektual. Peran guru sejak Pendidikan dasar sangat mempengaruhi pola
pikir, perilaku, sikap anak dalam membentuk kepribadiannya. Guru
senantiasa memberikan dorongan dan motivasi terhadap keberhasilan anak
dalam membentuk anak. Ketika anak memasuki sekolah lanjutan, peran
guru dalam mempengaruhi kepribadian anak mulai dibatasi oleh peran
anak itu sendiri. Pada tahap ini, anak sudah mempunyai sikap,
kepribadian, dan kemandirian.
c. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap sikap
seseorang, kondisi lingkungan pekerjaaan yang nyaman, akan
membentuk sikap positif pada pekerjanya. Dari gambaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan pekerjaan sangat berperan dalam
mekanisme pembentukan sikap. Kenyamanan pada lingkungan kerja,
akan membawa sikap positif pada kehidupan orang tersebut.
d. Pengalaman
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang, akan ikut
membentuk dan mempengaruhi pengahayatan seseorang terhadap
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap. Pengalaman dapat didapatkan dari Pendidikan dari suatu
instansi, pernah mengalami suatu kejadian, dan melihat dari orang lain.
Pengalaman sangat mempengaruhi seseorang dalam bersikap.
2. Pendidikan
Pendidikan bisa berupa Pendidikan formal dan nonformal, Pendidikan
formal yaitu dari sekolah, sedangkan nonformal yaitu seperti Pendidikan dari
orang tua. Rusmi (2009) mengatakan bahwa pembentukan sikap dan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh
kepribadan, intelegensia, dan minat.5

5
Azwar, Sikap Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013). Hlm. 30

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa pembahasan diatas dapat diambil beberapa

Kesimpulan sebagai berikut:

1. pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang


olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat
khusus
2. Sementara itu, di antara psikologi Barat dalam pandangannya manusia pada
dasarnya digerakkan oleh dorongan- dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instinktif, yaitu memuaskan kebutuhan dai instink biologis.
3. Dalam psikologi Islam terdapat konsep fitrah atau menjadi fitrah dalam bahasa
Indonesia. Fitrah yang baik merupakan citra asli yang primer, sedang fitrah yang
buruk merupakan citra asli yang sekunder.
4. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap manusia yaitu lingkungan
(rumah,sekolah,pekerjaan dan pengalaman) dan Pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Plato. 1986. Phaidon: Dialog Sokrates tentang Tubuh-Jiwa. Bandung: Sinar Baru.

Syaripudin. 1994. mplikasi Ekstensi Manusia Terhadap Konsep Pendidikan Umum,


Bandung
Azwar. 2013. Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baharuddin. 2007. Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

14

Anda mungkin juga menyukai