Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“HAKIKAT MANUSIA’’

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN


DOSEN PENGAMPU : MAHFUZI IRWAN S.Pd,M.PD

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1.MARIA MAGDALENA MARPAUNG (1192411010)


2.SRI PEBRIANI SARAGIH (1191111044)
3.YUNITA SARI SINAGA (1191411011)

KELAS : PGSD REGULER B 2019

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
diberikan-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah filsafat Pendidikan.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mahfuji Irwan S.Pd, M.Pd. Selaku dosen
pengampu kami dalam mata kuliah ini.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan kami yang telah membantu
kami dalam memberikan motivasi, semangat dan juga pendapat-pendapat sehingga menambah
pengetahuan dan wawasan kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan juga
dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya terutama bagi kami. Kami juga berharap tugas ini
dapat menambah wawasan serta pengetahuan agar dalam tugas selanjutnya kami dapat
menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.

kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun agar kami dapat
menyelesaikan tugas berikutnya dengan lebih bagus lagi.

Medan, Oktober 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1.Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4

BAB II ISI BUKU................................................................................................................................5

A.HAKIKAT MANUSIA

B.PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN MANUSIA

C.BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG HAKIKAT MANUSIA

D.MANUSIA TINJAUAN SECARA EVOLUSI

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................11

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi
ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain. Akal, merupakan sesuatu
hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego manusia itu
sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.

Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini, tanpa akal,
manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga
membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan fungsinya, hakikat manusia
sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi
makhluk individual, makhluk sosial, makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang
beragama.

B. Rumusan Masalah.

Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :

1. Mengapa orang yang berkecimpung di dunia pendidikan perlu mengkaji hakikat manusia?

2. Pendekatan apa yang digunakan dalam pengkajian manusia?

3. Apa pengertian hakikat manusia?

4. Bagaimana tinjauan manusia secara evolusi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia.

2. Mahasiswa dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.

3. Mahasiswa mengetahui tinjauan manusia secara evolusi.

4
BAB II

ISI

A. Hakikat Manusia

Alasan mengapa setiap mahasiswa LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan orang
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan perlu mengakaji hakikat manusia.

1. Pengkaji diharapkan mampu memiliki pandangan dan berpikir jauh kedepan tentang hakekat
manusia.

2. Tujuan institusional atau tujuan LPTK yang utama adalah melahirkan tenaga kependidikan dalam
berbagai posisi (guru dan nonguru). Manusia merupakan objek sekaligus subjek pendidikan,
sedangkan objek pendidikan adalah materi dan metode dalam pendidikan. Manusia berkedudukan
sebagai objek pendidikan apabila manusia tersebut berkedudukan sebagai materi atau bahan
pendidikan.

3. Dasar pandangan calon tenaga kependidikan tentang konsep manusia menentukan bagaimana
memperlakukan manusia lain dalam praktek pendidikan terkait dengan tujuan pendidikan.

B. Pendakatan dalam Pengkajian Manusia

1. Pendekatan Multidisipliner

Pendekatan multidisipliner adalah pendekatan yang dalam mengakaji sesuatu melibatkan beberapa
disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam mengkaji manusia berarti digunakan beberapa cabang ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri, antara lain: psikologi tentang hakikat makna dan perilaku
manusia, pendidikan tentang upaya pengubahan perilaku manusia, demografi tentang populasi
manusia, biologi tentang tubuh manusia, sosiologi tentang hakikat dan proses sosial para manusia,
antropologi: diantaranya tentang kebudayaan manusia.

2. Pendekatan Interdispliner

Perbedaan pendekatan Interdispliner dengan pendekatan multidisiplioner terletak pada


pengkajinya. Dalam pendekatan multidisiplioner pengkajinya adalah seorang spesialis, sedangkan
dalam interdisplioner pengkajinya adalah seorang generalis. Seorang generalis, dalam mengkaji
manusia, menguasai beberapa disiplin ilmu tentang manusia sekaligus.

Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pengkajian Ini

Pengkajian ini lebih banyak menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu menggunakan teori-teori
dan konsep-konsep yang telah berkembang dalam berbagai ilmu dan diramu secara efektif.

C. Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia

5
1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia datang langsung
dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya

2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara,


merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan kegelapan, sehingga tak
sanggup melihat kenyataan.

3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah
manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan mikrokosmos, dimana segala sesuatu
ada dan berada dalam dirinya serta memiliki kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak ketelitiannya
akan segala sesuatu maka manusia hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu.

3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk
menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang dapat melahirkan
budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada idenya. Sedangkan Aristoteles
menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil
pengamatan indera.

5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran humanistik
menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala dimensinya. Spinosa
menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan dan alam semesta. Voltaire
menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami struktur manusia dan selamanya untuk
memahami sedikit jiwa manusia namun hanya sebentar untuk membunuhnya. Notonagoro
menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat
dipisahkan. Manusia memiki sifat benda tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus.

6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa merupakan fungsi
aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom.

7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani merupakan alat
dari rohani.

8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly, menyatakna
bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. Manusia tidak dibenarkan
mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak seimbang. Hakikat manusia merupakan
paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan. Manusia bukan penjelmaan Tuhan
tetapi merupakan utusan Tuhan di muka bumi. Sementara Al-Syaibani memandang manusia
memiliki delapan prinsip.

a) Manusia diciptakan dari segumpal darah atau mani;

b) Manusia khalifah di atas bumi dan diberi tugas untuk memakmurkannya secara bebas namun
akan diminta pertanggungjawabannya.

c) Manusia merupakan makhluk sosial dan berbahasa untuk berkomunikasi dalam proses
pendidikan.

d)Ada 3 unsur kepribadian manusia yaitu badan, ruh, dan akal. Kamajuan, kebahagiaan, dan
kesempurnaan pribadi tergantung keselarasan ketiga pokok tersebut.

e) Seluruh perwatakan manusia merupakan perpaduan antara bawaan dan lingkungan.

6
f)Manusia memiliki motivasi, kecenderungan dan kebutuhan dasar, baik melalui proses pewarisan
maupun sosialisasi.

g) Hakikat watak manusia adalah lentur dan luwes.

9.Manusia menurut Pancasila adalah monodualistik dan monopluralistik; keselarasan, keserasian


dan keseimbangan, integralistik; kebersamaan dan kekeluargaan.

Paham monodualistik menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah ciptaan Tuhan yang
memiliki hubungan yang serasi dengan Tuhan; kesatuan dari jasmani dan rohani; mengalami
kehidupan dunia dan akhirat; anggota dari suatu masyarakat/bangsa; makhluk individu dan sosial.

Paham monopluralistik memandang bangsa Indoensia sebagai suatu kesatuan dari unsur-unsur yang
beraneka ragam. Keberagaman itu diciptakan Tuhan dengan prinsip keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan. Manusia perlu menjaga prinsip-prinsip itu agar tercapai nilai kebersamaan dan
kekeluargaan.

Paham integralistik menyatakan bahwa tiap manusia perlu diakui dan dihormati eksistensinya, hak
dan kewajibannya. Begitu juga sebaliknya, sebagai individu, manusia perlu menjaga kepentingan,
keselamatan dan kesejahteraan masyarakat seluruhnya. Dengan kebersamaan itu, bangsa Indonesia
percaya akan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin.

Nilai-nilai dasar Pancasila yang sekarang berkembang menjadi norma norma kehidupan bangsa
Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :

1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Rasa keadilan

3. Keberadaban

4. Persatauan dan kesatuan

5. Mufakat

6. Kesejahteraan

7. Kebebasan.

Dengan demikian, pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan berlangsung sepanjang hayat.

