Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PEMBANGUNAN DALAM BIDANG POLITIK,


EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HUKUM,
DAN KEHIDUPAN ANTAR UMAT
BERAGAMA

Materi Diskusi Kuliah


Pancasila
Senin Pukul: 12.30 WIB Gedung Mas Surachman

Oleh
Kelompok 8
1. Rori Azizah 120210101102
2. Rizki Maida Amalia 120210101103
3. Nahda Cindy Aprilia 120210101108 \
4. Anis Firiatun Ni’mah 120210101111

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JEMBER
Semester Ganjil 2013– 2014
PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PEMBANGUNAN DALAM BIDANG POLITIK,
EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HUKUM,
DAN KEHIDUPAN ANTAR UMAT
BERAGAMA

Materi Diskusi Kuliah


Pancasila
Senin Pukul: 12.30 WIB Gedung Mas Surachman

Oleh
Kelompok 8
5. Rori Azizah 120210101102
6. Rizki Maida Amalia 120210101103
7. Nahda Cindy Aprilia 120210101108 \
8. Anis Firiatun Ni’mah 120210101111

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JEMBER
Semester Ganjil 2013– 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/ filsafah negara dan
ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara. Pengertian pancasila
sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 “... maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.” Pancasila dalam pengertian ini
sering disebut sebagai pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup,
petunjuk hidup dan jalan hidup. Dalam hal ini, pancasila dipergunakan
sebagai petunjuk hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau
aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat disegala bidang. Semua tingkah
laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila pancasila. Selain itu, untuk menciptakan kehidupan
masa depan yang lebih baik diperlukan suatu paradigma pembangunan. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang ‘Pengertian Pancasila
sebagai paradigma pembangunan dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, hukum, dan kehidupan antar umat beragama’.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian pancasila?
1.2.2 Apakah pengertian paradigma?
1.2.3 Apakah pengertian pancasila sebagai paradigma pembangunan?
1.2.4 Apakah pengertian pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan kehidupan umat
beragama?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pancasila.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian paradigma.
1.3.3 Untuk mengetahui pancasila sebagai paradigma pembangunan.
1.3.4 Untuk mengetahui pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan kehidupan umat
beragama.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla
berarti prinsip atau asas. Jadi pancasila bisa diartikan sebagai lima dasar atau
asas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Lima sila tersebut adalah hasil rumusan para pendiri dan pemikir
berdirinya negara Indonesia. Pancasila mengalami perubahan kandungan dan
urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama
masa perumusan Pancasila pada tahun 1945. Akan tetapi setelah mengalami
beberapa perubahan akhirnya terbentuklah Pancasila pada tanggal 1 Juni
1945, sehingga pada tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila. Tanggal tersebut ditetapkan berdasarkan pidato Presiden Soekarno
pada tanggal itu yang dikenal sebagai pidato lahirnya pancasila. Dalam pidato
tersebut, Presiden Soekarno pertama kalinya menyebut istilah Pancasila.
.
2.2 Pengertian Paradigma
Paradigma berasal dari kata paradigm yang merupakan bahasa inggris
yang artinya model, pola, atau contoh, sedangkan dalam kamus umum bahasa
indonesia paradigma berarti seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat
konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah.
Istilah Paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Kuhn melalui bukunya yang berjudul
“The Structur of Science Revolution”. Inti sari pengertian Paradigma adalah
suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis umum (merupakan
suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam
perkembangannya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar
ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada, dengan
demikian ilmuan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoritis
sehingga perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkaji paradigma dari
ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan harus
mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilmu
sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil pengertian ilmiah
yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan
masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan
positivistik maka ternyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara
etismologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu
manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuan sosial kembali mengkaji paradigma
ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya manusia dalam
kenyataan obyektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi. Atas dasar kajian
paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian dikembangkanlah
metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmu tersebut yaitu
manusia dengan metode kualitatif.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang
kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum,
ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang populer
ini istilah ‘Paradigma’ berkembang menjadi terminologi yang mengandung
konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas
serta arah dan tujuan suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam
suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi,
maupun dalam pendidikan.
Secara etimologi arti paradigma adalah satu model dalam teori ilmu
pengetahuan atau kerangka pikir. Sedangkan secara terminologi paradigma
adalah pandangan mendasar para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan
Paradigma juga bisa diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianut
oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Dalam perkembangannya
paradigma mengandung pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu
seorang ilmuan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu permasalahan
dalam ilmu pengetahuan. Sehingga sebagai paradigma pembangunan
Pancasila dapat dimaknai sebagai suatu kerangka dasar dalam berpikir untuk
memajukan serta mengembangkan bangsa dan negara menuju cita-cita luhur
seperti yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4.
Jadi paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan
bagaimana seseorang menanggapi realita itu.

