Anda di halaman 1dari 20

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,

MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI

DOSEN PENGAMPU: Dra. SARINA MARBUN, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

Anggina Mayla Yasi Br Karo 2183321026


Anissa Juliana 2181121026
Hamzah Fansyuri Daulay 2183121061
Muthia Fadillah 2181121021

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA & SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Pandangan Filsafat
Pancasila tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan, dan Nilai”. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyakkekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Medan, September 2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Pancasila ........................................................................................... 2
2.2 Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia ............................................................... 3
A. Sifat dan Hakekat Manusia ........................................................................................ 3
B. Wujud Sifat Hakekat Manusia ................................................................................... 3
C. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia .......................................................................... 4
2.3 Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat ............................................................ 6
2.4 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan ............................................................ 6
2.5 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai ...................................................................... 9
2.5 Penerapan Nilai-nilai pancasila dalam sistem pendidikan..................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar/ideologi dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila. Fungsi dari ideologi yaitu
serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat seluruh
anggotanya dalam suatu negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi mempunyai hak
untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun
kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila adalah hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia, yang
oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai suatu kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu
sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang manusia?
2. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat?
3. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang manusia
2. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat
3. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pancasila


Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya termuat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat. Dijelaskan
bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan
yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan berkembangnya
negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis ini dapat
diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka proses
kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi perkembangan
kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang mampu berperan
sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.
Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya dengan
bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu. Namun
dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa Pancasila
dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak
berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila
adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan”
rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

2.2 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

2
Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau
bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia
sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah
nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta,
rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
A. Sifat dan Hakekat Manusia
1. Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia
Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan
2. Pendidikan Bersifat Filosofis
Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari
alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology
dan falsafah) Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya
kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia
3. Pendidikan Bersifat Normatif
Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan

Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia sebagai


sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

B. Wujud Sifat Hakekat Manusia


1) Kemampuan Menyadari Diri
Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah
kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan
2) Kemampuan Bereksistensi
Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya
3) Pemilikan Kata Hati
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi
manusia. Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4) Moral (etika)
Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang
baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai
sopan santun

5) Kemampuan Bertanggung Jawab

3
Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6) Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat pesreta didik
merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7) Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
a. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
b. Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
c. Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
d. Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan
Takdir.

C. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia


1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
2. Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar
kemampuan makhlup hidup di dunia)
5. Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan
memecahkan masalah)
6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup
bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya)
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat dan
martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191)
mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :

4
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran
dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya
dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap
hubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran
harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia
Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap
membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan
manusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai,
memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang
lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih
baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang
bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan
masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan
atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

2.3 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua

5
orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara
dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang
mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan negara, dan
hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi
bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai berikut :
1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara
pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan
dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap
demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi
nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

2.4 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang
jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih,
diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah prosespembentukan peserta didik untuk menjadi orang
tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah

6
pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya
pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini
hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat individualistic semata, sebab
sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan
kesatuan yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas
hidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan
sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan
perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada
jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas,
manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan
pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan
bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya
seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

7
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global; dan
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih


lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative untuk
diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya
dalam segala konteks pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta
didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang tersedia.
Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.

Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik yang
haruis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat
dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi
teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”,artinya pendidik harus mampu
membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tutwuri handayani” artinya bahwa sepanjang
tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar mandiri.

2.5 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana
yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar
negara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000,
(dalam Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-
silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan

8
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem
etika dalam pembangunan iptek, seperti berikut ini;
a. Sila KeTuhanan Yang Maha Esa
Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai
bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya. Pengolahan bukan berarti
mengeksploitasi alam sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi harus diimbangi dengan
pelestarian alam.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidik harus menjaga
kesimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga negara, letak dan jarak atau
geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan bahu
membahu membangun bangsa ini.
c. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakan
modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan persatuan mengikat
bangsa Indonesia dalam membangun seperti semboyan bersatu kita teguh bercerai kita
runtuh. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan dan persatuan
bangsa, hal ini akan akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa nasionalisme.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Mendasarai bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan
dirinya sesuain dengan potensinya, masing-masing warga negara menghormati kebebasan
berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila. Terbuka
juga mengandung makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan dikritik tentang sesuatu
yang ditemukan atau dilakukan.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

9
Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan keadilan
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional.

2.6. Penerapan Nilai-nilai pancasila dalam sistem pendidikan

Implementasi Nilai Nilai Pancasila dalam Pendidikan Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia termasuk juga dasar pendikan di Indonesia. Implementasi nilai-nilai sila pancasila dalam
pendidikan antara lain sebagai berikut.