D. Manusia: Tinjauan Secara Evolusi

Makhluk yang paling tidak teratur kondisinya adalah manusia, maka dengan sifat keadilan-Nya
Tuhan memberi perlakuan khusus kepada manusia yaitu diberi peraturan khusus (wahyu berupa
kitab suci) dan terlahir dalam kondisi tak berdaya.Yang dipunyai manusia ketika lahir hanyalah
potensi-potensi dengan bantuan orang lain berupa pendidikan maka manusia dapat
mengembangkan potensinya. Evolusi pada manusia tidak hanya dalam pengertian biologi saja,
melainkan menyangkut pula pengertian dalam bidang kemampuan intelektual, tingkah laku, dan
peradaban manusia.

1. Evolusi dalam Bidang Kemampuan Intektual

Bukti-bukti penemuan fosil manusia menunjukkan bahwa volume otak manusia purba lebih kecil
dibandingkan dengan otak manusia modern. Kecilnya volume otak diyakini menunjukkan rendahnya

7
kemampuan intelektualnya. Akan tetapi semenjak manusia menemukan bahasa sebagai alat
komunikasi perkembangan kemampuan intelektualnya melampaui batas-batas perkembangan
evolusi biologisnya ( koenntjaraningrat,1987). Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa
semenjak manusia menemukan bahasa dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi dalam
pelaksanaan pendidikan.

2. Evolusi manusia dalam Bidang Tingkah Laku

Evolusi manusia dalam bidang tingkah laku terkait dengan perkembangan secara evolusi dalam
bidang biologisnya. Menurut (Barre,1954) semenjak evolusi biologis sampai pada tahap yang
memungkinkan kombinasi antara mata, tangan, dan kemampuan berjalan tegak, mulai terjadi
revolusi dalam tingkah laku manusia.

3. Evolusi Manusia dalam Perkembangan Peradaban

Margaret Mead, Sastrapratedja (1991) menyatakan bahwa, telah terjadi perkembangan kebudayaan
dari pasca-figuratif dan ko-figuratif menuju prafiguratif.

Kebudayaan pascafigurative adalah kebudayaan tradisional, dimana generasi terdahulu dengan


mudah mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya. Dalam kebudayaan kofiguratif,
teriring dengan perkembangan jumlah dan kemampuan manusia, muncullah berbagai institusi social
baru yang mempunyai tugas pewarisan nilai antar generasi. Institusi baru itu diantaranya adalah
lembaga pendidikan. Selanjutnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
berbagai aspek kehidupan berubah dengan cepat. Sesuatu kebudayaan baru belum mempola sudah
diganti dengan kebudayaan yang lebih baru lagi. Antara stimulus yang bermunculan dengan respon
jaraknya terlalu pendek. Dengan demikian tidak ada waktu untuk mengolah stimulus yang
bermunculan tersebut. Kebudayaan demikian disebut pra-figuratif.

Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:

a. Kemampuan menyadari diri.

b. Kemampuan bereksistensi.

c. Pemilikan kata hati.

d. Moral.

e. Kemampuan bertanggung jawab.

f. Rasa kebebasan (kemerdekaan).

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.

Dimensi-dimsensi hakekat manusia:

Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan
di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi yang akan di
bahas, yaitu

8
1. Dimensi keindividualan

2. Dimensi kesosialan

3. Dimensi kesusilaan

4. Dimensi keberagaman

1. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang
tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya
individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan
daya tahan yang berbeda.

Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari
adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara
potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa
menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat
berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya.
Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya
atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok
untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud.
Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter)
dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

2. Dimensi kesosialan

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi
yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan


sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di
kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam
berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan
menghayati kemanusiaanya.

3. Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam
kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas
atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih.
Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu,
etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan
mencakup etika dan etiket.

9
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan
manusia itu adalah mahluk susila.

4. Dimensi Keberagaman

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.

Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi
sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan
tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan
hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
perlu mendapat perhatian.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk
paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa
kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual merupakan aspek non fisik
yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup.

Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang lain di muka
bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan ia
dengan makhluk lainnya.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang berkemauan
bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk moral. Sifat hakikat manusia
diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual )
membedakan manusia dari hewan.

B. Saran

Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami pengertian hakikat
manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.

Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.

http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN

12

Anda mungkin juga menyukai