2.3 Pancasila sebagai paradigma pembangunan


Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya.
Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah
sebagai berikut: ”melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia,” hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal adapun
rumusan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”
hal ini dalam pengertian negara hukum material, yang secara keseluruhan
sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun selain tujuan
nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan masyarakat
internasional.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini
sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan
kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan
negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,
pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional
sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Pembangunan sosial
harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan, meliputi berbagai bidang yaitu politik, ekonomi,
sosial budaya, hukum, dan kehidupan antar umat bergama.

2.4 Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang politik, ekonomi,


sosial, budaya, hukum, dan kehidupan umat beragama
2.4.1 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan
sebagai subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik.
Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik
harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus
mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan
adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka rakyat
merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu kekuasaan
negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan
perseorangan atau kelompok. Sehingga sistem politik Indonesia yang
sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi
bukan otoriter.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada
tuntutan hak dasar kemanusiaan yang didalam istilah ilmu hukum dan
kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak
atas martabat kemanusiaan sehingga sistem politik negara harus
mampu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-hak tersebut.
Selain sistem politik negara pancasila memberikan dasar-
dasar moralitas politik negara. Telah diungkapan oleh para pendiri
negara Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta,
menyatakan bahwa ‘negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha
Esa , atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradap. Hal ini menurut
Moh Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak
berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk
para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi
pekerti kemanusiaan serta memegah teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
Berdasarkan hal itu, sistem politik Indonesia harus
dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila), adapun
pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada
moralitas berturut-turut moral Ketuhanan (sila I), moral Kemanusiaan
(sila II) dan moral Persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu
bangsa (sila III), serta aktualisasi dan pengembangan politik negara
demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V).
Hal ini, dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik
negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagai mana tertuang dalam sila-sila
pancasila sehingga, praktek-praktek politik yang menghalalkan segala
cara dengan memfitnah, mempovokasi, menghasut rakyat yang tidak
berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri.

2.4.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan
ekonomi maka sistem pembangunan ekonomi berpijak pada nilai
moral dan pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus
mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan
kemanusiaan ( sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi
yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi menghargai hakikat
manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi
maupun makhluk Tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan
sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu
tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian juga
berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak
mengakui kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia
sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh karena itu, sistem
ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan
ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem
ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral
kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan
diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk
lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan,
penderitaan, dan kesengsaraan warga negara. Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian
pembangunan ekonomi nasional ini menunjuk pada pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik kebijakan ekonomi
dilakukan untuk kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus
mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan
bagi seluruh warga masyarakat (tidak seperti pada masa Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik
Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan kesempatan, dukungan,
dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha
kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Seperti membangun perusahaan
misalnya koperasi. Ekonomi Kerakyatan akan mampu
mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era
otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian,
Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan
partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara)
yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan peraturan-
peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan
kepastian hukum.