1. Implementasi sila Ketuhanan dalam pendidikan

Di dalam suatu sekolah biasanya guru mengajarkan mengenai pendidikan agama. Dari situ
kita dapat memahami lebih dalam mengenai sila ini. Melalui pembelajaran keagamaan seseorang
hanya memiliki Tuhan yang Esa. Dari pembelajaran keagamaan ini juga kita dapat lebih
mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-
Kafirun yaitu untukmu agamamu dan untukku agamaku. Untuk itu melalui pembelajaran ini kita
belajar tentang agama kita masing-masing agar kita dapat bertaqwa kepada Tuhan kita.

Selain melalui pembelajaran juga ada praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari
dimana seorang guru mencontohkan pada muridnya bagaimana cara beribadah kepada Tuhan kita.
Namun bukan hanya sekedar contoh namun guru mengajak secara langsung kegiatan praktiknya
kepada murid-muridnya.

Selain itu implikasi sila tersebut dalam pendidikan di sekolah adalah tersedianya fasilitas
tempat beribadah yang kebanyakan adalah tempat beribadah untuk umat Islam yang setiap hari
digunakan untuk shalat.

2. Implikasi sila kemanusiaan dalam pendidikan

10
Implementasi nilai kemanusiaan dalam pendidikan ini adalah pemerintah megusahakan
pendidikan di Indonesia dengan tanpa adanya kekerasan dalam pembelajarannya. Termasuk juga
kekerasaan saat penerimaan murid baru yang biasanya terjadi masa orientasi sekolah yang sering
diwarnai dengan kekerasaan. Sekarang kebanyakan sekolah-sekolah melarang hal yang demikian.

Di sekolah biasanya tidak hanya diajarkan mengenai materi pengetahuan saja namun juga
diajarkan bagaimana saling tolong menolong dengan teman kita. Selain itu dalam suatu
pembelajaran seorang guru harus memperhatikan nilai kemanusiaan, yaitu dengan tidak
menggunakan kekerasan dan menghargai muridnya. Seorang guru dilarang menggunakan
kekerasan pada muridnya saat pengajaran.

Implementasi sila kemanusiaan dalam pendidikan juga dilakukan oleh murid-muridnya.


Seorang murid kini diajarkan oleh gurunya dalam pengaplikasian nilai-nilai pancasila bahkan sejak
anak duduk di bangku SD. Pengajaran nilai kemanusiaan ini dapat membiasakan anak untuk
memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia lainnya.

Dengan pengajaran yang demikian maka anak akan tergugah hatinya untuk mencintai
sesamanya. Hal ini terlihat dengan perwujudan dari anak yang mau peduli dengan temannya,
membantu temannya yang membutuhkan, menjenguk temannya yang sakit, saling menyayangi
dengan temannya, dan lain sebagainya.

Dari contoh yang sederhana demikian, maka kelak anak tersebut akan memiliki jiwa
kemanusiaan yang nantinya akan bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, ia tidak akan menjadi
pribad yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri, namun ia akan memperhatikan dan ikut
merasakan kesusahan orang lain, terutama temannya sendiri.

3. Implikasi sila persatuan dalam pendidikan

Implementasi sila persatuan dalam pendidikan di Indonesia ini terwujud melalaui tujuan
pendidikan yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana kurikulum yang disusun
oleh pemerintahlah yang menyamakan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya alat
pemersatu pendidikan tersebut maka diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan mudah.

11
Di sekolah, sekolah tidak mengajarkan persaingan pada setiap muridnya, namun sekolah
mengajarkan muridnya untuk bekerja sama dan mengajarkan untuk selalu tetap kompak walaupun
ada perbedaan dintara mereka. Perbedaan diantara mereka akan mengantarkan mereka dalam
kerukunan jika mereka saling menghargai dan saling bersatu satu dan yang lainnya.

Implikasi sila persatuan dalam pendidikan ini terwujud juga dengan adanya upacara yang
dapat mempersatukan mereka. Selain itu kegiatan-kegiatan di sekolah yang melatih mereka untuk
saling bersatu juga akan mengajarkan mereka tentang makna persatuan. Contoh kegiatan yang
diadakan sekolah tersebut adalah saat kegiatan pramuka, lomba-lomba saat class meeting,
pertukaran pelajar antar sekolah, perayaan ulang tahun sekolah, kemudian dalam ekstrakurikuler
juga dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya bekerja sama dan bersatu dalam pembentukan
kegiatan serta acara yang diadakan agar berjalan sukses. Dari ekstrakurikuler tersebut juga siswa
diajarkan untuk bersatu agar ekskul tersebut dapat berjalan lancar dan sukses.

