Hakikat Manusia
Dosen Pengampu:
Astaman, MA.
Disusun Oleh:
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mansuia ............................................................................... 6
B. Manusia Dalam Pandangan Psikologi .................................................... 7
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Manusia ........................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya
di dunia.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Jadi karena manusia diciptakan
oleh Tuhan dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan
pendidikan untuk mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa
keingintahuannya.
Modul ini akan membantu Anda untuk memahami berbagai pengertian dan
aspek hakikat manusia dan berbagai aplikasi aspek hakikat manusia terhadap
pendidikan. Materi dalam modul ini dapat membantu Anda dalam mengembangkan
wawasan kependidikan Anda, yang kemudian dapat berfungsi sebagai asumsi dalam
rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikan selanjutnya. Materi modul ini
terdiri dari 3 kegiatan belajar (KB). Kegiatan Belajar 1 membahas tentang berbagai
pengertian hakikat manusia dan segala aspekaspeknya. Kegiatan Belajar 2 membahas
tentang asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia dan asas-asas
kemungkinan pendidikan. Kegiatan Belajar 3 membahas mengenai pendidikan
sebagai humanisasi dan pendidikan dan hak asasi manusia. 1
1
Plato, Dialog Sukratos Tentang Tubuh-Jiwa, (Bandung: 1986), hlm. 50
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari lataar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Manusia?
2. Bagaimana Manusia Dalam Pandangan Psikologi?
3. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perilaku Manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan diatas adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Dari Manusia.
2. Mengetahui Bagaimana Mansuia Dalam Pandangan Psikologi.
3. Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perilaku Manusia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui
segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya
tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya
sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya
mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan
(common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi,
sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam
berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan
sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam
sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya
bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya
sebagai manusia?. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap
manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik
esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang
berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah animal rasional, animal
symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo sicius, dan sebagainya. Mencari
pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah
tugas antropologi (filsafat antropologi).
Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan
yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara
prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain
berkenaan dengan:
1. asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya
manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil
ciptaan Tuhan?
2. struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya
atau jiwanya atau badan dan jiwa
6
3. berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain
berkenaan dengan individualitas dan sosialitas.
2
Syaripudin, Implikasi Ekstensi Manusia Terhadap Konsep Pendidikan Umum, (Bandung: 1994). Hlm. 102-103.
7
manusia dapat dipelajari melalui perubahan sistem syaraf ini. Dengan kata lain,
psikologi fisiologi, membahas manusia dari segi fisik- biologisnya (jismiah) saja
dan tidak menganalisis dari segi lain. Jadi, citra manusia modern dalam psikologi
fisiologi memusatkan telaah pada interelasi dari sistem- sistem syaraf, kelenjar,
reseptor, proses tingkah laku, dan proses mental manusia.
Selain ketiga sistem itu, menurut Freud, manusia juga memiliki tiga sistem strata
kesadaran, yaitu kesadaran (the consciousness), bawah sadar (the
preconsciousness) dan tidak sadar (unconsciousness). Freud menjelaskan,
kesadaran manusia bagaikan “gunung es yang terapung di samudera”, sebagaian
kecil tampak di permukaan, yaitu consciousness; bagian terbesar tidak tampak
karena tenggelam di samuderanya, yaitu the unconsciousness; sementara itu
diantara keduanya ada bagian yang terkadang tampak, dan sekali waktu tidak
tampak, akibat gelombang samudera, yaitu the preconsciousness.
8
kejadian- kejadian masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif.
Ada dua hal yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal, yaitu
9
potensi-potensi luhur bathin manusia (human highest potentials) dan fenomena
kesadaran manusia [human states of consciousness]. Potensi-potensi luhur adalah
potensi-potensi yang bersifat spiritual, seperti transendensi diri, keruhanian,
potensi luhur, dimensi di atas alam kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi,
parapsikologi, paranormal, daya-daya bathin, dan praktik-praktik keagamaan di
dunia Timur. Sedang fenomenas kesadaran manusia adalah pengalaman seseorang
melewati batas-batas kesadaran biasa, misalnya, pengalaman alih dimensi,
memasuki alam-alam kebathinan, kesatuan mistik, komunikasi bathiniah,
pengalaman meditasi, dan lain-lain. Dengan demikian, psikologi transpersonal
berusaha melakukan telaah ilmiah atas aspek-aspek spiritual manusia.3
3
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). Hlm. 180.
10
positif (Ibn Taymiyah); kemudian periode neo-klasik berupa penafsiran positif;
dan akhirnya pandangan modern berupa penafsiran dualistik.
Pandangan dualistik antara lain duwakili Sayyid Qutub, mengatakan,
manusia sebagai makhluk merdeka dan pembuat keputusan, berada diantara
bagian hakikat yang tersusun dari ruh yang berasal dari Allah cenderung kearah
nizam islami. Diantara dua kutub itu lah manusai diingatkan untuk berjuang secara
simultan, melalui wahaya jihd menuju kehidupan yang ideal dan menentang
kebodohan.
Sedang pemaknaan dari pandangan paradigmatic ilmiah adalah dengan cara
pendekatan terhadap hakikat realistas. Hakikat realitas itu dalam pandangan Islam
terdiri atas empat keadaan fundamental, yaitu keadaan materil atau bendawi,
keadaan phisikis, atau anamistik, keadaan spritualm dan keadaan transcendental.
Sementara kalangan sufi membaginya kedalam tiga keadaan, yaitu alam nusut,
alam malakut, dan terakhir alam jabarut.4
4
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). Hlm. 356.
11
intelektual. Peran guru sejak Pendidikan dasar sangat mempengaruhi pola
pikir, perilaku, sikap anak dalam membentuk kepribadiannya. Guru
senantiasa memberikan dorongan dan motivasi terhadap keberhasilan anak
dalam membentuk anak. Ketika anak memasuki sekolah lanjutan, peran
guru dalam mempengaruhi kepribadian anak mulai dibatasi oleh peran
anak itu sendiri. Pada tahap ini, anak sudah mempunyai sikap,
kepribadian, dan kemandirian.
c. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap sikap
seseorang, kondisi lingkungan pekerjaaan yang nyaman, akan
membentuk sikap positif pada pekerjanya. Dari gambaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan pekerjaan sangat berperan dalam
mekanisme pembentukan sikap. Kenyamanan pada lingkungan kerja,
akan membawa sikap positif pada kehidupan orang tersebut.
d. Pengalaman
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang, akan ikut
membentuk dan mempengaruhi pengahayatan seseorang terhadap
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap. Pengalaman dapat didapatkan dari Pendidikan dari suatu
instansi, pernah mengalami suatu kejadian, dan melihat dari orang lain.
Pengalaman sangat mempengaruhi seseorang dalam bersikap.
2. Pendidikan
Pendidikan bisa berupa Pendidikan formal dan nonformal, Pendidikan
formal yaitu dari sekolah, sedangkan nonformal yaitu seperti Pendidikan dari
orang tua. Rusmi (2009) mengatakan bahwa pembentukan sikap dan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh
kepribadan, intelegensia, dan minat.5
5
Azwar, Sikap Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013). Hlm. 30
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa pembahasan diatas dapat diambil beberapa
13
DAFTAR PUSTAKA
Plato. 1986. Phaidon: Dialog Sokrates tentang Tubuh-Jiwa. Bandung: Sinar Baru.
14