2.4.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya


Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang
pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu
sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang
adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi
manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya
yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan
bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia
adil dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik,
tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia
harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan
sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai
sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara
menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial
dan budaya-budaya yang beragam diseluruh wilayah nusantara
menuju tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Dalam hal ini,
perlu adanya pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan
kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga
mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
Pancasila merupakan sumber normatif bagi peningkatan
humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka kesadaran,
pancasila dapat merupakan dorongan untuk universalisasi, yaitu
melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur dan
transedentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia
dan kebebasan spiritual.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu
memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai
kerangka acuan bersama bagi kebudayaan kebudayaan di daerah:

(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak
mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul
kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;

(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan


tekad masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk
mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;

(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya


di kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan
kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan
kepentingan perorangan;

(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi


landasan yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa
Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

2.4.4 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum


Untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang tertib dan aman
diperlukan suatu peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
berwujud perundang-undangan. Selain itu, adanya hukum menjadi
jaminan pengakuan dan pelaksanaan hak asasi tiap-tiap warga negara.
Adanya berbagai pelanggaran, yang bahkan dilakukan orang-orang
yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyat, misalnya pejabat
menandakan bahwa hukum belum bisa ditegakkan secara maksimal di
Indonesia karena masih banyak pelanggaran yang tidak dikenai sanksi
secara tegas. Masih banyak hukum yang memandang status sosial dan
jabatan seseorang. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi
hukum, maka dalam upaya penegakan hukum harus kembali pada
nilai-nilai luhur pancasila.
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal
ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya
oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan
adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem
pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).

2.4.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Antar Umat


Beragama
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang
ramah dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian
bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang
majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku,
etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih
dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita.
Meskipun penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan pada
pancasila, namun harus tetap mengacu pada agama. Demikian pula
dengan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan agama. Berkaitan dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa, negara menjamin kebebasan warga negara untuk menganut
agama atau suatu kepercayaan. Dan untuk mewujudkan kerukunan
antar pemeluk agama maka harus ditumbuhkembangkan sikap saling
menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
Pada saat ini dibeberapa wilayah negara Indonesia sering
terjadi konflik sosial yang bersumber masalah SARA, terutama
bersumber pada masalah agama. Contohnya tragedi di Ambon, Poso,
Medan, Mataram, Kupang serta daerah-daerah lainnya yang
menunjukan semakin melemahnya toleransi kehidupan beragama yang
berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Jika peristiwa-
peristiwa semacam ini tidak segera diatasi maka akan terus berlanjut
bahkan dapat meluas pada daerah-daerah lain yang dapat berpotensi
terjadinya perpecahan bangsa. Untuk itulah, sebagai warga yang
mendambakan suatu negara yang damai dan sejahtera, maka kita
sendirilah yang dapat mewujudkannya dengan cara memandang
perbedaan sebagai hal yang wajar dan tidak perlu diperdebatkan.
Selain itu, agama merupakan urusan pribadi manusia dengan
Tuihannya, sehingga kita tidak berhak untuk mengusik kebebasan
warga negara lain. Yang harus kita lakukan adalah saling manghargai,
menghormati, dan mencintai setiap umat manusia yang beradab.
Oleh karena itu kehidupan beragama dalam negara Indonesia
dewasa ini harus dikembangkan kearah terciptannya kehidupan
bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai
kemanusiaan yang beradab.

BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa:


3.1 Pancasila adalah dasar filsafat negara republik Indonesia yang secara resmi di
sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan terrcantum dalam
pembukaan UUD 1945, di undangkan dalam Berita Republik Indinesia tahun
II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
3.2 Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang
sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif
seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu.
3.3 Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini
sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
3.4 Pancasila sebagai paradigma dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
hukum, dan kehidupan antar umat beragama ini dimaksudkan untuk
dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara utamanya para penyelenggara
negara dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan, melaksanakan
kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam menghadapi berbagai
dinamika perubahan. Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia ini akan
dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk yang lebih rinci sehingga akan
memudahkan bagi implementasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pengertian Paradigma Pembangunan. (http://matakristal.com


/pengertian-paradigma-pembangunan/, tanggal akses:1 Oktober 2013)
Anonim. 2013. Pancasila. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila, tanggal akses :
1 Oktober 2013)

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMA.

Nurraini, Saputri. 2012. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.


(http://saputrinurraini.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-
paradigma-pembangunan.html, tanggal akses:1 Oktober 2013)

Rahmawati, Noviana, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: CV


VIVA PAKARINDO.

Anda mungkin juga menyukai