Selain penerapan dari siswanya, guru beserta staff sekolah yang lainnya juga harus bekerja
sama agar membentuk siswa yang unggul serta mencintai tanah airnya. Agar kelak setelah dewasa
nanti siswa diharapkan bekerja sama dengan orang lain dalam menghadapi persaingan dan masalah
yang akan timbul dalam kehidupan nantinya. Selain itu penerapan nilai persatuan ini terwujud
dengan adanya Persatuan Guru Republik Indonesia yang disingkat PGRI.

4. Implikasi sila kerakyatan dalam pendidikan

Implementasi sila kerakyatan tersebut dalam pendidikan adalah dimana adanya usulan-
usulan pendidikan dari sekolah-sekolah kepada pemerintah untuk memajukan sistem pendidikan
di Indonesia. Melalui usulan dari sekolah-sekolah tersebut jika disetujui oleh pemerintah maka
diharapkan sekolah mampu menjalankan pembelajaran guna mencerdaskan kehidupan bangsa
sesuai apa yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia.

Implementasi yang demikian terwujud melalui permusyawarahan yang dilakukan oleh


guru-guru di sekolah. Kemudian perwakilan dari guru di sekolah tersebut bermusyawarah dengan
sekolah lain dan seterusnya yang kemudian perwakilan dari beberapa sekolah tersebut

12
bermusyawarah dengan menteri pendidikan dan pihak lain yang terkait untuk membentuk suatu
kurikulum dan kebijakan pendidikan yang nantinya digunakan untuk kepentingan dan kesuksesan
pendidikan di Indonesia.

Sedangkan implementasi kerakyatan bagi murid dalam pendidikan ini adalah dimana
terdapat contoh sederhana. Contoh tersebut adalah dimana anak diajarkan untuk bertanya kepada
gurunya apa yang tidak ia pahami. Selain itu anak juga diperbolehkan untuk menanggapi apa yang
diajarkan oleh guru.

Pendidikan sekarang ini bukanlah pendidikan yang hanya ketika seorang guru mengajarkan
kepada muridnya tentang suatu materi yang kemudian murid menerima begitu saja apa yang
diberikan oleh gurunya. Namun pendidikan yang sekarang ini adalah dimana seorang murid berhak
menerima atau menyanggah, serta mengemukakan pendapatnya. Karena sekarang biasanya murid
lebih pintar dari guru, dan pengetahuan yang diterima siswa bukan hanya dari guru semata. Saat
ini guru bukanlah figur yang selalu benar, karena guru juga seorang manusia biasa yang dapat juga
berbuat salah.

5. Implikasi sila keadilan dalam pendidikan

Implikasi sila keadilan dalam pendidikan dari segi pemerintah adalah dimana pemerintah
memberikan bantuan operasional yang sama kepada setiap sekolah sesuai dengan jenjang
pendidikannya masing-masing. Pemerintah memberikan bantuan yang sama rata dan adil agar
sekolah dapat melengkapi sarana dan prasarana serta fasilitas yang kurang guna kesejahteraan
sekolah.

Di sekolah juga sekarang sekolah tidak membedakan muridnya dari kalangan yang tidak
mampu atau mampu. Sekolah menerima murid baru sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan sebelumnya, bukan karena uang sumbangan yang lebih besar dari yang lainnya seorang

13
murid diterima. Apabila seorang murid memenuhi persyaratan yang telah ditentukan namun ia
kurang mampu, maka sekolah akan membantu murid tersebut agar tetap dapat melanjutkan
sekolah.

Kini di sekolah-sekolah juga dilengkapi dengan ruang BK dimana setiap siswa yang
bermasalah baik akademik, biaya atau lainnya boleh meminta bantuan kepada sekolah. Hal ini
menunjukkan betapa sekolah mencoba berlaku adil kepada setiap muridnya.

Implikasi sila tersebut dalam pendidikan bagi muridnya sendiri adalah, dimana tidak hanya
seorang murid yang tidak memilih-milih teman, dia mau berteman dengan siapa saja dan berlaku
adil kepada semua temannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang.Pancasila harus dipahami dengan menggunakan
penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan kritis,
yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif yang mengatas
namakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat asas, sesuai dengan
maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di bawah langit, Pancasila,

14
dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai dengan perkembangan jaman. Maka,
nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan prinsip-prinsip dasar harus digunakan
semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut berpartisipasi dalam
mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu maupun kelompok adalah
merajut realitas yang diinginkannya yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini
hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk menggali dan
mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami perubahan tetapi
mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005).
Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka
menjadi dikuasai oleh perubahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan
sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Pendidikan
harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik dikeluarga
(dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau pemuka
masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu, masing-masing
individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama bagi
peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Cet.3. Medan: UNIMED Press
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-
pendidikan-pendidikan-nasional/
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

16
17

Anda mungkin juga menyukai